Anda di halaman 1dari 9

TUGAS KULTUR SEL:

JENIS-JENIS BIOREAKTOR
(Oleh: Meriell Jade Eugenia Tendean / 1306447770)
Bioreaktor merupakan wadah mekanis tempat terjadinya konversi
biologis. Secara spesifik, bioreaktor merupakan wadah mekanik di mana di
dalamnya terjadi kultivasi organisme yang terkontrol dan/atau reaksi konversi
material tertentu melalui metabolic pathway yang dapat diatur. Bioreaktor dapat
dibedakan menjadi berbagai jenis menurut kategorinya, akan tetapi jika
dibandingkan menurut mode operasi, bioreaktor diklasifikasikan menjadi tiga
jenis: Bulk atau batch, continuous, dan semicontinuous atau semibatch. Berikut
pemaparan mengenai ketiganya.
Bulk/Batch
Dalam suatu sistem bulk atau lebih sering disebut batch, komponenkomponen medium ditambahkan di awal proses dan bukan saat proses fermentasi
berlangsung. Produk kemudian dipanen (harvesting) pada akhir proses fermentasi.
Pada bioreaktor batch, konsentrasi sel, komponen-komponen dalam media kultur,
serta produk berubah-ubah sesuai laju penyerapan nutrisi oleh sel-sel di dalam
bioreaktor.
Sebuah bioreaktor batch umumnya berupa sebuah tanki dengan agitator
dan sistem pendinginan (cooling system). Agitator sangat dibutuhkan agar terjadi
pencampuran homogeny sehingga nutrisi terbagi rata untuk sel serta suhu dalam
bioreaktor terjaga. Sistem pendinginan terdiri atas sebuah thermal jacket atau
cooling jacket. Seringkali pada jacket terdapat agitation nozzle sehingga terjadi
turbulen yang lebih besar dan perpindahan kalor yang lebih baik. Sistem
pendinginan ini dibutuhkan untuk menjaga suhu di dalam bioreaktor. Selain itu,
terdapat juga sistem aerasi untuk reaksi-reaksi aerobik. Sebuah outlet pump juga
terdapat

pada

bioreaktor

untuk

mengalirkan

produk-produk

sampingan

metabolisme seperti CO2 atau senyawa-senyawa lain.


Pada sistem batch, terdapat beberapa parameter yang harus dijaga konstan,
yaitu konsentrasi oksigen, suhu, dan pH. Untuk memantau parameter-parameter

reaksi ini, terdapat sensor-sensor. Sensor pada bioreaktor ini yang akan terhubung
dengan transmitter dan akhirnya aktuator untuk mengatur parameter-parameter
tersebut. Di bawah ini adalah gambar sederhana sebuah bioreaktor sistem batch.

Gambar 1. Bioreaktor Batch


(Sumber: http://shariarbd.com/wp-content/uploads/2011/02/Bioreactor.jpg)
Perhitungan laju reaksi dengan bioreaktor batch menggunakan persamaanpersamaan sebagai berikut:

Terdapat beberapa keuntungan menggunakan bioreaktor batch, yaitu:

Resiko kontaminasi kecil

Dapat digunakan untuk variasi produk atau sistem biologis

Tingkat konversi bahan mentah lebih tinggi karena periode pertumbuhan


yang terkontrol
Akan tetapi, penggunaan sistem ini juga memiliki beberapa kerugian,
seperti:

Produktivitas sistem rendah karena memakan banyak waktu sterilisasi,


memasukkan medium, dsb.

Diperlukan beberapa kali subkultur sehingga penanganan media kurang


baik

Lebih tinggi resiko higienis skala industri


Bioreaktor batch biasanya digunakan untuk:

Produk yang harus diproduksi dengan resiko kontaminasi atau mutasi


organisme minimum

Operasi-operasi yang hanya menghasilkan sejumlah kecil produk

Proses-proses menggunakan satu reaktor untuk menghasilkan berbagai


produk

Continuous
Pada sistem bioreaktor kontinyu media kultur (dapat berupa steril atau
mengandung mikroorganisme atau sel) dimasukkan ke dalam bioreaktor secara
kontinyu untuk menjaga kondisi steady. Selain itu, harvesting produk dan
pembuangan produk sampingan metabolisme juga terjadi secara kontinyu.
Volume kultur dijaga tetap dan konsentrasi nutrisi tetap pada nilai-nilai konstan
tertentu. Diagram sederhana sistem kontinyu dapat dilihat pada gambar di bawah.

Gambar 2. Sistem Bioreaktor Continuous


(Sumber:
http://teaching.ust.hk/~ceng565/files/lectures/Bioreactor%20Design%20Fundame
ntals.pdf)

Bioreaktor kontinyu memiliki komponen-komponen yang mirip dengan


bioreaktor batch, perbedaannya terletak pada recycle loop yang dimiliki
bioreaktor kontinyu. Feed yang sudah mengandung produk dialirkan keluar,
kemudian dipisahkan dari produk dalam separator. Feed yang terpisahkan ini
kemudian dimasukkan kembali bersama feed yang baru ke dalam bioreaktor. Pada
sistem kontinyu, semua variabel reaksi dan parameter kendali dijaga konstan,
sehingga terdapat kondisi konstanta waktu dalam bioreaktor. Di bawah ini adalah
gambar bioreaktor kontinyu yang lebih mendetail.

Gambar 3. Komponen-komponen Bioreaktor Kontinyu


(Sumber: http://people.clarkson.edu/~wwilcox/Design/reactbio.pdf)
Persamaan umum yang digunakan dalam sistem bioreaktor kontinyu
adalah:

Keuntungan-keuntungan menggunakan bioreaktor kontinyu yaitu:

Laju pembelahan sel yang lebih tinggi

Pertumbuhan kultur suspensi sel dapat dimonitor berdasarkan satuan


volume sel yang berkorelasi dengan pertumbuhan berat segar sel. Densitas
sel dapat diperkirakan dan dipantau menggunakan alat haemocytometer.

Automasi proses relatif mudah

Waktu yang digunakan lebih efisien

Kualitas produk konsisten karena parameter operasi yang bernilai konstan

Resiko toksisitas skala industri rendah


Di sisi lain, kerugian menggunakan sistem ini yaitu:

Variasi produk atau sistem biologis tidak banyak

Komposisi dan kondisi media harus selalu seragam untuk menjaga kualitas
dan kontinuitas

Investasi besar dalam menjaga kondisi steril

Resiko kontaminasi dan mutasi lebih tinggi


Bioreaktor continuous dapat digunakan untuk:

Proses-proses dengan volume produksi tinggi

Proses-proses menggunakan gas, cairan, atau solid yang dapat terlarut

Proses yang melibatkan mikroorganisme yang memiliki ketahanan


terhadap mutasi yang tinggi
Secara umum, bioreaktor continuous biasanya digunakan untuk produkproduk seperti cuka, ragi, dan pengolahan air limbah.

Semicontinuous (Semibatch)
Sistem semicontinuous merupakan gabungan sistem batch dan kontinyu.
Pada mode operasi ini, reaksi diinisiasi dengan memasukkan media kultur pada
mode batch hingga semua substrat pembatas dikonsumsi. Selanjutnya, media
kultur diumpankan bisa secara batch atau secara kontinyu dengan memanipulasi
laju alir umpan. Proses pemanenan mengikuti sistem batch yaitu hanya dilakukan
di akhir waktu operasi. Pemanenan dapat dilakukan untuk seluruh atau hanya
sebagia media kultur. Pemanenan sebagian maksudnya supaya media kultur sisa
dapat digunakan kembali untuk running fermentasi selanjutnya.
Proses ini dapat diulang beberapa kali. Dalam bioreaktor sistem semicontinuous, terdapat satu atau lebih aliran masukan, tetapi tidak ada aliran keluar.
Karena laju alir umpan dimanipulasi tetapi pemanenan hanya dilakukan di akhir,
volume kultur meningkat hingga penuh. Konsentrasi nutrisi seperti oksigen,
glukosa, dan lain-lain dapat diatur agar tetap optimum dengan manipulasi laju alir
umpan

tersebut.

Berikut

adalah

diagram

sederhana

bioreaktor

semicontinuous.

Gambar 4. Bioreaktor Semicontinuous


(Sumber: http://userpages.umbc.edu/~gferre1/fermentor.gif)

sistem

Kemudian, di bawah ini adalah grafik perubahan variabel-variabel reaksi dalam


sistem semicontinuous.

Gambar 5. Grafik Dinamika Reaksi dalam Bioreaktor Semicontinuous


(Sumber: http://userpages.umbc.edu/~gferre1/nongrowthassociated.gif)
Beberapa keuntungan menggunakan sistem biroeaktor ini adalah:

Yield yang lebih tinggi

Kondisi mikroorganisme dapat dioptimasi dengan lebih mudah


Kerugian menggunakan sistem ini adalah:

Tingkat produktivitas rendah karena prosedur yang memakan waktu


(seperti pada batch)

Kontrol dinamik proses lebih memakan cost


Awalnya, sistem semicontinuous digunakan untuk produksi ragi (yeast)

dari glukosa dalam jumlah kecil. Selanjutnya sistem ini berkembang dan
digunakan untuk fermentasi penicillin. Hingga saat ini, sistem semicontinuous
digunakan untuk hampir seluruh reaksi-reaksi biologis. Aplikasi sistem ini dapat
dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Aplikasi Bioreaktor Semi-continuous

Referensi

1.

Introduction to Fed-batch Cultures


http://assets.cambridge.org/97805215/13364/excerpt/9780521513364_exc
erpt.pdf (Diakses pada 10 November 2015)

2. Keys to Bioreactor Selections


http://people.clarkson.edu/~wwilcox/Design/reactbio.pdf (Diakses pada 10
November 2015)

Anda mungkin juga menyukai