Anda di halaman 1dari 15

ACARA I

PENETAPAN KADAR CoCl2 DENGAN MENGGUNAKAN ALAT


SPEKTROFOTOMETRI ABSORPSI SINAR TAMPAK

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
a. Mahasiswa terampil mengoperasikan alat spektrofotometer absorpsi dengan cara
dan urutan langkah-langkah yang benar.
b. Terampil menentukan tabung-tabung kuvet yang saling berpadan (matched).
c. Terampil untuk membuat larutan dengan volume tertentu dan konsentrasi (m)
tertentu untuk :
1. Membuat spektrum absorpsi larutan CoCl2.
2. Membuat kurva kalibrasi untuk CoCl2.
3. Menetapkan konsentrasi larutan CoCl2yang tidak diketahui.
2. Waktu Praktikum
Senin, 14 Oktober 2019
3. Tempat Praktikum
Lantai II, Laboratorium Kimia Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu Penetahuan
Alam, Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI
Pengukuran absorbansi atau transmitasi dalam spektroskopi ultraviolet dan
daerah tampak digunakan untuk analisa kualitatif dan kuantitatif spesies kimia.
Absorbansi spesies ini berlangsung dalam dua tahap, yang pertama yaitu M+hv=M⁺,
merupakan eksitasi spesies akibat absorbs foton (hv) dengan waktu hidup terbatas. Tahap
kedua adalah relaksasi dengan berubahnya M⁺ menjadi spesies baru dengan reaksi
fitokimia. Absorbsi dalam daerah ultraviolet dan daerah tampak menyebabkan eksitasi
elektron ikatan. Puncak absorbs (λmaks) dapat dihubungkan dengan jenis ikatan-ikatan
yang ada dalam spesies. Spektroskopi absorbs berguna untuk mengkarakterisasi gugus
fungsi dalam suatu molekul dan untuk analisis kuantitatif. Spesies yang mengabsorbsi
dapat melakukan transisi yang meliputi (a) elektron π, σ, n (b) elektron-elektron d dan f
(c) transfer muatan elektron (Khopkar, 2002).
Para kimiawan telah lama menggunakan warna sebagai bantuan dalam
mengenali zat-zat kimia. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu
pemeriksaan visual yang dengan studi lebih mendalam dari absorbs energi radiasi oleh
macam-macam zat kimia memperkenankan dilakukannya pengukuran ciri-cirinya serta
kuantitatifnya dengan ketelitian yang lebih besar. Dengan menggantikan mata manusia
dengan pelacak-pelacak lain dari radiasi dimungkinkan studi dari dimungkinkan studi dari
absorbs diluar daerah terlihat spektrum, dan seringkali percobaan-percobaan
spektrofotometrik dapat dilakukan secara otomatik (Day, 1986).
Spektroskopi merupakan salah satu alat yang banyak dipakai untuk
mengidentifikasi senyawa baik alami maupun buatan. Sinar infra merah yang dilewatkan
melalui cuplikan senyawa organik maka sejumlah frekuensi akan diserap. Gambaran
antara persen absorbansi atau transmitasi lawan frekuensi akan menghasilkan suatu
spektrum infra merah. Transisi yang terjadi di dalam serapan infra merah berkaitan
dengan perubahan vabrasi dalam molekul (Sastrohamidjojo, 1985).
Maraknya jamu tradisional yang diedarkan di pasar pada daerah kota Denpasar
membuat banyak orang beralih untuk mengkonsumsinya. Salah satu jenis jamu tradisional
yang banyak dikonsumsi adalah jamu asam urat. Bahan kimia obat yang sering
ditambahkan dalam jamu tradisional adalah parasetamol sebagai penghilang rasa nyeri.
Menurut aturan pemerintah tidak diperbolehkan menambahkan bahan kimia obat pada
jamu tradisional karena sangat berbahaya bagi masyarakat yang mengkonsumsi jamu
asam urat. Sebuah penelitian dilakukan untuk mengetahui kemungkinan kandungan kadar
parasetamol dalam jamu asam urat. Jamu asam urat yang digunakan pada penelitian
tersebut yaitu 4 macam merek jamu asam urat yang dijual di kota Denpasar. Dengan
kriteria jamu asam urat paling diminati masyarakat. Penelitian tersebut berhasil
menentukan kandungan parasetamol pada obat dan jamu tradisional secara kuantitatif
dengan metode spektrofotometri. Metode pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif
ekspolaratif yaitu dengan melakukan pengenceran dan identifikasi kandungan parasetamol
pada sampel obat dan jamu tradisional dan kemudian dilanjutkan dengan rancangan
eksperimental dengan prinsip laboratoris in vitro untuk menguji kandungan parasetamol
pada obat komersial dan jamu tradisonal. Penentuan kadar parasetamol pada 2 jenis obat
parasetamol memberikan hasil yang cukup akurat dengan nilai persen perolehan kembali
yaitu 101,27% dan 100,17%. Sedangkan untuk penentuan senyawa parasetamol secara
kuantitatif pada 4 sampel jamu tradisional asam urat juga memberikan hasil yang positif
dengan adanya senyawa parasetamol yang ditunjukkan dengan nilai konsentrasi pada
jamu tradisional yaitu 9,570 ppm; 45,690 ppm; 47,382 ppm dan 45,262 ppm (Aryasa, dkk,
2018).
Sebuah penelitian menyajikan teknik sederhana untuk memperkirakan ukuran
nanopartikel perak (AgNP) berdasarkan spektrum uv-vis secara komputasi. Untuk
memiliki nanopartikel, koloid AgNP disiapkan oleh teknik reduksi kimia menggunakan
40 mM trisodium citrate dehydrate (Na₃C₆H₅O₇.2H₂O) dan perak nitrat (AgNO₃) pada
konsentrasi 2,5 dan 5,0 mM yang berbeda. Koloid itu kemudian dianalisis dengan
menggunakan spektrofotometri Uv-Vis. Untuk perbandingan estimasi ukurannya sejumlah
kecil AgNP juga dianalisis menggunakan mikroskop elektron transmisi. Oleh karena itu
cocok dengan model dan spectrum Uv-Vis dari koloid ini, parameter pemasangan yang
diterapkan bisa diperoleh termasuk koefisien serapan, lebar penuh pada setengah
maksimum, yang panjang gelombang dan absorbansi puncak. Diasumsikan bahwa bentuk
nanopartikel berbentuk bulat, sehingga diameternya dapat diestimasi menggunakan nilai
absorbansi yang tersebar. Berdasarkan model ditemukan bahwa ditemukan bahwa ukuran
AgNP adalah (28 ± 8) nm dan (15 ± 7) nm untuk sampel disiapkan dengan konsentrasi 2,5
dan 5,0 mM, masing-masing. Di sisi lain, dari estimasi statistik menggunakan gambar dari
mikroskop elektron transmisi, ditemukan bahwa ukuran AgNP adalah (17 ± 4) nm dan (8
± 3) nm untuk sampel yang disiapkan dengan konsentrasi masing-masing 2,5 dan 5,0 mM.
Ketidaksesuaian yang terjadi ini mungkin disebabkan oleh partikel yang tidak homogeny.
Ini menunjukkan, bagaimanapun metode komputasi ini merupakan metode sederhana
yang dapat digunakan sebagai langkah pertama untuk memperkirakan ukuran koloid
AgNP sebelum pengukuran dan perhitungan menggunakan peralatan dan teknik canggih
(Junaidi, 2017).
Spektroskopi Uv-Vis telah digunakan sebagai metode yang menjanjikan untuk
evaluasi kualitas kopi termasuk diidentifikasi beberapa jenis kopi ekonomis tinggi. Dalam
sebuah tulisan telah dibandingkan kemampuan linier metode analisis diskriminan dan
dukungan mesin vektor untuk klasifikasi kopi luwak. Data spectral Uv-Vis dari 50 sampel
kopi luwak murni dan 50 sampel kopi non-luwak murni diperoleh menggunakan
spectrometer Uv-Vis dalam mode transmitansi. Hasil penelitian menunjukkan
spektroskopi Uv-Vis dikombinasikan dengan metode analisis diskriminan dan dukungan
mesin vektor adalah metode yang efektif untuk mengklasifikasikan sampel kopi luwak
dan non-luwak. Hasil klasifikasi diterima dan menghasilkan akurasi klasifikasi 100%
untuk metode tersebut. Namun, karena kesederhanaan dan volume perhitungan yang
diperlukan, dalam penelitian tersebut metode analisis diskriminan lebih unggul daripada
metode dukungan mesin vektor (Suhandy dan Meinilwita, 2018).
Spektrofotometri adalah bidang utama penelitian saat tiba ke analisis interaksi
materi-optik. Penelitian menunjukkan pengembangan spektrofotometer cahaya tampak
yang terjangkau yang dapat mengukur absorbansi dan transmisi cairan solusi berbagai
bahan dalam rentang yang terlihat spektrum elektromagnetik. Sistem ini memiliki
bandwith 72,5 nm dalam rentang yang terlihat. Instrumen diverifikasi menggunakan solusi
KMnO₄ yang memiliki konsentrasi berbeda. Nilai absorbansi dari solusi dicatat dan
dianalisis menggunakan origin pro 8.00 dan koefisien kepunahan KMnO₄ adalah dihitung
menjadi 2.306 x 10-7 L/mol.cm pada 525 nm. Validitas hasil ini diverifikasi dari penelitian
sebelumnya yang dilakukan dengan spektrofotometer Uv-Vis komersial (Alam, dkk,
2017).

C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Alat-alat Praktikum
a. Alat Spektrofotometer UV-Vis
b. Gelas kimia 50 mL
c. Kertas label
d. Kuvet
e. Labu takar 10 mL
f. Pipet volume 1 mL
g. Pipet volume 5 mL
h. Pipet tetes
i. Ruber bulb
j. Tissue
2. Bahan-bahan Praktikum
a. Aquades (H2O)(l)
b. Larutan asam klorida (HCl) 0,1%
c. Larutan kobalt(II) klorida heksahidrat (CoCl2.6H2O) 0,1 M dalam HCl 0,1 %
d. Larutan sampel

D. SKEMA KERJA
1. Memilih tabung-tabung kuvet yang saling berpadan atau matched

Larutan CoCl2.6H2O 0,1 M dalam HCl 0,1%

 Dimasukkan 0,5 mL dalam labu takar 10 mL


 Diencerkan sampai tanda batas

Hasil

 Dimasukkan ke dalam kuvet


 Dianalisis dalam UV-Vis (sebelumnya UV-Vis dikalibrasi
dengan larutan HCl 0,1% (blanko) sehingga nilai
absorbansinya nol)

Hasil

 Diukur nilai % transmitannya (T) pada λ = 510 nm


 Diulangi langkah-langkah di atas sebanyak 4 kali dengan
kuvet berbeda
 Dicatat nilai %T
 Dihitung nilai selisih %T untuk keempat kuvet tersebut

Hasil

2. Menentukan panjang gelombang CoCl2.6H2O

Larutan CoCl2.6H2O 0,1 M dalam HCl 0,1%

 Dimasukkan sebanyak 2,5 mL dalam labu takar 10 mL dan


diencerkan hingga tanda batas
 Dimasukkan ke dalam kuvet
 Dimasukkan ke dalam UV-Vis (sebelumnya UV-Vis
dikalibrasi dengan larutan HCl 0,1% (blanko) sehingga nilai
absorbansinya nol) dengan λ= 450 nm
 Diukur nilai absorbannya
 Diulangi langkah-langkah di atas sebanyak 10 kali dengan
panjang gelombang 450-540 nm dengan interval 10 nm
 Ditentukan panjang gelombang maksimumnya

Hasil

3. Membuat kuvet kalibrasi CoCl2.6H2O


Larutan CoCl2.6H2O 0,1 M dalam HCl 0,1%

 Diambil sebanyak 0,5 mL; 1 mL; 2,5 mL; dan 5 mL


 Dimasukkan dalam labu takar 10 mL
 Diencerkan hingga tanda batas

Hasil

 Diambil larutan CoCl2.6H2O 0,1 M dalam HCl 0,1% yang


sudah diencerkan (0,5 mL; 1 mL; 2,5 mL; dan 5 mL)
 Dimasukkan ke dalam kuvet
 Dimasukkan ke dalam UV-Vis (sebelumnya UV-Vis
dikalibrasi dengan larutan HCl 0,1% (blanko) hingga nilai
absorbansinya nol)

Hasil

 Dipasang pada panjang gelombang maksimum yang telah


ditentukan dari percobaan 2
 Diukur nilai absorbansinya dan dicatat hasil yang diperoleh

Hasil

4. Menentukan konsentrasi larutan sampel


2 mL larutan sampel

 Dimasukkan dan diencerkan ke dalam labu takar 10 mL


sampai tanda batas
 Sampel dimasukkan ke dalam kuvet yang digunakan pada
percobaan 1
 Diukur nilai absorbansinya

Hasil

E. HASIL PENGAMATAN
1. Memilih tabung kuvet yang saling berpadan/matched
Larutan yang Dipakai Pengukuran Ke- %T
1 94,49%
CoCl2.6H2O 0,1 M dalam HCl 2 96,00%
1% 3 91,84%
4 93,55%
2. Menentukan panjang gelombang maksimum (λmaks) larutan CoCl2.6H2O
Pengukuran Ke- Panjang Gelombang Absorbansi
(nm)
1 450 0,033
2 460 0,048
3 470 0,061
4 480 0,065
5 490 0,067
6 500 0,081
7 510 0,089
8 520 0,075
9 530 0,069
10 540 0,060

3. Membuat kurva kalibrasi CoCl2.6H2O


Volume Larutan CoCl2 (mL) Panjang Gelombang (λ) Absorbansi
0,5 0,023
1,0 0,038
510
2,5 0,104
5,0 0,168

4. Menentukan konsentrasi larutan sampel


Panjang Gelombang (λ) (nm) Absorbansi
510 0,164

F. ANALISIS DATA
1. Memilih tabung kuvet yang saling berpadan/ matched
Larutan yang Dipakai Pengukuran Ke- %T
1 94,49%
CoCl2.6H2O 0,1 M dalam HCl 2 96,00%
1%
3 91,84%
4 93,55%

Selisih % Transmitan
a. Kuvet 1 dan Kuvet 2
∆ %T = %T1 - %T2
= 94,49% - 96,00%
= - 1,51%
b. Kuvet 1 dan Kuvet 3
∆ %T = %T1- %T3
= 94,49%- 91,84%
= 2,65%
c. Kuvet 1 dan Kuvet 4
∆ %T = %T1- %T4
= 94,49%- 93,55%
= 0,94%
d. Kuvet 2 dan Kuvet 3
∆ %T = %T2- %T3
= 96,00%- 91,84%
= 4,16%
e. Kuvet 2 dan Kuvet 4
∆ %T = %T2- %T4
= 96,00%- 93,55%
= 2,45%
f. Kuvet 3 dan Kuvet 4
∆ %T = %T3- %T4
= 91,82%- 93,55%
= -1,73%
Dari perhitungan hasil selisih % Transmitan, kuvet yang nilai yang berdekatan adalah
kuvet 3 dan kuvet 4 karena memiliki nilai selisih % Transmitan yang paling kecil.

2. Menentukan panjang gelombang maksimum (λmaks) larutan CoCl2.6H2O


Pengukuran Ke- Panjang Gelombang Absorbansi
(nm)
1 450 0,033
2 460 0,048
3 470 0,061
4 480 0,065
5 490 0,067
6 500 0,081
7 510 0,089
8 520 0,075
9 530 0,069
10 540 0,060
Sehingga didapat kurva sebagai berikut:

Dari kurva terlihat bahwa λmaks = 510 nm


3. Membuat kurva kalibrasi CoCl2.6H2O
Kurva kalibrasi merupakan hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi larutan
standar.
Dengan rumus : M1 .V1 = M2 .V2
Maka, dimana : M1 = 0,1 M
V2 = 10 mL
Maka didapat nilai M2 seperti pada tabel berikut ini:
Volume Larutan CoCl2 (mL) Panjang Gelombang (λ) Absorbans
0,5 0,023
1,0 0,038
510
2,5 0,104
5,0 0,168

Konsentrasi setelah pengenceran


a. Untuk V1 = 0,5 mL
M1 .V1 = M2 .V2
0,1 M x 0,5 mL = M2 . 10 mL

M2 =

= 0,005 M
b. Untuk V1 = 1,0 mL
M1 .V1 = M2 .V2
0,1 M x 1,0 mL = M2 . 10 mL

M2 =
= 0,010 M
c. Untuk V1 = 2,5 mL
M1 .V1 = M2 .V2
0,1 M x 2,5 mL = M2 . 10 mL

M2 =

= 0,025 M
d. Untuk V1 = 5,0 mL
M1 .V1 = M2 .V2
0,1 M x 5,0 mL = M2 . 10 mL

M2 =

= 0,050 M
Konsentrasi (M) Absorbansi
0,005 0,023
0,010 0,038
0,025 0,104
0,050 0,168

Sehingga didapat kurva kalibrasi sebagai berikut:

4. Menentukan konsentrasi larutan cuplikan


Diketahui : A cuplikan = 0,164 pada λ = 510 nm
Persamaan linear dari kurva kalibrasi : y = 3,2673x + 0,0097
Dengan mensubstitusikan nilai absorbansi cuplikan pada persamaan linear kurva
kalibrasi sebagai nilai y, maka akan di dapat nilai konsentrasi cuplikan sebagai nilai x:
y = 3,2673x + 0,0097
0,164 = 3,2673x + 0,0097
0,164 – 0,0097= 3,2673x
0,067 = 3,2673x
x = 0,0205 M
Jadi konsentrasi cuplikan adalah 0,0205 M.

G. PEMBAHASAN
Spektrofotometer adalah alat untuk menukur transmitan atau absorban suatu
sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometri UV-Vis merupakan
gabungan antara spektrofotometri UV dan Visible. Spektrofotometri UV-Vis adalah
anggota teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber REM spektrofotometri UV-
vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga
spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan
kualitatif. Penggunaan spektrofotometri UV-Vis pada praktikum ini didasari oleh prinsip
dari alat ini yaitu, dapat mengabsorpsi pada panjang gelombang yang berkisar antara 200-
750 nm untuk sampel yang berwarna seperti CoCl. Cara kerja spektrofotometer UV-Vis
yaitu sinar dari sumber radiasi diteruskan menuju monokromator, cahaya dari
monokromator diarahkan terpisah melalui blanko dan sampel dengan sebuah cermin
berotasi. Kedua cahaya lalu bergantian berubah arah karena pemantulan dari cermin yang
berotasi secara kontinu, detektor menerima cahaya dari blanko dan sampel secara
bergantian secara berulang – ulang, sinyal listrik dari detektor diproses, diubah ke digital
dan dibandingkan antara sampel dan blanko.
Percobaan kali ini tentang penetapan kadar CoCl2.6H2O dengan menggunakan
alat spektrofotometri absorbsi sinar tampak yang bertujuan agar mahasiswa terampil
dalam mengoperasikan alat spektrofotometer absorpsi dengan cara dan urutan yang benar,
terampil dalam menentukan tabung-tabung kuvet yang saling berpadan (matched), serta
terampil dalam membuat larutan dengan volume dan konsentrasi (ppm) tertentu untuk
membuat spektrum absropsi larutan CoCl2.6H2O, membuat kurva kalibrasi untuk
CoCl2.6H2O dan menetapkan konsentrasi larutan sampel yang tidak diketahui. Pada
percobaan ini menggunakan instrumen UV-Vis yang telah diatur panjang gelombangnya
sesuai dengan dengan percobaan dan telah dikalibrasi menggunakan HCl 0,1 % hingga
absorbansinya nol (0). Larutan HCl 0,1 % berfungsi sebagai blako untuk membanding
cuplikan sampel yang akan dianalisis dengan alat spektrofotometer UV-Vis sehingga
dapat ditentukan nilai %T maupun absorbansinya. Kalibrasi bertujuan untuk menjaga
kendali mutu dengan memastikan kinerja dan akurasi berbagai instrument yang digunakan
melalui penentuan penyimpangan nilai standar dengan nilai yang ditunjukkan oleh alat
ukur, atau dengan kata lain untuk memastikan akurasi dari alat ukur sehingga instrument
alat yang digunakan dapat menghasilkan pengukuran yang lebih akurat. Pada
spektrofotometer UV-Vis konsentrasi larutan yang di analisis sebanding dengan jumlah
sinar yang diserap oleh zat yang terdapat dalam larutan tersebut. Terdapat 4 percobaan
yaitu, memilih tabung kuvet yang saling berpadan/matched, menentukan panjang
gelombang maksimum (λmaks) larutan CoCl2.6H2O, membuat kurva kalibrasi CoCl2.6H2O,
dan menentukan konsentrasi larutan cuplikan.
Percobaan pertama yaitu, memilih tabung kuvet yang saling
berpandan/matched. Disini, diukur nilai % Transmitan dengan pengulangan sebanyak 4
kali, dari 0,5 mL larutan CoCl2.6H2O dalam pelarut HCl 0,1% yang diencerkan hingga 10
mL. Pengenceran bertujuan untuk mengurangi tingkat kepekatan dari larutan agar bisa
terdeteksi oleh alat spektrofotometer. Larutan diletakkan ke dalam kuvet yang digunakan
untuk menampung sampel yang akan dianalisi. Kuvet haruslah dapat meneruskan sinar,
namun tidak menyerap sinar pada panjang gelombang yang digunakan. Kuvet yang
matched ialah kuvet yang memiliki sifat optis yang sama yaitu, harus memiliki ketebalan
dinding yang sama, terbuat dari bahan yang sama, memiliki sifat pemantulan dan
penerusan sinar yang sama. Tujuan dari pemilihan kuvet yang matched adalah
mempermudah proses analisis dalam menentukan besarnya tingkat absorbansi dari suatu
sampel pada panjang gelombang maksimum. Berdasarkan percobaan dengan
menggunakan λ = 510 nm didapakan % selisih kuvet yang berpandan/matched adalah
kuvet 3 dan 4 karena memiliki nilai selisih % Transmitan yang paling kecil yaitu sebesar -
1,78 %.
Percobaan kedua yaitu, menentuan nilai panjang gelombang CoCl2.6H2O
dengan kisaran λ = 450-540 nm dan interval 10 nm. Tujuan dari dilakukannya penentuan
panjang gelombang maksimum adalah karena pada panjang gelombang maksimum,
kepekaannya juga maksimum. Pada panjang gelombang maksimum, perubahan
absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi yang paling besar. Disekitar panjang
gelombang maksimal, bentuk kurva absorbani datar dan pada kondisi tersebut hukum
Lambert-Beer akan terpenuhi. Disini, diukur nilai absorbansi dari 2,5 mL larutan
CoCl2.6H2O dalam pelarut HCl 0,1% yang diencerkan hingga 10 mL dan diletakkan
kedalam kuvet. Pengenceran bertujuan untuk mengurangi tingkat kepekatan dari larutan
agar bisa terdeteksi oleh alat spektrofotometer. Setiap perubahan panjang gelombang
dilakukan kalibrasi dengan blangko HCl 0,1 % untuk memastikan akurasi dari
instrument, sehingga menghasilkan pengukuran yang lebih akurat. Berdasarkan pada hasil
pengamatan yang diperoleh λmaks = 510 nm dengan nilai absorbansi sebesar 0,089.
Berdasarkan grafik hubungan antara nilai absorbansi dengan nilai panjang gelombangnya,
perolehan nilai absorbansinya meningkat dari panjang gelombang 450-510 nm dan turun
pada panjang gelombang 520-540 nm.
Percobaan ketiga yaitu, membuat kurva kalibrasi CoCl2.6H2O. Disini, diukur
nilai absorbansi dari larutan CoCl2.6H2O dalam pelarut HCl 0,1% dengan volume yang
berbeda yaitu, 0,5 mL; 1 mL; 2,5 mL dan 5 mL yang diencerkan hingga 10 mL, sehingga
dihasilkan konsentrasi CoCl2.6H2O setelah pengenceran berturut-turut sebesar 0,005 M;
0,010 M; 0,025 M dan 0,050 M. Seluruh larutan dimasukkan kedalam kuvet dan
pengukuran absorbansi dilakukan dengan λ = 510 (λmaks dari percobaan 2). Berdasarkan
hasil percobaan didapatkan nilai absorbansi pada setiap konsentrasi berturut-turut sebesar
0,023; 0,038; 0,104 dan 0,168. Kurva kalibrasi yang terbentuk dari hubungan antara
konsentrasi dengan absorbansi menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan,
maka nilai absorbansinya akan meningkat pula. Hal ini sesuai dengan pernyataan
mengenai kurva kalibrasi menurut Lambert–Beer, dimana kurva yang dihasilkan
berbentuk linier. Hal ini menandakan, bahwa sifat antara larutan sampel dan larutan
standar sepadan/matched.
Percobaan keempat, yaitu penentuan konsentrasi larutan sampel. Disini,
penentuan konsentrasi dilakukan dengan mengukur nilai absorbansi dari 2 mL larutan
sampel yang diencerkan hingga 10 mL dan dimasukkan kedalam kuvet. pengukuran
absorbansi dilakukan dengan λ = 510 (λmaks dari percobaan 2), sehingga didapatkan nilai
absorbansi (A) sebesar 0,164. Konsentrasi larutan sampel dapat perolehan dari nilai yang
didapatkan pada percobaan 3 (nilai dari kurva kalibrasinya yaitu y= 3,2673x – 0,0097)
dengan mensubtitusikan nilai absorbansi cuplikan pada persamaan linearitas kurva
kalibrasi sebagai nilai y, maka akan diperoleh nilai konsentrasi cuplikan sebagai nilai x
(konsentrasi). Berdasarkan perhitungan, diperoleh konsentrasi larutan sampel sebesar
0,0205 M.

H. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Spektrofotometer UV-Vis merupakan alat yang digunakan untuk mengukur transmitan
atau absorbansi pada panjang gelombang tertentu dari suatu sampel berwarna. Alat ini
digunakan untuk mengukur serapan sinar ultra violet atau sinar tampak oleh suatu
materi dalam bentuk larutan. Prinsip dasar Spektrofotometri UV-Vis yaitu sinar dari
sumber radiasi diteruskan menuju monokromator, cahaya dari monokromator
diarahkan terpisah melalui blangko dan sampel dengan sebuah cermin berotasi. Kedua
cahaya lalu bergantian berubah arah karena pemantulan dari cermin yang berotasi
secara kontinu, detektor menerima cahaya dari blangko dan sampel secara bergantian
secara berulang – ulang, sinyal listrik dari detektor diproses, diubah ke digital dan
dibandingkan antara sampel dan blangko.
2. Kuvet yang digunakan harus matched yaitu kuvet yang terbuat dari bahan yang sama,
dan memiliki sifat optis yang sama yaitu memiliki sifat memantulkan dan meneruskan
cahaya yang sama. Dalam menentukan kuvet yang berpadanan/ matched dapat
dilakukan dengan menghitung selisih nilai %T diantara empat kuvet (pada percobaan
1). Berdasarkan percobaan, didapatkan kuvet yang saling berpadanan / matched adalah
kuvet 3 dan 4 karena memiliki selisih %T terkecil yaitu -1,73 %. Tujuan dari
pemilihan kuvet yang berpadanan ini adalah untuk mempermudah proses analisis
dalam menentukan tingkat absorbansi dari suatu sampel pada panjang gelombang
maksimum.
3. Panjang gelombang maksimum untuk CoCl2.6H2O berdasarkan grafik yang
diperoleh dari data hasil percobaan yaitu λmaks = 510 nm dengan nilai absorbansi
sebesar 0,089. Penentuan panjang gelombang ini bermanfaat untuk mendapatkan
absorbansi tertinggi dan memperkecil % error data yang didapat. Dengan data yang
didapat kita dapat mencari konsentrasi larutan sampel yang belum diketahui
sebelumnya dengan menggunakan kurva kalibrasi. Hal ini dilakukan dengan cara
mensubtitusi nilai absorbansi maksimum sebagai nilai y pada persamaan garis yang
terbentuk dari kurva kalibrasi, sehingga didapatkan konsentrasi larutan sampel sebesar
adalah 0,0205 M
DAFTAR PUSTAKA

Alam, M. A.-E., Islam, M. R., & Faria, I. J. (2017). Development and validation of a low-cost
visible. International Conference on Advances in Electrical Engineering (pp. 1-6).
Bangladesh: Ashfaque Alam.
Aryasa, I. W., Artini, N. P., VA, D. P., & Aprilianti, N. K. (2018). Penentuan Kadar
Parasetamol Pada Obat Dan Jamu Tradisional. Jurnal Media Sains, 48-53.
Day, R., & Underwood. (1986). Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Junaidi. (2017). Spektofotometri UV-Vis Untuk Estimasi Ukuran Nanopartikel Perak. Jurnal
Teori dan Aplikasi Fisika, 97-102.
Khopkar, M. (2002). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Sastrihamidjojo, H. (1985). Spektroskopi. Jakarta: Liberty.
Suhandy, D., & Yulia, M. (2018). Luwak Cofee Clasification Using UV-Vis Spectroscopy
Data : Comparison of Linear Discriminant Analysis and Support Vector Mechine
Methods. Aceh International Journal of Science and Technology, 115-121.

Anda mungkin juga menyukai