Anda di halaman 1dari 9

Politeknik Kesehatan Hermina Jakarta

Uji Mutu Fisik Sediaan Kapsul Teofilin Dengan Zat Pengisi Amylum
Manihot Atau Laktosa

Physical Quality Test of Teofilin Capsule Preparations with Filler Substance Amylum
Manihot or Lactose

Desi Risnawati1*, Arie Yuliyanti 1, Ratu Rokhliani2, Rosita3, Sulastri4


1
Farmasi, Farmasi, Politeknik Kesehatan Hermina, Jakarta, Indonesia
Jakarta, Indonesia
*E-mail:poltekkes.hermina@gmail.com

Diterima: (kosongkan) Direvisi: (kosongkan) Disetujui: (kosongkan)

Abstrak
Pemberian obat dalam bentuk sediaan kapsul sangat diminati karena dapat menutupi rasa, bau dan warna yang tidak
menyenangkan dari bahan aktif atau zat tambahan yang digunakan. Penggunaan zat tambahan pada sediaan kapsul
tidak boleh mempengaruhi zat aktif dan harus memenuhi persyaratan dalam pembuatan sediaan kapsul. Makin besar
perbandingan jumlah Amylum manihot, makin singkat waktu hancur yang dihasilkan. Atas dasar ini, uji disolusi pada
formulasi 1 lebih cepat dibandingkan dengan formulasi 2. Pembuatan sediaan kapsul teofilin dengan zat tambahan
laktosa terbukti lebih efisien dan ekonomis karena tidak diperlukan adanya zat tambahan lain seperti glidan yang
disarankan untuk ditambahkan pada pengunaan zat tambahan amylum.
Kata kunci: Teofilin; Amylum; Laktosa

Abstract
The administration of the drug in the dosage form of capsules is in great demand because it can mask the unpleasant
taste, smell and color of the active ingredients or additives used. The use of additives on capsule preparations
should not affect the active substance and must meet the requirements in the manufacture of capsule preparations.
The greater the comparison of the number of Amylum manihot, the shorter the time of destruction produced. On this
basis, the dissolution test on formulation 1 is faster compared to formulation 2. The manufacture of theophylline
capsule preparations with lactose additives has proven to be more efficient and economical because there is no need
for other additives such as glycane which are recommended to be added to the use of amylum additives.
Keywords: Theophylline; Amylum; Lactose
Politeknik Kesehatan Hermina Jakarta

PENDAHULUAN

Sediaan kapsul adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, yang
ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar (1). Sediaan kapsul harus memenuhi
persyaratan uji, yaitu keseragaman bobot, keseragaman kandungan, uji waktu hancur, dan uji
disolusi (2).
Keuntungan sediaan kapsul adalah karena penggunaannya yang praktis, bentuk yang
menarik, dan tidak memiliki rasa, sehingga dapat menutupi bahan obat yang memiliki rasa pahit
dan bau yang tidak enak. Selain itu kapsul lebih praktis untuk dikonsumsi, mudah ditelan dan cepat
hancur atau larut sehingga obat lebih cepat terabsorpsi. Kapsul dapat diisi dengan beberapa macam
obat dengan dosis berbeda sesuai dengan kebutuhan pasien dan dapat diisi dengan cepat karena
tidak memerlukan bahan tambahan seperti pada pembuatan pil ataupun tablet. Selain keuntungan-
keuntungan tersebut, sediaan kapsul pun memiliki beberapa kekurangan, diantaranya adalah tidak
dapat digunakan untuk bahan obat yang mudah menguap karena pori-pori kapsul yang tidak dapat
menahan penguapan, tidak dapat digunakan untuk bahan obat yang dapat bereaksi dengan
cangkang kapsul, tidak dapat digunakan untuk bahan obat yang bersifat higroskopis, tidak dapat
digunakan untuk balita, dan tidak dapat dibagi-bagi (3).
Banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan zat tambahan dalam
pembuatan kapsul, seperti sifat fisika kimia dari bahan aktif dan bahan tambahan, metode
pembuatan, cara pemakaian, dosis dan profil pelepasan yang diinginkan. Pertimbangan tersebut
harus dilakukan agar didapatkan hasil formulasi yang baik. Penggunanaan bahan tambahan ini
sebaiknya dalam jumlah yang sesedikit mungkin untuk menghindari interaksi yang lebih besar
yang mungkin terjadi antar komponen yang ada.
Tujuan diadakannya percobaan ini adalah untuk mengetahui bahan tambahan apa yang
cocok digunakan pada pembuatan kapsul teofilin dengan mempertimbangkan penggunaan
eksipien seminimal mungkin sehingga sediaan kapsul teofilin ini menjadi efektif dan murah.

METODE
Percobaan ini menggunakan metode eksperimental dengan rancangan yang sederhana.

Alat dan bahan


Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Teofilin loco CV. Purnama Jaya
Sarana, Lactosa (Sari Pusaka), Amylum manihot (Tirta Kencana).
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah alat uji alir granul atau Flow Tester
Granul, Alat Disolusi Tester (Guoming BJ-02®), neraca analitik gram balance minimal 0,02 g
maksimal 220 gram (Vibra®), oven model DHG-9030A, kapsul kosong no.2 (PT. Brataco), Jolting
Volumeter, mortir dan stamper, cawan penguap (Pyrex®), kertas perkamen.
Teofilin merupakan suatu bronkodilator yang sangat efektif dalam menangani penderita
dengan keluhan obstruksi bronkus akut. Teofilin mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak
lebih dari 102,0% C7H8N4O2, dihitung terhadap zat yang dikeringkan. Berupa serbuk hablur, putih;
tidak berbau, rasa pahit; stabil di udara. Sukar larut dalam air, tetapi lebih mudah larut dalam air
panas; mudah larut dalam larutan alkali hidroksida dan dalam ammonium hidroksida; agak sukar
larut dalam etanol, dalam kloroform, dan dalam eter (1)
Amylum manihot secara luas digunakan pada industri farmasi karena mudah didapat,
murah, dan inert. Amylum manihot berfungsi sebagai bahan pengisi, pengikat, dan penghancur
pada tablet maupun kapsul. Fungsi amylum tergantung kepada bagaimana proses amylum ke
dalam formulasi, misalnya amylum akan berfungsi sebagai bahan penghancur bila ditambahkan
secara kering sebelum penambahan pelicin.
Politeknik Kesehatan Hermina Jakarta

Laktosa adalah gula yang diperoleh dari susu. Dalam bentuk anhidrat mengandung satu
molekul air. Laktosa berbentuk serbuk, hablur, putih/putih krem, tidak berbau, dan rasa sedikit
manis, stabil di udara, tetapi lebih mudah menyerap bau. Kelarutan mudah dan pelan-pelan larut
dalam air dan lebih mudah larut dalam air mendidih, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut
dalam kloroform dan dalam eter (1)

Prosedur kerja

Proses Formulasi
Tabel. 1 Formulasisi Kapsul Teofilin

Formulasi 1 Formulasi 2
Bahan Obat
(mg) (mg)
Teofilin 150 150
Amylum Manihot 100 -
Lactosa - 100

Perhitungan Bahan
Dilakukan penimbangan bahan sebagaimana pada Tabel 2.

Tabel 2. Penimbangan Bahan Obat untuk 50 Kapsul

Bahan Obat Formulasi 1 Formulasi 2


(mg) (mg)
Teofilin 7.500 7.500
Amylum manihot 5.000 -
Lactosa - 5.000

Proses Kerja
Proses pencampuran bahan dilakukan menggunakan mortir dan stamper. Sebelum
digunakan mortir dan stamper dibersihkan terlebih dahulu menggunakan Alkohol 70%. Kemudian
bahan yang sudah halus dikeluarkan dari mortir dilakukan penimbangan pada masing-masing
formulasi.

Uji Susut Pengeringan


Lakukan uji susut pengeringan dengan cara menimbang bobot masing-masing formulasi,
kemudian masukkan masing-masing formulasi ke dalam oven dengan suhu 500C selama 15 menit.
Lakukan penimbangan kembali bobot masing-masing formulasi. Bobot serbuk formulasi 1 dan 2
sebelum pengeringan adalah 12,5 gram, sedangkan bobot serbuk setelah pengeringan untuk
formulasi 1 adalah 12,115 gram dan formulasi 2 adalah 12,2 gram. Kemudian hitung susut
pengeringan masing-masing formulasi dengan rumus sebagai berikut:
𝑊0−𝑊1
% Susut pengering = 𝑥 100%
𝑊0

dimana W0 adalah bobot serbuk sebelum pengeringan, W1 adalah bobot serbuk setelah
pengeringan.
Dari hasil perhitungan didapatkan nilai susut pengeringan pada formulasi 1 adalah 3,08%
sedangkan pada formulasi 2 nilai susut pengeringannya adalah 2,4%
Politeknik Kesehatan Hermina Jakarta

Uji Waktu Alir dan Sudut Diam


Masukkan masing-masing formulasi secara bergantian pada alat Flow Tester Granul. Catat
waktu yang diperlukan serbuk untuk mengalir dan ukur tinggi serta diameter serbuk.
Pada formulasi 1 dengan bobot serbuk 12,5 gram didapatkan hasil tinggi serbuk 1,8 cm
dengan diameter 5,6 cm dan waktu mengalir 2,31 detik. Untuk formulasi 2 dengan bobot serbuk
sebesar 12,5 gram didapatkan tinggi serbuk 1,7 cm dengan diameter 7 cm dan waktu mengalir
selama 0,47 detik. Kemudian hitung waktu alir dan sudut istirahat dengan rumus sebagai berikut:
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑝𝑢𝑦𝑒𝑟 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
Laju Alir = Sudut Diam = tan − Ɵ
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑟

Dari hasil perhitungan didapatkan hasil untuk formulasi 1 waktu alirnya 5,4 g/detik dan
sudut diam sebesar 32,620 ppm. Untuk formulasi 2 nilai waktu alir 26,6 g/detik dan sudut diam
26,110 ppm.

Tabel 3. Uji Laju Alir

Laju Alir (g/detik) Keterangan


> 10 Sangat baik
4 - 10 Baik
1,6 - 4 Sukar
< 1,6 Sangat sukar

Tabel 4. Hubungan Sudut Istirahat dan Sifat Alir

Sudut Istirahat (Ɵ0) Sifat Alir


25 – 30 Sangat baik
31 – 35 Baik
36 – 40 Cukup
41 – 45 Cukup buruk
45 – 55 Buruk
56 – 65 Sangat buruk
> 66 Sangat buruk sekali

Uji Kompresibilitas
Lakukan uji kompresibilitas dengan cara masukkan serbuk masing-masing formulasi
kedalam gelas ukur dari alat Jolting Volumeter, catat volume awal, kemudian serbuk dimampatkan
selama 10 menit hingga volume konstan. Catat volume serbuk setelah dimampatkan. Hitung
persen kompresibilitas dengan rumus sebagai berikut:
𝑉0−𝑉𝑛
Kp = 𝑉0

dimana V0 merupakan volume serbuk sebelum pemampatan, Vn adalah volume serbuk setelah
pemampatan. Hasil uji didapatkan V0 pada formulasi 1 adalah 18 ml, Vn 16 ml, sedangkan pada
formulasi 2 nilai V0 adalah 17 ml, Vn 15 ml. Nilai kompresibilitas pada formulasi 1 adalah 11,11%
dan pada formulasi 2 adalah 11,76%.
Politeknik Kesehatan Hermina Jakarta

Tabel 5. Hubungan Kompresibilitas dengan Sifat Alir Serbuk

% Kompresibilitas Kategori
5 – 10 Sangat baik
11 – 15 Baik
16 – 20 Cukup baik
21 – 25 Agak baik
26 – 31 Buruk
32 – 37 Sangat buruk
> 38 Sangat buruk sekali

Pemilihan Ukuran Cangkang Kapsul


Bobot per kapsul sesuai dengan formulasi 1 dan 2 adalah 250 mg, menurut tabel ukuran
kapsul digunakan kapsul no.2 dengan kapasitas 150-200 mg dan berat 0,25 gram (1). Selain itu
karakterisik serbuk yang dihasilkan sedikit lembab, memungkinkan digunakannya cangkang
kapsul ukuran no.2

Pengisian kapsul
Setelah uji-uji diatas dilakukan dan hasil telah memenuhi persyaratan, maka proses
selanjutnya adalah pengisian kapsul. Pada percobaan kali ini dilakukan pengisian kapsul dengan
menggunakan alat bukan mesin, yaitu alat yang menggunakan tangan manusia, karena akan
didapatkan hasil lebih seragam dan waktu pengerjaannya lebih cepat karena pada pembuatannya
akan langsung dihasilkan banyak kapsul sekaligus. Diambil cangkang kapsul sebanyak 50 buah,
pisahkan badan kapsul dengan tutupnya, susun dalam cetakan, masukkan serbuk secara merata
dengan bantuan sudip, kemudian tutup dengan tutup kapsul. Bersihkan dengan lap bersih dan
kering.

Uji keseragaman Bobot


Ambil secara acak dari masing-masing formulasi sebanyak 20 kapsul. Timbang bobot 20
kapsul dari masing-masing formulasi. Kemudian timbang kapsul satu per satu. Hitung rata-rata
bobot kapsul dari masing-masing formulasi. Bobot 20 kapsul pada formulasi 1 adalah 6,2 gram
dengan bobot rata-rata per kapsul adalah 310 mg. Bobot 20 kapsul pada formulasi 2 adalah 6,3
gram dengan bobot rata-rata per kapsul adalah 315 mg . Hitung persen penyimpangan bobot
dengan rumus sebagai berikut:
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑖𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟 𝑘𝑎𝑝𝑠𝑢𝑙−𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑘𝑎𝑝𝑠𝑢𝑙
% penyimpangan = 𝑥 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑘𝑎𝑝𝑠𝑢𝑙

Tabel. 6 Hasil Perhitungan Uji Keseragaman Bobot

No. Bobot (mg) % Penyimpangan


Kapsul F1 F2 F1 F2
1 315 308 1,61 2,22
2 310 304 0 3,49
3 312 312 0.65 0,95
4 318 315 2,58 0
5 311 305 0,32 3,17
6 312 311 0,65 1,27
7 303 313 2,26 0,63
8 307 307 0,97 2,54
9 302 303 2,58 3,81
10 308 302 0,65 4,13
Politeknik Kesehatan Hermina Jakarta

11 314 310 1,29 1,59


12 323 306 4,19 2,86
13 320 313 3,22 0,63
14 312 315 0,65 0
15 328 307 5,81 2,54
16 310 308 0 2,22
17 312 307 0,65 2,54
18 318 302 2,58 4,13
19 312 309 0,65 1,90
20 320 320 3,22 1,59

Tabel 7. Keseragaman Bobot Kapsul


Bobot Rata-rata Isi Tiap Kapsul Perbedaan Bobot Isi Kapsul dalam %
A B
< 120 mg 10 20
> 120 mg 7,5 15

Uji Disolusi/Waktu Hancur


Ambil secara acak sebanyak 6 kapsul dari masing-masing formulasi. Masukkan ke dalam
keranjang Desintegration Tester yang berisi air dengan suhu 370C, kemudian amati berapa lama
kapsul hancur. Didapatkan hasil waktu hancur untuk formulasi 1 selama 5 menit, sedangkan untuk
formulasi 2 selama 9 menit.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk mendapatkan formulasi kapsul teofilin yang baik dilakukan pemeriksaan mutu
teknologi, seperti sifat alir, sudut diam, keseragaman bobot, susut pengeringan, dan
kompresibilitas. Maksud percobaan ini untuk menentukan perbandingan amylum dan laktosa yang
memberikan karakteristik teknologi yang layak sebagai bahan tambahan untuk pembuatan kapsul
teofilin.
Pada percobaan dengan zat aktif teofilin dan bahan tambahan amylum dan laktosa
menunjukkan hasil sesuai dengan persyaratan. Hasil percobaan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 8. Hasil Uji Serbuk

Jenis Uji Formulasi 1 Formulasi 2 Persyaratan FI


Uji keseragaman bobot (%) - - Tidak melebihi 7,5% dan 15%
Uji sifat alir (g/detik) 5,4 26,6 > 10 g/detik
Uji sudut diam (0) 32,62 26,11 250 - 300
Uji susut pengeringan (%) 3,08 2,4 2% - 4%
Uji kompresibilitas (%) 11,11 11,76 < 20%
Uji disolusi (menit) 5 9 < 15 menit

Dari hasil percobaan beberapa uji diatas, serbuk formulasi 1 mempunyai sifat alir 5,4 g/detik
yang menunjukkan karakteristik yang baik, sedangkan untuk formulasi 2 mempunyai sifat alir 26,6
g/detik yang menunjukkan karakteristik sangat baik, dimana menurut Farmakope Indonesia edisi
IV menyatakan bahwa sifat alir >10 g/detik menunjukkan hasil yang sangat baik.
Makin besar perbandingan jumlah Amylum Manihot, makin singkat waktu hancur yang
dihasilkan. Atas dasar ini, uji disolusi pada formulasi 1 lebih cepat dibandingkan dengan formulasi
2.
Politeknik Kesehatan Hermina Jakarta

KESIMPULAN

Pembuatan sediaan kapsul teofilin dengan zat tambahan laktosa terbukti lebih efisien dan
ekonomis karena tidak diperlukan adanya zat tambahan lain seperti glidan yang disarankan untuk
ditambahkan pada pengunaan zat tambahan amylum.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu apt. Devi Maulina, S. Farm., M. Biomed
selaku dosen pengampuh pada mata kuliah Praktikum Teknologi Sediaan Solid yang telah
membimbing, mengarahkan dan memberikan saran sehingga penulisan jurnal ini dapat selesai
dengan baik.

DAFTAR RUJUKAN

1. Anonim. Farmakope Indonesia IV. IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 1995.
2. Anief M. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: UGM Press; 2010.
3. Syamsuni. Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: EGC; 2007.
Politeknik Kesehatan Hermina Jakarta
Politeknik Kesehatan Hermina Jakarta

Anda mungkin juga menyukai