INDUSTRI (KU4183)
Disusun oleh:
2020
BAB I
PENDAHULUAN
● Pasal 85
Masyarakat dapat berpartisipasi dalam pengawasan penyelenggaraan Jasa
Konstruksi dengan cara:
1. mengakses informasi dan keterangan terkait dengan kegiatan konstruksi yang
berdampak pada kepentingan masyarakat;
2. melakukan pengaduan, gugatan, dan upaya mendapatkan ganti kerugian atau
kompensasi terhadap dampak yang ditimbulkan akibat kegiatan Jasa
Konstruksi; dan
3. membentuk asosiasi profesi dan asosiasi badan usaha di bidang Jasa Konstruksi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Selain berpartisipasi dalam pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
masyarakat juga dapat memberikan masukan kepada Pemerintah Pusat dan/atau
Pemerintah Daerah dalam perumusan kebijakan Jasa Konstruksi.
3. Undang - Undang Nomor 28 TAHUN 2002 tentang Bangunan Gedung
● Pasal 1 Ayat 2
Penyelenggaraan bangunan gedung adalah kegiatan pembangunan yang meliputi
proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan,
pelestarian, dan pembongkaran.
● Pasal 35 Ayat 4
Pembangunan bangunan gedung dapat dilaksanakan setelah rencana teknis
bangunan gedung disetujui oleh Pemerintah Daerah dalam bentuk izin mendirikan
bangunan, kecuali bangunan gedung fungsi khusus.
Konsep sentral dari teori konflik Dahrendorf adalah wewenang dan posisi. Kekuasaan dan
wewenang senantiasa menempatkan individu pada posisi atas dan posisi bawah dalam setiap
struktur. Karena wewenang itu adalah sah, maka setiap individu yang tidak tunduk terhadap
wewenang yang ada akan terkena sanksi. Dengan demikian masyarakat disebut oleh
Dahrendorf sebagai: persekutuan yang terkoordinasi secara paksa. Oleh karena kekuasaan
selalu memisahkan dengan tegas antara penguasa dan yang dikuasai, maka dalam masyarakat
selalu terdapat dua golongan yang saling bertentangan.
Dahrendorf menyatakan bahwa masyarakat memiliki dua wajah, yaitu konflik dan
konsensus, yang dikenal dengan teori konflik dialektika. Teori konflik harus menguji konflik
kepentingan dan penggunaan kekerasan yang mengikat masyarakat sedangkan teori
konsensus harus menguji nilai integrasi dalam masyarakat.
Dahrendorf mengemukakan teorinya dengan melakukan kritik dan modifikasi atas pemikiran
Karl Marx, yang berasumsi bahwa kapitalisme, kepemilikan dan kontrol atas sarana-sarana
produksi berada di tangan individu-individu yang sama, yang sering disebut kaum borjuis
dan kaum proletariat.
Fakta kehidupan sosial ini yang mengarahkan Dahrendorf kepada tesis sentralnya bahwa
perbedaan distribusi ‘otoritas” selalu menjadi faktor yang menentukan konflik sosial
sistematis. Hubungan Otoritas dan Konflik Sosial Ralf Dahrendorf berpendapat bahwa posisi
yang ada dalam masyarakat memiliki otoritas atau kekuasaan dengan intensitas yang
berbeda-beda. Otoritas tidak terletak dalam diri individu, tetapi dalam posisi, sehingga tidak
bersifat statis. Jadi, seseorang bisa saja berkuasa atau memiliki otoritas dalam lingkungan
tertentu dan tidak mempunyai kuasa atau otoritas tertentu pada lingkungan lainnya. Sehingga
seseorang yang berada dalam posisi subordinat dalam kelompok tertentu, mungkin saja
menempati posisi superordinat pada kelompok yang lain.
Dalam teori perubahan sikap ( attitude change theory ) menyatakan bahwa seseorang akan
mengalami proses ketidaknyamanan di dalam dirinya bila dihadapkan pada sesuatu yang
baru yang bertentangan dengan keyakinannya. Sehingga membutuhkan waktu untuk
menganalisa sehingga sampai pada sebuah keyakinan untuk mengambilnya atau tidak sesuai
dengan tabiatnya.
Dalam upaya mengurangi ketidaknyamanan tersebut, seseorang secara otomatis akan
melakukan tiga proses selektif yaitu:
1. Penerimaan Informasi Selektif
Merupakan proses dimana orang hanya akan menerima informasi yang sesuai dengan sikap
atau kepercayaan yang sudah dimilikinya.
2. Ingatan Selektif
Ingatan selektif mengasumsikan orang tidak mudah lupa atau sangat mengingat pesan yang
sesuai dengan sikap atau kepercayaan yang sudah dimilikinya.
3. Persepsi Selektif
Orang akan memberikan interpretasinya terhadap setiap pesan yang diterimanya sesuai
dengan sikap atau kepercayaan yang sudah dimilikinya. Perubahan sikap akan ditentukan
oleh dua faktor, yaitu :
1. Faktor internal (individu itu sendiri), yaitu cara individu dalam menanggapi dunia luarnya
dengan selektif sehingga tidak semua yang datang akan diterima atau ditolak.
2. Faktor eksternal, yaitu keadaan-keadaan yang ada di luar individu yang merupakan
stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian sosial ini adalah pendekatan kualitatif
dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara narasumber. Metode yang digunakan adalah
metode deskriptif analitis yang bersifat induktif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan
analisis. Proses dan makna (perspektif subjek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif.
Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di
lapangan. Selain itu landasan teori ini juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang
latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan mendasar
antara peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Dalam
penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan
atau penolakan terhadap teori yang digunakan; sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti
bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu
“teori”.
Kriyantono menyatakan bahwa, "Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena
dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya.” Penelitian kualitatif
menekankan pada kedalaman data yang didapatkan oleh peneliti. Semakin dalam dan detail data
yang didapatkan, maka semakin baik kualitas dari penelitian kualitatif ini.
Pedoman Wawancara
Teori Pertanyaan
tersebut?
kontraktor?
kegagalan konstruksi?
tersebut?
kegagalan konstruksi?
6. Apakah proses sosial yang dilakukan pihak pengguna jasa
kegagalan konstruksi?
kegagalan konstruksi?
dengan tabiatnya?
BAB IV
HASIL PENELITIAN
konstruksi? pertanggungjawaban.
penyedia jasa jika kedua pihak saling adu benar. hal ini
pernah terjadi keributan 10. Kalo sejauh ini tidak ada kontraktor
12. Melihat dari aspek proyek. Namun jika tidak ada lagi
konstruksi?
bahkan setelah
terjadinya kegagalan
bagaimana langkah
sama melaksanakan
kegagalan konstruksi?
kegiatan yang
saling memahami
aktivitas masing-
masing mengenai
penyelesaian persoalan
terjadi kegagalan
konstruksi?
dalam menyelesaikan
persoalan setelah
terjadinya gagal
konstruksi sudah
tersebut?
4.3. Hasil Penelitian Rumusan Masalah 3
1. Apakah kegagalan
Teori 1. Ya, bertentangan dengan ekspektasi awal
Peruba konstruksi kedua belah pihak, meskipun kegagalan
han bertentangan dengan konstruksi tidak jarang terjadi.
Sikap 2. Keduanya menunjukkan perubahan sikap.
keyakinan
Pihak owner kehilangan rasa kepercayaan
(ekspektasi) pelayan
kepada penyedia jasa, dan pihak penyedia
jasa dan pengguna jasa mengalami perubahan emosi dan
6. Bagaimana cara
penyedia jasa
menganalisis
penyebab gagal
konstruksi ini?
7. Pada awal perjanjian
apa hal yang membuat
kedua pihak berpegang
pada sebuah
keyakinan?
ANALISIS
Rumusan Masalah 1: Apa konflik yang timbul akibat terjadinya kegagalan konstruksi?
Dalam pelaksanaan konstruksi, ada 3 pihak yang terlibat, yaitu owner (pengguna jasa),
konsultan (penyedia jasa), dan kontraktor (penyedia jasa). Pada terjadinya kegagalan
konstruksi, timbul konflik akibat kegagalan konstruksi tersebut. Konflik yang terjadi adalah
tidak ada yang mau disalahkan ketika terjadi kegagalan konstruksi. Perbedaan kepentingan
yang biasanya mendasari ini adalah permasalahan biaya yang harus dikeluarkan untuk
menggantikan kerusakan akibat kegagalan konstruksi. Upaya yang dilakukan untuk menjawab
perbedaan kepentingan tersebut adalah menjalankan prosedur investigasi. Dari hasil
investigasi ini, muncullah sebuah konsensus, yaitu pihak mana yang seharusnya bertanggung
jawab dan pertanggungjawaban apa yang harus diberikan. Untuk memastikan keteraturan
kerja sama antara pihak penyedia dan pengguna jasa sesudah terjadinya konflik, maka
diperlukan kerja sama dari masing-masing pihak untuk tetap bersikap profesional. Kesadaran
setiap pihak untuk menyelesaikan konflik dibuktikan dengan korporasi mereka untuk
mengikuti investigasi sebagai upaya penyelesaian konflik.
Selain itu, pasca terjadinya kegagalan konstruksi, terbentuk pandangan buruk dari satu
pihak ke pihak lain. Pihak yang tidak bersalah biasanya menganggap pihak yang bersalah
kurang kompeten dalam melakukan pekerjaannya.
Hal di atas menunjukkan adanya keselarasan dengan Teori Konsensus, aturan
kebudayaan yang berlaku di masyarakat menentukan perilaku anggotanya sehingga seringkali
dapat terjadi konflik mengenai perbedaan kepentingan seperti yang disebutkan di atas.
Namun, sesuai teori ini juga, investigasi menjadi suatu norma untuk menghasilkan
kesepakatan atau konsensus yang menjadi upaya penyelesaian konflik.
5.2. Analisis Rumusan Masalah 2
Rumusan Masalah 2: Bagaimana konflik sosial mempengaruhi kerja sama antara penyedia
jasa dengan pengguna jasa?
Konflik yang terjadi akibat kegagalan konstruksi pada umumnya tidak mempengaruhi
hubungan kerjasama antara penyedia jasa dan pengguna jasa karena masing-masing pihak
tetap menjaga profesionalitasnya. Dalam melaksanakan pekerjaannya, konsultan dan
kontraktor masing-masing sudah memiliki job desc yang jelas. Apabila konsultan dan
kontraktor merasa kurang mampu untuk mengambil proyek itu, maka sebaiknya konsultan
dan kontraktor tidak mengambil proyek itu. Hal yang mempengaruhi terjadinya kegagalan
konstruksi adalah ketidaktertiban dan kurangnya keahlian penyedia jasa dalam melaksanakan
pekerjaannya. Meskipun terjadi kegagalan konstruksi, pihak penyedia jasa dan pengguna jasa
tetap harus bekerja sama untuk menyelesaikan konstruksi proyek itu sesuai dengan kontrak
yang telah ditetapkan, meskipun ada pekerjaan tambahan yang perlu dilaksanakan untuk
memperbaiki kesalahan itu.
Hasil penelitian menunjukkan adanya keselarasan dengan Teori Etika Profesi,
dimana pihak penyedia jasa harus tetap memberikan pelayanan profesional terhadap
pengguna jasa dalam rangka melaksanakan kewajibannya seperti yang tertera pada kontrak.
6.1. Simpulan
1. Konflik yang timbul akibat terjadinya kegagalan konstruksi adalah tidak adanya pihak
yang mau disalahkan sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kegagalan konstruksi
yang terjadi.
2. Konflik yang terjadi pada umumnya tidak mempengaruhi hubungan kerja sama penyedia
jasa dengan pengguna jasa karena pihak yang bersangkutan harus menjaga nilai
profesionalitasnya dengan mengikuti investigasi dan prosedur pertanggungjawaban yang
berlaku.
3. Perubahan sikap yang dialami oleh pengguna jasa berupa hilangnya kepercayaan terhadap
penyedia jasa. Perubahan sikap yang dialami oleh penyedia jasa berupa perubahan emosi
dan timbul ketidaknyamanan akibat kegagalan konstruksi yang telah ditimbulkan.
6.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Kolcaba, Katharine. 2003. Comfort Theory and Practice: A Vision for Holistic Health Care and
Research. New York: Springer Publishing Company
Daftar Lengkap Teori-Teori Ilmu Sosial. Diakses pada 23 Februari 2020, dari
http://sosiologis.com/teori-sosiologi.