Disusun Oleh :
Nama : Cristiani Novita Sari
Nim : 011600433
Kelompok : IV
Program Studi : D-IV Teknokimia Nuklir
Pembimbing : Sugili Putra, M.Sc
Tanggal Pengumpulan: 22 Maret 2019
YOGYAKARTA
2019
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah mengetahui pengaruh
iradiasi gamma terhadap kinerja indikator Metil Merah (MM).
II. LANDASAN TEORI
Indikator
Indikator pH sangat penting keberadaannya terutama dalam bidang
kimia yang digunakan untuk analisis volumetri. Salah satu metode dalam
analisis tesebut adalah titrasi asam basa atau titrasi netralisasi. Pada titrasi
ini melibatkan penambahan indikator yang berfungsi membantu
menentukan titik ekivalen yang ditandai dengan mengamati terjadinya
perubahan warna pada akhir titrasi. Indikator yang dgunakan dalam titrasi
penetralan dinamakan indikator asam basa. Indikator yaitu bahan kimia
yang sangat khusus yang dapat mengubah warna larutan dengan
perubahan pH setelah penambahkan asam atau basa (Gupta, 2012).
Indikator asam basa cenderung untuk bereaksi dengan kelebihan asam atau
basa pada saat titrasi untuk menghasilkan perubahan warna (Abbas, 2012).
Hingga saat ini indikator yang banyak digunakan dalam titrasi asam basa
adalah jenis indikator sintetis seperti fenolphtalein (PP), Metil Merah
(MM), metil orange (MO) dan merah fenol (MF). Macam-macam
indikator Asam Basa :
1. Indikator Buatan
Ada beberapa macam indikator asam basa yang biasa digunakan di
laboratorium kimia. Salah satu indikator asam basa yang praktis digunakan untuk
membedakan asam dan basa adalah lakmus. Lakmus berbentuk kertas, lebih
sering digunakan larutan indikator lain karena lebih sukar teroksidasi
sehingga lebih tahan lama. Selain itu, penggunaannya lebih mudah, yaitu
dengan mencelupkan pada larutan yang akan diuji. Indikator asam yang
lain di antaranya Metil Merah (MM) memberikan warna merah dalam
lingkungan asam dan kuning dalam lingkungan basa, metil jingga (MO)
memberikan warna merah dalam lingkungan asam dan kuning dalam
lingkungan basa. Indikator basa contohnya fenolftalein (PP) memberikan
1
warna merah muda dalam lingkungan basa dan tidak berwarna dalam
lingkungan asam, brom timol biru (BTB) memberikan warna kuning
dalam asam dan biru dalam basa. Selain indikator asam basa yang telah
disebutkan, ada juga indikator asam basa dari tumbuhan. Indikator asam
basa yang dibuat dari tumbuhan dinamakan indikator asam basa alami
(Rufaida A, Dyah dan Waldjinah, 2009: 6).
2. Indikator Alami
Indikator alami dapat dibuat dari bagian tanaman yang berwarna,
misalnya kunyit, kelopak bunga sepatu, kol ungu, bunga bugenvil,
karamunting, dan daun bayam merah. Pada penelitian ini indikator alami
yang dibuat adalah larutan indikator dari karamunting. Karamunting
dipilih sebagai indikator asam basa karena buahnya mengandung pigmen
berwarna ungu, mudah didapatkan di lingkungan sekitar.
Trayek pH indikator merupakan trayek rentang perubahan warna
suatu zat indikator pH yang biasa digunakan dalam titrasi. Metil Merah
memiliki trayek perubahan warna antara pH 4,2 – 6,2. Jika pH kurang dari
4,2 larutan berwarna merah, jika pH lebih dari 6,2 larutan berwarna
kuning.
Gambar 1. Trayek pH Indikator
2
Gambar 2. Struktur Kimia Saat Perubahan Warna di MM (ekimia, 2015)
Spektrofotometer UV-Vis
Spektrofotometer UV-Vis merupakan instrumen yang digunakan
untuk melakukan pengukuran energi cahaya oleh seperangkat sistem pada
panjang gelombang tertentu. Spektrofotometer UV-Vis menghasilkan
sinar dari spektrum dengan panjang gelombang yang diinginkan dan di
hubungkan dengan fotometer sebagai pengukur intensitas cahaya yang
terserap (Rina, 2009). Nama UV-Vis diambil dari panjang gelombang
cahaya yang digunakan pada instrumen ini. Gelombang tersebut adalah
gelombang pada sinarUV dengan panjang gelombang 200-400 nm dan
gelombang visibel dengan panjang gelombang 400-750 nm.
Perubahan warna yang terjadi secara kuantitatif dapat diketahui
dengan mengukur absorbansi dari film, sebelum dan sesudah iradiasi. Hasil
pengukuran ini akan menunjukkan perbedaan absorbansi dari keadaan awal
dan akhir yang disebut net absorbance (∆A).
Absorbansi pada penggunaan dosimeter ini dapat diukur dengan
alat yang mampu mengukur energi dari cahaya atau warna pada panjang
gelombang tertentu. Alat yang pada umumnya digunakan adalah
spektrofotometer UV-Vis. Film radiokromik banyak digunakan sebagai
sistem dosimetri pada aplikasi dengan rentang radiasi rendah yaitu 1-10
KGy (Devic, 2016).
3
Gambar 3. Panjang Gelombang Daerah Cahaya Tampak
4
I = Intensitas cahaya yang di transmisikan
I0 = Intensitas cahaya awal
T = Transmitansi
A = Absorbansi
K = Ɛ = Konstanta ekstinsi molar (mol/cm2)
b = Panjang lintasan sinar pada sampel (cm)
C = Konsentrasi sampel (mol/L)
G-Value
Saat melakukan perhitungan untuk trek, jumlah berbagai spesies
kimia yang ada (mis., OH, e-aq, H2O2, dll.) Dapat ditabulasi sebagai
fungsi waktu. G-value adalah satuan dari hasil kimia radiasi. G = 1
menunjukkan bahwa satu entitas (misal, Satu radikal bebas dari jenis
tertentu) dibentuk atau dihancurkan untuk setiap 100 eV energi yang
diserap oleh media. Berdasarkan pengujian yang dilakukan akan dianalisis
seberapa resistan MM terhadap iradiasi gamma. Hasil kimia yang dihitung
dapat dibandingkan dengan pengukuran eksperimental. Untuk memperoleh
statistik yang memadai, perhitungan diulang untuk sejumlah trek yang
berbeda dan independen dan nilai G rata-rata dikompilasi. Nilai G untuk
spesies reaktan berkurang seiring waktu. Sebagai contoh, radikal hidroksil
dan elektron terhidrasi terus digunakan, sementara nilai G untuk spesies
lain, seperti H2O2 dan H2, meningkat seiring waktu. Seperti yang
disebutkan sebelumnya, sekitar 10–6 detik spesies reaktif yang tersisa di
jalur telah berjauhan sehingga reaksi tambahan tidak mungkin terjadi.
Sebagai fungsi waktu, oleh karena itu, nilai G berubah sedikit setelah 10-6
detik.
Radiasi Gamma
Iradiasi gamma merupakan salah satu jenis radiasi yang dihasilkan
oleh materi/unsur tidak stabil (radioaktif) menjadi stabil. Dimana proses
menuju stabil memancarkan kelebihan energi yang disimpan, energi yang
5
dipancarkan ini yang disebut radiasi (Batan, 2012). Interaksi iradiasi
gamma dengan materi akan terjadi dengan berbagai macam fenomena
seperti: reaksi ionisasi, reaksi pembentukan pasangan, dll. Hasil dari
berbagai interaksi radiasi gamma ini akan dapat menghasilkan radikal-
radikal bebas yang bersifat sementara dan sangat reaktif dengan
terbentuknya radikal bebas ini maka dimungkinkan untuk dapat
mempengaruhi proses reaksi kimia (Caer, S. L., 2011). Salah satu sumber
iradiasi gamma yang banyak digunakan didunia adalah Co-60, karena
memiliki waktu paruh yang panjang dan memiliki energi yang relatif
tinggi serta kualitas sinar iradiasi gamma yang dihasilkan sama. Iradiasi
gamma yang dihasilkan oleh sumber Co-60 memiliki kualitas sama
disebabkan proses peluruhan Co-60 hanya ada satu tahapan untuk menjadi
unsur stabil (non-radioaktif) yaitu Ni-60. Co-60 mengemisikan 2 jenis
sinar gamma dengan tingkat energi 1,17 dan 1,33 MeV (International
Atomic Energy Agency (IAEA), 2006).
III. ALAT DAN BAHAN
Alat:
1. Gelas beaker
2. Labu ukur
3. Labu erlenmeyer
4. Pipet tetes
5. Pipet ukur
6. Pipet volume
7. Ballpet
8. Buret
9. Statif
10. Penyangga
11. UV-Vis
12. Kuvet
13. Botol iradiasi
14. Sendok sungu
6
15. Neraca analitik
Bahan:
1. Indikator Metil Merah
2. Aquadest
3. Etanol
4. Larutan NaOH
5. Larutan HCl
6. pH indikator
7. Larutan NH4OH
7
2) Larutan yang telah ditetesi MM diuji dengan uv-vis untuk
menentukan panjang gelombang metode yang digunakan saat
pengujian uv-vis adalah photometric.
3) Data pengujian uv-vis dianalisis untuk menentukan G-value
E. Analisis MM dengan Titrasi Asam Basa
1) MM diteteskan pada larutan NH4OH sebanyak 1 tetes kemudian
dititrasi dengan HCl dengan konsentrasi 0,1 M.
2) Titrasi dihentikan sesaat sebelum indikator MM mengalami
perubahan warna.
3) Titik akhir titrasi diukur menggunakan pH meter
V. DATA PENGAMATAN
1. Pengamatan Absorbansi dan Panjang Gelombang menggunakan UV-Vis
Tabel 1. Penentuan Panjang Gelombang dan Absorbansi Larutan NaOH yang
Ditetesi Indikator Metil Merah
Basa
0.1 M 0.2 M 0.3 M 1M
NaOH
λ 446.4 nm 420 nm 480 nm 420 nm
0 kGy 0.172 0.113 0.799 0.154
1 kGy 0.207 0.184 0.049 0.152
1.5 kGy 0.139 0.121 0.056 0.297
2 kGy 0.173 0.213 0.069 0.131
Asam
0.1 M 0.2 M 0.3 M 1M
HCl
219.5
λ 515 nm 516 nm 516 nm
nm
0 0.357 0.436 0.488 0.68
1 0.405 0.33 0.327 0.354
1.5 0.362 0.356 0.294 0.347
2 0.381 0.621 0.337 0.484
8
2. Pengamatan Range Kerja Indikator Metil Merah Secara Titrasi NH4OH
dengan HCl 0,1 M
Volume pH
Volume Indikator
HCl 0,1 Setelah
NH4OH MM
M Titrasi
9 ml 5 ml 1 tetes 4
9 ml 5 ml 1 tetes 4
9 ml 5 ml 1 tetes 5
pH
Volume Volume Indikator
Setelah
HCl NH4OH MM
Titrasi
8,6 ml 5 ml 1 tetes 4
8,6 ml 5 ml 1 tetes 5
9,4 ml 5 ml 1 tetes 4
pH
Volume Volume Indikator
Setelah
HCl NH4OH MM
Titrasi
9,4 ml 5 ml 1 tetes 5
9,5 ml 5 ml 1 tetes 5
9,3 ml 5 ml 1 tetes 5
pH
Volume Volume Indikator
Setelah
HCl NH4OH MM
Titrasi
9 ml 5 ml 1 tetes 5
9,1 ml 5 ml 1 tetes 4
9
9,4 ml 5 ml 1 tetes 5
10
VI. DATA PERHITUNGAN
1. Perhitungan G-Value
Hukum Lambert-Beer
A=ԑbc
Untuk larutan yang sama, maka:
𝐴1 𝐴2
=
𝑐1 𝑐2
𝑉1 𝑀1 = 𝑉2 𝑀2
0,05 𝑚𝐿 × 0,037326 𝑀 = 10,05 𝑀 × 𝑀2
𝑀2 = 1,857 × 10−4 𝑀
𝐴 1 𝑘𝐺𝑦 × 𝑐 0 𝑘𝐺𝑦
𝑐 1 𝑘𝐺𝑦 =
𝐴 0 𝑘𝐺𝑦
−4
0,207 × 1,857 × 10 𝑀
𝑐 1 𝑘𝐺𝑦 =
0,172
𝑐1 𝑘𝐺𝑦 = 2,234877 × 10−4 𝑀
[𝐼𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟] × 𝑁𝐴
𝐺 − 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 =
𝐷 × (6,24 × 1017 )
11
10−6 𝑀𝑚𝑜𝑙 1023 𝑎𝑡𝑜𝑚
[2,234877 × 10−4 × × 6,02 ×
𝐺 − 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 = 𝐿 𝑚𝑜𝑙
1 𝑘𝐺𝑦 × 6,24 × 1017 𝑒𝑉
𝐺 − 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 = 2,15608 × 10−4 𝑎𝑡𝑜𝑚/100𝑒𝑉
Dengan cara yang sama, maka akan diperoleh G-Value sebagai berikut:
Konsentrasi
Dosis
Konsentrasi setelah
Iradiasi Absorbansi G-Value
NaOH (M) iradiasi
(kGy)
(Mmol/L)
Konsentrasi
Dosis
Konsentrasi setelah
Iradiasi Absorbansi G-Value
HCl (M) iradiasi
(kGy)
(Mmol/L)
12
1,5 0,362 1,66 x 10-10 0,000107
2 0,381 1,95 x 10-10 9,43x10-5
0 0,436 1,86 x 10-10 -
1 0,33 1,41 x 10-10 0,000136
0,2
1,5 0,356 2 x 10-10 0,000129
2 0,621 3,24 x 10-10 0,000156
0 0,488 1,86 x 10-10 -
1 0,327 1,24 x 10-10 0,00012
0,3
1,5 0,294 1,67 x 10-10 0,000107
2 0,337 2,13 x 10-10 0,000103
0.0002
0.00015 HCl 1 M
13
Grafik 2. G-Value Indikator MM dalam larutan NaOH
G-Value NaOH
0.00035
0.0003
0.00025
G-Value (Spesi/100 eV)
14
𝐾𝑤 [𝑁𝐻4 + ]
[𝐻 + ] = √
𝐾𝑏
𝑚𝑜𝑙 𝑁𝐻4 +
[𝐻 + ] = √𝐾𝑤 [ 𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
]
𝐾𝑏
10 −14 [0,9
𝑚𝑚𝑜𝑙
]
[𝐻 + ] =√ 13 𝑚𝑙
1,8 × 10−5
= 6,201736 × 10−6
𝑝𝐻 = − log[𝐻 + ]
= − log[6,201736 × 10−6 ]
= 5,207
Dengan cara yang sama, maka akan diperoleh hasil dalam berikut untuk
masing-masing indikator MM yang diiradiasi pada dosis tertentu:
Rata- Rata-
Dosis Rata Rata Molaritas Molaritas Mol
(kGy) Volume Volume HCl NH4OH NH4OH
HCl NH4OH
1 9,3 5 0,1 0,186 0,93
1,5 9,5 5 0,1 0,19 0,95
2 9,5 5 0,1 0,19 0,95
Vol Mol
Dosis
Total NH4O [NH4+] Kw Kb [H+] pH
(kGy)
(ml) H
1 14,3 0,93 0,065035 10-14 0,000018 6,01 x 106 5,221063
1,5 14,5 0,95 0,065517 10-14 0,000018 6,03 x 106 5,219458
2 14,5 0,95 0,065517 10-14 0,000018 6,03 x 106 5,219458
VII. PEMBAHASAN
15
Pada praktikum ini dilakukan pengujian kestabilan zat warna
Metil Merah jika dikenai iradiasi gamma menggunakan variasi dosis 0
kGy; 1 kGy; 1,5 kGy; dan 2 kGy. Pengujian signifikansi pengaruh
variabel ini dilakukan ber-urutan pada tiap dosis serap (0 kGy, 1 kGy, 1.5
kGy, 2 KGy) agar dapat terlihat perubahan signifikansi pengaruh variabel
seiring peningkatan dosis serap. Kestabilan suatu indikator warna jika
terkena iradiasi sangat penting untuk diketahui apabila digunakan sebagai
bahan sensitif suatu dosimetri.
Pengujian tersebut dilakukan dengan beberapa cara mengukur
perubahan absorbansi larutan NaOH dan HCl pada konsentrasi tertentu
yang ditetesi dengan indikator Metil Merah sebelum dan sesudah
diiradiasi, menghitung G-Value hasil perubahan konsentrasi larutan
NaOH dan HCl pada konsentrasi tertentu yang ditetesi dengan indikator
Metil Merah sebelum dan sesudah diiradiasi, melakukan titrasi asam-basa
menggunakan indikator Metil Merah sebelum dan sesudah diiradiasi
untuk mengamati range kerja indikator Metil Merah tersebut dengan cara
menghitung pH secara teoritis serta mengukur pH secara praktik
menggunakan kertas pH indikator.
Apabila senyawa indikator tersebut rusak maka saat digunakan
atau diuji coba, indikator tidak akan memberikan respons yang
seharusnya, sedangkan jika senyawa memberikan perubahan warna yang
berbeda pada range yang sama dengan range pH kerja indikatornya maka
senyawa tersebut telah mengalami modifikasi.
Pengukuran terhadap panjang gelombang maksimum pada setiap
konsentrasi baik asam maupun basa tidak menunjukkan perubahan
serapan panjang gelombang yang sangat jauh pada indikator MM.
Penurunan panjang gelombang yang terjadi dapat terjadi dikarenakan
indikator tidak bereaksi dengan baik. Penurunan panjang gelombang
yang tidak signifikan menandakan bahwa tidak terjadi penguraian zat
warna yang berarti.
16
Pada titrasi melibatkan penambahan indikator yang berfungsi
membantu menentukan titik ekivalen yang ditandai dengan mengamati
terjadinya perubahan warna pada akhir titrasi. Indikator asam basa
cenderung untuk bereaksi dengan kelebihan asam atau basa pada saat
titrasi untuk menghasilkan perubahan warna. Pada titrasi, untuk melihat
trayek pH indikator, pemilihan jenis tiran dan tiran perlu diperhatikan
agar pada saat mencapai titik ekuivalen-nya berada pada pH yang masih
masuk dalam range dari kinerja indikator MM itu sendiri. Untuk
mencapai kondisi tersebut titran HCl dan titrat NH4OH dapat digunakan.
Indikator Metil Merah dapat berubah warna karena pengaruh pH
yang berubah. Hal ini disebabkan karena MM mengandung gugus aktif .
Metil Merah memiliki trayek perubahan warna antara pH 4,2 – 6,2. Jika
pH kurang dari 4,2 larutan berwarna merah, jika pH lebih dari 6,2 larutan
berwarna kuning. Pengamatan Range Kerja Indikator Metil Merah secara
titrasi NH4OH dengan HCl tiap variasi dosis masih berada pada range pH
4,2-6,2. Sehingga dapat disimpulkan kinerja indikator pasca iradiasi
tidak berubah. jadi, iradiasi indikator pada dosis 0 kGy, 1 kGy, 1.5 kGy,
2 KGy tidak membuat indikator MM termodifikasi. Untuk membuktikan
gugus fungsi yang hilang atau terbentuk, analisis terhadap FTIR akan
sangat membantu.
Didalam air, radiasi gamma akan mengakibatkan terjadinya proses
radiolisis. Proses reaksi radiolisis dan waktunya dapat dilihat pada
Gambar 4.
17
Gambar 4. Proses Radiolisis Radiasi Gamma dalam Air (Caer, S. L., 2011)
18
yang diterima sistem. Nilai G-Value ditentukan untuk mengetahui
seberapa besar radiasi gamma berpengaruh terhadap indikator MM. G-
value yang didapatkan pada kondisi asam dan basa menunjukkan
hubungan yang serupa yaitu semakin tinggi dosis maka semakin rendah
nilai G-Value yang didapatkan. Apabila meninjau dari indikator untuk
menentukan nilai tersebut, hubungan yang terjadi yakni peningkatan
dosis menyebabkan penurunan nilai G-Value dikarenakan pada dosis
yang relatif lebih rendah, indikator yang masih tersedia untuk
membentuk senyawa masih tersedia. Semakin tinggi dosis, semakin
banyak senyawa indikator telah berkurang menjadi produk baru yang
dihasilkan akibat radiasi gamma terhadapnya. Pada praktikum ini,
walaupun perubahan yang terjadi tidak signifikan akan tetapi dapat
dilihat walaupun sangat sedikit perubahan terhadap indikator tersebut
tetap terjadi. Namun, tidak memberikan beda signifikan terhadap kinerja
dari indikator itu sendiri yang berarti indikator masih dapat bertahan
dengan baik pada iradiasi dosis 0-2 kGy.
VIII. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dalam praktikum kali ini adalah
iradiasi gamma dosis 0-2 kGy tidak memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja indikator Metil Merah (MM).
19
Caer, S.L. 2011. Water Radiolisis: Influence of Oxide Surfaces on H2
Production under Ionizing Radiation. Jurnal Water, vol. 3, hal. 235-
253.
Eka. 2015. Label: Asam-Basa, Kimia, Kimia Larutan, SMA.
delapanilmu.com (diakses pada 21 Maret 2019)
Ekimia. 2015. Indikator Titrasi Asam-Basa. diakses di
http://ekimia.web.id/indikator-titrasi-asam-basa/ pada Maret 2019.
Gupta, P., Jain, P. dan Jain, P.K., 2012. Isolation of Natural Acid Base
Indikator From the Flower Sap of Hibiscus Rosa Sinensis, Jurnal.
Chem. and Pharm. Research, 4(12) : 4957-4960.
IAEA. 2006. Gamma Irradiators for Radiation Processing. Vienna Austria:
IAEA.
Rufaida A, Dyah dan waldjinah. (2009). Kimia untuk SMA/MA kelas XI
semester 2. Klaten: Intan Pariwara
20
X. LAMPIRAN
21
Lampiran 7. Pengujian Uv-vis
22