Anda di halaman 1dari 7

PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

PRAKTIKUM 4

SUSUT PENGERINGAN SIMPLISIA

DESI RISNAWATI

120021

KELAS B

POLITEKNIK KESEHATAN HERMINA

D-III FARMASI

2021/2022
PRAKTIMUM 4

SUSUT PENGERINGAN SIMPLISIA

I. DASAR TEORI

Susut pengeringan adalah persentase senyawa yang hilang selama proses pemanasan.
Penentuan ini tidak hanya menggambarkan air yang hilang,tetapi juga senyawa menguap
lainnya seperti minyak essensial (minyak atsiri ). Pengukuran sisa zat dilakukan dengan
pengeringan pada temperatur 1050C selama 30 menit atau sampai berat konstan dan
dinyatakan dalam persen. Pada suhu ini, air akan menguap dan senyawa-senyawa yang
memiliki titik didih yang lebih rendah dari air akan ikut menguap juga. Susut pengeringan
dinyatakan sebagai nilai persen terhadap bobot awal. Metode yang digunakan dalam
penetapan susut pengeringan adalan metode gravimetri. Gravimetri dalam ilmu kimia
adalah salah satu metode analisis kuantitatif suatu zat atau komponen yang telah diketahui
dengan caa pengukuran berat komponen dalam keadaan murni setelah melalui proses
pemisahan.
Salah satu cara dari standarisasi simplisia adalah dengan penetapan susut pengeringan.
Standarisasi perlu dilakukan karena simplisia akan digunakan untuk obat atau sebagai
bahan bakunya sehingga harus memenuhi standar mutu.
Sebagai parameter standar yang digunakan adalah persyaratan yang tercantum dalam
monografi resmi terbitan Departemen Kesehatan RI seperti Materia Medika Indonesia.
Penetapan susut pengeringan dilakukan dengan tujuan untuk memberikan batasan
maksimal memngenai besarnya senyawa yang hilang pada saat proses pengeringan.
Batas maksimum susut pengeringan menurut Farmakope Herbal Tahun 2017 tidak
lebih dari 10%. Dengan mengetahui susut pengeringan dapat memberikan batasan
maksimal tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan (Depkes RI,
2000).

Daun ciplukan (Physalis angulata L)

Klasifikasi tanaman
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonnae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Marga : Physalis

Physalis angulata L. adalah tumbuhan herba anual (tahunan) dengan tinggi 0,1-1 m.
Batang pokoknya tidak jelas, percabangan menggarpu, bersegi tajam, berusuk, berongga,
bagian yang hijau berambut pendek atau boleh dikatakan gundul. Daunnya tunggal,
bertangkai, bagian bawah tersebar, di atas berpasangan, helaian berbentuk bulat telur-bulat
memanjang-lanset dengan ujung runcing, ujung tidak sama (runcing-tumpul-membulat-
meruncing), bertepi rata atau bergelombang-bergigi, 5-15 x 2,5-10,5 cm.
Bunga tunggal, di ujung atau ketiak daun, simetri banyak, tangkai bunga tegak dengan
ujung yang mengangguk, langsing, lembayung, 8-23 mm, kemudian tumbuh sampai 3 cm.
Kelopak berbentuk genta, 5 cuping runcing, berbagi, hijau dengan rusuk yang lembayung.
Mahkota berbentuk lonceng lebar, tinggi 6-10 mm, kuning terang dengan noda-noda coklat
atau kuning coklat, di bawah tiap noda terdapat kelompokan rambut-rambut pendek yang
berbentuk V. Tangkai benang sarinya kuning pucat, kepala sari seluruhnya berwarna biru
muda. Putik gundul, kepala putik berbentuk tombol, bakal buah 2 daun buah, banyak bakal
biji. Buah ciplukan berbentuk telur, panjangnya sampai 14 mm, hijau sampai kuning jika
masak, berurat lembayung, memiliki kelopak buah.

Daun Kumis kucing (Orthosiphon aristatus)

Klasifikasi tanaman
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledon
Ordo : Lamiales
Family : lamiaceae
Genus : Orthosiphon
Spesies : O. aristatus

Zat khasiat :
garam kalium, glukosida orthosiphon, minyak atsiri, dan saponin .

Khasiat :
diuretika / melancarkan keluarnya air seni
Pemerian :
Berupa helaian daun,rapuh,bentuk bulat telur,lonjong,belah ketupat memanjang atau
bentuk lidah,tombak,pangkal membulat sampai runcing,tepi beringgit sampai bergerigi
tajam,ujung runcing sampai meruncing, pertulangan daun menyirip, ibu tulang daun
tampak jelas, batang dan cabang – cabang berbentuk persegi, warna agak ungu, kedua
permukaan halus; warna hijau kecoklatan; tidak berbau; rasa agak pahit.

Daun Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis. L)

Klasifikasi tanaman
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Family : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Spesies : H. rosa-sinensis
Nama binomial : Hibiscus rosa-sinensis (L)

Zat khasiat : hibisetin

Khasiat :
Kompres, peluruh dahak (ekspektoran), memperlunak rangsangan batuk dan memperlicin
tenggorokan agar tidak kering, (emoliensa)

Pemerian :
Tidak berbau, rasa agak asin dan berlendir, helaian daun merupakan daun tunggal
berbentuk bulat telur, ujung meruncing, pangkal runcing,tepi bergerigi kasar, tulang daun
menjari,panjang 3,5 – 9,5 cm, lebar 2-6 cm,dan berwarna hijau (Departeman Kesehatan
Republik Indonesia,1989;Dalimartha,2006)

II. TUJUAN
Memberikan gambaran besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan.

III. PRINSIP
Pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur 1050C selama 30 menit atau
sampai berat konstan yang dinyatakan sebagai nilai persen
IV. ALAT DAN BAHAN
Alat :
• Oven Bahan:
• Cawan Penguap • Daun ciplukan
• Penjepit • Daun kembang sepatu
• Timbangan digital • Daun kumis kucing
• Timer
• Blender (sebagai penghalus)

V. PROSEDUR
1. Timbang seksama 1-2 gram simplisia dalam botol timbang dangkal bertutup yang
sebelumnya telah dipanaskan pada suhu penetapan (suhu 1050C) selama 30 menit dan
telah ditara.
2. Jika zat berupa hablur besar, sebelum ditimbang digerus dengan cepat hingga ukuran
lebih kurang 2 mm.
3. Ratakan zat dalam botol timbang dengan menggoyangkan botol, hingga merupakan
lapisan setebal lebih kurang 5 mm- 10 mm,
4. Masukkan dalam ruang pengering, buka tutupnya, keringkan pada suhu penetapan
hingga bobot tetap (suhu 1050C).
5. Sebelum setiap penimbangan, biarkan botol dalam keadaan tertutup mendingin dalam
deksikator hingga suhu kamar.

VI. HASIL PENGAMATAN

 Daun Ciplukan
Simplisia utuh : 3,06 g
Setelah dihaluskan : 3,02 g
Penyusutan : 3,02 : 3,06 x 100 % = 98,7 %
Penyusutan simplisia kering : 100 % – 98,7 % = 1,3 % dari total awal

 Daun Kembang Sepatu


Penyusutan 1
Simplisia basah : 6,34 g
Simplisia kering 30 menit : 1,66 g
Penyusutan : 1,66 : 6,34 x 100 % = 26,18 %
Penyusutan simplisia kering 30 menit: 100 % – 26,18 % = 73,82 % dari total sebelum

Penyusutan 2
Simplisia kering dikeringkan kembali 30 menit
Dikeringkan 30 menit : 1,66 g
Setelah dihaluskan : 1,44 g
Penyusutan : 1,44 / 1,66 x 100 % = 86,75 %

Penyusutan setelah proses pengeringan kembali selama 30 menit


Total penyusutan : 100 % - 86,75 %= 13,25 % dari total sebelum
Penyusutan 3
Simplisia kering dikeringkan kembali 15 menit
Simplisia setelah dihaluskan : 1,44 g
Dikeringkan lagi selama 15 menit : 1,22 g
Penyusutan : 1,22 / 144 g x 100 % = 84,72 %

Penyusutan setelah proses pengeringan kembali selama 30 menit.


Total penyusutan : 100 % - 84,72 %= 15,28 % dari total sebelum

 Daun Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus)


Penyusutan 1
Simplisia basah : 3,22 g
Dikeringkan 30 menit : 0,52 g
Penyusutan : 0,52 / 3,22 x 100 % = 16,15 %

Penyusutan simplisia kering selama 15 menit


Tota penyusutan : 100 % – 16,15 % = 83,85 % dari total sebelum

Penyusutan 2
Simplisia setelah dihaluskan : 0,50 g
Dikeringkan lagi selama 15 menit : 0,42 g
Penyusutan : 0,42 / 0,50 x 100 % = 84 % total awal

Penyusutan simplisia kering selama 15 menit


Total penyusutan : 100 % – 84 % = 16 % dari total sebelum

VII. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini seharusnya menggunakan cawan yang dikeringkan, cawan yang
digunakan untuk menentukan susut pengeringan harus di panaskan terlebih dahulu pada
suhu 1050C selama 30 menit atau hingga bobot konstan. Pemanasan dilakukan
menggunakan oven tujuannya agar air yang terkandung dalam suatu bahan akan menguap
bila bahan tersebut dipanaskan pada suhu 105˚C selama waktu tertentu (Anonim, 2012).
Kelebihan metode oven adalah suhu dan kecepatan proses pengeringan dapat diatur sesuai
keinginan, tidak terpengaruh cuaca, sanitisi dan higiene dapat dikendalikan. Kelemahan
metode oven adalah memerlukan keterampilan dan peralatan khusus, serta biaya lebih
tinggi dibanding pengeringan alami (Anonim, 2012). Setelah cawan dipanaskan baru
ditimbang dengan bahan dan dipanaskan selama 60 menit dan 30 menit pada suhu 105 ˚C.
Fungsi dari pemanasan ini untuk memperoleh bobot konstan dan menentukan perubahan
kadar air selama pengeringan bahan yang mengandung air tinggi hal ini akan menyebabkan
perubahan bentuk densitas dan porositas bahan.
Salah satu perubahan fisik yang penting selama pengeringan adalah pengurangan
volume eksternal bahan. Kehilangan air dan pemanasan menyebabkan tekanan terhadap
struktur sel bahan diikuti dengan perubahan bentuk dan pengecilan ukuran (Yadollahinia
& Jahangiri, 2009). Kemudian di masukan dalam desikator, fungsi dari desikator sebagai
tempat menyimpan sampel yang harus bebas air, mengeringkan dan mendinginkan sample
yang akan digunakan untuk uji kadar air.
VIII. KESIMPULAN
Hasil penyusutan simplisia pada praktikum kali ini adalah pada simplisia daun ciplukan
kering didapat susut pengeringan setelah dihaluskan adalah sebesar 1,3%, pada simplisia
daun kembang sepatu susut pengeringan pada pemaanasan pertama adalah 73,82%,
penyusutan kedua setelah dihaluskan dan dipanaskan selama 30 menit adalah 13,25%, dan
penyusutan ketiga setelah dihaluskan dan dipanaskan selama 15 menit adalah 15,28%,
simplisia yang berikutnya adalah daun kumis kucing susut pengeringan pada pengeringan
pertama selama 30 menit adalah 83,85%, dan penyusutan kedua setelah dihaluskan dan
dikeringkan selama 15 menit adalah 16 %.
Pada praktikum ini hanya simplisia daun ciplukan yang sudah dikeringkan yang
memenuhi syarat kadar susut pengeringan yaitu 1,3 % dan sesuai dengan kadar susut kering
yang terdapat pada Farmakope Herbal Tahun 2017 yaitu tidak lebih dari 10%. Sedangkan
untuk simplisia yang lainnya yaitu daun kembang sepatu dan daun kumis kucing tidak
memenuhi syarat standar susut pengeringan karena hasil yang didapatkan lebih dari 10%.

IX. DAFTAR PUSTAKA


1. Modul Praktikum Farmakognosi. 2021. Poltekkes hermina
2. Farmakope Herbal Indonesia Ed. II 2017
3. Materia Medika Indonesia, jilid IV, (1980), Departemen Kesehatan Republik Indonesia
:157-158.
4. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, cetakan pertama, 2000,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan
Makanan : 13.

Anda mungkin juga menyukai