Anda di halaman 1dari 6

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Larutan formaldehid adalah larutan yang tidak bewarna dan baunya sangat
menusuk didalam larutan formalin memiliki konsentrasi 37% gas formaldehid.
Formaldehid merupakan bentuk aldehid yang paling sederhana, formaldehid bersifat
mudah terbakar, berbau tajam, tidak bewarna dan mudah dipolimerisasi pada suhu
ruang. Formaldehid bersifat larut dalam air, aseton, benzene, dietil eter, kloroform,
dan etanol (Hart,1983).

Validasi dan penetapan kadar formaldehid dilakukan menggunakan metode


spektrofotometer UV-Vis dilakukannya metode ini karena formaldehid memiliki
serapan pada daerah sinar tampak yang merupakan metode sederhana dan digunakan
untuk menentukan kandungan formaldehid dalam jumlah konsentrasi yang kecil dan
memiliki daya sensitifitas yang baik.

Validasi metode penetapkan kadar diawali dengan melakukan pembuatan


kurva kalibrasi dan penentuan linieritas. Kurva kalibrasi yang dibuat adalah hubungan
antara nilai absorbansi dan analit terhadap konsentrasi analit. Nilai yang dihasilkan
kurva kalibrasi dikatakan baik jika nilai (r) koefisien korelasi mendekati 1 yang
artinya peningkatan nilai absorbansi analit berbanding lurus dan signifikan dengan
peningkatan konsentrasinya. (Susanti,2010)

3.1 Panjang Gelombang Maksimum

Hasil pengukuran panjang gelombang maksimal merupakan panjang


gelombang yang memiliki absorbansi tertinggi atau maksimal. Penentuan panjang
gelombang maksimal merupakan langkah awal dalam analisis kuantitatif. Penentuan
panjang gelombang sangat diperlukan karena panjang gelombang maksimal memiliki
kepekaan yang maksimal yang diperoleh dari pengukuran absorbansi larutan standar
formalin 50 ppm yang telah direaksikan dengan pereaksi Schiff”s pada panjang
gelombnag 300-700nm. Panjang gelombang maksimal sebesar 565nm dengan nilai
absorbansi 0.521 dan 574 dengan nilai absorbansi 0.035.

Secara teori formalin dapat bereaksi positif dengan pereaksi Schiff”s


menghasilkan warna ungu karena adanya gugus aldehid didalam formalin.
Selektivitas pereaksi Schiff”s terhadap formalin dapat terlihat dari perubahan warna
yang terjadi yaitu mulai dari warna merah-ungu. Berikut hasil dari pengukuran
absorbansi dengan panjang gelombang 565 dan 574nm.

No Konsentrasi formalin Absorbansi formalin


Kelompo (ppm)
k
11 0 0.088
10 0.5 0.149
8 2 0.235
7 3 0.31
5 7 0.415
4 10 0.524
3 15 1.556
Tabel 1. Hasil pengukuran Absorbansi 574nm.

No Konsentrasi formalin Absorbansi formalin


Kelompo (ppm)
k
11 0 0.033
10 0.5 0.148
8 2 0.236
7 3 0.31
5 7 0.414
4 10 0.521
3 15 1.553
Tabel 2. Hasil pengukuran Absorbansi 565nm.

3.2 Penentuan Kurva Kalibrasi

Kurva kalibrasi merupakan kuva yang menggambarkan hubungan antara


asborbansi dan konsentrasi larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya.
Kurva kalibrasi digunakan untuk menentukan konsentrasi analit dalam sampel. Kurva
kalibrasi dibuat dari sederetan larutan standar yang masih dalam batas linieritas,
sehingga menunjukan bahwa metode analisis dapat digunakan untuk memperoleh
hasil pengujian analit dalam sampel. Pada pengujian ini kurva kalibrasi larutan
standar dibuat dengan ketentuan konsentrasi larutan standar sebagai sumbu X dan
arsorbansi larutan sebagai sumbu Y Kurva kalibrasi larutan standar formalin dapat
dilihat gambar 1 dan 2.

abs
1.8
1.6
1.4
1.2 f(x) = 0.08 x + 0.03
1 R² = 0.84 abs
Axis Title 0.8 Linear (abs)
0.6
0.4
0.2
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Axis Title

Gambar 1. Kurva kalibrasi sampel formalin dengan panjang gelombang 574nm.


abs
1.8
1.6
1.4
1.2 f(x) = 0.08 x + 0.01
1 R² = 0.85 abs
Axis Title 0.8 Linear (abs)
0.6
0.4
0.2
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Axis Title

Gambar 2. Kurva kalibrasi formalin dengan panjang gelombang 565mn.

Pada uji linieritas penentuan regresi dari standard kurva kalibrasi diperoleh
koefisien korelasi dan diketahui kondisi alat spektrofotometer. Berdasarkan dua kurva
kalibrasi diatas memiliki masing-masing panjang gelombang dengan nilai absorbansi
574mn diperoleh persamaan regresi Y = 0,82x + 0,025 dan nilai koefisien korelasi (r)
sebesar 0,840 dan mendapatkan konsentrasi sebesar 0,782ppm pada panjang
gelombang dengan nilai absorbansi 565 diperoleh persamaan regresi Y = 0,82x +
0,011 dan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,851 dan mendapatkan konsentrasi
sebesar 0,947ppm. Koefisien variasi fungsi regresi menunjukan besarnya
penyimpangan data yang dihasilkan dari data yang sebenarnya. Nilai kooefisien
korelasi (r) dari pengujian kurang baik karna <0.09999 sedangkan hasil yang di dapat
adalah 0,840 dan 0,851.
Setelah diperoleh data data seperti yang diatas dilakukan perhitungan berdasarkan
kurva kalibrasi dan persamaan yang diperoleh dapat ditentukan hasil sebagai berikut:

A 0.011477
B 0.082898
SAMPEL 0.090
KONSENTRASI 0.94723
Nilai konsentrasi yang diperoleh dari pengujian sampel dengan menggunakan
panjang gelombang 565 diperoleh hasil konsentrasi 0,94 ppm.

B 0.025325
A 0.082659
SAMPEL 0.090
KONSENTRASI 0.782424
Nilai konsentrasi yang diperoleh dari pengujian sampel dengan menggunakan
panjang gelombang 574,5 diperoleh hasil konsentrasi 0,78 ppm.

Berdasarkan perolehan data diatas dapat disimpulkan bahwa sampel diuji


dengan sampel ikan kurisi terkontaminasi formalin dengan konsentrasi berkisaran
antara 0,78ppm-0,94ppm. Ikan tersebut tidak layak untuk dikonsumsi.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Para penulis dapat mengetahui alur proses pengujian formalin dengan


menggunakan alat spektrofotometri UV-VIS mulai dari persiapan sampel, proses
destilasi sampel,proses destilasi standar, pembuatan larutan asam kramotofit hingga
penggunaaan alat spektrofotometri UV-VIS.

Pada sampel Ikan kurisi ini positif terkontaminasi formalin dengan memiliki
masing-masing panjang gelombang dengan nilai absorbansi 574mn diperoleh
persamaan regresi Y = 0,82x + 0,025 dan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,840
dan mendapatkan konsentrasi sebesar 0,782ppm pada panjang gelombang dengan
nilai absorbansi 565 diperoleh persamaan regresi Y = 0,82x + 0,011 dan nilai
koefisien korelasi (r) sebesar 0,851 dan mendapatkan konsentrasi sebesar 0,947ppm.

4.2 Saran

Semoga hasil dari laporan ini bisa dijadikan bahan pertimbangan bagi
masyarakat yang mengkonsumsi dan juga lebih berhati-hati dalam memilih ikan yang
akan dikonsumsi. Tentunya laporan ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan agar kami
dapat belajar dari kekurangan kami.

Anda mungkin juga menyukai