Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH SOSIOLOGI

INDUSTRI (KU4183)

Pengaruh Konflik Akibat Kegagalan Konstruksi


Terhadap Kerja Sama Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa

Disusun oleh:

Audrey Seravina (15518006)


Sebastian D. J. Sihombing (18216048)
Vincent Valeriandy Kencana (10818049)
Omar Abdulaziz (10118051)
Kintan Sekar Adinda (13517102)
Dara Dewata (10818023)
Zhuna Alfando Kaban (18018015)
Zico Daniel D. S. (10518049)

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.1.1 Das Sollen
Das sollen adalah hal-hal yang diharapkan dan seharusnya terjadi. Hal-hal ini terdapat
di dalam peraturan dan hukum yang kemudian menjadi norma dalam kehidupan kita sehari-
hari. Pada penelitian ini, Das Sollen yang diangkat antara lain:
1. Undang-undang Dasar Tahun 1945
● Pembukaan
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia
itu dalam suatu Undang Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam
suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam Permusyawatan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Undang-Undang No.2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi
● Pasal 46
Pengaturan hubungan kerja antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa harus
dituangkan dalam Kontrak Kerja Konstruksi.
● Pasal 47
1. Kontrak Kerja Konstruksi paling sedikit harus mencakup uraian mengenai:
k) Kegagalan bangunan, memuat ketentuan tentang kewajiban penyedia jasa
dan/atau pengguna jasa atas kegagalan bangunan dan jangka waktu
pertanggungjawaban Kegagalan Bangunan;
l) Perlindungan pekerja, memuat ketentuan tentang kewajiban para pihak dalam
pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja serta jaminan sosial;
m) Perlindungan terhadap pihak ketiga selain para pihak dan pekerja, memuat
kewajiban para pihak dalam hal terjadi suatu peristiwa yang menimbulkan
kerugian atau menyebabkan kecelakaan dan/atau kematian;
● Pasal 52
Penyedia Jasa dan Sub-penyedia Jasa dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi
harus:
1. sesuai dengan perjanjian dalam kontrak;
2. memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan;
dan
3. mengutamakan warga negara Indonesia sebagai pimpinan tertinggi organisasi
proyek.
● Pasal 70
1. Setiap tenaga kerja konstruksi yang bekerja di bidang Jasa Konstruksi wajib
memiliki Sertifikat Kompetensi Kerja.
2. Setiap Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa wajib mempekerjakan tenaga
kerja konstruksi yang memiliki Sertifikat Kompetensi Kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
3. Sertifikat Kompetensi Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh
melalui uji kompetensi sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja.

● Pasal 85
Masyarakat dapat berpartisipasi dalam pengawasan penyelenggaraan Jasa
Konstruksi dengan cara:
1. mengakses informasi dan keterangan terkait dengan kegiatan konstruksi yang
berdampak pada kepentingan masyarakat;
2. melakukan pengaduan, gugatan, dan upaya mendapatkan ganti kerugian atau
kompensasi terhadap dampak yang ditimbulkan akibat kegiatan Jasa
Konstruksi; dan
3. membentuk asosiasi profesi dan asosiasi badan usaha di bidang Jasa Konstruksi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Selain berpartisipasi dalam pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
masyarakat juga dapat memberikan masukan kepada Pemerintah Pusat dan/atau
Pemerintah Daerah dalam perumusan kebijakan Jasa Konstruksi.
3. Undang - Undang Nomor 28 TAHUN 2002 tentang Bangunan Gedung
● Pasal 1 Ayat 2
Penyelenggaraan bangunan gedung adalah kegiatan pembangunan yang meliputi
proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan,
pelestarian, dan pembongkaran.
● Pasal 35 Ayat 4
Pembangunan bangunan gedung dapat dilaksanakan setelah rencana teknis
bangunan gedung disetujui oleh Pemerintah Daerah dalam bentuk izin mendirikan
bangunan, kecuali bangunan gedung fungsi khusus.

1.1.2 Das Sein


Das sein adalah kenyataan yang sebenarnya terjadi di lapangan yang sering dijumpai
dalam kehidupan masyarakat. Dalam kasus ini terdapat beberapa hal, yaitu:
1. Terjadi pelanggaran Penyedia Jasa dalam pemenuhan Standar Keamanan, Keselamatan,
Kesehatan, dan Keberlanjutan yang menyebabkan terjadinya kegagalan konstruksi.
2. Terdapat tenaga kerja konstruksi yang tidak memenuhi kualifikasi meskipun kewajiban
memiliki Sertifikat Kompetensi Kerja sudah diterapkan.
3. Kurang dilakukan pengawasan dalam pelaksanaan proyek konstruksi.

1.2 Identifikasi Masalah


1. Pihak penyedia jasa melakukan kelalaian dalam melaksanakan pekerjaannya.
2. Kurangnya ketegasan dalam pelaksanaan sertifikasi tenaga kerja konstruksi.
3. Adanya kecurangan yang dilakukan oleh penyedia jasa berupa pelanggaran isi kontrak dan
atau standar operasional yang telah disepakati kedua belah pihak.
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa konflik yang timbul akibat terjadinya kegagalan konstruksi?
2. Bagaimana konflik sosial mempengaruhi kerja sama antara penyedia jasa dengan
pengguna jasa?
3. Bagaimana perubahan sikap pengguna jasa dan penyedia jasa ketika terjadi konflik akibat
kegagalan konstruksi?

1.4 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui konflik yang timbul akibat terjadinya kegagalan konstruksi.
2. Mengetahui pengaruh konflik sosial terhadap kerja sama antara penyedia jasa dan
pengguna jasa.
3. Mengetahui perubahan sikap pengguna jasa terhadap penyedia jasa ketika terjadi konflik
akibat kegagalan konstruksi.

1.5 Manfaat Penelitian


1. Memahami berbagai konflik yang dapat terjadi di berbagai situasi dan kondisi lingkungan
konstruksi.
2. Menciptakan hubungan kerja sama yang lebih harmonis antara penyedia jasa dan pengguna
jasa untuk mengurangi pengaruh konflik yang mungkin muncul.
3. Memahami dan memberikan respon yang sesuai terhadap pengguna jasa ketika terjadi
konflik akibat kegagalan konstruksi.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Teori Rumusan Masalah 1


2.1.1 Teori Konflik (menurut Ralf Dahrendorf)
Teori Konflik merupakan teori yang memandang bahwa perubahan sosial tidak terjadi
melalui proses penyesuaian nilai-nilai, tetapi akibat adanya konflik-konflik yang
menyebabkan kompromi yang berbeda dari kondisi awal. Teori Konflik memandang
masyarakat sebagai sistem sosial yang terdiri atas kepentingan yang berbeda-beda dimana
ada suatu usaha untuk menaklukkan pihak lain demi memenuhi kepentingannya atau
memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Menurut Dahrendorf, konflik yang ada di
masyarakat disebabkan oleh berbagai aspek sosial. Aspek-aspek sosial yang ada kemudian
mewujudkan diri dalam organisasi sosial.

Konsep sentral dari teori konflik Dahrendorf adalah wewenang dan posisi. Kekuasaan dan
wewenang senantiasa menempatkan individu pada posisi atas dan posisi bawah dalam setiap
struktur. Karena wewenang itu adalah sah, maka setiap individu yang tidak tunduk terhadap
wewenang yang ada akan terkena sanksi. Dengan demikian masyarakat disebut oleh
Dahrendorf sebagai: persekutuan yang terkoordinasi secara paksa. Oleh karena kekuasaan
selalu memisahkan dengan tegas antara penguasa dan yang dikuasai, maka dalam masyarakat
selalu terdapat dua golongan yang saling bertentangan.

Dahrendorf menyatakan bahwa masyarakat memiliki dua wajah, yaitu konflik dan
konsensus, yang dikenal dengan teori konflik dialektika. Teori konflik harus menguji konflik
kepentingan dan penggunaan kekerasan yang mengikat masyarakat sedangkan teori
konsensus harus menguji nilai integrasi dalam masyarakat.

Dahrendorf mengemukakan teorinya dengan melakukan kritik dan modifikasi atas pemikiran
Karl Marx, yang berasumsi bahwa kapitalisme, kepemilikan dan kontrol atas sarana-sarana
produksi berada di tangan individu-individu yang sama, yang sering disebut kaum borjuis
dan kaum proletariat.
Fakta kehidupan sosial ini yang mengarahkan Dahrendorf kepada tesis sentralnya bahwa
perbedaan distribusi ‘otoritas” selalu menjadi faktor yang menentukan konflik sosial
sistematis. Hubungan Otoritas dan Konflik Sosial Ralf Dahrendorf berpendapat bahwa posisi
yang ada dalam masyarakat memiliki otoritas atau kekuasaan dengan intensitas yang
berbeda-beda. Otoritas tidak terletak dalam diri individu, tetapi dalam posisi, sehingga tidak
bersifat statis. Jadi, seseorang bisa saja berkuasa atau memiliki otoritas dalam lingkungan
tertentu dan tidak mempunyai kuasa atau otoritas tertentu pada lingkungan lainnya. Sehingga
seseorang yang berada dalam posisi subordinat dalam kelompok tertentu, mungkin saja
menempati posisi superordinat pada kelompok yang lain.

2.1.2 Teori Konsensus


Teori Konsensus berpendapat bahwa aturan kebudayaan suatu masyarakat, atau struktur,
menentukan perilaku anggotanya, menyalurkan tindakan-tindakan mereka dengan cara-cara
tertentu yang mungkin berbeda dari masyarakat yang lain. Sosialisasi menjadi norma dan
nilai untuk menghasilkan kesepakatan atau konsensus. Melalui sosialisasi, aturan-aturan
kebudayaan menstrukturkan perilaku, menjamin konsensus dalam hal perilaku yang
diharapkan, dan oleh karena itu menjamin keteraturan sosial.

Emil Durkheim membangun sebuah kesimpulan bahwa eksistensi masyarakat tergantung


pada konsensus moral. Ide bahwa konsensus moral adalah kondisi yang diperlukan bagi
mewujudkan keteraturan sosial adalah salah satu postulat teori sosial fungsional. Konsensus
terkandung dalam konsepnya yang terkenal yaitu kesadaran kolektif yang artinya sumber
solidaritas yang mendorong mereka untuk mau bekerja sama.

2.2 Teori Rumusan Masalah 2


2.2.1 Teori Kerja Sama
Kerja sama merupakan salah satu bentuk interaksi sosial. Menurut Abdulsyani, kerja sama
adalah suatu bentuk proses sosial, dimana di dalamnya terdapat aktivitas tertentu yang
ditujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami
aktivitas masing-masing. Kerja sama juga diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan secara
bersama-sama dari berbagai pihak untuk mencapai tujuan bersama. Sebagaimana dikutip
oleh Abdulsyani, Roucek dan Warren, mengatakan bahwa kerja sama berarti bersama-sama
untuk mencapai tujuan bersama. Ia adalah satu proses sosial yang paling dasar. Biasanya
kerja sama melibatkan pembagian tugas, dimana setiap orang mengerjakan setiap pekerjaan
yang merupakan tanggung jawabnya demi tercapainya tujuan bersama. Ada beberapa cara
yang dapat menjadikan kerjasama dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yang telah
disepakati oleh dua orang atau lebih tersebut yaitu:
1. Saling terbuka, dalam sebuah tatanan kerjasama yang baik harus ada komunikasi yang
komunikatif antara dua orang yang bekerja sama atau lebih.
2. Saling mengerti, kerjasama berarti dua orang atau lebih bekerja sama untuk mencapai
suatu tujuan, dalam proses tersebut, tentu ada, salah satu yang melakukan kesalahan dalam
menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapkan.

2.2.2 Teori Etika Profesi


Menurut Suhrawardi Lubis, teori etika profesi merupakan sikap hidup berupa keadilan untuk
memberikan pelayanan profesional terhadap masyarakat dengan penuh ketertiban dan
keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap
masyarakat.

2.3 Teori Rumusan Masalah 3


2.3.1 Teori Perubahan Sikap
Menurut Carl Hovland, teori perubahan sikap ( attitude change theory ) memberikan
penjelasan bagaimana sikap seseorang terbentuk dan bagaimana sikap seseorang itu dapat
berubah melalui proses komunikasi dan bagaimana sikap itu dapat mempengaruhi sikap dan
perilaku seseorang.

Dalam teori perubahan sikap ( attitude change theory ) menyatakan bahwa seseorang akan
mengalami proses ketidaknyamanan di dalam dirinya bila dihadapkan pada sesuatu yang
baru yang bertentangan dengan keyakinannya. Sehingga membutuhkan waktu untuk
menganalisa sehingga sampai pada sebuah keyakinan untuk mengambilnya atau tidak sesuai
dengan tabiatnya.
Dalam upaya mengurangi ketidaknyamanan tersebut, seseorang secara otomatis akan
melakukan tiga proses selektif yaitu:
1. Penerimaan Informasi Selektif
Merupakan proses dimana orang hanya akan menerima informasi yang sesuai dengan sikap
atau kepercayaan yang sudah dimilikinya.
2. Ingatan Selektif
Ingatan selektif mengasumsikan orang tidak mudah lupa atau sangat mengingat pesan yang
sesuai dengan sikap atau kepercayaan yang sudah dimilikinya.
3. Persepsi Selektif

Orang akan memberikan interpretasinya terhadap setiap pesan yang diterimanya sesuai
dengan sikap atau kepercayaan yang sudah dimilikinya. Perubahan sikap akan ditentukan
oleh dua faktor, yaitu :
1. Faktor internal (individu itu sendiri), yaitu cara individu dalam menanggapi dunia luarnya
dengan selektif sehingga tidak semua yang datang akan diterima atau ditolak.
2. Faktor eksternal, yaitu keadaan-keadaan yang ada di luar individu yang merupakan
stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap.

2.3.2 Teori Hak


Teori hak merupakan aspek dari teori deontologi yang menyatakan bahwa tindakan yang
benar atau baik dilakukan karena merupakan kewajiban moral seseorang untuk
melakukannya. Hal ini dikarenakan apa yang merupakan kewajiban bagi seseorang biasanya
merupakan hak bagi orang lain. Hak didasarkan atas martabat manusia, dan martabat semua
manusia sama. Oleh karena itu, semua manusia harus mendapatkan perlakuan yang sama.
Seperti yang diungkapkan oleh Immanuel Kant, manusia merupakan suatu tujuan pada
dirinya sendiri (an end in itself). Oleh karena itu, manusia harus selalu dihormati sebagai
suatu tujuan sendiri dan tidak boleh diperlakukan semata-mata sebagai sarana demi
tercapainya suatu tujuan lain (Bertens, 2000).
BAB III
METODE PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian sosial ini adalah pendekatan kualitatif
dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara narasumber. Metode yang digunakan adalah
metode deskriptif analitis yang bersifat induktif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan
analisis. Proses dan makna (perspektif subjek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif.
Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di
lapangan. Selain itu landasan teori ini juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang
latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan mendasar
antara peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Dalam
penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan
atau penolakan terhadap teori yang digunakan; sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti
bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu
“teori”.
Kriyantono menyatakan bahwa, "Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena
dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya.” Penelitian kualitatif
menekankan pada kedalaman data yang didapatkan oleh peneliti. Semakin dalam dan detail data
yang didapatkan, maka semakin baik kualitas dari penelitian kualitatif ini.

Pedoman Wawancara

Teori Pertanyaan

Konflik 1. Konflik apa yang pernah terjadi dalam pekerjaan


konstruksi?
2. Seperti apa kondisi awal sebelum terjadinya konflik?
3. Apakah terjadi perubahan kondisi hubungan pekerjaan

setelah terjadinya konflik? Jika ya, bagaimana

meningkatkan hubungan tersebut?

4. Perbedaan kepentingan apa yang menyebabkan konflik

tersebut?

5. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan

konflik akibat kegagalan konstruksi?

6. Kelompok dengan posisi apa yang umumnya mendominasi

konflik yang terjadi?

7. Bagaimana cara menyesuaikan nilai-nilai sosial agar

hubungan kerjasama tetap terjaga?

8. Apakah masih ada kompromi bagi penyedia jasa jika

kesalahan sebenarnya dari mereka?

9. Jika dilihat dari sistem sosial yang ada apakah pernah

terjadi keributan selama proses gagal konstruksi?

10. Namun apakah ada kasus gagal konstruksi yang dibuat

oleh onkum dengan usaha untuk menaklukkan sesama

kontraktor?

11. Apakah kontraktor tetap memperoleh keuntungan jika

mendapat kegagalan konstruksi?

12. Melihat dari aspek sosial, apa dampak gagal konstruksi

bagi masyarakat sekitar konstruksi?


13. Apakah ada organisasi sosial atau masyarakat yang

menghambat pembangunan sebuah kontruksi?

Kerja sama 1. Bagaimana interaksi sosial pihak pengguna jasa dan

penyedia jasa setelah terjadi kegagalan konstruksi?

2. Apakah pembagian tugas dalam pelaksanaan proyek

konstruksi ini memiliki pengaruh dalam terjadinya

kegagalan konstruksi?

3. Apakah ada upaya yang dilakukan oleh pihak pengguna

jasa dan pihak penyedia jasa untuk mencapai tujuan

bersamanya, yaitu melaksanakan konstruksi proyek,

bahkan setelah terjadinya kegagalan konstruksi? Bila iya,

bagaimana langkah yang ditempuh untuk melakukan hal

tersebut?

4. Apakah pihak pengguna jasa dan pihak penyedia jasa

secara bersama-sama melaksanakan evaluasi setelah

terjadi kegagalan konstruksi?

5. Apa sikap dan bentuk kegiatan yang dilakukan oleh pihak

penyedia jasa dan pengguna jasa dengan saling

memahami aktivitas masing-masing mengenai

penyelesaian persoalan yang terjadi setelah terjadi

kegagalan konstruksi?
6. Apakah proses sosial yang dilakukan pihak pengguna jasa

dan pihak penyedia jasa dalam menyelesaikan persoalan

setelah terjadinya gagal konstruksi sudah berjalan dengan

baik atau belum? Jika belum, apa kendala yang dihadapi

dalam proses sosial yang terjadi tersebut?

Teori perubahan 1. Apakah kegagalan konstruksi bertentangan dengan


sikap
keyakinan (ekspektasi) pelayan jasa dan pengguna jasa?

2. Bagaimana sikap penyedia jasa dan pengguna jasa terhadap

kegagalan konstruksi?

3. Apa upaya yang dilakukan untuk mengurangi

ketidaknyamanan yang dirasakan ketika mengalami

kegagalan konstruksi?

4. Bagiamana proses komunikasi penyedia dan pengguna

jasa setelah terjadi gagal konstruksi?

5. Apakah terjadi kegagalan konstruksi memengaruhi sikap

dan perilaku dari kedua pihak?

6. Bagaimana cara penyedia jasa menganalisis penyebab

gagal konstruksi ini?

7. Pada awal perjanjian apa hal yang membuat kedua pihak

berpegang pada sebuah keyakinan?

8. Apakah ada tindakan pengguna jasa yang tidak sesuai

dengan tabiatnya?
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Hasil Penelitian Rumusan Masalah 1

Teori Pertanyaan Jawaban

1. Konflik apa yang


Teori Konflik 1. Konflik yang pernah terjadi dalam
pernah terjadi dalam
pekerjaan konstruksi adalah tidak
pekerjaan konstruksi?
adanya pihak yang mau mengakui
2. Seperti apa kondisi
kesalahannya. Baik pemilik proyek,
awal sebelum terjadinya
konsultan, maupun kontraktor pasti
konflik?
complain bahwa kegagalan yang terjadi
3. Apakah terjadi
bukan kesalahan mereka.
perubahan kondisi
2. Biasa aja. Hubungan baik antara
hubungan pekerjaan
pengguna dan penyedia jasa.
setelah terjadinya
3. Ya, terjadi perubahan kondisi
konflik? Jika ya,
hubungan pekerjaan setelah terjadi
bagaimana
konflik. Untuk meningkatkan
meningkatkan hubungan
hubungannya, dilakukan investigasi
tersebut?
untuk memastikan siapa penyebab

kegagalan konstruksi tersebut.


4. Perbedaan kepentingan 4. Pada umumnya adalah perbedaan

apa yang menyebabkan kepentingan mengenai biaya. Konflik

konflik tersebut? mengenai tidak adanya pihak yang mau

5. Bagaimana upaya yang mengaku salah juga terjadi karena tidak

dilakukan untuk adanya pihak yang mau menanggung

menyelesaikan konflik biaya.

akibat kegagalan 5. Mengikuti investigasi dan prosedur

konstruksi? pertanggungjawaban.

6. Kelompok dengan 6. Ketika terjadi konflik, tingkatan

posisi apa yang kelompok dari yang paling dominan

umumnya mendominasi adalah owner, manajemen konstruksi,

konflik yang terjadi? konsultan perencana, dan kontraktor.

7. Bagaimana cara 7. Dapat dilakukan dengan tetap

menyesuaikan nilai- berpegang pada prinsip hubungan yang

nilai sosial agar sudah ditentukan di awal.

hubungan kerjasama 8. Tentu saja sebagai penjaga etikat baik

tetap terjaga? harus dilakukan.

8. Apakah masih ada 9. Untuk keributan yang luar biasa tidak

kompromi bagi ada. Namun beberapa kasus yang

penyedia jasa jika kedua pihak saling adu benar. hal ini

kesalahan sebenarnya bisa masuk ke ranah hukum. Oleh

dari mereka? karena itu permasalahan seperti ini


9. Jika dilihat dari sistem harus diselesaikan dengan kepala

sosial yang ada apakah dingin.

pernah terjadi keributan 10. Kalo sejauh ini tidak ada kontraktor

selama proses gagal yang melakukan hal seperti itu. Hal

konstruksi? tersebut tidaklah etis dalam bekerja.

10. Namun apakah ada Setiap kegagalan konstruksi merupakan

kasus gagal konstruksi hal yang lumrah karena hal tersebut

yang dibuat oleh onkum tidak diinginkan

dengan usaha untuk 11. Kami masih mendapat keuntungan

menaklukkan sesama namun hanya sebatas gaji dan tidak

kontraktor? ada keuntungan dari bonus atau sisa

11. Apakah kontraktor tetap biaya.

memperoleh 12. Secara langsung mungkin tidak ada.

keuntungan jika Namun beberapa tempat yang

mendapat kegagalan memiliki konstruksi yang besar,

konstruksi? banyak masyarakat yang dikerjakan di

12. Melihat dari aspek proyek. Namun jika tidak ada lagi

sosial, apa dampak proyek maka masyarakat akan tidak

gagal konstruksi bagi mendapat pekerjaan

masyarakat sekitar 13. Terkadang ada organisasi masyarakat

konstruksi? setempat yang menginginkan uang

13. Apakah ada organisasi keamanan sebagai jaminan penjagaan

sosial atau masyarakat konstruksi tersebut. Namun penagihan


yang menghambat ini dilakukan terus menerus dengan

pembangunan sebuah berbagai alasan.

konstruksi?

4.2. Hasil Penelitian Rumusan Masalah 2

Teori Pertanyaan Jawaban

Teori Kerja 1. Bagaimana interaksi


1. Biasa saja karena tetap menjaga
Sama sosial pihak pengguna profesionalitas dan memenuhi
jasa dan penyedia jasa pertanggungjawaban yang harus
dilaksanakan sesuai komitmen pada awal
setelah terjadi
pengerjaan konstruksi.
kegagalan konstruksi?
2. Pembagian tugas tidak memiliki pengaruh
dalam terjadinya kegagalan konstruksi
2. Apakah pembagian karena pembagian tugas sudah dilakukan
sejak awal pengerjaan konstruksi.
tugas dalam
3. Iya, pengerjaan konstruksi tetap harus
pelaksanaan proyek
dilanjutkan sampai selesai sesuai dengan
konstruksi ini memiliki kesepakatan awal.

pengaruh dalam 4. Pihak pengguna jasa dan pihak penyedia


jasa melakukan evaluasi internal masing-
terjadinya kegagalan
masing. Proses yang dilakukan bersama-
konstruksi? sama hanyalah pemenuhan prosedur yang

3. Apakah ada upaya yang harus dipenuhi setelah kegagalan


konstruksi.
dilakukan oleh pihak
5. Bentuk perbuatannya contohnya adalah
pengguna jasa dan saling menyesuaikan waktu dan kondisi
pihak penyedia jasa ketika harus bertemu untuk menyelesaikan
standar prosedur yang harus dilakukan
untuk mencapai tujuan
6. Pada umumnya proses sosial yang
bersamanya, yaitu
dilakukan pengguna jasa dan penyedia jasa
melaksanakan sudah berjalan dengan cukup baik karena
mengikuti kesepakatan awal.
konstruksi proyek,

bahkan setelah

terjadinya kegagalan

konstruksi? Bila iya,

bagaimana langkah

yang ditempuh untuk

melakukan hal tersebut?

4. Apakah pihak pengguna

jasa dan pihak penyedia


jasa secara bersama-

sama melaksanakan

evaluasi setelah terjadi

kegagalan konstruksi?

5. Apa sikap dan bentuk

kegiatan yang

dilakukan oleh pihak

penyedia jasa dan

pengguna jasa dengan

saling memahami

aktivitas masing-

masing mengenai

penyelesaian persoalan

yang terjadi setelah

terjadi kegagalan

konstruksi?

6. Apakah proses sosial

yang dilakukan pihak

pengguna jasa dan

pihak penyedia jasa

dalam menyelesaikan

persoalan setelah

terjadinya gagal
konstruksi sudah

berjalan dengan baik

atau belum? Jika belum,

apa kendala yang

dihadapi dalam proses

sosial yang terjadi

tersebut?
4.3. Hasil Penelitian Rumusan Masalah 3

Teori Pertanyaan Jawaban

1. Apakah kegagalan
Teori 1. Ya, bertentangan dengan ekspektasi awal
Peruba konstruksi kedua belah pihak, meskipun kegagalan
han bertentangan dengan konstruksi tidak jarang terjadi.
Sikap 2. Keduanya menunjukkan perubahan sikap.
keyakinan
Pihak owner kehilangan rasa kepercayaan
(ekspektasi) pelayan
kepada penyedia jasa, dan pihak penyedia
jasa dan pengguna jasa mengalami perubahan emosi dan

jasa? menjadi insecure.


3. Upaya yang dilakukan oleh owner adalah
2. Bagaimana sikap
menjadi lebih waspada dan teliti dalam
penyedia jasa dan mengawasi pekerjaan konstruksi.

pengguna jasa Sedangkan pihak penyedia jasa menjadi


lebih teliti dan disiplin dalam melaksanakan
terhadap kegagalan
pekerjaannya.
konstruksi? 4. Masih lancar saja. Semua sudah diatur
3. Apa upaya yang dalam SOP awal sehingga masalah yang
terjadi sudah diperkirakan
dilakukan untuk
5. Secara profesional tidak begitu
mengurangi berpengaruh
ketidaknyamanan 6. Tentu ada perhitungan sipil khusus. Namun
kami juga harus menjelaskan kepada
yang dirasakan ketika
pengguna jasa apa penyebab utama dari
mengalami kegagalan
kegagalan ini.
konstruksi?
4. Bagiamana proses 7. Sikap saling percaya bahwa proyek akan
meguntungkan kedua pihak adalah hal yang
komunikasi penyedia
paling utama
dan pengguna jasa
8. Terkadang pengguna jasa meminta hal lebih
setelah terjadi gagal dari yang telah disepakati. Itu membuat

konstruksi? penyedia jasa menjadi bingung


memenuhinya.
5. Apakah terjadi
kegagalan konstruksi
memengaruhi sikap
dan perilaku dari
kedua pihak?

6. Bagaimana cara
penyedia jasa
menganalisis
penyebab gagal
konstruksi ini?
7. Pada awal perjanjian
apa hal yang membuat
kedua pihak berpegang
pada sebuah
keyakinan?

8. Apakah ada tindakan


pengguna jasa yang
tidak sesuai dengan
tabiatnya?
BAB V

ANALISIS

5.1. Analisis Rumusan Masalah 1

Rumusan Masalah 1: Apa konflik yang timbul akibat terjadinya kegagalan konstruksi?
Dalam pelaksanaan konstruksi, ada 3 pihak yang terlibat, yaitu owner (pengguna jasa),
konsultan (penyedia jasa), dan kontraktor (penyedia jasa). Pada terjadinya kegagalan
konstruksi, timbul konflik akibat kegagalan konstruksi tersebut. Konflik yang terjadi adalah
tidak ada yang mau disalahkan ketika terjadi kegagalan konstruksi. Perbedaan kepentingan
yang biasanya mendasari ini adalah permasalahan biaya yang harus dikeluarkan untuk
menggantikan kerusakan akibat kegagalan konstruksi. Upaya yang dilakukan untuk menjawab
perbedaan kepentingan tersebut adalah menjalankan prosedur investigasi. Dari hasil
investigasi ini, muncullah sebuah konsensus, yaitu pihak mana yang seharusnya bertanggung
jawab dan pertanggungjawaban apa yang harus diberikan. Untuk memastikan keteraturan
kerja sama antara pihak penyedia dan pengguna jasa sesudah terjadinya konflik, maka
diperlukan kerja sama dari masing-masing pihak untuk tetap bersikap profesional. Kesadaran
setiap pihak untuk menyelesaikan konflik dibuktikan dengan korporasi mereka untuk
mengikuti investigasi sebagai upaya penyelesaian konflik.
Selain itu, pasca terjadinya kegagalan konstruksi, terbentuk pandangan buruk dari satu
pihak ke pihak lain. Pihak yang tidak bersalah biasanya menganggap pihak yang bersalah
kurang kompeten dalam melakukan pekerjaannya.
Hal di atas menunjukkan adanya keselarasan dengan Teori Konsensus, aturan
kebudayaan yang berlaku di masyarakat menentukan perilaku anggotanya sehingga seringkali
dapat terjadi konflik mengenai perbedaan kepentingan seperti yang disebutkan di atas.
Namun, sesuai teori ini juga, investigasi menjadi suatu norma untuk menghasilkan
kesepakatan atau konsensus yang menjadi upaya penyelesaian konflik.
5.2. Analisis Rumusan Masalah 2
Rumusan Masalah 2: Bagaimana konflik sosial mempengaruhi kerja sama antara penyedia
jasa dengan pengguna jasa?
Konflik yang terjadi akibat kegagalan konstruksi pada umumnya tidak mempengaruhi
hubungan kerjasama antara penyedia jasa dan pengguna jasa karena masing-masing pihak
tetap menjaga profesionalitasnya. Dalam melaksanakan pekerjaannya, konsultan dan
kontraktor masing-masing sudah memiliki job desc yang jelas. Apabila konsultan dan
kontraktor merasa kurang mampu untuk mengambil proyek itu, maka sebaiknya konsultan
dan kontraktor tidak mengambil proyek itu. Hal yang mempengaruhi terjadinya kegagalan
konstruksi adalah ketidaktertiban dan kurangnya keahlian penyedia jasa dalam melaksanakan
pekerjaannya. Meskipun terjadi kegagalan konstruksi, pihak penyedia jasa dan pengguna jasa
tetap harus bekerja sama untuk menyelesaikan konstruksi proyek itu sesuai dengan kontrak
yang telah ditetapkan, meskipun ada pekerjaan tambahan yang perlu dilaksanakan untuk
memperbaiki kesalahan itu.
Hasil penelitian menunjukkan adanya keselarasan dengan Teori Etika Profesi,
dimana pihak penyedia jasa harus tetap memberikan pelayanan profesional terhadap
pengguna jasa dalam rangka melaksanakan kewajibannya seperti yang tertera pada kontrak.

5.3. Analisis Rumusan Masalah 3


Rumusan Masalah 3: Bagaimana perubahan sikap pengguna jasa dan penyedia jasa ketika
terjadi konflik akibat kegagalan konstruksi?
Kegagalan konstruksi yang terjadi dalam proyek tentu bukanlah hal
yang diinginkan untuk terjadi dalam keberjalanan suatu proyek. Ketika terjadi kegagalan
konstruksi, masing-masing pihak menunjukkan perubahan sikap. Owner yang sebelumnya
menaruh kepercayaan kepada penyedia jasa kehilangan rasa kepercayaannya itu, sehingga
menjadi lebih waspada dan teliti dalam mengawasi pekerjaan konstruksi itu.
Ketidaknyamanan terjadi ketika hak owner untuk mendapatkan hasil proyeknya mengalami
hambatan. Di sisi yang lain, pihak penyedia jasa mengalami perubahan emosi, seperti menjadi
lebih insecure atas pekerjaan yang telah dilakukannya. Konsultan, apabila ditemukan
melakukan kesalahan, menjadi lebih teliti dan disiplin dalam membuat rancangan. Kontraktor
menjadi lebih disiplin dalam mengerjakan rancangan yang telah dibuat oleh konsultan. Hak
kontraktor sendiri untuk melaksanakan konstruksi tidak dibatasi, hanya saja pekerjaannya
diawasi dengan lebih ketat.
Kontraktor juga harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan proyeknya meskipun
terjadi kegagalan konstruksi, karena bayaran yang merupakan hak kontraktor harus diimbangi
dengan kewajibannya untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Hasil penelitian menunjukkan adanya keselarasan dengan Teori Hak, dimana perubahan sikap
yang terjadi tidak mempengaruhi perolehan hak masing-masing pihak. Sesuai dengan teori
ini, kewajiban setiap pihak harus tetap dijalankan karena apa yang merupakan kewajiban bagi
seseorang biasanya merupakan hak bagi orang lain.
BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1. Simpulan

1. Konflik yang timbul akibat terjadinya kegagalan konstruksi adalah tidak adanya pihak
yang mau disalahkan sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kegagalan konstruksi
yang terjadi.
2. Konflik yang terjadi pada umumnya tidak mempengaruhi hubungan kerja sama penyedia
jasa dengan pengguna jasa karena pihak yang bersangkutan harus menjaga nilai
profesionalitasnya dengan mengikuti investigasi dan prosedur pertanggungjawaban yang
berlaku.
3. Perubahan sikap yang dialami oleh pengguna jasa berupa hilangnya kepercayaan terhadap
penyedia jasa. Perubahan sikap yang dialami oleh penyedia jasa berupa perubahan emosi
dan timbul ketidaknyamanan akibat kegagalan konstruksi yang telah ditimbulkan.

6.2. Saran

1. Dapat dilakukan penelitian mengenai cara-cara untuk mengatur dan mengendalikan


perubahan yang terjadi selama pengerjaan proyek untuk mencegah atau mengatasi
terjadinya konflik
2. Penyedia jasa sebaiknya memiliki dan mempertahankan komunikasi yang baik dengan
tim proyek dan pengguna jasa. Dengan demikian dapat dilakukan perencanaan yang lebih
baik sehingga meminimalisir perubahan dan memastikan proyek memenuhi jadwal, biaya,
dan scope yang sudah direncanakan sebelumnya.
3. Pengguna jasa sebaiknya memantau pengerjaan proyek secara rutin dan
mengkomunikasikan seluruh perubahan yang diinginkan.
4. Pengguna jasa sebaiknya tidak menghambat pekerjaan kontraktor dan berinteraksi dengan
pihak pemerintahan dan masyarakat sekitar lahan konstruksi untuk memastikan pekerjaan
kontraktor dapat berjalan dengan lancar.
BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

Kolcaba, Katharine. 2003. Comfort Theory and Practice: A Vision for Holistic Health Care and
Research. New York: Springer Publishing Company

Pengertian Teori Konflik . Diakses pada 23 Februari 2020, dari


http://digilib.unila.ac.id/4375/16/BAB%20II.pdf

Hukum Online. Diakses pada 23 Februari 2020, dari


https://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt589304de0c834/undang-undang-nomor-
2-tahun-2017.

Daftar Lengkap Teori-Teori Ilmu Sosial. Diakses pada 23 Februari 2020, dari
http://sosiologis.com/teori-sosiologi.

Anda mungkin juga menyukai