Anda di halaman 1dari 10

KUALITAS MINYAK IKAN KOMERSIAL

Ayu C.R., Dewi S.G., Fahriza A., Kamini, Rhestu I.


Laporan Praktikum Mata Kuliah Minyak Ikan
Sekolah Pascasarjana, Departemen Teknologi Hasil Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor,
Jl. Lingkar Akademik, Kampus IPB, Darmaga, Bogor 16680

Abstrak

Praktikum ini bertujuan untuk melakukan pengujian terhadap nilai peroksida dan asam
lemak bebas beberapa produk minyak ikan komersial yaitu Alaska Deep Sea Fish Oil dan
Salmon Fish Oil yang dijual di Indonesia. Nilai peroksida (PV) untuk kedua jenis produk
memiliki nilai yang melebihi standar yang ditetapkan IFOS yakni masing-masing 20,00
meq/kg dan 9,30 meq/kg, sementara standar IFOS yaitu 5,00 meq/kg. Hasil pengujian
persentase asam lemak bebas (%FFA) menunjukkan bahwa produk Alaska Deep Sea Fish Oil
memiliki 1,57% FFA yang masih memenuhi standar yang ditetapkan IFOS yakni 1,75%,
sementara untuk produk Salmon Fish Oil memiliki 2,19% FFA yang melebihi standar IFOS.

Kata kunci: Minyak ikan komesial, nilai peroksida, asam lemak bebas

PENDAHULUAN dolar Amerika. Sedangkan nilai


ekspornya sendiri adalah sebesar
Indonesia dikenal sebagai negara 183,407 ton atau setara dengan
kepulauan terbanyak didunia yang 589,132 juta dolar Amerika (KKP
kaya akan sumber daya alam bahari. 2012).
Indonesiapun dikenal sebagai salah Tingginya nilai impor minyak
satu negara penghasil ikan laut terbesar ikan memperlihatkan tingginya
di dunia. Tahun 2008, Indonesia permintaan pasar dalam negeri
menduduki peringkat ketiga dunia terhadap minyak ikan yang belum
setelah Cina dan Peru sebagai negara mampu dipenuhi oleh industri yang
penghasil ikan laut tangkapan (FAO ada di Indonesia. Hal ini merupakan
2010). Hal tersebut ternyata tidak tantangan sekaligus peluang bagi
selaras dengan jumlah produksi Indonesia untuk mengembangkan
minyak ikan di Indonesia. Berdasarkan potensi minyak ikannya sehingga
data statistika, pada tahun 2011 mampu merebut pasar dalam negeri
diketahui nilai impor Indonesia dan pasar internasional.
terhadap minyak ikan sebesar 4.666 Indonesia yang kaya akan
ton dengan nilai nominal 17.555 juta beragam jenis ikan khususnya ikan

Laporan Praktikum Minyak Ikan


Kelompok 5 1
pelagis, berpeluang besar menjadi Mutu atau kualitas minyak dapat
produsen utama minyak ikan dunia. ditentukan melalui beberapa
Minyak ikan berpotensi sebagai parameter, seperti penetapan nilai
sumber asam lemak omega-3 telah peroksida dan angka asam. Angka
dikembangkan dalam bidang asam menunjukkan adanya kandungan
nutrasetikal dan telah banyak asam lemak bebas di dalam minyak
digunakan oleh masyarakat baik di (Olaitan 2011), sedangkan angka
Indonesia maupun dunia. Beberapa peroksida menunjukkan tingkat
wilayah di Indonesia yang diketahui kerusakan minyak ikan. Suatu minyak
memproduksi minyak ikan diantaranya yang dapat bertahan lama apabila
adalah wilayah Jawa Barat yaitu di kandungan asam lemak bebas di dalam
Garut, Jawa Timur yaitu di Surabaya minyak maksimum 0,5 % (ekivalen
dan Banyuwangi, dan Papua yaitu di terhadap asam oleat) atau angka asam
Sorong. Sementara di wilayah Jawa maksimal 1 mg KOH per gram sampel
Timur terdapat kecamatan Muncar (Haas 2005).
dikenal sebagai sentra perikanan Persyaratan yang ditetapkan
terbesar Indonesia yang memiliki BPOM terkait dengan batas maksimal
banyak industri pengolahan ikan bilangan asam dalam minyak ikan
berskala kecil hingga besar. Namun yang digunakan pada sediaan farmasi
untuk industri minyak ikan lebih adalah 0,6 mg/g KOH dan batas
banyak dikelola oleh industri rumah maksimum angka peroksida dari suatu
tangga yaitu dari limbah pengalengan adalah 5 meq O2/kg. Minyak ikan akan
ikan lemuru sebagai bahan tambahan sangat bermanfaat bagi kesehatan
untuk pakan ternak. apabila minyak tersebut mengandung
Menurut Clarke ((2007) bahwa asam lemak omega-3 seperti EPA dan
minyak ikan yang berkualitas adalah DHA, tetapi minyak juga akan
minyak ikan yang kaya akan asam berdampak buruk bagi kesehatan
lemak yang bermanfaat bagi apabila pada minyak tersebut banyak
kesehatan. Omega-3 merupakan salah mengandung asam lemak jenuh dan
satu asam lemak tak jenuh yang asam lemak trans yang dapat
esensial bagi tubuh dan dibutuhkan menyebabkan obesitas dan dapat
terutama bagi penderita kolesterol memicu terjadinya kanker (Mozaffarin
tinggi (Hanafiah 2007). EPA dan DHA et al. 2006).
merupakan jenis omega-3 yang Tujuan dari praktikum yaitu
dominan pada minyak ikan, dimana melakukan pengujian terhadap nilai
EPA dan DHA tersebut tidak peroksida dan asam lemak bebas
diproduksi oleh ikan melainkan oleh beberapa produk minyak ikan
tumbuhan laut seperti alga (Liu 2009). komersial yang dijual di Indonesia.

Laporan Praktikum Minyak Ikan


Kelompok 5 2
METODE
Waktu dan Tempat Penimbangan
Praktikum telah dilaksanakan Sampel
pada 29 Mei 2015, bertempat di
Laboratorium Minyak Ikan,
Tambahkan alkohol 25 mL
Departemen Teknologi Hasil Perairan,
Fakultas Perikanan dan ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor. Dipanaskan (10 menit)

Bahan dan Alat


Bahan utama yang digunakan Tambahkan larutan PP 2 mL
yaitu produk minyak ikan komersial
yaitu Alaska Deep Sea Fish Oil dan
Titrasi dengan KOH
Salmon Fish Oil. Sedangkan bahan-
bahan kimia yang dipakai untuk
pengujian yaitu alkohol, kloroform, Perhitungan PV
larutan Potassium iodide (KI), larutan
pati, larutan PP, larutan KOH, dan Gambar 1. Tahapan uji PV
larutan Natrium tiosulfat (Na2S2O3).
Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan Penimbangan Sampel
meliputi pengujian nilai peroksida
(PV) dan persentase asam lemak bebas
Tambahkan asam asetat : kloroform
(FFA) (Gambar 1 dan Gambar 2).
30 mL (3:2)
Perhitungan %FFA
A x N x 1000 Tambahkna larutan Potassium
PV = iodide (KI) jenuh 0,5 mL
G
Keterangan:
A = Jumlah titrasi Tambahkan akuades 30 mL
N = Normalitas Na2S2O3 (0,01 N)
G = Bobot sampel (gram)
Tambahkan larutan pati 0,5 mL
Perhitungan PV
AxNxM Titrasi dengan Natrium Tiosulfat (Na2S2O3)
PV =
10 G
Keterangan:
Perhitungan % FFA
A = Jumlah titrasi
N = Normalitas KOH (0,1 N)
M = BM lemak dominan (282,5) Gambar 2. Tahapan uji FFA
G = Bobot sampel (gram)

Laporan Praktikum Minyak Ikan


Kelompok 5 3
HASIL DAN PEMBAHASAN peroksida masing-masing 20 meq/kg
Nilai Peroksida (PV) dan 9,30 meq/kg. Hasil tersebut
Nilai peroksida merupakan salah kemudian dibandingkan dengan
satu parameter yang digunakan untuk standar IFOS, dimana standar nilai
menentukan kualitas minyak ikan. peroksida yang ditetapkan oleh IFOS
Menurut AOAC bilangan peroksida adalah 5,00 meq/kg. hal ini
didefinisikan sebagai jumlah peroksida menunjukkan bahwa kedua jenis
dalam miliekuivalen oksigen aktif produk minyak ikan komersial tersebut
yang dikandung dalam 1000 gram memiliki nilai peroksida melebihi
senyawa. Nilai peroksida menjadi standar yang ditetapkan IFOS.
indikator produk primer dalam Menurut Yin dan Santhievel
menentukan jumlah oksidasi lipidnya. (2010) bahwa nilai peroksida
Semakin tinggi nilai oksidasi maka mengindikasi jumlah dari oksidasi
nilai peroksida akan semakin lipid. Semakin tinggi nilai peroksida
meningkat. maka kualitas minyak ikan semakin
Hasil pengujian nilai peroksida rendah. Besarnya nilai peroksida juga
produk minyak ikan komersial Alaska sangat dipengaruhi oleh waktu dan
Deep Sea Fish Oil dan Salmon Fish suhu penyimpanan. Proses
Oil disajikan pada Gambar 1. penyimpanan pada waktu dan suhu
yang tidak tepat akan menyebabkan
25.00 sampel minyak ikan cepat teroksidasi.
20.00
20.00 Menurut Waty et al. (2011) bahwa
Nilai PV (meq/kg)

proses penyimpanan minyak ikan pada


15.00
9.30
suhu rendah dapat meminimalisir
10.00
terjadinya oksidasi.
5.00
5.00
Asam Lemak Bebas (FFA)
0.00 Kualitas minyak ikan ditentukan
Alaska Deep Salmon Fish Standar IFOS
Sea Fish Oil Oil melalui beberapa aspek, salah satunya
Jenis produk adalah jumlah asam lemak bebas (free
fatty acid). Asam lemak bebas pada
Gambar 1. Histogram nilai peroksida
(peroxida value) produk minyak ikan umumnya ditentukan
minyak ikan komersial. dengan cara menentukan bilangan
asam (angka asam). Minyak dikatakan
Berdasarkan hasil pengujian nilai memiliki kualitas yang baik jika
peroksida (Gambar 1) menunjukkan memiliki memiliki asam lemak bebas
bahwa produk Alaska Deep Sea Fish yang rendah (Bimbo 1998). Jumlah
Oil lebih tinggi dibandingkan dengan asam lemak bebas pada minyak ikan
Salmon Fish Oil yakni memiliki nilai menunjukkan sejauh mana kerusakan

Laporan Praktikum Minyak Ikan


Kelompok 5 4
pada minyak ikan tersebut. Pengujian
asam lemak bebas pada praktikum ini Hasil pengujian minyak ikan
dilakukan pada beberapa produk komersial Alaska Deep Sea Fish Oil
minyak ikan komersial, diantaranya dan Salmon Fish Oil jika dibandingkan
adalah produk Alaska Deep Sea Fish dengan standar IFOS menunjukkan
Oil dan Salmon Fish Oil. Hasil bahwa yang memenuhi standar IFOS
pengujian asam lemak bebas pada adalah Alaska Deep Sea Fish Oil
produk minyak ikan tersebut dapat dengan kandungan asam lemak bebas
dilihat pada Tabel 2. 1,5656%. Sedangkan pada produk
Hasil pengujian asam lemak Salmon Fish Oil tidak memenuhi
bebas pada produk minyak ikan standar yang ditetapkan yakni
komersial Alaska Deep Sea Fish Oil 2,18965%. Hal tersebut menunjukkan
dan Salmon Fish Oil menunjukkan bahwa minyak ikan produk Salmon
asam lemak bebas pada produk Fish Oil merupakan minyak dengan
Salmon Fish Oil lebih tinggi daripada kualitas rendah atau telah mengalami
produk Alaska Deep Sea Fish Oil kerusakan.
yakni masing-masing 1,57% dan Menurut Gunawan et al. (2003)
2,19%. Hasil tersebut kemudian bahwa kualitas minyak ikan dapat
dibandingkan dengan standar IFOS, ditentukan melalui beberapa indikator
dimana standar asam bebas yang pengujian, diantaranya adalah
ditetapkan oleh IFOS adalah 1,75%. penetapan asam lemak bebas maupun
Grafik perbandingan minyak ikan dari angka asam (bilangan asam). Angka
kedua produk dengan standar yang asam menunjukkan adanya kandungan
ditetapkan IFOS disajikan pada asam lemak bebas didalam minyak.
Gambar 2. Suatu minyak yang dapat bertahan
lama apabila kandungan asam lemak
2.50
2.19 bebas di dalam minyak maksimum 0,5
2.00 1.75 % (ekivalen terhadap asam oleat) atau
1.57
1.50
angka asam maksimal 1 mg KOH per
% FFA

gram sampel (Haas 2005). Namun


1.00
berdasarkan persyaratan yang
0.50 ditetapkan BPOM, terkait dengan batas
0.00 maksimal bilangan asam dalam
Alaska Deep Salmon Fish Standar IFOS minyak ikan yang akan digunakan
Sea Fish Oil Oil
Jenis produk pada sediaan farmasi adalah 0,6 mg/g
KOH. Menurut Rasyid (2003) bahwa
Gambar 2 Histogram asam lemak kandungan asam lemak bebas yang
bebas (free fatty acid)
melebihi batas maksimal dapat
produk minyak ikan
komersial. diperbaiki melalui proses pemurnian

Laporan Praktikum Minyak Ikan


Kelompok 5 5
dengan metode netralisasi hingga ekstraksi minyak ikan kasar.
kandungan asam lemak memenuhi Pernyataan ini dapat dibuktikan
persyaratan. dengan membandingkan hasil uji asam
Asam lemak bebas dapat lemak bebas dengan kandungan asam
terbentuk akibat proses hidrolisis lemak tak jenuh yang terkandung
triasilgliserol yang terjadi di dalam dalam sampel ikan. Hasil uji kadar
minyak (Panagan et al. 2011). asam lemak bebas pada tongkol
Hidrolisis triasilgliserol akan memiliki kadar asam lemak bebas
menyebabkan terlepasnya ikatan antara terendah, hal ini dikarenakan kadar
asam lemak dengan gliserol. Semakin asam lemak tak jenuh pada tongkol
besar angka asam maka kualitas memiliki kandungan paling rendah
minyak akan semakin rendah. yaitu sebesar 38,21% (Pratama, 2011),
Peningkatan hidrolisis terhadap sementara untuk ikan lele dan bandeng
minyak akan meningkatkan jumlah memiliki kadar asam lemak bebas
asam lemak bebas yang dihasilkan. lebih tinggi daripada ikan tongkol,
Menurut Bimbo (1998) terkait standar karena kandungan asam lemak tak
yang ditetapkan oleh IFOMA minyak jenuhnya juga lebih tinggi masing-
ikan dikatakan memiliki mutu yang masing 48,3% dan 75,67% (Kaban dan
bagus apabila memiliki kandungan Daniel 2005; Haryati et al. 2010).
asam lemak bebas sebesar 1-7%. Peningkatan jumlah asam
Terjadinya asam lemak bebas pada lemak bebas dapat menurunkan mutu
minyak ikan disebabkan oleh adanya minyak dan meningkatkan potensi
pemanasan pada saat ektraksi. Rantai terjadinya kerusakan minyak.
karbon yang memiliki ikatan rangkap Kerusakan minyak dapat
pada asam lemak tak jenuh akan mempengaruhi aroma sehingga
bereaksi dengan panas sehingga minyak berbau tengik. Apabila jenis
terbentuklah asam lemak bebas yang asam lemak bebas yang dihasilkan
bisa mempengaruhi kualitas minyak adalah dari jenis asam lemak tidak
ikan. Pernyataan tersebut sesuai jenuh maka ini akan memperbesar
dengan pendapat Gunawan et al. terjadinya oksidasi bila tersedia cukup
(2003) bahwa asam lemak tak jenuh oksigen. Reaksi antara asam lemak
akan terurai disebabkan karena bebas tidak jenuh dengan oksigen
permukaan minyak yang panas dan dapat menghasilkan hidroperoksida
kontak langsung dengan udara sebagai produk antara yang
sehingga asam lemak bebas selanjutnya akan menghasilkan produk
bertambah. oksidasi sekunder sehingga
Perbedaan kandungan asam berpengaruh terhadap aroma (Ahmadi
lemak tak jenuh ikan mempengaruhi dan Wahyu 2007). Kadar asam lemak
kadar asam lemak bebas pada hasil yang tinggi pada minyak ikan Salmon

Laporan Praktikum Minyak Ikan


Kelompok 5 6
Fish Oil yang diuji dalam praktikum Bimbo AP. 1998. Guidelines for
ini diduga disebabkan karena Characterizing Food-Grade
pengolahan minyak ikan yang tidak Fish Oil. INFORM. 9(5):473-
483.
baik dimana adanya kontak langsung
dengan udara. Selain itu diduga juga Clarke, S., E.J. Gulland, Milner, and T.
karena mengalami kerusakan oleh Bjorndal. 2007. Perspectives:
social, economic, and regulatory
cahaya. Hal itu disebabkan oleh
drivers of the shark fin trade.
kemasan minyak ikan produk Salmon Marine Resource Economics. 22:
Fish Oil yaitu transparan sehingga 305–327.
mudah ditembusi cahaya.
FAO-Fisheri and Aquaculture
Department. 2010. The state of
KESIMPULAN world fisheries and aquaculture
Berdasarkan hasil pengujian nilai 2010, Food and Agriculture
Organization of the United
peroksida dan pesentase asam lemak
Nations. Rome. 197p.
bebas produk minyak ikan komersial
Alaska Deep Sea Fish Oil dan Salmon Guerrero JL dan Belarbi H. 2001.
Fish Oil menunjukkan nilai peroksida Purification process for cod liver
(PV) untuk kedua jenis produk oil polyunsaturated fatty acids.
melebihi standar yang ditetapkan IFOS JAOCS. 78(5):477–483.
yakni masing-masing 20,00 meq/kg
Gunawan, Mudji T, Rahayu A. 2003.
dan 9,30 meq/kg, sementara persentase Analisis Pangan: Penentuan
asam lemak bebas (%FFA) Angka Peroksida dan Asam
menunjukkan bahwa produk Alaska Lemak Bebas pada Minyak
Deep Sea Fish Oil memiliki 1,57% Kedelai dengan Variasi
FFA yang masih memenuhi standar Menggoreng. JSKA. Volume
yang ditetapkan IFOS dan untuk VI(3).
produk Salmon Fish Oil memiliki
Haas MJ. 2005. Animal fats, dalam
2,19% FFA yang melebihi standar Bailey's industrial oil and fats
IFOS yaitu 1,75%. product, 6th ed, vol 1. John
Wiley and Sons, Inc.,
DAFTAR PUSTAKA Publication. New Jersey.
Hanafiah A, Karyadi D, Lukiato W,
Ahmadi K, Wahyu M. 2007. Aktivasi Muhilal, dan Supari F. 2007.
kimiawi zeolit alam untuk Desirable intakes of
pemurnian minyak ikan dari polyunsaturated fatty acids in
hasil samping penepungan ikan Indonesian adults. Asia Pac. J.
lemuru (Sardinella longiceps). Clin. Nutr.16(4):632–638.
Jurnal Teknologi Pertanian.
8(2):71-79.

Laporan Praktikum Minyak Ikan


Kelompok 5 7
Haris WS. 2004. Review: fish oil Olaitan BP, Chen I-Ping, Norris J,
supplementation: evidence for Feinn R, Oluwatosin OM, dan
health benefits. Cleveland Clinic Reichenberger EJ. 2011.
J. of Medicine. 71(3):208-219. Inhibitory activities of omega-3
fatty acids and traditional
Haryati, Zainuddin, Septiani DP. 2010.
african remedies on keloid
Pengaruh Tingkat Subtitusi
fibroblasts. Wound. 23(4):97-
Tepung Ikan dengan Tepung
105.
Magot terhadap Komposisi
Kimia Pakan dan Tubuh Ikan Panagan AT, Yohandini H, Gultom
Bandeng (Chanos chanos JU. 2011. Analisis kualitatif
Forsskal). Laboratorium dan kuantitatif asam lemak tak
Bioteknologi LIPI. Bogor. jenuh omega-3 dari minyak
ikan patin (Pangasius
Kaban J, Daniel. 2005. Sintesis n-6
pangasius) dengan metode
Etil Ester Asam Lemak dari
kromatografi gas. Journal
Beberapa Minyak Ikan Air
Penelitian Sains. 14(4C):38-42.
Tawar. Jurnal Komunikasi
Penelitian. Volume 17. Jurusan Pratama, Rusky, Yusuf MA, Safri I.
Kimia FMIPA. Universitas 2011. Komposisi Asam Lemak
Sumatra Utara. Medan. ikan Tongkol, Layur dan
Tenggiri dari Paeungpeuk,
Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Garut. Jurnal Akuatika.
2012. Statistik impor hasil
11(2):17-28.
perikanan, Buku 2, Kementrian
Kelautan dan Perikanan, Jakarta: Rasyid A. 2003. Asam lemak omega 3
21hlm. dari minyak ikan. Oseania.
28(3):11-16.
Kementerian Kelautan dan Perikanan.
2012. Statistik ekspor hasil Waty, Hilda R, Nurrahman, dan
perikanan, Buku 2, Kementrian Saraswati. 2011. Inovasi Model
Kelautan dan Perikanan, Jakarta: Teknologi Penyimpanan Minyak
428hlm. Ikan Skala Industri. PKM IPB.
Liu, Y, Xu X, Bi D, Wang X, Zhang Yin H dan Sathievel S. 2010. Physical
X, Dai H, Chen S, dan Zhang W. Properties and oxidation rates of
2009. Influence of squalene unrefined Menhaden oil. Journal
feeding on plasma leptin, of Food Science. 75(3):163-169.
testosteron and blood pressure in
rats. Indian J. Med. Res.
129:150- 153.
Mozaffarian D, Katan MB, Ascherio
A, Stampfer, Meir J, dan Willett
WC. 2006. Review article: trans
fatty acid and cardiovascular
disease. N. Engl. J. Med. 354:
1601–1611.

Laporan Praktikum Minyak Ikan


Kelompok 5 8
LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil pengujian Peroxida Value produk komersial minyak ikan


Jenis Produk Nilai PV (meq/kg) Rata-rata Standar
Ulangan 1 Ulangan 2 IFOS
(meq/kg)
Alaska Deep Sea Fish 20 20 20
Oil 5
Salmon Fish Oil 8,4577 10,1449 9,3013

Lampiran 2. Hasil pengujian Free Fatty Acid produk komersial minyak ikan
Jenis Produk Nilai FFA (%) Rata-rata Standar
Ulangan 1 Ulangan 2 IFOS (%)
Alaska Deep Sea Fish 1,5134 1,6178 1,5656
Oil 1,75
Salmon Fish Oil 4,0745 0,3048 2,18965

Laporan Praktikum Minyak Ikan


Kelompok 5 9
Lampiran 3. Dokumentasi praktikum

Jenis produk yang diuji Penimbangan sampel

Sampel yang siap diuji Tahapan titrasi

Hasil pengujian FFA Hasil pengujian PV

Laporan Praktikum Minyak Ikan


Kelompok 5 10

Anda mungkin juga menyukai