Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FARMASI II

VERIFIKASI METODE PENENTUAN ASETOSAL DALAM


ASPILET DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV

Kelompok 1
Arie Yuliyanti 120011
Desi Risnawati 120021
Ratu Rokhliani 120063
Rosita 120067
Sulastri 120073

Dosen Pengampu :
apt. Kurniatul Hasanah, S.Si, M. Farm

POLTEKKES HERMINA JAKARTA


PRODI D-III FARMASI
2022
VERIFIKASI METODE PENENTUAN KADAR ACETOSAL DALAM ASPILET
DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV

I. TUJUAN
Untuk memperoleh validitas metode analisis penentuan kadar asetosal dalam obat sakit
kepala secara Spektrofotometri UV.

II. DASAR TEORI


Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan intensitas sinar
ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar ultraviolet dan cahaya
tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan elektron pada kulit terluar ke
tingkat energi yang lebih tinggi. Spektrofotometri UVVis biasanya digunakan untuk
molekul dan ion anorganik atau kompleks di dalam larutan. Spektrum UV-Vis mempunyai
bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi tentang struktur yang bisa didapatkan dari
spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Sinar ultraviolet berada
pada panjang gelombang 200-400 nm, sedangkan sinar tampak berada pada panjang
gelombang 400-800.
Dalam analisis spektrofotometri digunakan suatu sumber radiasi yang masuk ke dalam
daerah spektrum. Proses ini menggunakan instrumen yang disebut spektrofotometer. Alat ini
terdiri dari spektrometer yang menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang
tertentu dan fotometer sebagai alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang
diabsorpsi.
Secara sederhana instrumen spektrofotometeri yang disebut spektrofotometer terdiri
dari :
1. Sumber sinar polikromatis berfungsi sebagai sumber sinar polikromatis dengan
berbagai macam rentang panjang gelombang.

2. Monokromotor digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis.


Alatnya dapat berupa prisma maupun grating. Untuk mengarahkan sinar
monokromatis yang diinginkan dari hasil penguraian. Monokromator berfungsi
sebagai penyeleksi panjang gelombang yaitu mengubah cahaya yang berasal dari
sumber sinar polikromatis menjadi cahaya monokromatis.

Skematik Kerja Prisma (Mubarok, 2021)

3. Kuvet digunakan sebagai wadah sampel untuk menaruh cairan ke dalam berkas
cahaya spektrofotometer. Kuvet haruslah meneruskan energi radiasi dalam daerah
spektrum yang diinginkan. Pada pengukuran di daerah tampak, kuvet kaca atau
kuvet kaca corex dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah ultraviolet
harus menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini.
Kuvet tampak dan ultraviolet yang khas mempunyai ketebalan 1 cm, namun
tersedia kuvet dengan ketebalan yang sangat beraneka, mulai dari ketebalan kurang
dari 1 mm sampai 10 cm bahkan lebih.

Kuvet Kuarsa (Mubarok, 2021)

4. Detektor spektrofotometer mengubah cahaya menjadi sinyal listrik yang besarnya


sebanding dengan intensitas cahaya. Peranan detektor penerima adalah memberikan
respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang. Detektor akan
mengubah cahaya menjadi sinyal listrik yang selajutnya akan ditampilkan oleh
penampil data dalam bentuk jarum atau angka digital.

5. Read out atau pencatat merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya
isyarat listrik yang berasal dari Detektor.(Day, 2002)

Prinsip Kerja Spektrofotometri adalah cahaya polikromatis dari sumber cahaya masuk
kedalam monokromator dan mengalami penguraian menjadi cahaya monokromatis. Berkas
cahaya dilewatkan pada sampel yang mengandung zat konsentrasi tertentu. Cahaya yang
dibentuk ada yang terserap (diabsorpsi) dan ada yang dilewatkan. Cahaya yang dilewatkan
kemudian diterima oleh detektor. Cahaya yang diterima dihitung dan untuk mengetahui
cahaya yang diserap sampel. Cahaya yang diserap sebanding dengan konsentrasi zat yang
terkandung dalam sampel, sehingga akan diketahui konsentrasi zat dalam sampel secara
kuantitatif.

Skematik Kerja Spektrofotometer (Mubarok, 2021)

Keuntungan utama metode spektrofotometri adalah memberikan cara sederhana untuk


menetapkan kuantitas zat yang kecil. Selain itu, hasil yang diperoleh cukup akurat, dimana
angka yang terbaca langsung dicatat oleh detektor dan tercetak dalam bentuk angka digital
ataupun grafik yang sudah diregresikan (Yahya, 2013)

Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa terdapat hubungan linear antara absorbansi


dan konsentrasi sampel, sehingga dapat diaplikasikan ketika ada hubungan linear titik-titik
konsentrasi dan absorban, dengan rumus :
A = Ɛlc
Dimana :
A adalah nilai absorban (tanpa satuan unit)
Ɛ adalah koefisien molar atau absortivitas molar
l adalah panjang jalur (cm)
c adalah konsentrasi

Panjang jalur satuannya adalah centimeter, karena spektrofotometer menggunakan


kuvet dengan lebar 1 cm, sehingga l= 1 cm. Absorban dan panjang jalur diketahui maka
dapat kita hitung konsentrasi (c) dari sampel.
Biasanya dalam praktikum kimia akan dibuat seri larutan sampel yang sudah diketahui
konsentrasinya. Masing-masing larutan sampel dengan konsentrasi tertentu diukur
absorbansinya dengan spektrofotometer. Akan didapat nilai konsentrasi versus absorban,
nilai ini kemudian dibuat regresi linearnya sehingga didapat persamaan yang
menghubungkan konsentrasi dengan absorban. Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan
dianalisis dengan berbagai konsentrasi. Masing-masing absorbansi dengan berbagai
konsentrasi diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi.
Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon yang secara
langsung atau dengan bantuan transformasi matematik yang baik, proporsional terhadap
konsentrasi analit dalam sampel. Rentang metode adalah pernyataan batas terendah dan
tertinggi analit yang sudah ditunjukkan dapat ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan,
dan linearitas yang dapat diterima (Mubarok, 2021)

III. METODE
1. Alat dan Bahan
Alat :
▪ Neraca analitik ▪ Beaker glass
▪ Pipet volume ▪ Batang pengaduk
▪ Labu takar 10, 100 ▪ Kertas perkamen
▪ Gelas arloji ▪ Sendok tanduk
▪ Spatula ▪ Spektofotometer-UV
▪ Pipet tetes

Bahan :
▪ Asetosal pulv ▪ Aquadest
▪ Aspilet tablet ▪ Kertas whatmann 42
▪ HCl pekat ▪ Kertas saring
▪ Methanol

2. Prosedur Kerja
a. Pembuatan larutan induk asetosal 100μg/ml
1) Timbang 10 mg asetosal
2) Larutkan dengan 50 ml larutan HCL 0,1 N : Metanol (1 : 1) dalam beaker glass
3) Masukkan dalam labu takar 100 ml, tambahkan larutan HCL 0,1 N : Metanol
(1:1) ad 100 ml, gojog ad larut.
b. Pembuatan larutan standar asetosal
1) Buat larutan standar dengan konsentrasi 0,2 ml; 0,4 ml; 0,6 ml; 0,8 ml; 1 ml
2) Masukkan masing-masing konsentrasi kedalam labu takar 10 ml
3) Tambahkan masing-masing konsentrasi dengan larutan HCl 0,1 N : Metanol
(1:1) ad 10 ml
4) Gojog ad larut dan homogen

c. Preparasi sampel
1) Haluskan dalam mortir 1 tablet Aspilet 80 mg
2) Timbang Aspilet pulv, didapatkan bobot 1 tablet Aspilet = 213 mg
3) Sejumlah 50 mg zat aktif Aspilet setara dengan 133,125 mg Aspilet pulv, dengan
perhitungan : 50 mg/80 mg x 213 mg = 133,125 mg
4) Masukkan ke dalam beaker glass, tambahkan larutan HCl 0,1 N : Metanol (1:1)
sebanyak 50 ml
5) Masukkan kedalam labu takar 50 ml
6) Tambahkan larutan HCL 0,1 N : Metanol (1:1) ad 50 ml
7) Gojog ad larut dan homogen
8) Saring dengan kertas saring whatman 42
9) Ambil 1 ml filtrat, masukkan dalam labu takar 10 ml
10) Tambahkan larutan HCl 0,1 N : Metanol (1:1) ad 10 ml
11) Gojog ad larut dan homogen

d. Verifikasi metode analisis


1) Penentuan panjang gelombang optimum
Diukur pada panjang gelombang 200-400 nm
2) Linearitas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


a. Hasil uji Spektrofotometri – UV
Absorbansi dengan Konsentrasi
Panjang
1 ml
Gelombang 0,2 0,4 0,6 0,8 1
Sampel
200 2,208 2,208 2,208 2,208 2,208 2,208
220 2,208 2,208 2,208 2,208 2,208 2,208
240 2,208 2,208 2,208 2,208 2,208 2,208
260 2,208 2,208 2,208 2,208 2,208 2,208
280 2,208 2,208 2,201 2,208 2,201 2,201
300 1,398 1,406 1,440 1,388 1,403 1,377
320 1,128 1,117 1,166 1,113 1,132 1,114
340 1,025 1,017 1,077 1,010 1,021 0,996
360 1,848 1,863 1,889 1,860 1,839 1,860
380 0,992 0,458 0,496 0,453 0,478 0,975
400 0,306 0,291 0,329 0,292 0,306 0,283
ABSORBANSI PADA PANJANG GELOMBANG 360

Y
1,9

1,89

1,88
absorbansi

1,87

1,86

1,85

1,84 y = -0,125x + 1,9627


R² = 0,9915
1,83
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2
konsentrasi

Nilai absorbansi sampel pada panjang gelombang 360 = 1,860 → y = -0,125x + 1,9627

y = -0,125x + 1,9627
1,860 = -0,125x + 1,9627
1,860 – 1,9627 = -0,125x
-0,1027 = -0,125x
x = 0,1027
0,125
x = 0,8216 ppm

V. KESIMPULAN
Persamaan kurva baku merupakan hubungan antara sumbu x dan sumbu y dimana sumbu x
dinyatakan dengan konsentrasi yang diperoleh sedangkan sumbu y merupakan absorbansi
atau serapan yang diperoleh dari hasil pengukuran sehingga persamaan regresi linier dari
kurva baku yang diperoleh adalah y = -0,125x + 1,9627 dengan koefisien kolerasi r = 0,9915.
Harga koefisien kolerasi (r) yang mendekati 1 menyatakan hubungan yang linier antara
konsentrasi dengan serapan yang dihasilkan, dengan kata lain peningkatan nilai absorbansi
analit berbanding lurus dengan peningkatan konsentrasi yang sesuai dengan kriteria
penerimaan koefisien kolerasi (r) yang telah memenuhi persyaratan koefisien korelasi
menurut literatur yang berkisar antara 0,998 - 1,002 (Ambarwati, 2008)
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, M. F. P. dan P. U. (2008). Validasi Metode Uji Kadar Albendazol dengan


Menggunakan Spektrofotometer UV/Vis. Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi
Obat Hewan, Bogor.
Day, R. dan U. (2002). Analisis Kimia Kuantitatif.
Mubarok, F. (2021). Spektofotometer Prinsip dan Cara Kerjanya. In Farmasi Industri (Issue
June, pp. 1–9).
Yahya, S. (2013). Spektrofotometer UV-Vis. Jurnal Spektrofotometer UV-Vis.

Anda mungkin juga menyukai