Analisis sel diperlukan untuk mengetahui berapa jumlah sel yang terdapat
dalam suatu sampel. Jumlah sel atau kerapatan sel dalam suatu sampel perlu
diketahui agar dapat digunakan dalam penentuan perlakuan terhadap sampel,
seperti misalnya konsentrasi nutrisi yang diperlukan.
Salah
satu
metode
analisis
sel
adalah
dengan
menggunakan
1.
analisis
spektrofotometer
berdasarkan
atas
interaksi
radiasi
2.
Banyaknya cahaya yang diserap atau absorbansi bergantung pada seberapa besar
konsentrasi larutan atau seberapa banyak jumlah zat dalam larutan. Hubungan ini
menjadi dasar metode analisis spektrofotometri. Hubungan dasar ini dapat ditulis
dalam bentuk persamaan Lambert Beer. Persamaan Lambert Beer adalah:
di mana
A adalah absorbansi
Io dan I adalah intensitas
Gambar 2.3. Diagram sederhana spektrofotometri
E adalah absorpivitas molar
l adalah panjang kuvet
c adalah konsentrasi larutan
dalam spektrofotometri
2.
3.
4.
5.
6.
Dilution Factor
Absorbance
1.00
1.275
0.50
0.665
0.25
0.246
0.125
0.092
0.0625
0.033
3.
radiasi
menjadi
komponen-komponen
panjang
gelombang
3. Kuvet adalah kuarsa atau silika untuk radiasi UV dan gelas biasa atau
kuarsa untuk radiasi sinar tampak. Tebal kuvet bervariasi dari 1-10cm.
Kuvet merupakan wadah dari sampel berupa cairan yang telah diatur
takarannya hingga dapat terbaca oleh spektrofotometer. Biasanya sampel
yang digunakan adalah sampel yang digunakan adalah sampel berwarna
yang mudah menyerap sinar yang dipancarkan oelh sumber cahaya.
4. Detektor fungsinya adalah mengabsorpsi foton yang menumbuknya dan
mengubahnya menjadi kuantitas yang dapat diukur seperti arus listrik atau
perubahan suhu. Sebagian besar detektor mengubah energi foton menjadi
sinyal listrik yang segera mengaktifkan meteran / recorder.
Syarat detector :
Stabil
Jenis-jenis Spektrofotometer
Spektrofotometer dibagi menjadi dua jenis yaitu spektrofotometer single
beam dan spektrofotometer double-beam. Perbedaan kedua jenis spektrofotometer
ini hanya pada pemberian cahaya, dimana pada single-beam, cahaya hanya
melewati satu arah sehingga nilai yang diperoleh hanya nilai absorbansi dari
larutan yang dimasukan. Berbeda dengan single-beam, pada spektrofotometer
double-beam, nilai blanko dapat langsung diukur bersamaan dengan larutan yang
diinginkan dalam satu kali proses yang sama. Suatu spektrofotometer tersusun
dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi
untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan
absorbsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding.
Single-beam instrument dapat digunakan untuk kuantitatif dengan
mengukur absorbansi pada panjang gelombang tunggal. Single-beam instrument
mempunyai beberapa keuntungan yaitu sederhana, harganya murah, dan
mengurangi biaya yang ada merupakan keuntungan yang nyata. Beberapa
instrumen menghasilkan single-beam instrument untuk pengukuran sinar ultra
violet dan sinar tampak. Panjang gelombang paling rendah adalah 190 sampai 210
nm dan paling tinggi adalah 800 sampai 1000 nm (Skoog, DA, 1996).
4.
Pada tahun tersebut, Bouger merumuskan hubungan antara absorpsi dari radiasi
monokromatik dan panjang jalan melalui medium yang menyerap. Berkurangnya
tenaga radiasi tiap satuan ketebalan medium penyerap sebanding dengan tenaga
radiasi. Lambert pada tahun 1768 juga merumuskan hal yang sama seperti
Bouger. Setelah itu pada tahun 1814, Fraunhofer menciptakan spektrokop, dan
menemukan 574 garis-garis gelap (garis-garis serapan atom) dalam spektrum
matahari. Spektrofotometri serapan atom adalah perkembangan dari spektroskopi
pancaran nyala. Selanjutnya, pada tahun 1859 Beer merumuskan hubungan antara
konsentrasi jenis zat penyerap dan besarnya absorpsi. Metode ini hanya dapat
digunakan dengan tepat hanya untuk radiasi monokromatik dan sifat macam zat
yang menyerap ditetapkan di atas jangkau konsentrasi yang bersangkutan
Thomas
Engelmann
melakukan
percobaan
spektrum
aksi
untuk
fotosintesis pada tahun 1883. Percobaan ini dilakukan dengan menerangi alga
berfilamen dengan cahaya yang telah dilewatkan dengan prisma, kemudian
memaparkan segmen alga yang berbeda ke panjang gelombang cahaya yang
berbeda.
Setelah
itu,
A.
Walsh
dari
Australia
pada
tahun
1955
memanfaatkan prinsip serapan atom pada bidang analisis. Hingga pada tahun
1960-an teknik serapan atom pun berkembang.
Namun terjadi kesalahpahaman untuk para ilmuwan, peneloti, serta
pabrik-pabrik industri. Mereka menganggap bahwa metode absorpsi atomik
sangatlah tepat dan meninggalkan metode spektroskopi pancaran nyala.
Spektroskopi pancaran nyala memang tidak lagi merupakan suatu sumber eksitasi,
akan tetapi masih dapat diharapkan untuk pengaruh-pengaruh yang berhubungan
dengan penguapan dan disosiasi.
10
11
untuk zat yang diperiksa, detektor, penguat arus dan alat ukur atau
pencatat.Larutan yang berwarna akan menyerap panjang gelombang sinar tertentu.
Setiap larutan akan menyerap panjang gelombang tertentu secara maksimal.
Semakin banyak zat terlarut akan menyerap panjang gelombang tertentu lebih
besar. Dengan demikian perbedaan serapan sinar menunjukkan intensitas zat
terlarut yang diukur. Ada hubungan antara penyerapan sinar atau panjang
gelombang tertentu denan konsentrasi larutan. Besarnya sinar diserap larutan
disebut Optical Density (OD) atau nilai Absorbansi (Suyitno, 2008).
Sebagian sinar yang tidak terserap merupakan sinar yang dilewatkan
(transmit), disebut nilai transmitan (Suyitno, 2008). Biasanya dinyatakan dalam
persen (%) yaitu menggunakan rumus :
T = Is/Io.
Nilai absorbansi merupakan negatif dari log transmitansinya.
OD [A] = - log T
12
Contoh Kasus
Pada percobaan kali ini juga dilakukan pendekatan untuk menghitung
jumlah sel
gelombang 600 nm. Pada panjang gelombang tersebut, dapat teramati nilai
absorbansi berbeda untuk setiap konsentrasi sampel.
Serial dilution atau pengenceran berseri dilakukan agar didapatkan
konsentrasi berbeda dari sampel , sehingga didapatkan nilai absorbansi berbeda
pula dari analisis menggunakan spektrofotometer. Dengan nilai absorbansi yang
berbeda tersebut, kurva baku dapat dibuat, untuk kemudian dicari persamaan
kurva bakunya. Persamaan kurva baku tersebut selanjutnya dapat dijadikan
sebagai formulasi untuk menentukan konsentrasi bakteri yang tidak diketahui.
Untuk menghitung jumlah sel Saccharomyces cerevisiae digunakan
beberapa jenis metode perhitungan, antara lain :
1. Penghitungan mikroskopis langsung, elektronik sel counter seperti
misalnya Coulter counter,
2. Metode kimiawi untuk mengetahui massa sel atau penyusun seluler
3. Pengukuran turbidimetri untuk peningkatan massa sel
4. Penghitungan total koloni pada cawan yang menggunakan metode
pengenceran seri-agar cawan.
13
Kesimpulan
Analisis sel menggunakan spektrofotometri merupakan bentuk analisis sel
tidak langsung dengan mengandalkan pengukuran absorbansi atau optical density.
Data yang diperoleh diolah menggunakan persamaan Lambert-Beer. Beberapa
komponen penting dalam spektrofotometri adalah sumber cahaya, monokromator,
kuvet, dan detektor. Metode-metode yang digunakan adalah standar tunggal,
kurva kalibrasi, adisi standar, serta metode konvensional. Salah satu aplikasi
metode
analisis
spektrofotometer
dengan
spektrofotometri
adalah
dengan
menggunakan
UV-Vis.
14
Daftar Pustaka
Campbell. 2002. Biologi. Jakarta: Erlangga
Underwood, Day. 1993. Analisa Kimia Kuantitatif,. Jakarta: Erlangga
Harvey. 2000. Modern Analytical Chemistry. USA: The McGraw-Hill
Companies, Inc.
15