Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


IV.1 HASIL PERCOBAAN
Tabel IV.1 Hasil Percobaan spektrofotometri untuk larutan standar K2CrO4
No
.
1.
2
3
4
5
6
7

Konsentrasi (ppm)

5
10
15
20
25
30
35

0,529
0,733
0,97
1,155
1,36
1,43
1,575

Tabel IV.2 Hasil Percobaan spektrofotometri untuk sampel


No
.
2
3

Sampel

Air Limbah
Air Sumur

1,336
1,196

Petemon

Tabel IV.3 Hasil Perhitungan Konsentrasi Cr6+ dalam Larutan K2CrO4


Konsentrasi

No

Konsentrasi
(ppm)

Absorbansi

0,529

Cr6+ (ppm)
1,340206

10

0,733

2,680412

15

0,97

4,020619

20

1,155

5,360825

25

1,36

6,701031

30

1,43

8,041237

35

1,575

9,381443

IV.2 PEMBAHASAN
Percobaan spektrofotometri analisa krom adalah

untuk Untuk

menentukan absorbansi dan konsentrasi krom pada larutan standar K2CrO4


dengan menggunakan

metode analisa
IV-1

spektrofotometri, dan untuk

Hasil dan Pembahasan


menentukan absorbansi dan konsentrasi krom pada air sumur
Petemon dan air sungai Kerawak dengan menggunakan metode analisa
spektrofotometri.
Percobaan ini diawali dengan pengenceran larutan standar. Larutan
Standar adalah larutan yang sudah diketahui konsentrasinya dengan
tepat. Fungsi dari

larutan standar adalah untuk

mengetahui besarnya

absorbansi pada panjang gelombang maksimal pada suatu sampel atau


cuplikan dalam analisis yang telah ditentukan. Fungsi pengenceran adalah
untuk meminimalisir kesalahan, karena hukum Beer berlaku pada larutan
encer agar larutan dapat ditembus cahaya. Fungsi penambahan reagen
adalah untuk mempermudah pembacaan warna dengan mereaksikannya
dengan larutan sampel yang akan dianalisa tersebut. Fungsi larutan
blanko untuk melarutkan sampel, pembacaan absorbansi untuk larutan ini
biasanya dikurangi dari pembacaan sampel. Fungsi larutan standar adalah
untuk membuat suatu grafik kalibrasi (Underwood, 2002).
Tahap

selanjutnya

adalah

tahap

kalibrasi

alat,

yaitu

dengan

memasukkan aquadest ke dalam kuvet, kemudian memasang pada alat


dan mengaturnya sehingga harga absorbansi = 0 dan transmitan = 100
pada panjang gelombang 540 nm. Fungsi Larutan Blanko sebagai pelarut
pembanding dalam mengukur absorbansi larutan lainnya (sample), serta
menambah akurasi pada daerah 0.2-0.8 skala absorbansi seperti pada alur
atau plot ringbom (Khopkar, 1998).
Selanjutnya adalah tahap analisa krom pada larutan standar. Larutan
standar yang digunakan dalam perrcobaan ini adalah K2CrO4. Tahap ini
dilakukan dengan memasukkan 10 ml larutan K2CrO4 dengan konsentrasi 5
ppm ke dalam erlenmeyer, lalu menambah 2 ml diphenilkarbazid. Fungsi
larutan

diphenilcarbazid

dalam

percobaan

ini

adalah

untuk

mengomplekskan krom. Karena Kromium heksavalen bila ditambah 1,5difenilkarbazida

(DPC)

dalam

larutan

asam

membentuk

kompleks

berwarna merah violet yang intensitasnya sebanding dengan banyaknya


kromium heksavalen dalam contoh. Pewarnaan dengan DPC cukup sensitif
dengan nilai absorptivitas molar kirakira 40.000 Lmol-1 cm-1 pada 540 nm
(Baramandita, 2009).

IV-2

Laboratorium Analisa Instrumen


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS

Hasil dan Pembahasan


Ion Cr dalam suasanan asam bereaksi dengan difenilkarbazida
menghasilkan senyawa berwarna merah ungu (lembayung). Serapan
diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 540 nm.

Gambar IV.1 Struktur kompleks Cr-difenilkarbazida


Langkah selanjutnya adalah menambahkan 2 ml larutan solution
yang merupakan campuran dari H2SO4 pekat dan NaOH 8% dengan
perbandingan 1:3. Kemudian memasukkan kuvet yang telah berisi larutan
standar dan reagen ke dalam alat spektrofotometer dan mencatat nilai
absorbansi. Mengulangi tahap ini dengan konsentrasi larutan standar
sesuai dengan variabel percobaan, yaitu 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, 25
ppm, 30 ppm, dan 35 ppm.
1.8
1.6

f(x) = 0.04x + 0.4


R = 0.98

1.4
1.2
1

Absorbansi

0.8
0.6
0.4
0.2
0

10

15

20

25

30

35

40

Konsentrasi (ppm)

Grafik IV.1 Hubungan antara konsentrasi larutan standar (ppm) dengan


absorbansi
Pada Grafik IV.1 diperoleh absorbansi dari larutan standar K2CrO4
dengan konsentrasi 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, 25 ppm, 30 ppm,
IV-3

Laboratorium Analisa Instrumen


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS

Hasil dan Pembahasan


dan 35 ppm berturut-turut adalah 0,529; 0,733; 0,97; 1,155; 1,36;
1,43; dan 1,575.
Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa konsentrasi larutan standar
berbanding lurus dengan absorbansi. Semakin besar konsentrasi, maka
semakin besar pula nilai absorbansinya. Dari grafik hubungan konsentrasi
dan absorbansi tersebut didapatkan grafik linear dengan persamaan y =
ax+b = 0,0352x + 0,4043 dengan harga R 2 sebesar 0,9806. Harga R
merupakan koefisien korelasi antara grafik hubungan konsentrasi dan
absorbansi dengan grafik linear y = 0,0352x + 0,4043. Berdasarkan harga
koefisien korelasi tersebut maka didapatkan persentese kesalahan dalam
percobaan ini sebesar 1,95%.
Hal ini sesuai dengan literatur bahwa, hukum Lambert Beer
menyatakan hubungan linearitas antara absorbansi dengan konsentrasi
larutan analit dan berbanding terbalik dengan transmitan berdasarkan
persamaan:
A = abc
Keterangan :
A

= Absorbansi

= tetapan absorpsivitas molar

= panjang jalur

= konsentrasi pada suatu bahan yang mengabsorpsi

Kemudian apabila absorbansi tersebut di plot terhadap konsentrasi,


maka akan diperoleh garis lurus (Lestari, 2010).
Tahap selanjutnya adalah tahap analisa sampel. Tahap ini dilakukan
dengan mengganti larutan standar dengan sampel Air Sumur Petemon dan
Air Limbah, kemudian mengukur absorbansinya.

Laboratorium Analisa Instrumen


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS

IV-4

Hasil dan Pembahasan

1.8
1.6
1.4

1.34
1.2

1.2
1

Absorbansi

0.8
0.6
0.4
0.2
0

10

15

20

25

30

35

40

Kpnsentrasi (ppm)

Grafik IV.2 Hubungan antara Absorbansi dengan Konsentrasi pada


Larutan Standar K2CrO4 dan Konsentrasi Sampel Air Sumur Petemon dan
Air Sungai Kerawak
Dari Grafik IV.2 didapatkan absorbansi Air Sumur Petemon dan Air
Sungai Kerawak pada panjang gelombang 510 nm berturut-turut adalah
0,014 dan 0,006. Konsentrasi sampel dapat diketahui berdasarkan grafik
hubungan absorbansi dan konsentrasi larutan standar yang telah dibuat
tersebut, yaitu dengan menarik garis lurus sesuai persamaan y=0,0004x0,0073. Sehingga diperoleh konsentrasi larutan sampel sampel air Limbah
dan Air Sumur Petemon memiliki konsentrasi krom berturut-turut adalah
26,47 ppm dan 22,49 ppm.
Menurut

Permenkes

No.416/MENKES/PER/IX/1990,

kadar

krom

valensi 6 maksimal untuk air bersih adalah 0,05 mg/L Sampel Air Sungai
Kerawak dan Air Sumur Petemon memiliki konsentrasi krom yang melebihi
ambang batas tersebut. Sehingga kedua sampel ini dapat dikatakan tidak
IV-5

Laboratorium Analisa Instrumen


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS

Hasil dan Pembahasan


layak untuk dikonsumsi. Selain itu, bisa saja terdapat senyawasenyawa berbahaya yang lain. Karena jika dilihat dari bentuk fisiknya,
kedua sampel ini tidak jernih.

Laboratorium Analisa Instrumen


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS

IV-6

Anda mungkin juga menyukai