Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II

PERCOBAAN II

KEKUATAN ASAM DALAM MEDIUM AIR

OLEH:

NAMA : RAHMAWATI

STAMBUK : F1C1 13 031

KELOMPOK : I (SATU)

ASISTEN : EFRAIM TASIK RAMMANG

LABORATORIUM KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2015
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kimia analitik dapat dibagi dalam 2 bidang, yaitu analisis kualitatif dan

analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas tentang identifikasi zat-zat.

Unsurnnya adalah unsur atau senyawa apa yang terdapat dalam suatu sampel.

Sedangkan analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan banyaknya satu zat

tertentu yang ada dalam sampel. Titrasi adalah salah satu cara menentukan kadar

senyawa yang terkandung dalam suatu sampel. Misalnya, dalam penentuan kadar

larutan asam basa adalah dengan melalui proses titrasi asidi-alkalimetri.

Menurut Arhenius asam dapat didefenisikan sebagaai senyawa hidrogen

yang bila dlarutkan dalam air mrngalami dissosiasi elektrolitik dan menghasilkan

ion H+ sebagai satu-satunya ion positif. Kekuatan asam adalah kemampuan aam

itu untuk menghasilkan ion H+ makin besar. H+ semakin besar bila Ka makin besar.

Kemiripan kecenderungan antara kekuatan asam ddengan Ka sering digunakan

sebagai ukuran kekuatan asam.

Pembahasan tentang asam basa tidak luput dari pada seberapa kuat suatu

asam dan basa. Apakah suatu zat bersifat sebagai asam kuat, asam lemah atau basa

kuat, lalu bagaimana kita dapat menentukan kekuatan asam atau kekuatan basa

suatu zat. Yang menjadi penentu kekuatan asam atau basa adalah posisi

kesetimbangan reaksi disosiasi asam atau basa dalam air. Tingkat ionisasi atau

disosiasinya yaitu jumlah ion H+ dan ion OH- yang dilepaskan oleh spesi asam
atau basa. Untuk lebih memahami tentang penentuan konstanta asam dalam

praktiknya, maka dilakukan percobaan Kekuatan Asam dalam Medium Air.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada percobaan ini adalah bagaimana menentukan

konstanta disosiasi, Ka sebagai ukuran kekuatan asam?

C. Tujuan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan konstanta disosiasi,

Ka sebagai ukuran kekuatan asam?


II. TINJAUAN PUSTAKA

Asam secara umum merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam

air akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Asam dinyatakan

sebagai suatu senyawa yang bila dilarutkan dalam air akan berdisosiasi dengan

menghasilkan ion hidrogen [H+] atau ion hidronium [H3O+] sebagai satu-satunya

ion positif. Salah satu contoh lautan asam adalah CH 3COOH. CH3COOH adalah

suatu asam karena didalam larutannya dapat melepas ion hidrogen [H+] (Chandra,

2012).

Konstanta kesetimbangan disosiasi (Ka) disebut juga konstanta elektrolit

atau konstanta disosiasi asam. Kekuatan asam didefinisikan oleh konstanta

disosiasi asamnya. Semakin besar konstanta disosiasi asamnya maka makin kuat

asam tersebut (Irfan dan Anshory, 1996).

Kekuatan asam basa berguna untuk mempertimbangkan reaksi asam-basa

sebagai suatu kompetisi terhadap proton. Dari sudut pandang ini dapat disusun

asam dan basa berdasarkan kekuatan relatifnya. Asam yang lebih kuat adalah

asam yang melepaskan protonnya lebih mudah daripada asam lainnya. Hal ini

serupa, basa kuat adalah basa yang dapat menarik proton lebih kuat dari yang

lainnya. Suatu asam atau basa dikaakan kuat apabila terionisasi sempurna di

dalam air. kekuatan asam bergantung pada bagaimana proton H + secara mudah

dari ikatan H--X dalam spesi asam (Khopkar, 2010).

Indikator asam-basa ialah zat yang dapat berubah warna apabila pH

lingkungannya berubah. Apabila dalam suatu titrasi, asam maupun basanya

merupakan elektrolit kuat, larutan pada titik ekivalen akan mempunyai pH=7.
Indikator yang digunakan harus memberikan perubahan warna yang nampak di

sekitar pH titik ekivalen titrasi yang dilakukan, sehingga titik akhirnya masih

jatuh pada kisaran perubahan pH indikator tersebut (Hardjanti, 2010).

Pada titrasi basa kuat-asam kuat, basa lemah-asam kuat dan sebaliknya,

titik ekivalen yang terjadi pada saat titrasi berlangsung tidak akan dapat diamati

secara visual (dengan mata), karena perubahan warna dari suatu indikator baru

bisa teramati pada saat mol titran lebih besar dari pada mol titrat, sehingga yang

bisa teramati pada saat titrasi adalah titik akhir titrasi (Nuryanti, dkk., 2010).
III. METODOLOGI PRAKIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum kekuatan asam dalam medium air dilaksanakan pada hari

Kamis, tanggal 19 Maret 2015 pada pukul 10.00 - 12.00 WITA dan bertempat di

Laboratorium Kimia Anorganik Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo Kendari.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah erlenmeyer, buret,

statif dan klem, pipet ukur, filler, gelas ukur, gelas kimia, dan pipet tetes.

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan adalah larutan asam asetat 0,2 M,

indikator metil red, larutan NaOH, dan aquades.

C. Prosedur Kerja

a. Standarisasi larutan NaOH

- Memipet sebanyak 25 mL larutan asam oksalat kemudian metambahkan

dengan indikator metil merah dan mentitrasi dengan NaOH.

b. Standarisasi larutan asam asetat (CH3COOH)

- Memipet sebanyak 11 mL asam oksalat kemudian metambahkan indikator

metil merah dan mentitrasi dengan CH3COOH.

c. Standarisasi larutan asam formiat


- Memipet sebanyak 13 mL asam oksalat kemudian menambahkan indikator

metil merah dan mentitrasi dengan asam formiat.

Diagram alir

a. Standarisasi larutan NaOH

Larutan asam oksalat 0,2 M

- dipipet sebanyak 25 mL
- ditambahkan indikator metil
merah
- dititrasi dengan NaOH
Larutan standar NaOH
b. Standarisasi larutan asam asetat (CH3COOH)

Larutan asam oksalat 0,2 M

- dipipet sebanyak 11 mL
- ditambahkan indikator metil
merah
- dititrasi dengan CH3COOH

Larutan standar CH3COOH

c. Standarisasi larutan asam formiat

Larutan asam oksalat

- dipipet sebanyak 13 mL
- ditambahkan indikator metil
merah
- dititrasi dengan asam formiat

Larutan standar CH3COOH


Diagram alir

a. Standarisasi larutan NaOH dengan larutan asam

Larutan asam asetat 0,2 M

- Dipipet 25 mL
- Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
- Ditambhakan 2 tetes indikator metil red
- Dititrasi dengan larutan NaOH
- Diukur volume NaOH yang terpakai
- Ditentukan konsentrasi NaOH

Hasil Pengamatan

b. Standarisasi larutan asam asetat

Larutan asam asetat 0,2 M

- Dipipet 11 mL
- Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
- Ditambahkan 2 tetes indikator metil red
- Dititrasi dengan larutan NaOH yang telah
distandarisasi
- Diukur volume NaOH yang terpakai
- Ditentukan konsentrasi asam asetat

Hasil pengamatan

c. Standarisasi larutan asam asetat

Larutan asam oksalat

- Dipipet 11 mL
- Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
- Ditambahkan 2 tetes indikator metil red
- Dititrasi dengan larutan NaOH yang telah
distandarisasi
- Diukur volume NaOH yang terpakai
- Ditentukan konsentrasi asam oksalat
Hasil Pengamatan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Tabel Pengamatan

No
Perlakuan Hasil Pengamatan
.
25 mL asam asetat + indikator pp 2 tetes, Volume yang digunakan
1.
dititrasi dengan NaOH 0,5 mL 20,5 mL
11 mL asam oksalat + 2 tetes indikator Volume yang digunakan
2.
metil merah, dititrasi dengan asam asetat 48,2 mL
13 mL asam oksalat + 2 tetes indikator Volume yang sudah
3. metil merah, dititrasi dengan asam formiat digunakan 44 mL
0,2 M

2. Analisis data

a. Standarisasi larutan NaOH

V1 = 25 mL
V2 = 20,5 mL
M1 = 0,2 M
M2 = .?
V1M1 = V2M2
25 mL x 0,2 M = 20,5 mL x M2
M2 = 0,2 M

b. Standarisasi larutan asam asetat (CH3COOH)

V1 = 11 mL
V2 = 48,2 mL
M1 = 0,2 M
M2 = .?
V1M1 = V2M2
11 mL x 0,2 M = 48,2 mL x M2
M2 = 0,04 M

c. Standarisasi larutan asam formiat


V1 = 13 mL
V2 = 44 mL
M1 = 0,2 M
M2 = .?
V1M1 = V2M2
13 mL x 0,2 M = 44 mL x M2
M2 = 0,06 M

B. Pembahasan

Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan

menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi asam-basa

adalah titrasi yang yang melibatkan asam maupun basa sebagai titer (zat yang

telah diketahui konsentrasinya) maupun titrant (zat yang akan ditentukan

kadarnya) dan berdasarkan reaksi penetralan asam-basa. Kadar larutan asam


ditentukan dengan menitrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar

suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya.

Titrasi asam-basa adalah titrasi yang yang melibatkan asam maupun basa

sebagai titer (zat yang telah diketahui konsentrasinya) maupun titrant (zat yang

akan ditentukan kadarnya) dan berdasarkan reaksi penetralan asam-basa. Kadar

larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa yang telah diketahui

kadarnya, dan sebaliknya, kadar larutan basa dapat diketahui dengan

menggunakan larutan asam yang diketahui kadarnya. Titik ekivalen yaitu pH pada

saat asam dan basa (titrant dan titer) tepat ekivalen atau secara stoikiometri tepat

habis bereaksi.

Percobaan ini dilakukan 3 tahap yaitu, standarisasi larutan NaOH dengan

larutan asam, standarisasi larutan asam asetat, dan standarisaasi larutan asam

formiat. Standarisasi larutan NaOH dengan larutan asam ini bertujuan untuk

mengetahui konsentrasi dari NaOH, asam asetat (CH 3COOH) dan asam format

(HCOOH) dengan metode titrasi dan penggunaan larutan baku primer yaitu asam

oksalat. Pertama yaitu standarisasi larutan NaOH dengan larutan asam dilakukan

dengan memipet 25 mL larutan NaOH kemudian dimasukkan dalam erlenmeyer

dan ditambahkan indikator metil red. Penggunaan indikator metil red sebagai

indikasi bahwa titik ekivalen pada proses titrasi telah tercapai. Indikator metil red

digunakan karena pada proses titrasi ini, titik ekivalen berada pada kisaran nilai

pH sedikit asam sedikit basa. Sebelum digunakan sebagai larutan standar,

larutan NaOH perlu distandardisasi terlebih dahulu karena NaOH merupakan

larutan standar sekunder yang konsentrasinya mudah berubah karena pengaruh


lingkungan. Begitu juga dengan larutan-larutan asam yang perlu distandardisasi

karena alasan yang sama. Pada standardisasi larutan NaOH, setelah titik ekivalen

tercapai, NaOH berlebih bereaksi dengan indikator metil red yang menghasilkan

warna merah muda.

Standarisasi larutan asam format dilakukan dengan memipet 25 ml larutan

asam format kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml dan

ditambahkan indikator metil red untuk mengindikasikan titik eqivalen pada proses

titrasi telah di capai. Selanjutnya di titrasi dengan larutan NaOH hingga mencapai

titik akhir titrasi yang ditandai dengan perubahan warna larutan dari bening

menjadi pink. Volume akhir titrasi ini dicapai setelah penambahan NaOH

sebanyak 8,2 ml dan volume akhir titrasi dari larutan duplo adalah 8,3 ml .

Standarisasi larutan HCOOH, setelah titik ekivalen tercapai, NaOH berlebih

bereaksi dengan indikator metil red yang menghasilkan warna merah muda.

Na2In yang terbentuk akan terdisosiasi dalam larutan menghasilkan ion Na+ dan

In2- yang berwarna merah muda-merah.

Selanjutnya, standarisasi larutan asam asetat dilakukan dengan

menimbang asam oksalat kemudian dilarutkan dalam 50 ml aquades pada labu

takar, selanjutnya di ambil 25 ml lalu ditetesi 2 tetes indikator metil red untuk

mengindikasikan bahwa titik akhir titrasi sudah tercapai.


V. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

standarisasi asam formiat (HCOOH) adalah asam yang paling kuat (nilai Ka-nya

yang paling besar). Hal ini sesuai dengan teori.


DAFTAR PUSTAKA

Chandra A.D., dan Hendra C., 2012. Rancang Bangun Kontrol pH beberapa Self
Tuning PID melalui Metode Adaptive Control. Jurnal kimia Industri.
Vol.1 (1).

Hardjanti, S.R., 2010. Pemungutan Kurkumin dari Kunyit (Curcuma


domesticaval) dan Pemakainnya sebagai Indikator Analisis Volumetri.
Jurnal penelitian. Vol.2 (2).
Nuryanti, S., Matsjeh, S., Anwar, C., dan Raharjo, J.T., 2010. Indikator Titrasi
Asam-Basa Dari Ekstrak Bunga Sepatu (Hibiscus Rosa Sinensis L).
Jurnal Agritech. Vol. 30 (3).

Irfan, dan Anshary. 1996. Penentuan Pelajaran Kimia. Bandung: Ganesa Exact.
Khopkar, S.M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, Jakarta : UI-Press.

Anda mungkin juga menyukai