Anda di halaman 1dari 15

Etika Bisnis Konstruksi di

Indonesia
Oleh:I Made Kusuma Wiranata, Kadek Dwiana
Putra, I Putu Gede Cahyadi Putra

Jurusan Teknik Sipil


Fakultas Teknik
Universitas Warmadewa

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Selama ini banyak sekali berbagai macam penyimpangan atau
pelanggaran yang dilakukan oleh profesional konstruksi sehingga banyak
merugikan konsumen atau owner. Mulai dari kolusi, penipuan serta mutu
produk konstruksi yang tidak memenuhi standar. Sebagian besar konsumen
merasa tidak puas dengan hasil kinerja para profesional konstruksi. Hal ini
mendorong beberapa orang dan organisasi konstruksi di indonesia khususnya
untuk melakukan survey. Sehingga dari hasil survey tersebut di buat beberapa
peraturan/kode etik untuk mengurangi keluhan ketidak puasan konsumen atau
owner tersebut terhadap hasil produk konstruksi.
Peluang bisnis konstruksi di Indonesia pada saat ini sangat besar
karena mengingat Indonesia merupakan Negara yang berkembang sehingga
pembangunannya

sangat

pesat,

baik

di

sektor

ekonomi

maupun

infrastrukturnya. Konstruksi merupakan salah satu industri yang hasil


produksinya digunakan oleh banyak orang. Dimana industri konstruksi sangat
berhubungan dengan kepuasan dan keselamatan banyak orang.

I.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas kami membuat rumusuan maslah sebagai
berikut :
1.
2.
3.
4.

Apakah yang dimaksud etika dalam dunia konstruksi?


Apakah yang dimaksud dengan bisnis konstruksi?
Bagimanakah peluang bisnis konstruksi di Indonesia?
Bagaimanakah peran etika dalam dunia bisnis konstruksi di
Indonesia?

I.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk memahami tentang etika dalam dunia konstruksi,
2. Untuk mengetahui tentang bisnis konstruksi,
3. Untuk mengetahui potensi bisnis konstruksi di Indonesia,

4. Untuk mengathui peran etika dalam bisnis konstruksi di Indonesia

I.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat penulisan makalah ini yaitu:
1. Mahasiswa

dapat

memahami

tentang

etika

dalam dunia

konstruksi,
2. Mahasiswa dapat mengetahui tentang bisnis konstruksi,
3. Mahasiswa dapat potensi bisnis konstruksi di Indonesia,
4. Mahasiswa dapat peran etika dalam bisnis konstruksi di Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Etika
Etika, berasal dari bahasa Yunani, etos, yang memiliki arti adat,
suatu kebiasaan, suatu sikap atau cara berpikir seseorang. Kata Etika ini
dipelopori seorang Aristhotheles pada tahun 384-322SM. Ia memakai kata
Etika sebagai salah satu cara untuk menunjuk sebuah filsafat moral. Etika
digunakan manusia untuk menentukan bagaimana suatu perilaku manusia
dalam menjalani hidup. Apakah etika berbeda dengan etiket? Ya. Etiket
berasal dari bahasa Perancis, etiquette, yang memiliki arti suatu undangan.
Yang memiliki maksud suatu kumpulan cara hidup yang baik. (Annissa,
2013)
Lalu bagaimana dengan Moral? Moral yang berasal dari bahasa latin ,
mores, yang memiliki arti sila atau pengaturan hidup. Moral ini memuat
suatu pandangan-pandangan tentang nilai dan norma yang ada di sekelompok
masyarakat. Moral berasal dari ajaran agama, adat istiadat atau suatu paham
ideologi. Pentingnya moralitas di masyarakat memberikan manusia
aturan/petunjuk bagaimana manusia bertindak dan menghindari sesuatu yang
buruk. (Annissa, 2013)
1. Teori Etika
Etika pun memiliki suatu tujuan, dikatakan sebagai suatu tindakan
yang dinilai baik jika tujuan yang dicapainya dengan hasil yang baik. Ada 2
aliran etika, yaitu Egoisme dan Utilitarianisme. (Annissa, 2013)

Egoisme sendiri dipandang sebagai tindakan seseorang yang


bertujuan untuk mengejar kepentingan dan memajukan dirinya

sendiri.
Lalu Utilitarianisme, dikatakan sebagai suatu tindakan
seseorang yang

didasarkan pada tujuan dan akibat dari

tindakan itu sendiri bagi kalangan masyarakat disekitarnya.

II.2 Pengertian Bisnis Konstruksi


Pengertian "konstruksi" adalah suatu kegiatan membangun sarana
maupun

prasarana

yang

meliputi

pembangunan

gedung

(building

construction), pembangunan prasarana sipil (Civil Engineer), dan instalasi


mekanikal dan elektrikal.

Walaupun kegiatan konstruksi dikenal sebagai

suatu pekerjaan, tetapi dalam kenyataannya konstruksi merupakan suatu


kegiatan yang terdiri dari beberapa pekerjaan lain yang berbeda yang
dirangkai menjadi satu unit bangunan, itulah sebabnya ada bidang/sub bidang
yang dikenal sebagai klasifikasi. (Kurniawan, 2011)
Pada umumnya kegiatan konstruksi dimulai dari perencanaan yang
dilakukan oleh konsultan perencana (team Leader) dan kemudian
dilaksanakan oleh kontraktor konstruksi yang manajer proyek/kepala proyek.
Orang-orang ini bekerja didalam kantor, sedangkan pelaksanaan dilapangan
dilakukan oleh mandor proyek yang mengawasi buruh bangunan, tukang dan
ahli bangunan lainnya untuk menyelesaikan fisik sebuah konstruksi. Transfer
perintah tersebut dilakukan oleh Pelaksana Lapangan. Dalam pelaksanaan
bangunan ini, juga diawasi oleh konsultan pengawas (Supervision Engineer).
Dalam melakukan suatu konstruksi biasanya dilakukan sebuah
perencanaan terpadu. Hal ini terkait dengan metode penentuan besarnya
biaya yang diperlukan, rancang bangun, dan efek lain yang akan terjadi saat
pelaksanaan konstruksi.

Sebuah jadual perencanaan yang baik, akan

menentukan suksesnya sebuah bangunan yang terkait dengan pendanaan,


dampak lingkungan, keamanan lingkungan, ketersediaan material, logistik,
ketidaknyamanan publik terkait dengan pekerjaan konstruksi, persiapan
dokumen tender, dan lain sebagainya.
Menurut Undang-undang tentang Jasa konstruksi, "Jasa Konstruksi"
adalah layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan
jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan layanan jasa konsultansi
pengawasan

pekerjaan

konstruksi.

"Pekerjaan

Konstruksi"

adalah

keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau


pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil,

mekanikal,

elektrikal

dan

tata

lingkungan

masing-masing

beserta

kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain.


Dari pengertian dalam UUJK tersebut maka dalam masyarakat
terbentuklah "USAHA JASA KONSTRUKSI", yaitu usaha tentang "jasa"
aatau services di bidang perencana, pelaksana dan pengawas konstruksi yang
semuanya disebut "PENYEDIA JASA" yang dulu lebih dikenal dengan
bowher atau owner".
Disisi lain muncul istilah "PENGGUNA JASA" yaitu yang
memberikan pekerjaan yang bisa berbentuk orang perseorangan, badan usaha
maupun instansi pemerintah.
Sehingga pengertian utuhnya dari Usaha Jasa Konstruksi adalah salah
satu usaha dalam sektor ekonomi yang berhubungan dengan suatu
perencanaan atau pelaksanaan dan atau pengawasan suatu kegiatan konstruksi
untuk membentuk suatu bangunan atau bentuk fisik lain yang dalam
pelaksanaan penggunaan atau pemanfaatan bangunan tersebut menyangkut
kepentingan dan keselamatan masyarakat pemakai/pemanfaat bangunan
tersebut, tertib pembangunannya serta kelestarian lingkungan hidup.
Bentuk fisik disini adalah bangunan konstruksi yang melekat dengan
tanah seperti gedung, rumah, jalan, dermaga, bendungan, bendung dan lain
sebagainya dan tidak suatu bangunan konstruksi yang berpindah-pindah
ataupun tergantung di udara seperti konstruksi mobil, konstruksi kapal,
konstruksi pesawat terbang dan lain-lain. Sedangkan dalam UUJK disebut
juga bahwa bentuk fisik lain ialah dokumen lelang, spesifikasi teknis dan
dokumen lain yang digunakan untuk membangun konstruksi tersebut.
Ada 3 (tiga) katagori kegiatan yang tercakup dalam jenis usaha jasa
konstruksi menurut UU No. 18 Tahun 1999, yaitu :

perencana konstruksi yaitu yang memberikan layanan jasa


perencanaaan dalam konstruksi yang meliputi rangkaian
kegiatan atau bagian-bagian dari kegiatan mulai dari studi
pengembangan sampai dengan penyusunan dokumen kontrak
kerja konstruksi, ini umumnya disebut Konsultan Perencana.

pelaksana konstruksi yaitu yang memberikan layanan jasa


pelaksanaan dalam pekerjaan konstruksi yang meliputi
rangkaian kegiatan atau bagian-bagian dari kegiatan mulai dari
penyiapan lapangan sampai dengan penyerahan akhir hasil
pekerjaan konstruksi, yang umumnya disebut Kontraktor

Konstruksi.
pengawasan konstruksi yaitu kegiatan yang memberikan
layanan jasa pengawasan baik sebagian atau keseluruhan
pekerjaan pelaksanaan konstruksi mulai dari penyiapan
lapangan

sampai dengan penyerahan akhir konstruksi, ini

biasa disebut Konsultan Pengawas.


Dengan definisi diatas, maka istilah yang selama ini di kenal yaitu
KONSULTAN dan KONTRAKTOR sesungguhnya menjadi "tiga kategori"
sebagaimana diuraikan diatas.
Bentuk usaha dari kegiatan konstruksi ini adalah Perseorangan dan
Badan Usaha. Bentuk usaha Perseorangan hanya untuk pekerjaan beresiko
kecil, berteknologi sederhana dan berbiaya kecil. Sedangkan bentuk usaha
ber-Badan Usaha adalah untuk pekerjaan beresiko besar, berteknologi tinggi
dan berbiaya besar.
Perusahaan jasa konstruksi yang diperbolehkan berusaha adalah :

Perusahaan Badan Usaha Nasional berbadan hukum yang


dibagi dalam : a.

Perusahaan Nasional berbadan hukum

seperti Perseroan terbatas (PT), b. Perusahaan bukan berbadan

hukum seperti CV, Fa, Pb, Koperasi, dsb.


Badan Usaha asing yang dipersamakan

II.3 Peluang Bisnis Konstruksi di Indonesia


Sektor konstruksi harus menjadi salah satu sektor prioritas pemerintah
mendatang demi mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri, sejalan
dengan Masterplan Percepatan Perluasan dan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI), khususnya dalam peningkatan konektivitas antar pulau

dan koridor ekonomi, serta menyambut ASEAN Economic Community


(AEC) yang akan diterapkan Indonesia pada tahun 2015 mendatang.
Peluang pengembangan konstruksi Indonesia, diantaranya tercermin
pada target pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus meningkat dengan
signifikan, yakni sekitar 6% per tahun yang memerlukan dukungan
infrastruktur yang memadai. Oleh karena itu, Konstruksi Indonesia 2014
dirancang untuk mengkonsolidasikan industri konstruksi nasional agar dapat
berkontribusi secara maksimal dalam menguasai pasar konstruksi ASEAN
dalam kerangka MEA 2015, yang secara tidak langsung akan mendongkrak
pertumbuhan ekonomi nasional.
Sekretaris

Jenderal

Kementerian

PU-Agoes

Widjanarko

saat

membuka secara resmi acara Launching Konstruksi Indonesia 2014 pada


tanggal 12 Juni 2014 lalu mengatakan, dengan diberlakukannya Masyarakat
Ekonomi ASEAN yang berarti liberalisasi perdagangan di lingkup ASEAN,
diharapkan pelaku sektor konstruksi Indonesia dapat menyikapinya secara
proporsional. Tidak perlu khawatir secara berlebihan, namun juga jangan
acuh tak acuh. Alasannya, karena liberalisasi perdagangan bukan berarti
perdagangan bebas sebebas-bebasnya. Namun, pada hakekatnya adalah
pengaturan perdagangan bersama melalui perundingan yang setara dan
bertahap untuk menciptakan persaingan yang sehat dan efisien dengan
memperhatikan kepentingan negara masing-masing.
Oleh karena itu, pembentukan Pasar Tunggal ASEAN sebagai elemen
Masyarakat Ekonomi ASEAN bukan hanya ditujukan untuk menciptakan
persaingan head to head diantara sesama anggota ASEAN, namun justru
untuk mengintegrasikan dan saling melengkapi kapasitas pelaku usaha di
antara negara-negara tersebut, dalam rangka meningkatkan daya saing
bersama untuk menghadapi negara-negara non-ASEAN dalam era globalisasi
yang lebih luas.
Yang harus dilakukan pelaku konstruksi di Indonesia, adalah dengan
mempersiapkan diri melalui berbagai upaya seperti pelatihan sumber daya
manusia konstruksi, sertifikasi, harmonisasi regulasi, penguatan struktur
usaha,

dan

lain

sebagainya.

Tentunya

pemerintah

tidak

mungkin

melakukannya sendiri, untuk itu kerjasama yang sinergis dengan seluruh


pemangku kepentingan jasa dan industri konstruksi nasional sangat
dibutuhkan, ungkap Agoes Widjanarko.
Pasar Tunggal ASEAN, tambah Agoes Widjanarko, hendaknya juga
jangan dipandang sebagai ancaman masuknya pelaku usaha dari negara
anggota ASEAN lainnya ke Indonesia. Namun, harus dapat dimanfaatkan
sebagai peluang bagi pelaku usaha Indonesia untuk memperluas penetrasi
pasar ke negara-negara ASEAN tersebut. Apalagi dengan potensi jumlah
penduduk Indonesia saat ini sekitar 240 juta jiwa dengan pasar konstruksi
sebesar lebih kurang Rp 450 triliun per tahun, sementara jumlah penduduk
ASEAN sekitar 600 juta jiwa dengan pasar konstruksi sebesar lebih kurang
Rp 1.800 triliun per tahun. Artinya, peluang pasar pelaku usaha Indonesia di
pasar tunggal ASEAN akan menjadi lebih luas.
Sejauh ini, beberapa Badan Usaha Jasa Konstruksi Nasional telah
memiliki pengalaman dan berhasil melaksanakan pekerjaan konstruksi di
berbagai negara ASEAN, seperti di Brunei Darrussalam, Filipina, Malaysia
dan saat ini di Myanmar. Baru-baru ini, Kementerian PU juga telah
menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Construction
Industry Development Board (CIDB) Malaysia, dalam rangka kerjasama
penyelenggaraan pelatihan konstruksi bagi tenaga kerja konstruksi Indonesia
yang sedang atau yang akan bekerja di Malaysia agar kompetensi pekerja
tersebut mendapat pengakuan dan penghargaan yang lebih tinggi.
Kementerian PU juga mendorong dan memfasilitasi tenaga ahli rekayasa dan
arsitektur Indonesia untuk mendapatkan kesetaraan pengakuan kompetensi
sebagai Insinyur dan Arsitek ASEAN melalui Mutual Recognition
Arrangement (MRA).
Dengan berbekal pengalaman melaksanakan pekerjaan konstruksi di
berbagai negara di Timur Tengah, Afrika, Timor Leste dan negara ASEAN
lainnya, saya yakin pelaku konstruksi Indonesia akan mampu memenangkan
persaingan dengan pelaku konstruksi dari negara ASEAN lainnya, tegas
Agoes Widjanarko, sembari mengungkapkan, juga dipandang perlu untuk

segera mewujudkan Indonesia Incorporated yang dapat menjamin kesatuan


langkah dan sumber daya konstruksi Indonesia di pasar global.
Beberapa langkah yang sedang dilaksanakan Pemerintah untuk
mendorong dan memfasilitasi perluasan akses pasar konstruksi ke negaranegara anggota ASEAN, antara lain melalui pengurangan hambatan akses
pasar di negara tujuan, promosi kemampuan pelaku konstruksi nasional,
diplomasi bisnis, fasilitasi akses permodalan dan penjaminan, perjanjian
penghindaran pajak ganda, informasi dan pemetaan pasar dan lingkungan
usaha di negara tujuan (market intellegence), serta pengembangan kapasitas
badan usaha dan SDM konstruksi.
Sebelumnya, hal senada juga disampaikan Wakil Menteri Pekerjaan
Umum-Hermanto Dardak, bahwa Pasar Tunggal ASEAN bukan berarti pasar
bebas yang sebebas-bebasnya. Untuk melakukan usaha jasa konstruksi di
Indonesia, Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing (BUJKA) harus bekerjasama
dengan BUJKN (Nasional) kualifikasi Besar dalam bentuk Joint Operation
(JO) atau Joint Venture (JV) dengan Foreign Equity Partisipation (penyertaan
modal asing), yang saat ini dibatasi maksimal sebesar 55% untuk kontraktor
dan 51% untuk konsultan. Batasan tersebut akan menjadi 70% setelah
terbentuknya AEC pada akhir tahun 2015. Dengan demikian, jelas bahwa
masuk atau tidaknya BUJKA (ASEAN) ke Indonesia tergantung pada
kesiapan atau daya saing BUJKN. Saat ini terdaftar 16 BUJK ASEAN yang
telah membentuk Representative Office (Kantor Perwakilan) di Indonesia,
tutur Wamen PU.
Berdasarkan data yang teregristrasi di LPJKN, BUJKN kualifikasi
Besar yang akan menjadi pesaing atau mitra BUJK ASEAN saat ini
berjumlah lebih kurang 1.300 badan usaha. Untuk tenaga kerja jasa
konstruksi asing, juga masih dibatasi hanya untuk level direktur, manager dan
expert, serta harus memenuhi ketentuan dalam peraturan perundangundangan ketenagakerjaan dan keimigrasian.
Pergerakan tenaga kerja (Movement of Natural Person/MNP), secara
umum juga dibatasi pada tiga status, yaitu: business visitor, intra-corporate
(dalam satu perusahaan) dan contrcted person (tenaga kerja yang

dipekerjakan oleh BUJKA yang telah mendapat kontrak kerja). Artinya, tidak
dimungkinkan adanya tenaga kerja ASEAN yang mencari pekerjaan secara
individual (job seeker) di Indonesia. Diyakini, tenaga kerja konstruksi
Indonesia memiliki daya saing komparatif yang relatif tinggi di lingkungan
ASEAN, ujar Wamen PU. (Techno Konstruksi, 2014)

II.4 Etika Berbisnis di Bidang Konstruksi di Indonesia


1. Pengertian Etika Bisnis Konstruksi
Etika

bisnis

konstruksi

termasuk

dalam

etika

bidang

khusus/terapan. Karena berkaitan dengan bidang profesi dunia di bisnis


konstruksi. Etika bisnis ini adalah salah satu studi yang memiliki sangkut
paut permasalahan dan suatu keputusan moral yang dihadapi oleh suatu
individu/organisasi perusahaan yang terlibat di
konstruksi.

dalam bisnis/industri

Dalam etika bisnis konstruksi lebih banyak mempelajari

tentang teori-teori etika, karena teori yang satu ini memiliki alasan-alasan
yang berkaitan dengan kepercayaan dan tindakan. (Annissa, 2013)
2. Tujuan Etika Bisnis Konstruksi
Tujuan tersebut meliputi 2 aspek, antara lain Perkembangan moral
dan Otonomi moral.
a. Perkembangan Moral
Menurut Kohlberg (1927-1928), ada 6 tahapan dalam
perkembangan nilai moral. Setiap tahapan mencerminkan tingkatan
moral seseorang. Setiap tahapan meliputi dua tahap. (Annissa, 2013)
1. Tingkat Prakonvensional
Pada

tahapan

ini

manusia

mengakui

adanya

aturan

budaya/Culture dan ungkapan budaya, baik buruk, benar serta salah.


Penilaian ini berdasarkan faktor lahiriah saja. Untuk tahapan ini
adanya orientasi hukuman dan kepatuhan serta orientasi relativisinstrumental.
2. Tingkat Konvensional
Untuk tahapan ini, manusia hanya memiliki harapan kepada
keluarga, suatu kelompok atau bahkan untuk negaranya, yang

merupakan pandangan bahwa ini sebagai sesuatu hal yang berharga


bagi dirinya. Ada 2 tahapan ini yaitu orientasi kesepakatan
antarpribadi serta orientasi hukum dan ketertiban.
3. Tingkat Pascakonvensional
Pada tingkatan ini terdapat suatu usaha yang jelas untuk
merumuskan suatu niai-nilai serta prinnsip yang muncul. Pada tahap
tingkatan ini terbebas dari otoritas kelompok. Terdapat dua tingkatan
tahap, antara lain Orientasi kontrak sosial legalistis dan Orientasi
prinsip etika universal.
b. Otonomi moral
Otonomi ini sebenarnya memiliki arti manusia menaati
kewajibannya karena sesuatu hal yang bernilai dan menjadi bagian
dari tanggung jawab manusia itu sendiri. Hanya manusia yang
berotonomi moral yang tentu taat dan patuh pada hukum. Kaitannya
dengan etika bisnis konstruksi ini ialah untuk memperkuat kesadaran
para pelaku bisnis konstruksi di Indonesia, ini adalah upaya untuk
meningkatkan otonomi moral pelaku bisnis tersebut.
Peningkatan otonomi moral dapat diperoleh dengan cara
melatih dan menyempurnakan kemampuan/kreativitas para pelaku
bisnis tersebut.
Menurut Martin dan Schinzinger (1994), disebutkan bahwa
ada beberapa keterampilan yang memiliki hubungan dengan
kemampuan/kreativitas, antara lain :

Memiliki kemahiran dalam mengenali suatu permasalahan

serta isu-isu moral di dalam bisnis konstruksi


Memiliki keterampilan memahami, menjelaskan secara kritis

dan mengkaji argumen yang berlawanan dari isu-isu moral


Memiliki kemampuan dalam membentuk sudut pandangan

yang konsisten serta komprehensif


Memiliki keadaan yang imajinatif tentang berbagai respon
alternatif terhadap isu-isu dan pemecahan kreatif atas kesulitan

yang dihadapi
Memiliki kepekaan terhadap kesulitan yang terjadi

Peningkatan ketepatan dalam penggunaan bahasa etika yang

lazim
Meningkatnya penghargaan baik terhadap kemungkinan dalam
pemecahan konflik moral serta perlunya toleransi perbedaan
di kalangan orang-orang

4. Pentingnya integrasi antara profesional dengan keyakinan


Pendapat mengenai Etika Bisnis Konstruksi

Bisnis Konstruksi adalah Suatu persaingan


Bisnis Konstruksi itu Asosial
Bisnis Konstruksi campur moral akan tersingkir
Bisnis Konstruksi mencari keuntungan belaka
Bisnis Konstruksi hanya berkonsentrasi pada pekerjaan
Bisnis Konstruksi itu memakan biaya
Bisnis Konstruksi harus disertai kekuatan
Bisnis Konstruksi memerlukan keterampilan khusus
Bisnis Konstruksi itu tidak memiliki nurani
Dari berbagai macam pendapat diatas, bisnis konstruksi dan

etika adalah 2 hal yang tidak dapat disatukan. Karena pertimbangan dari
moral dan etika tidaklah menguntungkan, maka etika dan bisnis
konstruksi harus dipisahkan.
5. Prinsip Etika Bisnis Konstruksi
Prinsip ini bertujuan supaya para pelaku bisnis konstruksi yang
menjalani bisnis ini sadar akan dimensi etisnya kegiatan bisnis ini, serta
supaya belajar bagaimana mempertimbangkan secara etis dan ekonomis, dan
mampu memasukkan pertimbangan etis dalam kebijaksanaan perusahaan
konstruksi tersebut.
Lima Prinsip Etika Bisnis Konstruksi antara lain :

Prinsip Sikap Baik


Prinsip Otonomi
Prinsip Kejujuran
Prinsip Keadilan
Prinsip Hormat terhadap diri sendiri

BAB III
PENUTUP
III.1 Simpulan
III.2 Kritik dan Saran

DAFTAR PUSTAKA
Annissa, R. D. (2013, 04 06). PENTINGNYA MENGETAHUI ETIKA BISNIS
KONSTRUKSI . Retrieved 10 22, 2014, from Understanding Architecture
or

be

as

Architect

?:

http://ratiharch-

ratih.blogspot.com/2013/04/pentingnya-mengetahui-etika-bisnis.html
Kurniawan, T. (2011, 01 05). APA ITU USAHA JASA KONSTRUKSI...? Retrieved
10

22,

2014,

from

Catatan

Mas_Trianto:

http://triantomedia.blogspot.com/2011/01/apa-itu-usaha-jasakonstruksi.html
Techno Konstruksi. (2014, 06 26). Peluncuran Konstruksi 2014. Retrieved 10 22,
2014, from Techno Konstruksi: http://www.technokonstruksi.com/technoevent/48-peluncuran-konstruksi-indonesia-2014

Anda mungkin juga menyukai