Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KIMIA RADIASI


“Pengaruh Iradiasi Gamma Terhadap Perubahan Warna Serta Range
Kerja Indikator Metil Merah”

Disusun Oleh :
Nama : Cristiani Novita Sari
Nim : 011600433
Kelompok : IV
Program Studi : D-IV Teknokimia Nuklir
Pembimbing : Sugili Putra, M.Sc
Tanggal Pengumpulan: 22 Maret 2019

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

YOGYAKARTA

2019
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah mengetahui pengaruh
iradiasi gamma terhadap kinerja indikator Metil Merah (MM).
II. LANDASAN TEORI
Indikator
Indikator pH sangat penting keberadaannya terutama dalam bidang
kimia yang digunakan untuk analisis volumetri. Salah satu metode dalam
analisis tesebut adalah titrasi asam basa atau titrasi netralisasi. Pada titrasi
ini melibatkan penambahan indikator yang berfungsi membantu
menentukan titik ekivalen yang ditandai dengan mengamati terjadinya
perubahan warna pada akhir titrasi. Indikator yang dgunakan dalam titrasi
penetralan dinamakan indikator asam basa. Indikator yaitu bahan kimia
yang sangat khusus yang dapat mengubah warna larutan dengan
perubahan pH setelah penambahkan asam atau basa (Gupta, 2012).
Indikator asam basa cenderung untuk bereaksi dengan kelebihan asam atau
basa pada saat titrasi untuk menghasilkan perubahan warna (Abbas, 2012).
Hingga saat ini indikator yang banyak digunakan dalam titrasi asam basa
adalah jenis indikator sintetis seperti fenolphtalein (PP), Metil Merah
(MM), metil orange (MO) dan merah fenol (MF). Macam-macam
indikator Asam Basa :
1. Indikator Buatan
Ada beberapa macam indikator asam basa yang biasa digunakan di
laboratorium kimia. Salah satu indikator asam basa yang praktis digunakan untuk
membedakan asam dan basa adalah lakmus. Lakmus berbentuk kertas, lebih
sering digunakan larutan indikator lain karena lebih sukar teroksidasi
sehingga lebih tahan lama. Selain itu, penggunaannya lebih mudah, yaitu
dengan mencelupkan pada larutan yang akan diuji. Indikator asam yang
lain di antaranya Metil Merah (MM) memberikan warna merah dalam
lingkungan asam dan kuning dalam lingkungan basa, metil jingga (MO)
memberikan warna merah dalam lingkungan asam dan kuning dalam
lingkungan basa. Indikator basa contohnya fenolftalein (PP) memberikan

1
warna merah muda dalam lingkungan basa dan tidak berwarna dalam
lingkungan asam, brom timol biru (BTB) memberikan warna kuning
dalam asam dan biru dalam basa. Selain indikator asam basa yang telah
disebutkan, ada juga indikator asam basa dari tumbuhan. Indikator asam
basa yang dibuat dari tumbuhan dinamakan indikator asam basa alami
(Rufaida A, Dyah dan Waldjinah, 2009: 6).
2. Indikator Alami
Indikator alami dapat dibuat dari bagian tanaman yang berwarna,
misalnya kunyit, kelopak bunga sepatu, kol ungu, bunga bugenvil,
karamunting, dan daun bayam merah. Pada penelitian ini indikator alami
yang dibuat adalah larutan indikator dari karamunting. Karamunting
dipilih sebagai indikator asam basa karena buahnya mengandung pigmen
berwarna ungu, mudah didapatkan di lingkungan sekitar.
Trayek pH indikator merupakan trayek rentang perubahan warna
suatu zat indikator pH yang biasa digunakan dalam titrasi. Metil Merah
memiliki trayek perubahan warna antara pH 4,2 – 6,2. Jika pH kurang dari
4,2 larutan berwarna merah, jika pH lebih dari 6,2 larutan berwarna
kuning.
Gambar 1. Trayek pH Indikator

2
Gambar 2. Struktur Kimia Saat Perubahan Warna di MM (ekimia, 2015)

Spektrofotometer UV-Vis
Spektrofotometer UV-Vis merupakan instrumen yang digunakan
untuk melakukan pengukuran energi cahaya oleh seperangkat sistem pada
panjang gelombang tertentu. Spektrofotometer UV-Vis menghasilkan
sinar dari spektrum dengan panjang gelombang yang diinginkan dan di
hubungkan dengan fotometer sebagai pengukur intensitas cahaya yang
terserap (Rina, 2009). Nama UV-Vis diambil dari panjang gelombang
cahaya yang digunakan pada instrumen ini. Gelombang tersebut adalah
gelombang pada sinarUV dengan panjang gelombang 200-400 nm dan
gelombang visibel dengan panjang gelombang 400-750 nm.
Perubahan warna yang terjadi secara kuantitatif dapat diketahui
dengan mengukur absorbansi dari film, sebelum dan sesudah iradiasi. Hasil
pengukuran ini akan menunjukkan perbedaan absorbansi dari keadaan awal
dan akhir yang disebut net absorbance (∆A).
Absorbansi pada penggunaan dosimeter ini dapat diukur dengan
alat yang mampu mengukur energi dari cahaya atau warna pada panjang
gelombang tertentu. Alat yang pada umumnya digunakan adalah
spektrofotometer UV-Vis. Film radiokromik banyak digunakan sebagai
sistem dosimetri pada aplikasi dengan rentang radiasi rendah yaitu 1-10
KGy (Devic, 2016).

3
Gambar 3. Panjang Gelombang Daerah Cahaya Tampak

Spektrum yang dipancarkan oleh spekrofotometer UV-Vis akan


diserap sebagian oleh sampel, sehingga sebagian sinyal yang di
transmisikan akan memiliki intensitas berbeda. Teori ini dirumuskan
secara matematis oleh bouguer pada tahun 1972 dan lambert pada tahun
1976. Besarnya cahaya yang di transmisikan dapat di hitung dengan
perbedaan intensitas dan dirumuskan pada Persamaan (1) :
I
T  e kb
I0 (1)
Beer menerangkan dalam teorinya bahwa konsentrasi sampel
berpengaruh pada proses penyerapan energi sinar pada sampel, maka
Persamaan (1) berubah menjadi Persamaan (2) :
I
T  e kbC
I0 (2)
Jika Persamaan (2) dilinierkan, maka absorbansi, sebagai nilai
perbandingan besaran intensitas akhir dan awal dari sinar, dapat dihitung
menyesuaikan tiga variabel terukur yaitu k, b dan c. Persamaan (2)
menjadi Persamaan (3) :

A   log T   log I  bC


I0 (3)

4
I = Intensitas cahaya yang di transmisikan
I0 = Intensitas cahaya awal
T = Transmitansi
A = Absorbansi
K = Ɛ = Konstanta ekstinsi molar (mol/cm2)
b = Panjang lintasan sinar pada sampel (cm)
C = Konsentrasi sampel (mol/L)

G-Value
Saat melakukan perhitungan untuk trek, jumlah berbagai spesies
kimia yang ada (mis., OH, e-aq, H2O2, dll.) Dapat ditabulasi sebagai
fungsi waktu. G-value adalah satuan dari hasil kimia radiasi. G = 1
menunjukkan bahwa satu entitas (misal, Satu radikal bebas dari jenis
tertentu) dibentuk atau dihancurkan untuk setiap 100 eV energi yang
diserap oleh media. Berdasarkan pengujian yang dilakukan akan dianalisis
seberapa resistan MM terhadap iradiasi gamma. Hasil kimia yang dihitung
dapat dibandingkan dengan pengukuran eksperimental. Untuk memperoleh
statistik yang memadai, perhitungan diulang untuk sejumlah trek yang
berbeda dan independen dan nilai G rata-rata dikompilasi. Nilai G untuk
spesies reaktan berkurang seiring waktu. Sebagai contoh, radikal hidroksil
dan elektron terhidrasi terus digunakan, sementara nilai G untuk spesies
lain, seperti H2O2 dan H2, meningkat seiring waktu. Seperti yang
disebutkan sebelumnya, sekitar 10–6 detik spesies reaktif yang tersisa di
jalur telah berjauhan sehingga reaksi tambahan tidak mungkin terjadi.
Sebagai fungsi waktu, oleh karena itu, nilai G berubah sedikit setelah 10-6
detik.

Radiasi Gamma
Iradiasi gamma merupakan salah satu jenis radiasi yang dihasilkan
oleh materi/unsur tidak stabil (radioaktif) menjadi stabil. Dimana proses
menuju stabil memancarkan kelebihan energi yang disimpan, energi yang

5
dipancarkan ini yang disebut radiasi (Batan, 2012). Interaksi iradiasi
gamma dengan materi akan terjadi dengan berbagai macam fenomena
seperti: reaksi ionisasi, reaksi pembentukan pasangan, dll. Hasil dari
berbagai interaksi radiasi gamma ini akan dapat menghasilkan radikal-
radikal bebas yang bersifat sementara dan sangat reaktif dengan
terbentuknya radikal bebas ini maka dimungkinkan untuk dapat
mempengaruhi proses reaksi kimia (Caer, S. L., 2011). Salah satu sumber
iradiasi gamma yang banyak digunakan didunia adalah Co-60, karena
memiliki waktu paruh yang panjang dan memiliki energi yang relatif
tinggi serta kualitas sinar iradiasi gamma yang dihasilkan sama. Iradiasi
gamma yang dihasilkan oleh sumber Co-60 memiliki kualitas sama
disebabkan proses peluruhan Co-60 hanya ada satu tahapan untuk menjadi
unsur stabil (non-radioaktif) yaitu Ni-60. Co-60 mengemisikan 2 jenis
sinar gamma dengan tingkat energi 1,17 dan 1,33 MeV (International
Atomic Energy Agency (IAEA), 2006).
III. ALAT DAN BAHAN
Alat:
1. Gelas beaker
2. Labu ukur
3. Labu erlenmeyer
4. Pipet tetes
5. Pipet ukur
6. Pipet volume
7. Ballpet
8. Buret
9. Statif
10. Penyangga
11. UV-Vis
12. Kuvet
13. Botol iradiasi
14. Sendok sungu

6
15. Neraca analitik

Bahan:
1. Indikator Metil Merah
2. Aquadest
3. Etanol
4. Larutan NaOH
5. Larutan HCl
6. pH indikator
7. Larutan NH4OH

IV. LANGKAH KERJA


A. Pembuatan Indikator Metil Merah dan Persiapan Iradiasi
1) Indikator Metil Merah ditimbang sebanyak 1,0052 gram
2) Metil Merah dilarutkan dalam etanol 90 ml kemudian diterakan
dengan akuades hingga 100 ml dan diaduk hingga homogen.
B. Persiapan Pembuatan Larutan NaOH dan HCl
1) Larutan NaOH 1M diencerkan menjadi 0,3; 0,2; dan 0,1 M, dengan
volume 50 ml yang ditera pada labu ukur.
2) Dengan cara yang sama larutan HCl 1M diencerkan menjadi 0,3;
0,2; dan 0,1 M, dengan volume 50 ml yang ditera pada labu ukur.
3) Masing-masing larutan diukur pHnya menggunakan pH meter.
C. Proses iradiasi MM
1) MM dipipet sebanyak 10 ml.
2) MM dimasukkan dalam botol iradiasi gamma.
3) Langkah 1 dan 2 diulangi sebanyak 4 kali.
4) MM diiradiasi gamma dengan variasi dosis 0; 1; 1,5; dan 2 kGy.
D. Pengujian Indikator MM dengan Uv-vis
1) MM yang telah divariasi dosis kemudian di teteskan ke masing–
masing larutan NaOH dan HCl yang telah dibuat sebanyak 1 tetes.

7
2) Larutan yang telah ditetesi MM diuji dengan uv-vis untuk
menentukan panjang gelombang metode yang digunakan saat
pengujian uv-vis adalah photometric.
3) Data pengujian uv-vis dianalisis untuk menentukan G-value
E. Analisis MM dengan Titrasi Asam Basa
1) MM diteteskan pada larutan NH4OH sebanyak 1 tetes kemudian
dititrasi dengan HCl dengan konsentrasi 0,1 M.
2) Titrasi dihentikan sesaat sebelum indikator MM mengalami
perubahan warna.
3) Titik akhir titrasi diukur menggunakan pH meter

V. DATA PENGAMATAN
1. Pengamatan Absorbansi dan Panjang Gelombang menggunakan UV-Vis
Tabel 1. Penentuan Panjang Gelombang dan Absorbansi Larutan NaOH yang
Ditetesi Indikator Metil Merah

Basa
0.1 M 0.2 M 0.3 M 1M
NaOH
λ 446.4 nm 420 nm 480 nm 420 nm
0 kGy 0.172 0.113 0.799 0.154
1 kGy 0.207 0.184 0.049 0.152
1.5 kGy 0.139 0.121 0.056 0.297
2 kGy 0.173 0.213 0.069 0.131

Tabel 2. Penentuan Panjang Gelombang dan Absorbansi Larutan HCl yang


Ditetesi Indikator Metil Merah

Asam
0.1 M 0.2 M 0.3 M 1M
HCl
219.5
λ 515 nm 516 nm 516 nm
nm
0 0.357 0.436 0.488 0.68
1 0.405 0.33 0.327 0.354
1.5 0.362 0.356 0.294 0.347
2 0.381 0.621 0.337 0.484

8
2. Pengamatan Range Kerja Indikator Metil Merah Secara Titrasi NH4OH
dengan HCl 0,1 M

Tabel 3. Titrasi NH4OH dengan HCl 0,1 M menggunakan Indikator MM tanpa


iradiasi

Volume pH
Volume Indikator
HCl 0,1 Setelah
NH4OH MM
M Titrasi
9 ml 5 ml 1 tetes 4
9 ml 5 ml 1 tetes 4
9 ml 5 ml 1 tetes 5

Tabel 4. Titrasi NH4OH dengan HCl 0,1 M menggunakan Indikator MM Iradiasi


1 kGy

pH
Volume Volume Indikator
Setelah
HCl NH4OH MM
Titrasi
8,6 ml 5 ml 1 tetes 4
8,6 ml 5 ml 1 tetes 5
9,4 ml 5 ml 1 tetes 4

Tabel 5. Titrasi NH4OH dengan HCl 0,1 M menggunakan Indikator MM Iradiasi


1,5 kGy

pH
Volume Volume Indikator
Setelah
HCl NH4OH MM
Titrasi
9,4 ml 5 ml 1 tetes 5
9,5 ml 5 ml 1 tetes 5
9,3 ml 5 ml 1 tetes 5

Tabel 6. Titrasi NH4OH dengan HCl 0,1 M menggunakan Indikator MM Iradiasi


2 kGy

pH
Volume Volume Indikator
Setelah
HCl NH4OH MM
Titrasi
9 ml 5 ml 1 tetes 5
9,1 ml 5 ml 1 tetes 4

9
9,4 ml 5 ml 1 tetes 5

10
VI. DATA PERHITUNGAN
1. Perhitungan G-Value
Hukum Lambert-Beer
A=ԑbc
Untuk larutan yang sama, maka:
𝐴1 𝐴2
=
𝑐1 𝑐2

Molaritas larutan induk indikator MM:


𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑔𝑟𝑎𝑚) 1000
𝑀= ×
𝑀𝑟 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑚𝐿)
1,0052 𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
𝑀= 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100 𝑚𝐿
269,3
𝑚𝑜𝑙
𝑀 = 0,037326 𝑀𝑜𝑙𝑎𝑟

Molaritas larutan indikator MM (0 kGy) setelah ditetesi sebanyak


1 tetes (0,05 ml) ke dalam larutan HCl dan NaOH pada berbagai
konsentrasi dengan volume yang sama (10 mL):

𝑉1 𝑀1 = 𝑉2 𝑀2
0,05 𝑚𝐿 × 0,037326 𝑀 = 10,05 𝑀 × 𝑀2
𝑀2 = 1,857 × 10−4 𝑀

Molaritas larutan indikator MM (1 kGy) setelah ditetesi sebanyak


1 tetes (0,05 ml) ke dalam larutan NaOH 0,1 M:

𝐴 1 𝑘𝐺𝑦 × 𝑐 0 𝑘𝐺𝑦
𝑐 1 𝑘𝐺𝑦 =
𝐴 0 𝑘𝐺𝑦
−4
0,207 × 1,857 × 10 𝑀
𝑐 1 𝑘𝐺𝑦 =
0,172
𝑐1 𝑘𝐺𝑦 = 2,234877 × 10−4 𝑀

G-Value indikator MM (1 kGy) dalam larutan NaOH 0,1 M:

[𝐼𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟] × 𝑁𝐴
𝐺 − 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 =
𝐷 × (6,24 × 1017 )

11
10−6 𝑀𝑚𝑜𝑙 1023 𝑎𝑡𝑜𝑚
[2,234877 × 10−4 × × 6,02 ×
𝐺 − 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 = 𝐿 𝑚𝑜𝑙
1 𝑘𝐺𝑦 × 6,24 × 1017 𝑒𝑉
𝐺 − 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 = 2,15608 × 10−4 𝑎𝑡𝑜𝑚/100𝑒𝑉

Dengan cara yang sama, maka akan diperoleh G-Value sebagai berikut:

Konsentrasi
Dosis
Konsentrasi setelah
Iradiasi Absorbansi G-Value
NaOH (M) iradiasi
(kGy)
(Mmol/L)

0 0,154 1,86 x 10-10 -


1 0,152 1,83 x 10-10 0,000177
1
1,5 0,297 3,58 x 10-10 0,00023
2 0,131 1,58 x 10-10 7,62 x 10-5
0 0,172 1,86 x 10-10 -
1 0,207 2,23 x 10-10 0,000216
0,1
1,5 0,139 1,5 x 10-10 9,65 x 10-5
2 0,173 1,87 x 10-10 9,01 x 10-5
0 0,113 1,86 x 10-10 -
1 0,184 3,02 x 10-10 0,000292
0,2
1,5 0,121 1,99 x 10-10 0,000128
2 0,213 3,5 x 10-10 0,000169
0 0,799 1,86 x 10-10 -
1 0,049 1,14 x 10-11 1,1 x 10-5
0,3
1,5 0,056 1,3 x 10-11 8,37 x 10-6
2 0,069 1,6 x 10-11 7,74 x10-6

Konsentrasi
Dosis
Konsentrasi setelah
Iradiasi Absorbansi G-Value
HCl (M) iradiasi
(kGy)
(Mmol/L)

0 0,68 1,86 x 10-10 -


1 0,354 9,67 x 10-11 9,33E-05
1
1,5 0,347 1,82 x 10-10 0,000117
2 0,484 2,59 x 10-10 0,000125
0 0,357 1,86 x 10-10 -
0,1
1 0,405 2,11 x 10-10 0,000203

12
1,5 0,362 1,66 x 10-10 0,000107
2 0,381 1,95 x 10-10 9,43x10-5
0 0,436 1,86 x 10-10 -
1 0,33 1,41 x 10-10 0,000136
0,2
1,5 0,356 2 x 10-10 0,000129
2 0,621 3,24 x 10-10 0,000156
0 0,488 1,86 x 10-10 -
1 0,327 1,24 x 10-10 0,00012
0,3
1,5 0,294 1,67 x 10-10 0,000107
2 0,337 2,13 x 10-10 0,000103

Bentuk grafik dari pengaruh dosis terhadap jumlah G-Value yang


terhitung dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Grafik 1. G-Value Indikator MM dalam larutan HCl

G-Value Indikator MM dalam Larutan


HCl
0.00025
G-Value (Spesi/100 eV)

0.0002

0.00015 HCl 1 M

0.0001 HCl 0,1 M


HCl 0,2 M
0.00005
HCl 0,3 M
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Dosis Iradiasi (kGy)

13
Grafik 2. G-Value Indikator MM dalam larutan NaOH

G-Value NaOH
0.00035
0.0003
0.00025
G-Value (Spesi/100 eV)

0.0002 NaOH 0,1 M


0.00015 NaOH 0,2 M
0.0001 NaOH 1 M
0.00005 NaOH 0,3 M
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Dosis Iradiasi (kGy)

2. Perhitungan pH Akhir Titrasi Secara Teoritis

Reaksi yang terjadi:

HCl + NH4OH → NH4Cl + H2O

Perhitungan Molaritas dan Mol NH4OH setelah Titrasi

Indikator MM Diiradiasi pada Dosis 0 kGy


( 9 + 9 + 9) 𝑚𝑙
𝑉 𝐻𝐶𝑙 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
3
= 9 𝑚𝑙

MHCl VHCl rata-rata = MNH4OH VNH4OH


0,1 M x 9 mL = MNH4OH x 5 mL
MNH4OH = 0,18 M

Mol NH4OH = MNH4OH x VNH4OH


= 0,18 M x 5 mL
= 0,9 mmol

Perhitungan Teoritis pH Akhir Larutan setelah Titrasi

Indikator MM Diiradiasi pada Dosis 0 kGy

14
𝐾𝑤 [𝑁𝐻4 + ]
[𝐻 + ] = √
𝐾𝑏

𝑚𝑜𝑙 𝑁𝐻4 +
[𝐻 + ] = √𝐾𝑤 [ 𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
]
𝐾𝑏

10 −14 [0,9
𝑚𝑚𝑜𝑙
]
[𝐻 + ] =√ 13 𝑚𝑙
1,8 × 10−5
= 6,201736 × 10−6

𝑝𝐻 = − log[𝐻 + ]
= − log[6,201736 × 10−6 ]
= 5,207

Dengan cara yang sama, maka akan diperoleh hasil dalam berikut untuk
masing-masing indikator MM yang diiradiasi pada dosis tertentu:

Tabel 7. Perhitungan Molaritas serta Mol NH4OH

Rata- Rata-
Dosis Rata Rata Molaritas Molaritas Mol
(kGy) Volume Volume HCl NH4OH NH4OH
HCl NH4OH
1 9,3 5 0,1 0,186 0,93
1,5 9,5 5 0,1 0,19 0,95
2 9,5 5 0,1 0,19 0,95

Tabel 8. Perhitungan Teoritis pH Akhir Larutan setelah Titrasi

Vol Mol
Dosis
Total NH4O [NH4+] Kw Kb [H+] pH
(kGy)
(ml) H
1 14,3 0,93 0,065035 10-14 0,000018 6,01 x 106 5,221063
1,5 14,5 0,95 0,065517 10-14 0,000018 6,03 x 106 5,219458
2 14,5 0,95 0,065517 10-14 0,000018 6,03 x 106 5,219458

VII. PEMBAHASAN

15
Pada praktikum ini dilakukan pengujian kestabilan zat warna
Metil Merah jika dikenai iradiasi gamma menggunakan variasi dosis 0
kGy; 1 kGy; 1,5 kGy; dan 2 kGy. Pengujian signifikansi pengaruh
variabel ini dilakukan ber-urutan pada tiap dosis serap (0 kGy, 1 kGy, 1.5
kGy, 2 KGy) agar dapat terlihat perubahan signifikansi pengaruh variabel
seiring peningkatan dosis serap. Kestabilan suatu indikator warna jika
terkena iradiasi sangat penting untuk diketahui apabila digunakan sebagai
bahan sensitif suatu dosimetri.
Pengujian tersebut dilakukan dengan beberapa cara mengukur
perubahan absorbansi larutan NaOH dan HCl pada konsentrasi tertentu
yang ditetesi dengan indikator Metil Merah sebelum dan sesudah
diiradiasi, menghitung G-Value hasil perubahan konsentrasi larutan
NaOH dan HCl pada konsentrasi tertentu yang ditetesi dengan indikator
Metil Merah sebelum dan sesudah diiradiasi, melakukan titrasi asam-basa
menggunakan indikator Metil Merah sebelum dan sesudah diiradiasi
untuk mengamati range kerja indikator Metil Merah tersebut dengan cara
menghitung pH secara teoritis serta mengukur pH secara praktik
menggunakan kertas pH indikator.
Apabila senyawa indikator tersebut rusak maka saat digunakan
atau diuji coba, indikator tidak akan memberikan respons yang
seharusnya, sedangkan jika senyawa memberikan perubahan warna yang
berbeda pada range yang sama dengan range pH kerja indikatornya maka
senyawa tersebut telah mengalami modifikasi.
Pengukuran terhadap panjang gelombang maksimum pada setiap
konsentrasi baik asam maupun basa tidak menunjukkan perubahan
serapan panjang gelombang yang sangat jauh pada indikator MM.
Penurunan panjang gelombang yang terjadi dapat terjadi dikarenakan
indikator tidak bereaksi dengan baik. Penurunan panjang gelombang
yang tidak signifikan menandakan bahwa tidak terjadi penguraian zat
warna yang berarti.

16
Pada titrasi melibatkan penambahan indikator yang berfungsi
membantu menentukan titik ekivalen yang ditandai dengan mengamati
terjadinya perubahan warna pada akhir titrasi. Indikator asam basa
cenderung untuk bereaksi dengan kelebihan asam atau basa pada saat
titrasi untuk menghasilkan perubahan warna. Pada titrasi, untuk melihat
trayek pH indikator, pemilihan jenis tiran dan tiran perlu diperhatikan
agar pada saat mencapai titik ekuivalen-nya berada pada pH yang masih
masuk dalam range dari kinerja indikator MM itu sendiri. Untuk
mencapai kondisi tersebut titran HCl dan titrat NH4OH dapat digunakan.
Indikator Metil Merah dapat berubah warna karena pengaruh pH
yang berubah. Hal ini disebabkan karena MM mengandung gugus aktif .
Metil Merah memiliki trayek perubahan warna antara pH 4,2 – 6,2. Jika
pH kurang dari 4,2 larutan berwarna merah, jika pH lebih dari 6,2 larutan
berwarna kuning. Pengamatan Range Kerja Indikator Metil Merah secara
titrasi NH4OH dengan HCl tiap variasi dosis masih berada pada range pH
4,2-6,2. Sehingga dapat disimpulkan kinerja indikator pasca iradiasi
tidak berubah. jadi, iradiasi indikator pada dosis 0 kGy, 1 kGy, 1.5 kGy,
2 KGy tidak membuat indikator MM termodifikasi. Untuk membuktikan
gugus fungsi yang hilang atau terbentuk, analisis terhadap FTIR akan
sangat membantu.
Didalam air, radiasi gamma akan mengakibatkan terjadinya proses
radiolisis. Proses reaksi radiolisis dan waktunya dapat dilihat pada
Gambar 4.

17
Gambar 4. Proses Radiolisis Radiasi Gamma dalam Air (Caer, S. L., 2011)

Pada proses iradiasi awal, radiasi gamma yang dihasilkan iradiator


dapat mengeksitasi dan mengionisasi sistem di sekitarnya. Karena
cuplikan dilarutkan dalam sistem air, maka dalam sistem itu elektron cepat
akan berinteraksi dengan air membentuk track-track berupa spurs, short
track, dan blobs. Spesi-spesi itu tidak terdistribusi secara merata
tergantung pada linear energy transfer (LET) dari elektron tersebut. Dari
spurs tersebut timbul spesi-spesi reaktif dengan mekanisme reaksi. Laju
kecepatan terbentuknya radikal-radikal di atas dipengaruhi oleh G value
masing-masing radikal. Dalam sistem itu sangat mungkin terjadi banyak
peristiwa rekombinasi seperti: radikal H• dengan •OH membentuk
molekul air, elektron tersolvasi (e-aq) dengan •OH membentuk ion OH-,
elektron tersolvasi (e-aq) dalam suasana asam (H3O+) membentuk radikal
(H3O•*), dan seterusnya.
G value merupakan perubahan spesi setiap 100 ev. Nilai G value
berbanding lurus dengan absorbansi yang didapatkan. Nilai G value yang
dihitung membuktikan bahwa nilai absorbansi yang didapat fluktuatif
pada spesi yaag lebih kecil yaitu spesi atom. Kondisi iradiator akan
mempunyai pengaruh langsung terhadap respon dosimeter. Laju dosis
pada iradiasi akan mempengaruhi laju pembentukan radikal per waktu
karena G-Value pembentukan radikal dipengaruhi langsung oleh energi

18
yang diterima sistem. Nilai G-Value ditentukan untuk mengetahui
seberapa besar radiasi gamma berpengaruh terhadap indikator MM. G-
value yang didapatkan pada kondisi asam dan basa menunjukkan
hubungan yang serupa yaitu semakin tinggi dosis maka semakin rendah
nilai G-Value yang didapatkan. Apabila meninjau dari indikator untuk
menentukan nilai tersebut, hubungan yang terjadi yakni peningkatan
dosis menyebabkan penurunan nilai G-Value dikarenakan pada dosis
yang relatif lebih rendah, indikator yang masih tersedia untuk
membentuk senyawa masih tersedia. Semakin tinggi dosis, semakin
banyak senyawa indikator telah berkurang menjadi produk baru yang
dihasilkan akibat radiasi gamma terhadapnya. Pada praktikum ini,
walaupun perubahan yang terjadi tidak signifikan akan tetapi dapat
dilihat walaupun sangat sedikit perubahan terhadap indikator tersebut
tetap terjadi. Namun, tidak memberikan beda signifikan terhadap kinerja
dari indikator itu sendiri yang berarti indikator masih dapat bertahan
dengan baik pada iradiasi dosis 0-2 kGy.

VIII. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dalam praktikum kali ini adalah
iradiasi gamma dosis 0-2 kGy tidak memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja indikator Metil Merah (MM).

IX. DAFTAR PUSTAKA


Abbas, A. K., Lichtman, A.H. & Pillai, S., 2012, Cellular and Molecular
Immunology, 7th Ed., Saunders Elsevier, Philadelphia.
Devic, S., Tomic, N., & Lewis, D. (2016). Refrence Radiochromic Film
Dosimetry : Review of Technical Aspects. Physica Media, 1-16 .
BATAN. 2012. Inti yang Tidak Stabil Menyebabkan Zat Bersifat Radioaktif.
Diakses dari http://www.batan.go.id/index.php/id/publikasi-
2/artikelnuklir/122-inti-yang-tidak-stabil-menyebabkan-zat-bersifat-
radio-aktif pada Maret 2019.

19
Caer, S.L. 2011. Water Radiolisis: Influence of Oxide Surfaces on H2
Production under Ionizing Radiation. Jurnal Water, vol. 3, hal. 235-
253.
Eka. 2015. Label: Asam-Basa, Kimia, Kimia Larutan, SMA.
delapanilmu.com (diakses pada 21 Maret 2019)
Ekimia. 2015. Indikator Titrasi Asam-Basa. diakses di
http://ekimia.web.id/indikator-titrasi-asam-basa/ pada Maret 2019.
Gupta, P., Jain, P. dan Jain, P.K., 2012. Isolation of Natural Acid Base
Indikator From the Flower Sap of Hibiscus Rosa Sinensis, Jurnal.
Chem. and Pharm. Research, 4(12) : 4957-4960.
IAEA. 2006. Gamma Irradiators for Radiation Processing. Vienna Austria:
IAEA.
Rufaida A, Dyah dan waldjinah. (2009). Kimia untuk SMA/MA kelas XI
semester 2. Klaten: Intan Pariwara

20
X. LAMPIRAN

Lampiran 1. Indikator Induk MM Lampiran 2. Proses Pembuatan


Indikator MM

Lampiran 3. MM yang akan di Iradiasi Lampiran 4. Proses Iradiasi


Gamma Gamma

Lampiran 5. Titrasi NH4OH dengan HCl Lampiran 6. Titrasi NH4OH


dengan HCl 2

21
Lampiran 7. Pengujian Uv-vis

22

Anda mungkin juga menyukai