Anda di halaman 1dari 8

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

OLEH :

Ni Made Diantari Pratiyaksi 2013031021 2020

Gede Wisnu Ambara Putra 2013031023 2020

Ni Putu Aryanti 2013031020 2020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA
2022
A. Judul Percobaan: penentuan kelarutan sebagai fungsi suhu
B. Tanggal Percobaan :14 Maret 2022
C. Tujuan Percobaan :
1. Memahami pengertian larutan jenuh
2. Memahami harga kelarutan dan penentuan pengaruh temperatur terhadap kelarutan
suatu zat
3. Menghitung panas pelarutan suatu zat

D. Prinsip Dasar Pratikum:


Kelarutan adalah jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai
membentuk larutan jenuh. Adapun cara menentukan kelarutan zat ialah dengan
mengambil sejumlah tertentu pelarut murni, misalnya 1 liter. Kemudian diperkirakan
jumlah zat yang dapat membentuk larutan lewat jenuh yang ditandai dengan masih
terdapat zat padat yang tidak larut. Setelah dikocok atupun diaduk tidak terjadi
kesetimbangan antara zat yang larut dengan zat yang tidak larut.
Istilah kelarutan digunakan untuk mengacu pada konsentrasi sebuah larutan jenuh
(disini dimisalkan dengan kristalin padat) dalam sebuah temperatur tertentu. Faktor-
faktor penting yang mempengaruhi kelarutan zat adalah temperatur, sifat pelarut dan
kehadiran ion-ion lainnya.
Dalam larutan jenuh terjadi kesetimbangan antara molekul-molekul zat yang larut
dan yang tidak larut. Kesetimbangan itu dapat dituliskan sebagai berikut:
A(p) ↔ A(l)
A(p): molekul zat yang tidak larut A(l): molekul zat terlarut
Tetapan kesetimbangan proses pelarutan tersebut:
az az
K= = =γ . Mz
a' z a' z

𝑎𝑧: kelarutan zat yang larut

𝑎′𝑧 1 𝑧

𝑎′𝑧: keaktifan zat yang tidak larut, yang mengambil harga satu untuk zat padat dalam
keadaan standar
𝛾: koefisien keaktifan zat yang larut
𝑚𝑧: kemolaran zat yang larut karena larutan jenuh disebut kelarutan
Kelarutan adalah jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai
membentuk larutan jenuh. Apabila suatu larutan suhunya diubah, maka hasil
kelarutannya juga akan berubah. Larutan ada yang jenuh, tidak jenuh dan lewat jenuh.
Larutan dikatakan jenuh pada temperatur tertentu, bila larutan tidak dapat melarutkan
lebih banyak zat terlarut. Bila jumlah zat terlarut kurang dari larutan jenuh disebut larutan
tidak jenuh. Dan bila jumlah zat terlarut lebih dari larutan jenuh disebut larutan lewat
jenuh. Daya larut suatu zat dalam zat lain, dipengaruhi oleh jenis zat pelarut, temperatur
dan sedikit tekanan.
Pengaruh temperatur dalam kesetimbangan kimia ditentukan dengan ∆ H °

dengan persamaan [∂ InK


∂r ] p=
∆r H°
RT
2 yang disebut dengan persamaan van’t hoff. Pada

reaksi endoterm konstanta kesetimbangan akan naik seiring dengan naiknya temperatur.
Pada reaksi eksoterm konstanta kesetimbangan akan turun seiring dengan naiknya
temperatur. Panas pelarutan suatu zat dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
van’t hoff. Pada umumnya proses pelarutan bernilai positif. Hal ini sesuai dengan
persamaan Van’t hoff yang menyatakan semakin tinggi temperatur semakin tinggi pula
zat yang larut. Sedangkan pada zat yang memiliki panas pelarut negatif atau bersifat
eksoterm maka semakin tinggi temperatur dalam suatu reaksi menyebabkan semakin
berkurangnya zat yang dapat larut. Berdasarkan persamaan van’t hoff, peggambaran
kurva antara log solubility (log S) vs 1/T dalam K akan membentuk garis lurus. Pada
−∆ H
kurva akan membentuk persamaan IN S = + C . Sisi slope akan ditunjukkan oleh
RT
−∆ H
, sedangkan intersepnya C. sehingga dapat diperoleh nilai panas pelarutnya.
RT
Pengaruh suhu terhadap kelarutan dapat dilihat pada peristiwa sederhana yang
terjadi pada kehidupan sehari-hari yaitu kelarutan gula dalam air. Gula yang dilarutkan ke
dalam air panas, dan satu lagi ke dalam air dingin, maka gula akan lebih cepat larut pada
air panas karena semakin besar suhu semakin besar pula kelarutannya. Aplikasi kelarutan
dalam dunia industri adalah pada pembuatan reaktor kimia, pada proses pemisahan
dengan cara pengkristalan integral, selain itu juga dapat digunakan untuk dasar atau ilmu
dalam proses pembuatan granul-granul pada industri baja. Oleh karena aplikasi kelarutan
yang bermanfaat dan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan maka
praktikum kelarutan zat padat dalam cairan perlu dilakukan.

E. Alat dan Bahan:

Alat Ukuran Jumlah


Labu Takar 250 mL 3 buah
Labu Takar 100 mL 4 buah
Thermometer 100 o C 1 buah
Pipet Volume - 1 buah
Pipet tetes - 1 buah
Corong - 1 buah
Statif - 1 buah
Buret - 1 buah
Penangas Air - 1 buah
Pengaduk - 1 buah
Erlenmeyer 150 mL 2 buah
Diameter 5
Tabung reaksi 1 buah
cm
Labu Takar 600 mL 1 buah
Baskom - 1 buah

Bahan Jumlah
NaOH 0,2 N
NaOH 0,5 N
Es Batu 10 gram
Indikator PP 5 ml
Aquades 150 ml
Asam Oksalat 250 ml
Asam Oksalat Padat 5,0428 gram

F. Cara Kerja
1. Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu
Dibuat asam oksalat jenuh 250 Diencerkan dengan 150 ml aquades,
ml. Asam oksalat padat sebanyak dikocok sampai homogen dan
5,0428gram dimasukkan ke ditambah aquades sampai tanda batas
250 ml.
dalam labu takar 250 ml.

Disiapkan wadah besar berisi air


ledeng dan ditambahkan es batu Larutan asam oksalat dipanaskan
sampai suhu rendah. Larutan dalam penangas air sampai suhu
asam oksalat panas dimasukkan lebih dari 60o C.
ke dalam tabung reaksi besar
yang diselimuti gelas ukur 600
ml.

Saat mencapai suhu 40o C,


larutan asam oksalat dipipet 25
Dimasukkan ke dalam wadah ml ke dalam labu takar 100 ml
yang berisi larutan air dingin dan diencerkan sampai 100 ml.
untuk didinginkan atau Dipipet dan dimasukkan ke
diturunkan suhunya. Larutan dalam erlenmeyer. Diencerkan
asam oksalat panas diturunkan sampai sepertiga erlenmeyer.
suhunya sampai 40o C, 30o C, 25o Ditetesi indikator PP dan
C, 20o C, dan 10o C. dititrasi oleh larutan NaOH.

Titrasi dilakukan sebanyak 2 kali.


Titrasi pertama dilakukan dengan
Titrasi kedua dilakukan dengan
NaOH 0,2 N sampai warna larutan
NaOH 0,5 N sampai warna larutan
berubah menjadi merah muda.
merah muda. Titrasi dilakukan
Volume NaOH 0,2 N yang
sebanyak 2 kali. Volume NaOH
terpakai selama titrasi dicatat
0,5 N yang terpakai selama titrasi
dalam tabel data pengamatan.
dicatat dalam tabel data
pengamatan.

Prosedur kerja pada saat suhu Dari percobaan yang dilakukan


mencapai 30o C, 25 o C, 20 o C, dan diperoleh data sebanyak 16 data,
10 o C sama dengan prosedur yang delapan data dari titrasi dengan
dilakukan saat suhu mencapai 40o NaOH 0,2 N dan delapan data dari
C. NaOH 0,5 N. Data yang diperoleh
dianalisis dengan metode grafik atau
analisis kualitatif dan metode analisis
kuantitatif atau perhitungan.
G. Tabel Data dan Cara Pengolahan Data

a. Tabel Data:
Data Pengamatan Titrasi dengan NaOH 0,5 N

No Suhu Asam Oksalat V1 NaOH V2 NaOH V rata-rata S


(oC) (mL) (mL) (mL) (kelarutan
Asam
Oksalat)
1
2
3
4
5

Data Pengamatan Titrasi dengan NaOH 0,2 N

No Suhu Asam V1 NaOH V2 NaOH V rata-rata S


Oksalat (oC) (mL) (mL) (mL) (kelarutan
Asam
Oksalat)
1
2
3
4
5

b. Cara pengolahan data


Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu
Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif untuk mendapatkan nilai kelarutan asam oksalat
pada suhu tertentu, nilai entalpi, dan panas pelarutan asam oksalat dengan metode perhitungan.
Nilai kelarutan asam oksalat diperoleh dengan menggunakan persamaan :

V1 x N1 = V2 x N2
Dimana V1 : Volume NaOH

N1 : Normalitas NaOH

V2 : Volume Asam oksalat

N2 : Normalitas Asam oksalat


Data Hasil Analisis Nilai Entalpi

No Suhu Asam Oksalat (oC) ∆𝐻 (𝑁𝑎𝑂𝐻 0,2 𝑁) ∆𝐻 (𝑁𝑎𝑂𝐻 0,5 𝑁)


1
2
3
4
5

Data ∆𝐻 untuk setiap penurunan suhu diperoleh dari persamaan Van’t Hoff yaitu :

𝑠2 : Kelarutan Asam oksalat pada suhu ke-2

𝑠1 : Kelarutan Asam oksalat pada suhu ke-1

∆𝐻 : Entalpi

𝑅 : Tetapan Gas ideal = 8,314 J/mol


Daftar Pustaka

Basuki, A.S. dan Setijo Bismo, 2003, Buku Petunjuk Laboratorium Kimia Fisika, Depok:
Laboratorium Dasar Proses Kimia, TGP FTUI.
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/setijo.bismo/material/panduankimiafisika.pdf
Isana, S.Y.L., P. Yatiman dan Suharto, 2003, Petunjuk Praktikum Kimia Fisika I, Yogyakarta:
Laboratorium Kimia Fisika, FMIPA UNY.
Suardana, I. N., I.M. Kirna, I.N. Retug, 2001, Buku Ajar Kimia Fisika I, Singaraja: Jurusan
Pendidikan Kimia, FPMIPA, IKIPN Singaraja.
Retug, Nyoman dan Dewa Sastrawidana. 2004. Penuntun Praktikum Kimia Fisika. Singaraja:
IKIP N Singaraja.

H.

Anda mungkin juga menyukai