Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN MINGGUAN PRAKTIKUM

ANALISIS INSTRUMEN
ACARA I
PENETAPAN KADAR CoCl2 DENGAN MENGGUNAKAN
SPEKTROFOTOMETRI ABSORPSI SINAR TAMPAK

DISUSUN OLEH
NAMA : ANNISA NABILA IZZATY
NIM : G1C020005

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
2022
ACARA I
PENETAPAN KADAR CoCl2 DENGAN MENGGUNAKAN
SPEKTROFOTOMETRI ABSORPSI SINAR TAMPAK

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
a. Mahasiswa terampil mengoperasikan alat spektrofotometri absorpsi
dengan cara dan urutan langkah-langkah yang benar.
b. Terampil menentukan tabung-tabung kuvet yang saling berpadan
(matched).
c. Terampil untuk membuat larutan dengan volume tertentu dan
konsentrasi (ppm) tertentu untuk :
1) Membuat spektrum absorpsi larutan CoCl2 .
2) Membuat kurva kalibrasi untuk CoCl2 .
3) Menetapkan konsentrasi larutan CoCl2 yang tidak diketahui.
2. Waktu Praktikum
Kamis, 8 September 2022
3. Tempat Praktikum
Lantai II, Laboratorium Kimia Lanjut, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI
Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan
pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan
berwarna pada panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan
monokromator prisma atau kisi difraksi dan detector vacuum phototube atau
tabung foton hampa. Alat yang digunakan adalah spektrofotometer, yaitu sutu
alat yang digunakan untuk menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif
maupun kualitatif dengan mengukur transmitan ataupun absorban dari suatu
cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi. Spektrometer menghasilkan sinar
dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat
pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi (Harjadi,
1990: 153).
Spektroskopi Uv-Vis adalah istilah yang digunakan untuk
pengukuran analitik dari berbagai jenis pelarut dan zat. Spektrometer Uv-
visible telah digunakan scara umum selama 37 tahun terakhir. Spektroskopi
umumnya disukai terutama oleh indsutri skala kecil karena biaya peralatan
lebih sedikit dan perawatannya mudah. Metode analisis didasarkan pada
pengukuran penyerapan cahaya monokromatik oleh senyawa tidak berwarna
dalam jalur ultraviolet dekat spektrum (200-400nm). Analisis farmasi terdiri
dari prosedur yang diperlukan untuk menentukan “identitas, kekuatan,
kualitas, dan kemurnian” senyawa tersebutini juga mencakup analisis bahan
baku dan zat antara selama proses pembuatan obat (Verma & Mishra, 2018).
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri
dari spektrofotometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar
dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat
pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi,
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energy secara relative jika energi
tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari
panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dibandingkan fotometer
adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini
diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun celah optis
(Khopkar, 2014: 225).
Teknik spektrofotometri ultraviolet tampak digunakan secara umum
di laboratorium analisis kimia, baik untuk tujuan analisis kualitatif maupun
untuk analisis kuantitatif. Konsentrasi sampel dapat dihitung dari data
absorbansi spectra UV-Vis menggunakan hukum Lambert-Beer. Percobaan-
percobaan secara spektrofotometri UV-Vis sangat mudah untuk dilakukan.
Persyaratan-persyaratan kerja spektrofotometer bervariasi tergantungpada sifat
uji dan desain instrument. Karakteristik suatu kinerja tertentu akan
mempengaruhi kinerja instruman secara keseluruhan. Suatu instrument dengan
desain berkas sinar ganda pada umumnya akan memberikan resolusi stabilitas
yang lebih baik dibandingkan instrumen dengan desain berkas tunggal
(Rohman, 2014: 159).
Tidak semua jenis senyawa dapat diidentifikasi menggunakan
spektrofometer UV-Vis. Salah satu syarat senyawa yang serapannya dapat
diukur dengan alat spektrofometer UV-Vis ialah senyawa organik yang dapat
memberikan serapan. Serapan ini berupa senyawa yang memiliki gugus
kromofor yang merupakan gugus fungsional tidak jenuh yang memberikan
serapan pada daerah ultraviolet atau cahaya tampak. Maka, pada proses
pengukuran sampel direaksikan dengan pereaksi yang dapat memberikan
spektrum serapan bewarna dengan sampel. Contohnya yaitu formaldehid yang
menggunakan pereaksi Nash karena campurannya dengan formalin dapat
memberikan warna kuning terang. Formalin dengan penambahan pereaksi
Nash di sertai pemanasan 30 menit menghasilkan warna kuning sehingga
dapat diukur serapannya dengan menggunakan spektrofotometer sinar tampak
dengan panjang gelombang 400-800 nm. Pereaksi Nash terdiri dari
ammonium asetat, asam asetat glasial dan asetil aseton (Sari, dkk., 2017).
Spektroskopi UV- Vis digunakan untuk pengukuran serapan cahaya
oleh suatu senyawa pada range cahaya ultraviolet (200-400 nm) dan sinar
tampak (400-800 nm). Akibat dari Serapan cahaya UV atau cahaya tampak
ialah terjadinya transisi elektronik yaitu adanya peningkatan elektron-elektron
dari orbital keadaan dasar yang memiliki energi rendah ke orbital keadaan
tereksitasi yang memiliki energy lebih tinggi. Panjang gelombang cahaya UV
atau cahaya tampak bergantung pada mudahnya suatu senyawa atau molekul
melakukan eksitasi elektron (Ardilla, dkk, 2018).
Salah satu contoh pengaplikasian spektroskopi UV-Vis ialah
pengukuran nilai absorban dan transmitan dari senyawa CoCl2∙6H2O dalam
kompleks diaquadinicotinamide kobalt(II) klorida. Berdasarkan hasil
pengukuran didapatkan nilai absorban dari CoCl2∙6H2O yaitu sebesar 0,1324
pada gelombang maksimal 512 nm. Selain itu, didapatkan konsentrasi Co (II)
pada kompleks sebesar 14.40% yang diidentifikasi melalui AAS. Senyawa
kompleks diaquadinicotinamide kobalt(II) klorida ini dapat disintesis dengan
mencampurkan larutan kobalt(II) klorida heksahidrat dan nikotinamida dalam
metanol pada suhu kamar selama satu jam. Kompleks ini memiliki sifat
paramagnetik, memiliki struktur oktahedral dengan gugus fungsi N primer dan
karbonil O terkoordinasi menjadi kobalt(II) yang diuji dengan spektofotometer
FTIR (Rahardjo, dkk., 2018).

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat-alat Praktikum
a. Botol vial
b. Gelas kimia 50 mL
c. Kertas label
d. Kuvet
e. Labu takar 10 mL
f. Pipet volume 1 mL
g. Pipet volume 5 mL
h. Pipet tetes
i. Rubber bulb
j. Spektrofotometer UV-Vis
2. Bahan-bahan Praktikum
a. Aquades (H2O)
b. Larutan asam klorida (HCl) 0,1%
c. Larutan CoCl2.6H2O 0,1 M dalam HCl 0,1 %
d. Larutan sampel

D. SKEMA KERJA
1. Memilih Tabung-Tabung Kuvet yang Saling Berpadan atau Metched
CoCl2.6H2O 0,1 M dalam HCl 0,1 %
 Dimasukkan dalam labu takar 10 mL dengan
masing-masing volume 0,5 : 1,0 : 2,5 dan
5,0 mL
 Diencerkan sampai tanda batas.
Hasil
 Dimasukkan ke dalam kuvet untuk masing-
masing larutan yang telah dibuat.
 Dimasukkan ke dalam UV-Vis (sebelumnya
UV-Vis dikalibrasi dengan larutan HCl 0,1%
(blanko) sehingga nilai absorbansi nol).
Hasil
 Diukur nilai % transmitannya (T) pada
λ=520 nm
 Diulangi langkah-langkah di atas sebanyak 4
kali dengan kuvet yang berbeda.
 Dicatat nilai %T
 Dihitung nilai selisih %T untuk keempat
kuvet
Hasil

2. Menentukan Panjang Gelombang MaksimumCoCl2.6H2O


CoCl2.6H2O 0,1 M dalam HCl 0,1%
 Dimasukkan sebanyak 2,5 mL dalam labu
takar 10 mL dan diencerkan sampai tanda
batas.
 Dimasukkan ke dalam kuvet.
 Dimasukkan ke dalam UV-Vis (sebelumnya
UV-Vis dikalibrasi dengan larutan HCl 0,1%
(blanko) sehingga nilai absorbansi nol)
dengan λ 500 nm.
 Diulangi langkah-langkah di atas sebanyak
10 kali dengan panjang gelombang
500 - 590 nm dengan interval 10 nm.
 Ditentukan panjang gelombang
maksimumnya.
Hasil
3. Membuat Kurva Kalibrasi CoCl2.6H2O
CoCl2.6H2O 0,1 M dalam HCl 0,1%
 Diatur ke panjang gelombang maksimum
(hasil yang diperoleh dari percobaan 2)
 Dimasukkan HCl 0,1% pada kuvet dan
diatur absorbansinya nol (kalibrasi).
 Diukur absorbansi larutan CoCl2.6H2O 0,5;
1,0; 2,5 dan 5,0 mL pada panjang
gelombang maksimum.
 Dicatat hasil absorbansinya.

Hasil

4. Menentukan Konsentrasi Larutan Sampel


Sampel
 Sampel dimasukkan ke dalam labu takar 10
mL dan diencerkan sampai tanda batas.
 Sampel dimasukkan ke dalam kuvet yang
digunakan pada percobaan 1, 3.
 Diukur nilai absorbansinya.
Hasil

E. HASIL PENGAMATAN
1. Memilih Tabung Kuvet yang Saling Berpadan / matched
Konsentrasi Panjang gelombang Absorbansi %T
0,005 510 1,01 9,77%
0,01 510 0,056 87,90%
0,025 510 0,141 72,27%
0,05 510 0,276 52,96%

2. Menentukan panjang gelombang maksimum (λmaks) CoCl2


Pengukuran ke- Panjang gelombang Absorbansi %T
1 500 0,132 73,80%
2 510 0,138 72,77%
3 520 0,127 74,64%
4 530 0,122 75,50%
5 540 0,097 79,99%
6 550 0,066 85,90%
7 560 0,043 90,57%
8 570 0,030 93,32%
9 580 0,022 95,06%
10 590 0,024 94,62%

3. Membuat kurva kalibrasi CoCl2


Konsentrasi Panjang gelombang Absorbansi %T
0,005 510 0,030 93,33%
0,01 510 0,049 89,33%
0,025 510 0,127 74,64%
0,05 510 0,280 52,48%

4. Menentukan konsentrasi larutan sampel


Panjang Gelombang (λ) Absorbans (A) %T
510 0,278 52,72%
5. Gambar

F. ANALISIS DATA
1. Memilih Tabung Kuvet yang Saling Berpadan atau Matched dengan
Nilai %T

Konsentrasi Panjang gelombang Absorbansi %T


0,005 510 1,01 9,77%
0,01 510 0,056 87,90%
0,025 510 0,141 72,27%
0,05 510 0,276 52,96%
Selisih % Transmitan
a. Kuvet 1 dan Kuvet 2
∆ %T = %T1 - %T2
= 9,77% - 89,5%
= 78,13%
b. Kuvet 1 dan Kuvet 3
∆ %T = %T1 - %T3
= 9,77% - 72,27%
= 62,5%
c. Kuvet 1 dan Kuvet 4
∆ %T = %T1 - %T4
= 9,77% - 52,96%
= 43,19%
d. Kuvet 2 dan Kuvet 3
∆ %T = %T2 - %T3
= 82,90% - 72,27%
= 15,63%
e. Kuvet 2 dan Kuvet 4
∆ %T = %T2 - %T4
= 87,90% - 52,96%
= 34,94%
f. Kuvet 3 dan Kuvet 4
∆ %T = %T3 - %T4
= 72,27% - 52,96%
= 19,31%
Dari perhitungan hasil selisih % transmitan, kuvet yang matched
adalah kuvet 2 dan kuvet 3 karena memiliki nilai selisih % transmitan
yang paling kecil yaitu 15,63%.

2. Menentukan panjang gelombang maksimum (λmaks) larutan CoCl2.6H2O


Pengukuran ke- Panjang gelombang Absorbansi %T
1 500 0,132 73,80%
2 510 0,138 72,77%
3 520 0,127 74,64%
4 530 0,122 75,50%
5 540 0,097 79,99%
6 550 0,066 85,90%
7 560 0,043 90,57%
8 570 0,030 93,32%
9 580 0,022 95,06%
10 590 0,024 94,62%

Grafik Hubungan antara Absorbansi dan Panjang


Gelombang
0.16
0.14 f(x) = − 0.0153757575757576 x + 0.164666666666667
0.12 R² = 0.933440623542036
Absorbansi (A)

0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
500 510 520 530 540 550 560 570 580 590
Panjang Gelombang (nm)

Dari kurva terlihat bahwa λmaks = 510 nm

3. Membuat kurva kalibrasi CoCl2.6H2O


Kurva kalibrasi merupakan hubungan antara Absorban dengan konsentrasi
larutan standar.
Dengan rumus M1 .V1= M2 .V2
Maka, dimana : M1 = 0,1 M
V2 = 10 ml
Maka didapat nilai M2 seperti pada tabel berikut ini:
Konsentrasi Panjang gelombang Absorbansi %T
0,005 510 0,030 93,33%
0,01 510 0,049 89,33%
0,025 510 0,127 74,64%
0,05 510 0,280 52,48%

Konsentrasi setelah pengenceran


a. Untuk V1 = 0,5 mL
M1 .V1 = M2 .V2
0,1 M x 0,5 mL = M2 . 10 mL
0,1 M x 0,5 mL
M2 =
10 mL
= 0,005 M
b. Untuk V1 = 1,0 mL
M1 .V1 = M2 .V2
0,1 M x 1,0 mL = M2 . 10 mL
0,1 M x 1,0 mL
M2 =
10 mL
= 0,010 M
c. Untuk V1 = 2,5 mL
M1 .V1 = M2 .V2
0,1 M x 2,5 mL = M2 . 10 mL
0,1 M x 2,5 mL
M2 =
10 mL
= 0,025 M
d. Untuk V1 = 5,0 mL
M1 .V1 = M2 .V2
0,1 M x 5,0 mL = M2 . 10 mL
0,1 M x 5,0 mL
M2 =
10 mL
= 0,050 M
Konsentrasi (M) Absorbansi
0,005 0,030
0,010 0,049
0,025 0,127
0,050 0,280
Sehingga didapat kurva kalibrasi sebagai berikut:

Grafik Hubungan antara Konsentrasi


dan Absorbansi
0.3
Absorbansi (A)

0.25
f(x) = 0.0828 x − 0.0855
0.2 R² = 0.883917382223254
0.15

0.1

0.05

0
0.005 0.01
Konsentrasi0.025
(M) 0.05

4. Menentukan Konsentrasi Larutan Cuplikan


Diketahui : A cuplikan = 0,138 pada λ = 510 nm
Persamaan linear dari kurva kalibrasi : y = 0,0828x – 0,0855
Dengan mensubtitusikan nilai absorbansi cuplikan pada persamaan
linearitas kurva kalibrasi sebagai nilai y, maka akan di dapat nilai
konsentrasi cuplikan sebagai nilai x:
y = 0,0828x – 0,0855
0,278 = 0,0828x – 0,0855
0,278 + 0,0855 = 0,0828x
0,363 = 0,0828x
x = 4,4268 M
Jadi konsentrasi cuplikan adalah 4,4268 M

G. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini bertujuan agar mahasiswa terampil
mengoperasikan alat spektrofotometer absorpsi dengan cara dan urutan
langkah – langkah yang benar, terampil menentukan tabung – tabung kuvet
yang saling berpadan (matched), terampil untuk membuat larutan dengan
volume tertentu dan konsentrasi (ppm) tertentu untuk membuat spektrum
absorpsi larutan CoCl2, membuat kurva kalibrasi untuk CoCl2, menetapkan
konsentrasi larutan CoCl2 yang tidak diketahui. Alat instrumen yang
digunakan dalam praktikum ini, yaitu UV-Vis yang merupakan alat
spektrofotometer pada daerah ultra violet atau sinar tampak oleh suatu materi
dalam bentuk larutan. Praktikum ini menggunakan empat kuvet untuk memilih
kuvet yang saling berpadanan atau matched. Kuvet merupakan wadah yang
digunakan untuk menampung sampel yang akan diukur absorbansinya.
Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
trasmitan (T atau %T) atau absorbansi (A) suatu cuplikan sebagai fungsi dari
panjang gelombang. Spektrofotometer dapat digunakan untuk mengukur
serapan baik di daerah tampak (sinar tampak) dengan daerah panjang
gelombang antara 380-750 nm, di daerah ultra lembayung (sinar UV/
ultraviolet) dengan panjang gelombang antara 200- 380 nm. Penggunaan
spektrofotometri UV-Vis pada praktikum ini didasari oleh prinsip dasar dari
alat ini yaitu yang dapat mengabsorpsi pada panjang gelombang yang berkisar
antara 200-750 nm untuk sampel yang berwarna seperti halnya CoCl2.
Perlakuan pertama yang dilakukan ialah memilih tabung-tabung
kuvet yang saling berpadan atau matched. Banyak kuvet yang digunakan ialah
empat kuvet dan dipilih yang saling berpadanan atau matched , dimana kuvet
tersebut harus memiliki sifat optis yang sama, seperti harus memiliki
ketebalan dinding yang sama, terbuat dari bahan yang sama, memiliki sifat
pemantulan dan penerusan sinar yang sama. Hal ini bertujuan untuk
mempermudah proses analisis dalam menentukan besar tingkat absorbansi
dari suatu sampel pada panjang gelombang maksimum. Larutan blanko yang
digunakan adalah larutan HCl 0,1%. Fungsi dari larutan blanko adalah sebagai
pembanding cuplikan sampel. Kemudian dibuat larutan CoCl2.6H2O 0,1 M
dalam HCl 0,1 % dengan volume yang berbeda untuk mengetahui pengaruh
perubahan konsentrasi terhadaap perubahan absorban. Kemudian larutan
diencerkan dengan tujuan agar larutan tidak terlalu pekat sehingga nilai
absorbansinnya tidak rapat. Kemudian larutan yang sudah dibuat dimasukkan
ke dalam kuvet untuk diidentifikasi menggunakan spektofotover UV-Vis.
Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh %T untuk yang pertama untuk kuvet
1-4 berturut-turut yaitu 9,77%; 87,90%; 72,27%; dan 52,96%. Secara teori
jika konsentrasi larutan dinaikkan maka nilai transmitan akan menurun karena
saat konsentrasi meningkat akan lebih banyak molekul yang terdapat dalam
larutan and cahaya akan lebih terhalang. Konsentrasi akan mengalami
peningkatan ketika volume larutan dikurangi. Hasil percobaan ini tidak sesuai
dengan teori karena saat volume meningkat transmitan mengalami
pennurunan. Hal ini disebabkan oleh kesalahan pada pengenceran larutan dan
kesalah dari alat yang sudah tidak layak pakai. Kemudian, ditentukan kuvet
yang berpadanan yaitu kuvet yang memiliki nilai %T yang hampir sama atau
yang memiliki selisih terkecil. Dari hasil percobaan diketahui bahwa kuvet
pertama dan kuvet kedua yang memiliki nilai selisih %T yang paling kecil,
yaitu sebesar 15,63%.
Percobaan selanjutnya ialah penentuan panjang gelombang (λ)
maksimum untuk CoCl2. Panjang gelombang maksimun adalah panjang
gelombang dimana suatu larutan zat uji memiliki serapan maksimum yang
merupakan ciri khas dari zat uji tersebut dalam metode spektrofotometri.
Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan untuk memperoleh
kepekaannya maksimal karena pada panjang gelombang maksimal tersebut,
perubahan absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi adalah yang paling
besar, disekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva absorban datar
dan pada kondisi tersebut hukum Lambert-Beer akan terpenuhi, serta untuk
memperkecil nilai %Error. Panjang gelombang yang digunakan adalah 450-
540 nm, dengan interval 10. Larutan yang digunakan adalah CoCl2.6H2O 0,1
M dalam HCl 0,1% dengan volume yang berbeda untuk melihat pengaruh
volume terhadap nilai absorban yang sudah diencerkan hingga 10mL.
Pengenceran dilakukan agar laarutan tidak terlalu pekat dan absorbansinya
tidak rapat. Sehingga pada percobaan dilakukan 10 kali pengukuran
absorbansi. Pengukuran ini digunakan dua kuvet, yaitu kuvet yang berisi
sampel dan kuvet lainnya berisi blanko. Sebelum larutan sampel diukur
absorbansinya, terlebih dahulu kuvet larutan blanko diawal dimasukkan ke
dalam spektrofotometer UV-Vis untuk dilakukan kalibrasi dengaan absorbansi
nol. Hal ini berarti larutan blanko tidak menyerap radiasi dari sinar. Larutan
blanko yang digunakan adalah HCl 1% karena dapat meneruskan sinar di
daerah panjang gelombang yang dipakai tetapi tidak menyerap sinar.
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan panjang gelombang maksimum
ialah sebesar 510 nm. Hal ini dilihat dari absorbansi terbesar atau absorbansi
maksimum yang didapatkan yaitu sebesar 0,138 dengan nilai R2 mendekati 1
yang menandakan hasil yang didapatkan miliki % error yang kecil. Hasil yang
didapatkan pada praktikum ini hamper mirip dengan hasil praktikum yang
dilaksanakan oleh Rahardjo, dkk. Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan
nilai absorban dari CoCl2∙6H2O yaitu sebesar 0,1324 pada gelombang
maksimal 512 nm.
Percobaan selanjutnya adalah pembuatan kurva kalibrasi. Pembuatan
kurva kalibrasi bertujuan untuk mencari konsentrasi dari masing–masing
sampel, melalui persamaan regresi yang diperoleh yang didasari oleh hukum
Lambert-Beer. Kurva kalibrasi menurut Lambert-Beer kurva yang didapatkan
harus linear. Berdasarkan analisis data diperoleh kurva yang linear hal ini
berarti sesuai dengan hukum Lambert-Beer. Hasil pengukuran dibuat kurva
kalibrasi yang menyatakan hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi.
Selanjutnya konsentrasi yang menyatakan hubungan antara absorbansi dengan
konsentrasi. Selanjutnya kosentrasi larutan yang belum diketahui dapat
ditentukan dari kurva tersebut. Panjang gelombang inilah yang digunakan
utnuk pengukuran selanjutnya. Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh nilai
absorbansi dari masing-masing konsentrasi larutan adalah sebesar 0,016;
0,050; 0,138; 0,280. Data ini selanjutnya diplotkan ke grafik hubungan
absrobansi dengan konsentrasi sehingga diperoleh persamaan regresi yaitu y =
3,0347x + 0,001 dengan nilai R2 = 0,8839 . Menggunakan kurva kalibrasi ini
kita dapat menentukan konsentrasi dari suatu sampel yang telah diukur
absorbannya, yaitu sebesar 0,191. Setelah dimasukkan dalam persamaan y =
5,828x. Dimana y merupakan konsentrasi dan adalah absorban, diperoleh
konsentrasi sebesar 0,034 M.
Percobaan terakhir adalah penentuan konsentrasi sampel CoCl2.
Dibuat sampel dengan konsentrasi sembarang kemudian diukur absorbansi
sampel tersebut dengan spektrofotometer yang telah dikalibrasi dengan larutan
HCl 0,1% pada panjang gelombang maksimum 510 nm yang didapatkan dari
percobaan kedua. Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh nilai absorbansi
sampel sebesar 0,138. Untuk mengetahui konsentrasi CoCl2 dalam sampel,
nilai absorbansi yang diperoleh disubstitusikan ke persamaan regresi
(persamaan linear) dari kurva kalibrasi. Berdasarkan hasil perhitungan
diperoleh konsentrasi CoCl2 dalam sampel yang tidak diketahui sebesar
2,6992 M.

H. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa :
1. UV-Vis merupakan alat spektrofotometer pada daerah ultraviolet atau
sinar tampak oleh suatu materi dalam bentuk larutan. Adapun prinsip dari
UV-Vis yaitu penyerapan cahaya oleh molekul-molekul sehingga dapat
tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi. Sebelum digunakan alat
dikalibrasi terlebih dahulu agar dalam pengoperasiannya spektrofotometer
dapat berjalan dengan baik sehingga didapatkan hasil yang akurat. Kuvet
yang digunakan juga dibersihkan terlebih dahulu agar tidak menggangu
proses penyerapan sinar terhadap larutan.
2. Kuvet yang digunakan harus matched yaitu kuvet yang terbuat dari bahan
yang sama, dan memiliki sifat optis yang sama yang ditentukan dengan
menghitung selisih nilai %T diantara empat kuvet. Didapatkan kuvet yang
saling berpadanan / matched adalah kuvet 1 dan kuvet 2 dimana memiliki
selisih %T terkecil yaitu sebesar 15,63%.
3. Larutan dengan volume dan konsentrasi tertentu dapat dibuat dengan
pengenceran menggunakan larutan induk yang telah diketahui
konsentrasinya seperti larutan CoCl2.6H2O 0,1 M yang kemudian dapat
digunakan untuk membuat spektrum absorpsi, membuat kurva kalibrasi,
dan menetapkan konsentrasi suatu zat yang tidak diketahui.
a. Spektrum absorpsi larutan CoCl2 dapat diketahui dengan mengukur
absorbansi larutan CoCl2 dengan konsentrasi tertentu, yaitu 0,025 M
dengan menggunakan panjang gelombang 450 nm – 540 nm dengan
interval 10 nm. Diperoleh absorbansi beturut-turut 0,132; 0,138;
0,127; 0,122; 0,97; 0,066; 0,043; 0,03; 0,022; dan 0,024 serta panjang
gelombang maksimum yaitu pada 510 nm.
b. Kurva kalibrasi CoCl2 dapat dibuat dengan mengukur absorbansi
larutan CoCl2 dengan konsentrasi yang berbeda-beda menggunakan
panjang gelombang maksimum (510 nm). Dari grafik diperoleh
persamaan regresi untuk larutan CoCl2 yaitu y = 0,0828x - 0,0855.
c. Untuk menetapkan konsentrasi larutan CoCl2 yang tidak diketahui
konsentrasinya dapat dilakukan dengan mengukur absorbansi sampel
tersebut dengan panjang gelombang maksimum. Nilai absorbansi
yang didapat kemudian disubstitusikan ke persamaan regresi linier
kurva kalibrasi. Berdasarkan hasil percobaan, konsentrasi dari CoCl2
yang tidak diketahui sebesar 2,6992 M.
DAFTAR PUSTAKA
Ardilla, D., Taufik, M., Tarigan, D. M., Thamrin, M., Razali, M., Siregar, H. S.,
2018, Analisis Lemak Babi Pada Produk Pangan Olahan Menggunakan
Spektroskopi UV – Vis, Jurnal Teknologi Pangan & Hasil Pertanian,
1(2): 111-116.
Harjadi, 1990, Ilmu Kimia Analitik Dasar, Jakarta: Gramedia.
Khopkar, S. M., 2014, Konsep Dasar Kimia Analitik, Jakarta: UI-Press.
Rohman, Abdul., 2014, Validasi dan Penjaminan Mutu Metode Analisis Kimia,
Yogyakarta: UGM Press.
Sari T. M., Dira, dan Shinta, 2017, Analisis Formalin pada Ikan Asin Kembung di
Beberapa Pasar di Kota Padang dengan Metode Spektrofotometer UV-
VIS, Journal of Scientech Research, 2(2): 159-166.
Rahardjo, B., Wijarko, D. M., Astuti, R., dan Martina, A.A., 2018, Synthesis and
Characterization of diaquadinicotinamide Cobalt(II) chloride, AIP
Conference Proceedings, 1(1): 1-5.
Verma, G., Dr. Manish, M., 2018, Development and Optimization of Uv-Vis
Spectroscopy, World Journal of Pharmaceutical Research, 7(11): 1170-
1180.

Anda mungkin juga menyukai