TEKNIK SPEKTROSKOPI
Kelompok 18
Lala Fabella Andalusia G84180056
Fahrin Ashroffa Salma G84180084
Derri G84180085
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
PENDAHULUAN
METODE
Prosedur Percobaan
Metode Kurva Standar Protein Grafik. Metode Bradford adalah metode untuk
mengukur konsentrasi protein total secara kolorimetri dalam suatu larutan. Metode
ini menggunakan pewarna Coomasie Briliant Blue (CBB) yang berikatan dengan
protein dalam suatu larutan yang bersifat asam, sehingga memberikan warna
menghasilkan warna kebiruan. Larutan Bovine Serum Albumin (BSA) digunakan
sebagai larutan standar dalam penentuan kadar protein dengan metode Bradford.
Suatu percobaan dilakukan dengan menambahkan sejumlah NaCl pada larutan
BSA, yang berfungsi sebagai pelarut protein yang akan diukur. Penambahan NaCl
akan menyebabkan nilai absorbansinya menurun karena pengompleksan protein
dan zat warna CBB dalam Reagen Bradford akan semakin sedikit. Semakin
kecilnya nilai absorban menunjukkan bahwa protein yang larut semakin banyak
(Ismail et. al. 2012).
Metode bradford ini banyak digunakan karena cara pengerjaannya yang
mudah, namun kelemahan metode Bradford adalah reagen khususnya dapat
mengakibatkan perbedaan respon tes untuk jenis protein yang berbeda. Hal tersebut
adalah protein yang memberikan nilai absorbansimendekati konsentrasi sampel
yang akan diujikan. Metode ini kurang akurat untuk asam protein dasar. Selain itu,
kelemahan lainnya adalah kurangnya sensitivitas terhadap sampel yang hanya
memilliki sedikit kandungan protein (Purwanto 2014).
Tabel 1 di atas menunjukkan data nilai absorbansi dari larutan metilen biru
menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Hasilnya menunjukkan bahwa nilai
absorbansi sampel tertinggi terdapat pada panjang gelombang 660 nm, sehingga
panjang gelombang maksimum bagi larutan berwarna biru berada pada 660 nm.
Gelombang maksimum merupakan spektrum gelombang dimana sampel menyerap
absorbansi secara maksimal. Menurut Huda dan Yulitaningtyas (2018), rentang
panjang gelombang maksimum methylene blue yaitu antara 650-670 nm, hal
tersebut karena warna komplementer untuk methylene blue yaitu antara 650-670
nm. Penentuan rentang panjang gelombang maksimum dipengaruhi oleh warna
komplementer, yaitu vahaya yang tampak dan dapat dilihat dalam kehidupan
sehari-hari (Purwanto dan Prajitno 2013).
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
600 610 620 630 640 650 660 670 680
3 5 10
1.4
1.2
0.8
0.6
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
1. Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blangko,
yaitu larutan yang berisi selain komponen yang akan dianalisis termasuk zat
pembentuk warna.
2. Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau kuarsa,
namun kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.
3. Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat
rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi,
sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan (melalui
pengenceran atau pemekatan).
SIMPULAN
Amin Mohamad. 2016. Perancangan alat peraga hantaran kalor secara radiasi untuk
menentukan panjang gelombang. Jurnal Sains Terapan. 2(2): 113 – 118.
Astutu NFD dan Dwandaru WSB. 2017. Pengaruh variasi massa karbon sekam padi
terhadap sintesis material graphene oxide dengan metode liquid phase
exfoliation menggunakan blender, sonifikasi, dan blender sonifikasi
berdasarkan uji UV-VIS. Jurnal Fisika.6(5): 406 – 417.
Beran J A. 1996. Chemistry in The Laboratory. John Willey & Sons.
Huda T, Tantri KY. 2018. Kajian adsorpsi methylene blue menggunakan selulosa
dari alang-alang. Ind. Journal Chemical Analitic. 1(1): 9-19
Ismail K, Tengku A T N, Yong C Y, Aslan A S, Omar W Z, Majid I and Jagbe A M
A. 2014. Problem on commercialization of genetically modified crops in
Malaysia. Journal Social and Beharioral Sciences. 1(2): 1-5.
Kustiawan UR dan Pratiwi R. 2016. Dithizon: agen pengompleks untuk analisis
logam menggunakan speekrofotometri UV-Vis. Jurnal Farmaka. 14(2): 308-
313.
Kusumawardhani N, Hermin S, Atikah. 2015. Penentuan panjang gelombang
maksimum dan pH optimum dalam pembuatan tes kit sianida berdasarkan
pembentukan hidrindantin. Kimia Student Journal. 1(1): 711 – 717.
Rizky TA, Saleh C, Alimmudin. 2015. Analisis kafein dalam kopi robusta (toraja)
dan kopi arabika (jawa) dengan variasi siklus pada sokletasi. Jurnal Kimia
Mulawarman. 13(1): 41 – 44.
Underwood AL, Day. 1980. Analisis Kimia Kuantitatif Ed. ke-4. Jakarta (ID):
Erlangga.
Purwanto, Maria Goretti Marianti. 2014. Perbandingan analisa kadar protein
terlarut dengan berbagai metode spektroskopi UV-Visible. Jurnal Ilmiah
Sains & Teknologi. 7 (2): 64-71.
Purwanto R, Prajitno G. 2013. Variasi kecepatan dan waktu pemutaran spin coating
dalam pelapisan TiO2 untuk pembuatan dan karakterisasi prototipe DSSC
dengan ekstraksi kulit manggis (Garcinia mangostana) sebagai dye
sensitizer. Jurnal Sains dan Seni POMITS. 2 (1): 1-7
Warono D, Syamsudin. 2013. Unjuk kerja spektrofotometer untu analisa zat aktif
ketoprofen. Jurnal Konversi. 2 (2): 57-65.