Anda di halaman 1dari 20

Laporan Praktikum Instrumentasi Analitik

PENENTUAN KADAR KAFEIN


Dosen Pembimbing : Dra. Nancy Siti Djenar, M. S.

Disusun Oleh :

Muhammad Fikri Rahmadillah (171424021)

Muhammad Helldy Rivaldy (171424022)

Neila Zakiah Hanun (171424026)

1 A / D4 – TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


2017 / 2018
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Warna adalah salah satu kriteria untuk mengidentifikasi suatu obyek. Pada analisis
spektrokimia, spektrum radiasi elektromagnetik digunakan untuk menganalisis
senyawa atau molekul kimia dan mempelajari interaksinya dengan radiasi
elektromegnetik. Menurut Planck, suatu foton memiliki energi tertentu dan dapat
menyebabkan transisi tingkat energi suatu atom atau molekul. Karena setiap atom
atau molekul mempunyai tingkat-tingkat energi yang berbeda, maka transisi
perubahan energinya juga berbeda. Berarti setiap spektrum atom atau molekul
mempunyai frekuensi atau panjang gelombang yang karakterisitik. Sehingga selama
analisis, digunakan cahaya dengan panjang gelombang maksimum.

Interaksi radiasi dengan atom atau molekul untuk spektroskopi ultra violet,
dinyatakan dengan pengukuran absorpsi energi radiasi oleh atom atau molekul yang
bersangkutan. Atom atau molekul yang mengabsorpsi dapat melakukan transisi energi
yang meliputi elektron, π, σ, n dan elektron elektron d dan f. Transisi yang meliputi
elektron, π, σ, n terjadi pada molekul-molekul organik dan sebagian kecil anion
anorganik. Molekul tersebut mengabsorpsi radiasi elektromagnetik pada daerah ultra
violet, yaitu pada daerah panjang gelombang 380-200 nm.

1.2. Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan prinsip Spektrofotometri Ultra Violet-Sinar Nampak.
2. Menentukan konsentrasi analit dalam sampel/cuplikan.

II. DASAR TEORI


2.1. Spektrofotometri UV
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spectrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan
panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau diabsorbsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur
energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan atau direfleksikan sebagai
fungsi dari panjang gelombang. Prinsip dasar dari suatu spektrofotometer adalah
penyerapan cahaya pada panjang gelombang tertentu.

Pengukuran absorbansi atau transmitansi dalam spektroskopi ultra violet


digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif senyawa kimia. Penyerapan sinar
ultra violet tersebut dapat menyebabkan terjadinya promosi/eksitasi molekul dari
energi dasar (ground state) ke tingkat energi yang lebih tinggi (excited state), atau
dapat dikatakan menyebabkan transisi elektron valensi yang di cirikan dengan pita
absorbsi pada daerah panjang gelombang tertentu. Proses ini melalui dua tahap:

Tahap 1 M + hv -> M*

Tahap 2 M* -> M + energi

Hukum dasar dari spektroskopi diterangkan oleh Lambert dan Beer, sehingga
hukum atau persamaan yang digunakan dikenal dengan “Hukum Lambert-Beer”.
Jika suatu berkas radiasi melewati suatu medium homogen, maka sebagian dari
intensitas radiasi yang datang tersebut Io, akan diabsorbsi Ia, sebagian dipantulkan
Ir dan sisanya ditransmisikan It. Untuk antar muka udara-kaca sebagai akibat
penggunaan sel kaca, cahaya yang dipantulkan hanya sekitar 4%, sehingga Ir
biasanya terhapus dengan penggunaan suatu kontrol ( misalnya dengan sel
pembanding atau blanko), jadi:

Io = Ia + It

Gambar 2.1.1. Hukum Lambert-Beer

Lambert menjelaskan bahwa absorbasi radiasi merupakan fungsi ketebalan


medium, sedangkan Beer menjelaskan bahwa absorbsi radiasi sebagai fungsi
konsentrasi medium (larutan senyawa) yang bersangkutan.
A = k b cd

Keterangan :

A = absorbansi

b = ketebalan medium

c = konsentrasi larutan

k = tetapan atau koefisien absorpsi

k dinyatakan sebagai absorptivitas serapan (= a) jika konsentrasi larutan dalam


satuan gram/liter dan k dinyatakan sebagai absorptivitas molar atau ekstingsi molar
(= €), jika konsentrasi larutan dalam satuan mol/liter. Nilai € untuk setiap molekul
adalah tetap dan merupakan ciri suatu struktur molekul.

A = a b c (gram/liter)

A = € b c (mol/liter)
𝐼𝑜 𝐼𝑡
dengan, log = A dan T = 𝐼𝑜 (T adalah radiasi yang diteruskan /transmitansi).
𝐼𝑡

𝑖
Sehingga, A = log 𝑇.

Persamaan Lambert-Beer di atas menunjukkan bahwa absorbansi (A) berbanding


lurus dengan konsentrasi larutan (c), sehingga jika dibuat suatu kurva antara
konsentrasi (c) lawan absorbansi (A), maka akan diperoleh suatu kurva garis lurus
(linier). Kurva linier tersebut biasa dikenal dengan kurva kalibrasi atau kurva
standar, yang dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi analit dari larutan uji
(sampel) setelah absorbansi dari larutan uji tersebut di interpolasikan ke dalam kurva
kalibrasi tersebut.
Gambar 2.1.2. Kurva Kalibrasi

Dalam hukum Lambert-Beer tersebut ada beberapa pembatasan, yaitu :

1. Sinar yang digunakan dianggap monokromatis


2. Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang yang
sama
3. Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap yang
lain dalam larutan tersebut
4. Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan

Cara kerja spektrofotometer dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Spektrofotometer sinar tunggal

Pada tipe ini, sinar yang berasal dari sumber cahaya (lampu wolfram 320-1000
nm, lampu hidrogen 200-350 nm) dipantulkan oleh cermin ke celah masuk bagian
monokromator.

Gambar 2.1.3. Spektrofotometer Sinar Tunggal

2. Spektrofotometer sinar/berkas ganda

Berbeda dengan spektrofotometer sinar/berkas tunggal, pada spektrofotometer


sinar ganda ini zat contoh atau larutan cuplikan di persandingkan secara kontinyu
dengan larutan referensi (larutan blanko).
Gambar 2.1.4. Spektrofotometer sinar ganda

Adapun Instrumen Spektrofotometri UV-Vis adalah sebagai berikut

Gambar 2.1.5. Instrumen Spektrofotometri UV-Vis

1. Sumber cahaya
Sumber cahaya pada spektrofotometer harus memiliki panacaran
radiasi yang stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber cahaya pada
spektrofotometer UV-Vis ada dua macam :
a. Lampu Tungsten (Wolfram) digunakan untuk mengukur sampel pada
daerah tampak. Bentuk lampu ini mirip dengna bola lampu pijar biasa.
Memiliki panjang gelombang antara 350-2200 nm. Spektrum radiasianya
berupa garis lengkung. Umumnya memiliki waktu 1000jam pemakaian.
b. Lampu Deuterium dipakai pada panjang gelombang 190-380 nm.
Spektrum energi radiasinya lurus dan digunakan untuk mengukur sampel
yang terletak pada daerah UV. Memiliki waktu 500 jam pemakaian.
2. Wadah Sampel
Wadah sampel pada percobaan spektrofotometri disebut dengan kuvet,
sebuah penampang melintang persegi dan terbuat dari kuarsa leburan (untuk sinar
UV). Kuvet harus diisi sedemikian rupa sehingga berkas cahaya menembus
larutan.
Gambar 2.2. Wadah Sampel

3. Monokromator
Monokromator adalah alat yang akan memecah cahaya polikromatis
menjadi cahaya tunggal (monokromatis) dengan komponen panjang gelombang
tertentu.
4. Detektor

Detektor akan menangkap sinar yang diteruskan oleh larutan. Sinar


kemudian diubah menjadi sinyal listrik oleh amplifier dan dalam rekorder dan
ditampilkan dalam bentuk angka-angka pada reader (komputer). Detector dapat
memberikan respons terhadap radiasi pada berbagai panjang gelombang.

5. Visual display/recorder
System baca yang memperagakan besarnya isyarat listrik, menyatakan
dalam bentuk % Transmitan maupun Absorbansi.

2.1. Kafein

Kafein adalah alkaloid yang tergolong dalam keluarga methylxanthine


bersama sama senyawa tefilin dan teobromin, berlaku sebagai perangsang sistem saraf
pusat. Pada keadaan asal, kafein ialah serbuk putih yang pahit (Phytomedical
Technologies, 2006) dengan rumus kimianya C6H10O2, dan struktur kimianya 1,3,7-
trimetilxantin .

Kafein secara alamiah terdapat dalam biji kopi, daun teh, daun mete, biji kola, biji
coklat dan beberapa minuman penyegar. Kafein memiliki berat molekul 194,19
gram/mol. Dengan rumus kimia C8H10N4O2 dan pH 6,9 (larutan kafein 1 % dalam air).
Kafein merupakan alkaloid yang terdapat dalam teh, kopi, cokelat, kola, dan beberapa
minuman penyegar lainnya. Kafein dapat berfungsi sebagai stimulant dan beberapa
aktifitas biologis lainnya. Kandungan kafein dalam teh relatif lebih besar daripada yang
terdapat dalam kopi, tetapi pemakaian teh dalam minuman lebih encer dibandingkan
dengan kopi. Kafein merupakan perangsang susunan saraf pusat yang dapat
menimbulkan dieresis, merangsang otot jantung dan melemaskan otot polos bronchus.
Secara klinis biasanya digunakan berdasarkan khasiat sentralnya, merangsang semua
susunan saraf pusat mula-mula korteks kemudian batang otak, sedangkan medulla
spinalis hanya dirangsang dengan dosis besar

Alat Dan Bahan


Alat Spesifikasi Jumlah
Labu takar 100 mL 1
Labu takar 50 mL 8
Pipet tetes - 1
Bola hisap - 1
Pipet ukur 10 mL 1
Pipet ukur 5 mL 1 Gambar 2.3. Struktur Kafein

Pipet ukur 1 mL 1
Buret 50 mL 1
Corong gelas - 1 Tabel 3.1. Alat dan Bahan
Gelas kimia 100 mL 1 Bahan Spesifikasi Jumlah
Gelas kimia 600 mL 1 Larutan
Botol standar induk 1000 ppm 10 mL
- 1
semprot kafein
*catatan : cuplikan adalah keseluruhan dari HCl 0,1 N
buangan larutan-larutan (kafein dan HCl) yang Aquades
telah diisi dalam kuvet.
Cuplikan

III. PROSEDUR KERJA


A. Pembuatan larutan standar dan penentuan panjang gelombang maksimum
Membuat larutan
induk kafein

Mengencerkan larutan induk


menjadi

Mengukur serapan larutan standar (8 ppm dan


12 ppm) untuk mendapatkan panjang
gelombang maksimum
(Panjang gelombang UV : 380 – 200 nm)
Gambar 4.1. Diagram Alir Pembuatan Larutan Standar dan Penentuan Panjang
Gelombang Maksimum
B. Pengukuran panjang gelombang maksimum, pembuatan kurva kalibrasi, dan pengukuran
konsentrasi cuplikan
Menyalakan Spektofotometer UV-
1700 Shimadzu

Pengukuran spectrum untuk mengetahui panjang gelombang


maksimum

Pengukuran photometric untuk mengetahui jumlah


absorban yang diserap oleh panjang gelombang yang telah
di dapat

Pengukuran quantitative
untuk membuat kurva
kalibrasi

Pengukuran konsentrasi
cuplikan

Mematikan Spektofotometer UV-1700


Shimadzu

Gambar 4.2. Diagram Alir Pengukuran Konsentrasi Cuplikan

*Standar Operasional Prosedur Spektofotometer UV-1700 Shimadzu terlampiR


IV. KESELAMATAN KERJA
1. Bacalah jobsheet dengan baik dan benar untuk menghindari kesalahan.
2. Baca dan pahamilah MSDS setiap bahan.
3. Gunakan jas lab dan APD yang sesuai dengan bahaya.
4. Semua peralatan yang digunakan dalam kondisi bersih dan kering.
5. Buang limbah ketempat yang telah disediakan.
6. Sebelum menyalakan Spektofotometer UV-1700 Shimadzu, pastikan Air
Conditioner menyala dan suhu ruangan diatur dalam keadaan dingin.
7. Perhatikan MSDS setiap zat.
*MSDS terlampir.
V. DATA PENGAMATAN
Panjang gelombang maksimum = 272,8 nm

A. Penentuan Kurva Kalibrasi


No. Konsentrasi (ppm) A
1. 2 0,1257
2. 4 0,2443
3. 6 1,3079
4. 8 0,5249
5. 10 0,6171
6. 12 0,7643

B. Penentuan Konsentrasi Cuplikan


A = 0,38208

VII. PENGOLAHAN DATA


7.1. Pengenceran Larutan Induk
Larutan induk kofein 1000 ppm, harus diencerkan menjadi 2, 4, 6, 8,
10, dan 12 ppm (50 ml larutan masing-masing konsentrasi).

1. Pengenceran menjadi 50 ml 100 ppm


𝑉1 × 𝑀1 = 𝑉2 × 𝑀2
𝑉1 × 1000 𝑝𝑝𝑚 = 50 𝑚𝑙 × 100 𝑝𝑝𝑚
𝑉1 = 5 𝑚𝑙

2. Pengenceran menjadi 100 ml 20 ppm


𝑉1 × 𝑀1 = 𝑉2 × 𝑀2

𝑉1 × 100 𝑝𝑝𝑚 = 100 𝑚𝑙 × 20 𝑝𝑝𝑚

𝑉1 = 20 𝑚𝑙

3. Pengenceran menjadi 50 ml 12 ppm


𝑉1 × 𝑀1 = 𝑉2 × 𝑀2
𝑉1 × 20 𝑝𝑝𝑚 = 50 𝑚𝑙 × 12 𝑝𝑝𝑚
𝑉1 = 30
4. Pengenceran Menjadi 50 ml 10 ppm
𝑉1 × 𝑀1 = 𝑉2 × 𝑀2
𝑉1 × 20 𝑝𝑝𝑚 = 50 𝑚𝑙 × 10 𝑝𝑝𝑚

𝑉1 = 25 𝑚𝑙

5. Pengenceran menjadi 50 ml 8 ppm


𝑉1 × 𝑀1 = 𝑉2 × 𝑀2

𝑉1 × 20 𝑝𝑝𝑚 = 50 𝑚𝑙 × 8 𝑝𝑝𝑚

𝑉1 = 20 𝑚𝑙

6. Pegenceran menjadi 50 ml 6 ppm


𝑉1 × 𝑀1 = 𝑉2 × 𝑀2

𝑉1 × 20 𝑝𝑝𝑚 = 50 𝑚𝑙 × 6 𝑝𝑝𝑚

𝑉1 = 15 𝑚𝑙

7. Pengenceran Menjadi 50 ml 4 ppm


𝑉1 × 𝑀1 = 𝑉2 × 𝑀2

𝑉1 × 20 𝑝𝑝𝑚 = 50 𝑚𝑙 × 4 𝑝𝑝𝑚

𝑉1 = 10 𝑚𝑙

8. Pengenceran menjadi 50 ml 2 ppm


𝑉1 × 𝑀1 = 𝑉2 × 𝑀2

𝑉1 × 20 𝑝𝑝𝑚 = 50 𝑚𝑙 × 2 𝑝𝑝𝑚

𝑉1 = 5 𝑚𝑙
7.2. Penentuan Konsentrasi Cuplikan

Kurva Standar Kafein


1.4

1.2

1 y = 0.0504x + 0.2445
R² = 0.2009
Absorban

0.8

0.6 Absorban
Linear (Absorban)
0.4

0.2

0
0 2 4 6 8 10 12 14
Konsentrasi

Gambar 7.2.1. Kurva Absorbansi terhadap Konsentrasi


Perhitungan konsentrasi sampel
Absorban = 0,38208
y = 0,0504x + 0,2445
0,38208 = 0,0504x + 0,2445
x = 0,38208 – 0,2445 : 0,0504
x =2,73 ppm

VIII. PEMBAHASAN

Pada praktikum penentuan kadar kafein ini, dilakukan dengan metoda


spektrofotometri dengan sumber lampu UV (lampu yang digunakan biasanya lampu
denterium), karena larutan hasil ekstraksi kafein yang telah terpisah tidak berwarna,
sehingga diperlukan lampu dengan panjang gelombang dibawah 350 nm (UV) untuk
mengetahui besarnya absorban sampel dan standar kafein. Pada praktikum ini
digunakanlah alat spektrofotometer Shimadzu yang memiliki 2 sumber lampu yaitu
sinar tampak dan UV, untuk sumber lampunya yang digunakan adalah wolfram,
sedangkan sinar tak tampak sering disebut Ultra Violet (UV), sehingga
spektrofotometer Shimadzu sering disebut spektrofotometer UV-vis (Ultra Violet –
Visible).

Percobaan kami kali ini bertujuan untuk mengukur konsentrasi (ppm) cuplikan
dengan mengukur sinar UV yang diadsorbsi oleh cuplikan tersebut. Sebelum
pengukuran cuplikan, dibuat terlebih dahulu grafik kalibrasi standar yang dibuat
dengan mengukur penyerapan oleh larutan standar. Larutan standar yang kami
buat adalah 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 ppm masig masing sebanyak 50 ml yang berasal
dari 5 ml larutan kafein induk 1000 ppm. Kafein tersebut diencerkan dengan HCl
0,1 N Hal ini bertujuan untuk membuat kurva standar, Sehingga pada penentuan
konsentrasi sampel, dapat diketahui konsentrasi sampel setelah dilakukan
pengukuran absorban berdasarkan kurva deret standar yang telah dibuat. HCl 0,1
N juga bertindak sebagai blanko. larutan blanko ini merupakan larutan HCl 0,1 N
yang tidak mengandung kafein. Digunakan HCl 0,1 N karena pelarut yang
digunakan untuk standar adalah HCl 0,1 N sehingga jenis pereaksi yang
ditambahkan pada sampel dan standar harus sama. Larutan blanko ini juga
berfungsi sebagai pengkondisian (pengkalibrasi) agar ketika pengukuran larutan
standar dan sampel di dapat harga absorban pengukuran yang tepat.

Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan spetrofotometer UV


shimidzu. Setelah dibuat larutan standar, kami menentukan panjang gelombang
maksimum. Panjang gelombang maksimum diperlukan untuk mengetahui pada
panjang gelombang terkait, larutan dapat menyerap sinar dengan maksimal.
Larutan yang kami gunakan untuk pengukuran adalah larutan 6 ppm dan 8 ppm.
Kami dapati, adsorbansi maksimum terdapat pada. 𝜆𝑚𝑎𝑘𝑠 = 272,8 nm.
Panjang gelombang maksimum tersebut digunakan untuk mengukur
absorbansi pada semua larutan standar yang sudah disiapkan. Setelah diukur,
hasil yang kami dapatkan adalah:
No Konsentrasi (ppm) Absorbansi
1 2 0,1257
2 4 0,2443
3 6 1,3079
4 8 0,5249
5 10 0,6171
6 12 0,7643

Di dalam teori, dapat diketahui bahwa semakin tinggi konsetrasi lautan maka
semakin banyak cahaya yang diserap. Hal ini sejalan dengan hukum Lambert-
Beer yang menyatakan bahwa absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi
larutan. Namun, dalam percobaan yang kami lakukan terjadi lonjakan kenaikan
pada konsentrasi 6 ppm. Hal ini dikarenakan kesalahan pada saat pengenceran.
Setelah didapatkan hasil tersebut maka dibuat grafik kalibrasi standar, yakni
kurva absorbsi terhadap konsentrasi. Secara teori, kurva seharusnya berupa garis
linear. Akan tetapi, kurva yang kami dapatkan tidak berbentuk linear dari semua
titik yang didapat. Hal ini bisa disebabkan karena larutan standar yang kami buat
kurang sesuai.
Setelah kurva kalibrasi diperoleh, kami menghitung konsentrasi cuplikan
yang sudah disediakan. Kami mendapati hasil bahwa cuplikan tesebut
mempunyai konsentrasi 2,5128 ppm dan adsorbansi 0,382080100.
Prinsip kerja Spektrofotometer dimulai dari sinar yang dipancarkan dari
lampu deuterium yang bersifat polikromatis diteruskan melalui lensa menuju ke
monokromator pada spektrofotometer dan filter cahaya pada fotometer.
Monokromator kemudian akan mengubah cahaya polikromatis menjadi cahaya
monokromatis (tunggal). Berkas-berkas sinar pada panjang gelombang maksimal
kemudian dilewatkan pada sampel yang mengandung suatu zat dalam konsentrasi
tertentu.
Sinar yang dilewatkan tersebut sebagian diabsorbsi dan ada pula yang
diteruskan. Cahaya yang diteruskan ini kemudian diterima oleh detektor. Detektor
akan menghitung cahaya yang diterima dan mengetahui cahaya yang diabsorpsi
oleh sampel. Cahaya yang diserap sebanding dengan konsentrasi zat yang
terkandung dalam sampel sehingga akan diketahui konsentrasi zat dalam sampel
secara kuantitatif.

IX. SIMPULAN
Dari hasil percobaan ini, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.
1. Spektrofotometer digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang
diteruskan dan cahaya yang diabsorbsi. Hal ini bergantung pada spektrum
elektromagnetik yang diabsorb oleh larutan. Tiap larutan akan menyerap
cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawa yang
terbentuk.
2. Panjang gelombang maksimum adalah 272,8 nm.
3. Cuplikan yang diuji memiliki konsentrasi sebesar 2,5128 ppm dan adsorbansi
sebanyak 0,382080100

X. DAFTAR PUSTAKA

Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung. 2017. Petunjuk Praktikum


Instrumentasi Analitik. Bangdung : Politeknik Negeri Bandung.

Informasi Obat. No Date. “Struktur Kafein (Caffein) dan Rumus Kimia Kafein
(Caffein)” http://obat-drug.blogspot.co.id/2015/02/struktur-kafein-caffeine-
dan-rumus.html Diakses [7 Maret 2018]

Tomi, AM. 2013. “Penentuan Kadar Kafein Secara Sprektrofotometri


Shidmadzu”. https://tonimpa.wordpress.com/2013/11/05/1069/ Diakses [7
Maret 2018]

Wocono. 2013. Spektrofotometri UV –VIS”.


https://wocono.wordpress.com/2013/03/04/spektrofotometri-uv-vis/
Diakses [7 Maret 2018]

https://himka1polban.wordpress.com/laporan/spektrofotometri/laporan-
kadar-kafein-spektrofotometer-shimadzu/

http://id.wikipedia.org/wiki/Kafeina

http://bagasdika.web.id/chemeng/upload/materi%20upload/Semester%203/Materi
/ADIN/5.SPEKTROFOTOMETER%20UV.pdf
LAMPIRAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SPEKTOFOTOMETER UV-1700


SHIMADZU

A. Menyalakan Spektofotometer UV-1700 Shimadzu


1. Keluarkan silica gel dari ‘sample compartement’
2. Nyalakan alat UV-1700 (tombol berada di bagian samping kanan)
3. Buka monitor dengan perlahan-lahan. Bila layer tampak biru, putar tombol sebelah
kanan hingga pada layer monitor tampak ‘initialization’
4. Tunggu sampai proses inisialisasi selesai dan akan keluar tampilan ‘mode menu’
(jangan lupa pilih lampu yang sesuai dengan panjang gelombang yang diinginkan)

B. Pengukuran Spektrum (Untuk Penentuan Panjang Gelombang Maksimum)


1. Pilih menu ‘spectrum’ (jika dari menu photometric, tekan tombol ‘return’ lebih
dahulu)
2. Tekan angka 2, atur parameter; setting meas mode; scanning range; rec. range;
speed; no. of. scan; display mode.
3. Masukkan kuvet yang berisi larutan blanko pada reference sample pada ‘sample
compartement’ (kedua-duanya larutan blanko)
4. Tekan tombol ‘Base Corr’ F1, tunggu sampai dengan : 0,000 A (alat akan berbunyi
bip-bip)
5. Ganti kuvet blanko pada posisi ‘sample’ (pada bagian depan) dengan kuvet isi larutan
standar yang diinginkan
6. Tekan tombol ‘start’, maka akan muncul spektrum antara Abs dengan wavelength
7. Muncul ‘wavelength & absorbance’, tampilan kurva A vs lamda (panjang
gelombang)
8. Tekan tombol ‘data Procc’ F2; ‘Peak’(3) untuk mengetahui panjang gelombang
maksimum dan absorbansi.

C. Pengukuran Photometric (Untuk mengukur A atau %T, jika panjang gelombang


maksimum sudah diketahui)
1. Pilih menu Photometric, yaitu tekan 1, Go to WL, isikan nilai panjang gelombang
2. Masukkan kuvet yang berisi larutan blanko (kedua-duanya) pada ‘sample
compartement’
3. Tekan tombol ‘auto zero’, tunggu sampai dengan A: 0,000 A ( alat bunyi bip-bip)
4. Ganti kuvet isi blanko dengan kuvet yang berisi larutan sampel yang akan di analisis
(terletak di bagian depan)
5. Tekan tombol ‘start’
6. Ganti kuvet sampel dengan larutan sampel yang lain dan tekan ‘start’
7. Muncul table: photometric

D. Pengukuran Quantitative (Membuat kurva kalibrasi)


1. Pilih menu ‘Quantitative’ dengan cara tekan (3), (jika dari menu ‘Spectrum’ tekan
‘return’ lebih dahulu)
2. Atur parameter:
 Meas, 1 lamda: isikan nilai panjang gelombang; tekan ‘enter’
 Method; multi point (3); isi jumlah larutan standar yang digunakan ‘enter’; orde 1
‘enter’; zero intept NO ‘enter’
 No of meas.1
 Unit ppm
 Data print NO
3. Masukkan kuvet isi larutan blanko pada kedua sisi ‘reference sample’
4. Tekan tombol ‘Auto zero’, tunggu sampai dengan 0,000 A
5. Tekan ‘Start’, masukkan nilai konsentrasi larutan standar, tekan ‘enter’ (pekerjaan
tersebut dilanjutkan/diulang sampai selesai)
6. Muncul tampilan: NO | Conc | ABS
7. Tekan ‘meas’ (2)
8. Ganti kuvet blanko (bagian depan) dengan larutan standar yang pertama
9. Tekan ‘start’ ; maka akan keluar nilai ABS
10. Ganti kuvet dengan larutan standar yang berukutnya, tekan ‘start’, demikian
seterusnya sampai pengukuran selesai
11. Tekan ‘cal. curve’ F1 untuk melihat tampilan kurva kalibrasi
Catatan:
1. Supaya kurvanya berbentuk garis linier melalui (0,0), maka blanko dimasukkan ke
no.1 (kons. 0,000 ppm) pada saat pengisian nilai konsentrasi.
2. Untuk mengubah data pada kurva kalibrasi,
 masuk ke menu ‘cal. curve’ (tampilan kurva kalibrasi)
 tekan ‘Chg. Ord’ (F3), untuk mengganti nilai konsentrasi, tekan ‘change’ dan
masukkan nilai yang benar, tekan ‘enter’
 ganti nilai ABS, tekan ‘ Edit key in’, masukkan nilai yang benar, tekan ‘enter’

E. Pengukuran Konsentrasi Sampel (Setelah tahap pembuatan Kurva Kalibrasi)


1. Tekan ‘return’ sampai kembali ke menu utama ‘Quantitative’
2. Ganti kuvet isi larutan standar (bagian depan) dengan larutan sampel yang akan
dianalisis
3. Tekan ‘start’
4. Ulangi pekerjaan tersebut jika larutan sampel lebih dari satu, maka akan muncul
tampilan konsentrasi sampel pada ‘sample table’

F. Mematikan Alat
1. Kosongkan ‘compartement cell’
2. Masukkan kembali silica gel
3. Putar tombol sebelah kanan hingga layar monitor tampak biru
DOKUMENTASI

Gambar 1. Larutan Kafein 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 ppm

Gambar 2. Panjang Gelombang Larutan Kafein 8 ppm

Gambar 2. Panjang Gelombang Larutan Kafein 12 ppm


Gambar 3. Data dan Kurva Kalibrasi

Gambar 4. Data Cuplikan

Anda mungkin juga menyukai