SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET
Oleh
Nama : Ahmad Rofiki
NIM : 191810301023
Kelas/Kelompok : A/4
Nama Asisten : Dinda Intan Saputri
4.2 Pembahasan
Percobaan kali ini membahas mengenai penentuan konsentrasi asam
askorbat dalam sampel vitamin C dengan metode spektrofotometri ulta violet.
Spektrofotometri merupakan metode analisis kimia yang digunakan untuk
menentukan komposisi suatu sampel baik secara kualitatif ataupun kuantitatif.
Analisis dengan spektrofotometri didasarkan pada interaksi materi dengan cahaya.
Metode spektrofotometri ultra violet menggunakan cahaya UV sebagai sumber
cahaya dengan panjang gelombang 200-380nm. Prinsip kerja dari metode
spektrofotometri yaitu cahaya yang diberikan pada sampel sebagian akan diserap
dan sisanya akan diteruskan (Basset, 1994).
Percobaan ini menggunakan sampel vitacimin sebagai sumber asam
askorbat yang akan ditentukan kadarnya dalam vitacimin tersebut. asam askorbat
mengandung gugus kromofor dan gugus auksokrom yang membantu proses
penyerapan cahaya pada metode spektrofotometri. Kromofor merupakan bagian
dari suatu molekul yang berperan sebagai pengabsorbsi di daerah sinar UV dan
sinar tampak. Auksokrom merupakan sebuah gugus dalam molekul yang dapat
merubah kemampuan absorbsi kromofor. Gugus auksokrom jika berikatan dengan
gugus kromofor akan meningkatkan daya absorbsi dan daerah panjang gelombang
kromofor (Roth dan Blaschke, 1985). Gugus kromofor pada asam askorbat berupa
ikatan rangkap C=C dan gugus auksokromnya berupa gugus –OH. Gugus
kromofor dan auksokrom tersebut membuat asam askorbat dapat diidentifikasi
dengan menggunakan metode spektrofotometri ultra violet.
Percobaan yang pertama yaitu proses scanning panjang gelombang dan
pembuatan kurva kalibrasi. hal tersebut dilakukan dengan tuuan untuk mengetahui
panjang gelombang maksimum dari larutan sampel yang digunakan. Panjang
gelombang maksimum tersebut nantinya terjadi serapan energy secara maksimum
sehingga dapat dihasilkan absorbansi yang besar. Perlakuan yang pertama yaitu
membuat larutan standar dengan variasi konsentrasi 10, 20, 30, 40 dan 50 ppm.
Larutan standar dibuat variasi konsnetrasi dengan tujuan untuk mengetahui
pengaruh konsnetrasi terhadap abosorbansi yang dihasilkan. Larutan standar
dengan variasi konsentrasi tersebut dibuat dengan cara mengencerkan larutan
induk 500 ppm pada labu ukur 50 mL. Proses pengenceran tersebut bertujuan
untuk membuat larutan standar dengan konsentrasi yang kecil sehingga nantinya
dapat terbaca oleh spektrofotometri ultraviolet. Larutan induk dibuat dengan
melarutkan 0,05 gram asam askorbat dalam 100 mL akuades. Larutan induk
tersebut kemudian diambil sebanyak 1, 2 , 3, 4, dan 5 ml dan dimasukkan kedalam
labu ukur 50 ml untuk membuat larutan standar 10, 20, 30, 40, dan 50 ppm.
Campuran tersebut kemudian ditambahkan dengan akuades hingga tanda batas.
Larutan standar dengan variasi konsentrasi tersebut kemudian diukur
panjang gelombang maksimumnya menggunakan spektrofotometri ultraviolet.
Hal tersebut bertujuan agar didapat data yang lebih akurat. Pengukuran ini diawali
dengan konsentrasi 30 ppm. Hal tersebut dikareanakan larutan standar 30 ppm
merupakan larutan dengan konsentrasi ditengah antara konsentrasi 10-50 ppm
sehingga dapat menjangkau nilai absorbansi pada konsentrasi yang lainnya.
Pengukuran dengan awalan 30 ppm akan menyebabkan konsentrasi yang lebih
kecil dari 30 ppm dan lebih dari 30 ppm dapat terukur. Proses scanning ini juga
dilakukan menggunkan larutan blanko dari akuades. Larutan blanko adalah
larutan yang hanya berisi pelarut tanpa adanya analit, sehingga larutan blanko
hanya berisi akuades karena pelarut yang digunakan dalam larutan standar berupa
akuades. Larutan blanko berfungsi sebagai pembanding kondisi ketika tanpa
adanya analit. Proses scanning dilakukan dengan panjang gelombang sebesar 180-
400 nm. Hal tersebut dilakukan karena pada range tersebut merupakan daerah
sinar ultraviolet. Nilai panjang gelombang tersebut digunakan sebagai acuan pada
proses pengukuran absorbansi larutan standar.
Panjang gelombang maksimum yang dihasilkan pada proses scanning
sebesar 264 nm. Hasil yang diperoleh sesuai dengan literature Gandjar (2007),
serapan maksimum asam askorbat dengan menggunakan spektrofotometer
UltraViolet adalah antara 190-380 nm. Panjang gelombang yang dihasilkan
digunakan untuk mengukur larutan standar dengan variasi konsentrasi yang
lainnya juga. Pengukuran tersebut dilakukan degan konsnetrasi terendah hingga
tertinggi. Hal tersebut dilakukan agara tidak ada kontaminan dari konsentasi yag
lebih tingi sehingga nantinya kan mempengaruhi data yang dihasilkan yaitu tidak
akurat. Nilai absorbansi yang dihasilkan dari konsentrasi 10, 20, 30, 40, dan 50
secara berturut-turut sebesar 0,438; 0539; 0,623; 0,712; dan 0,814. Nilai
absorbansi yang diperoleh kemudian dibuat kurva klaibrasi dengan memplotkan
konsnetrasi terhadap absorbansi. Kurva yang dihasilkan yaitu sebagai berikut :
Kurva Kalibrasi
Absorbansi vs Konsentrasi
0.9
0.8
f(x) = 0.01 x + 0.35
Absorbansi (nm)
0.7 R² = 1
0.6
0.5
0.4
0.3
10 15 20 25 30 35 40 45 50
Konsentrasi (ppm)
DAFTAR PUSTAKA
Basset, J. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analitik. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Day, R. A. & A. L. Underwood. 2002. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Jakarta: Erlangga.
Gandjar, I. G & A. Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Khopkar. 1999. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Aquades [serial online].
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/. (diakses pada tanggal 1
November 2021).
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Asam Askorbat [serial online].
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/. (diakses pada tanggal 1
November 2021).
Roth, J.H., dan G. Blaschke. 1985. Analisis Farmasi. Terjemahan oleh Kisman,
S., dan Ibrahim, S. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Tim Penyusun. 2021. Penuntun Praktikum Spektrometri. Jember : UNEJ.
Wiryawan, A. 2008. Kimia Analitik. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Yahya. 2013. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.
LEMBAR PENGAMATAN
1. Data Scanning Larutan Standar
No Konsentrasi (ppm) Panjang Gelombang (nm) Absorbansi
.
1. 10 264 0,438
2. 20 264 0,539
3. 30 264 0,623
4. 40 264 0,712
5. 50 264 0,814
3. Kurva Kalibrasi
Konsentrasi (ppm) Absorbansi
10 0,438
20 0,539
30 0,623
40 0,712
50 0,814
Kurva Kalibrasi
Absorbansi vs Konsentrasi
0.9
0.8
f(x) = 0.01 x + 0.35
Absorbansi (nm)
0.7 R² = 1
0.6
0.5
0.4
0.3
10 15 20 25 30 35 40 45 50
Konsentrasi (ppm)
4. Penentuan konsentrasi asam askorbat dalam sampel vitacimin
a. Konsentrasi Asam askorbat dalam sampel
Absorbansi = 0,766
y = 0.0092x + 0.3477
0.766 = 0.0092x + 0.3477
0.766 – 0.3477 = 0.0092x
0.4183 = 0.0092x
x = 45,46 ppm
b. Kadar Asam askorbat dalam sampel vitacimin
massa vitamin c (mg)
Konsentrasi sampel =
Volume( L)
250 gram
=
0,05 L
= 5000 ppm
Konsentrasi asam askorbat sebenarnya dalam sampel
= faktor pengenceran x konsentrasi asam askorbat dalam sampel
= 100 x 45,46 ppm
= 4546 ppm
Kadar asam askorbat dalam sampel Vitacimin
Kadar Asam Askorbat =