Anda di halaman 1dari 21

Penyakit Berbasis Lingkungan

Penyakit Malaria

Kelompok 5 :
1. Azhaar Darin (P23133116003)
2. Febriyanti Sari (P23133116012)
3. Luthfi yoga P (P23133116023)
AGEN PENYEBAB PENYAKIT

Penyakit malaria disebabkan oleh bibit


penyakit yang hidup di dalam darah manusia.
Bibit penyakit tersebut termasuk binatang
bersel satu, tergolong amuba yang disebut
Plasmodium.
Kerja plasmodium adalah merusak sel-sel
darah merah. Dengan perantara nyamuk
anopheles, plasodium masuk ke dalam darah
manusian dan berkembang biak dengan
membelah diri.
Di Indonesia dikenal 4 macam (species) parasit
malaria:

Plasmodium Falcifarum

Plasmodium Vivax

Plasmodium malaria

Plasmodium Ovale
Manusia yang tergigit nyamuk infektif akan mengalami
gejala sesuai dengan jumlah sporozoit, kualitas plasmodium,
dan daya tahan tubuhnya. Sporozoit akan memulai stadium
eksoeritrositer dengan masuk ke dalam sel hati. Di hati
sporozoit matang menjadi skizon yang akan pecah dan
melepaskan merozoit jaringan. Merozoit akan memasuki
aliran darah dan menginfeksi eritrosit untuk memulai siklus
eritrositer. Merozoit dalam erotrosit akan mengalami
perubahan morfologi yaitu : merozoit -> bentuk cincin ->
trofozoit -> merozoit. Proses perubahan ini memerlukan waktu
2-3 hari.
Di antara merozoit-merozoit tersebut akan ada yang
berkembang membentuk gametosit untuk kembali memulai
siklus seksual menjadi mikrogamet (jantan) dan makrogamet
(betina). Siklus tersebut disebut masa tunas instrinsik. Eritrosit
yang terinfeksi biasanya pecah yang bermanifestasi pada
gejala klinis. Jika ada nyamuk yang menggigit manusia yang
terinfeksi ini, maka gametosit yang ada pada darah manusia
akan terhisap oleh nyamuk. Dengan demikian, siklus seksual
pada nyamuk dimulai, demikian seterusnya penularan
malaria.
KARAKTERISTIK
Gejala klinis malaria antara lain :
1. Badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan
darah dan berkeringat.
2. Nafsu makan menurun.
3. Mual-mual kadang-kadang diikuti muntah
4. Sakit kepala yang berat, terus menerus,
khususnya pada infeksi dengan plasmodium
Falciparum.Dalam keadaan menahun (kronis) gejala
diatas, disertai pembesaran limpa.
5. Malaria berat, seperti gejala diatas disertai kejang-
kejang dan penurunan.
6. Pada anak, makin muda usia makin tidak jelas
gejala klinisnya tetapi yang menonjol adalah
mencret (diare) dan pusat karena kekurangan darah
(anemia) serta adanya riwayat kunjungan ke atau
berasal dari daerah malaria
Riwayat Perjalanan
Gejala klasik yaitu terjadinya Trias Malaria
(Malaria proxysm) secara berurutan :

Periode dingin

Mulai menggigil, kulit dingin dan kering, penderita sering


membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada saat
menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling
terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode
ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan
meningkatnya temperatur.
Periode Panas

Penderita muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat, dan panas
badan tetap tinggi sampai 40oC atau lebih, penderita. Periode ini lebih
lama dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan
keadaan berkeringat.

Periode
Berkeringat

Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh,


sampai basah, temperatur turun, penderita merasa cape dan sering
tertidur. Bila penderita bangun akn merada sehat dan dapat
melakukan pekerjaan biasa.
EPIDEMIOLOGI
Kembali berpedoman pada prinsip ilmu epidemiologi, maka
epidemiologi malaria adalah sebuah ilmu yang mempelajari faktor-
faktor yang menentukan distribusi malaria pada masyarakat dan
menggunakannya untuk menanggulangi penyakit tersebut. Beberapa
faktor yang berinteraksi dalam kejadian dan penularan penyakit
malaria, antara lain:

Faktor Host
(Manusia)

1.) Ras atau suku bangsa. Di Afrika, apabila prevalensi


hemoglobin S (HbS) cukup tinggi, penduduknya lebih rentan
terhadap infeksi P.falcifarum. penyelidikan terakhir
menunjukkan bahwa HbS menghambat P.falcifarum baik
sewaktu invasi maupun berkembang biak.
2.) Kurangnya suatu enzim tertentu. Kurangnya enzim G6PD
(Glucosa 6-Phosphat Dehydrogenase) memberikan
perlindungan terhadap infeksi P.Falcifarum yang berat.
Walaupun demikian, kurangnya enzim ini merugikan ditinjau
dari segi pengobatan dengan golongan Sulfonamid dan
Primakuin oleh karena dapat terjadi hemolisis darah. Defisiensi
enzim G6PD ini merupakan penyakit genetik dengan
manifestasi utama pada perempuan.

3.) Kekebalan pada manusia terjadi apabila tubuh mampu


menghancurkan Plasmodium yang masuk atau menghalangi
perkembangannya.
Faktor Agent
(Plasmodium)
Penyakit malaria adalah suatu penyakit akut atau sering kronis yang
disebabkan oleh parasit genus plasmodium (Class Sporozoa). Sifat-sifat
spesifik parasit berbeda-beda untuk setiap spesies malaria dan hal ini
mempengaruhi terjadinya manifestasi klinis dan penularan.

Faktor
Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan yang cukup ideal mendukung keberadaan
penyakit malaria di Indonesia, antara lain: lingkungan fisik (suhu,
kelembaban udara, curah hujan, ketinggian, angin), lingkungan biologik
dan lingkungan sosial-budaya.
PERANAN LINGKUNGAN
LINGKUNGAN
FISIK

Suhu Udara Angin

Kelembapan udara
Sinar Matahari
(relative humadity)

Hujan Arus Air


Lingkungan
Kimia

Beberapa species nyamuk dapat juga memanfaatkan


oksigen yang terlarut (Dissolved oxygen) melalui pernafasan
kulit. Dari lingkungan kimia yang baru diketahui
pengaruhnya adalah kadar garam dari tempat perindukan,
seperti An.sundaicus tumbuh optimal pada air payau yang
kadar garamnya berkisar 12-18% dan tidak dapat
berkembang biak pada garam lebih dari 40%. Untuk
mengatur derajat keasaman air yang disenangi pada tempat
perkembangbiakan nyamuk perlu dilakukan pengukuran pH
air, karena An.Letifer dapat hidup ditempat yang asam atau
pH rendah (Depkes RI, 2006).
Lingkungan
Biologi

Jenis tumbuhan air yang ada seperti bakau (Mangroves),


ganggang dan berbagai jenis tumbuhan lain yang dapat
mempengaruhi kehidupan larva nyamuk, karena ia dapat
menghalangi sinar matahari yang masuk atau menghalangi dari
serangan mahkluk hidup lain. Beberapa jenis tanaman air
merupakan indicator bagi jenis-jenis nyamuk tertentu.

Lingkungan
Sosial
Budaya

Faktor ini kadang-kadang besar sekali pengaruhnya dibandingkan


dengan faktor lingkungan yang lain. kebiasaan untuk berada diluar
rumah sampai larut malam, dimana vektornya lebih bersifat
eksofilik dan eksofagik akan memperbesar
Tindakan/ Upaya Pencegahan
TINDAKAN /
A. Pencegahan Primer
UPAYA
PENCEGAHAN
Tindakan terhadap manusia

Edukasi adalah faktor terpenting pencegahan malaria yang harus


diberikan kepada setiap pelancong atau petugas yang akan bekerja di
daerah endemis. Materi utama edukasi adalah mengajarkan tentang
cara penularan malaria, risiko terkena malaria, dan yang terpenting
pengenalan tentang gejala dan tanda malaria, pengobatan malaria,
pengetahuan tentang upaya menghilangkan tempat perindukan.
Melakukan kegiatan sistem kewaspadaan dini, dengan memberikan
penyuluhan pada masyarakat tentang cara pencegahan malaria.
Proteksi pribadi, seseorang seharusnya menghindari dari gigtan
nyamuk dengan menggunakan pakaian lengkap, tidur menggunakan
kelambu, memakai obat penolak nyamuk, dan menghindari untuk
mengunjungi lokasi yang rawan malaria.
Modifikasi perilaku berupa mengurangi aktivitas di luar rumah
mulai senja sampai subuh di saat nyamuk anopheles umumnya
mengigit.
B. Kemoprofilaksis (Tindakan
terhadap Plasmodium sp)

Untuk mencegah terjadinya infeksi malaria terhadap


pendatang yang berkunjung ke daerah malaria pemberian obat
dilakukan setiap minggu; mulai minum obat 1-2 minggu sebelum
mengadakan perjalanan ke endemis malaria dan dilanjutkan setiap
minggu selama dalam perjalanan atau tinggal di daerah endemis
malaria dan selama 4 minggu setelah kembali dari daerah tersebut.
Pengobatan pencegahan tidak diberikan dalam waktu lebih
dari 12-20 minggu dengan obat yang sama. Bagi penduduk yang
tinggal di daerah risiko tinggi malaria dimana terjadi penularan
malaria yang bersifat musiman maka upaya pencegahan terhadap
gigitan nyamuk perlu ditingkatkan sebagai pertimbangan alternatif
terhadap pemberian pengobatan profilaksis jangka panjang dimana
kemungkinan terjadi efek samping sangat besar.
C. Tindakan terhadap vektor

Pengendalian mekanis

Dengan cara ini, sarang atau tempat berkembang biak serangga


dimusnahkan, misalnya dengan mengeringkan genangan air
yang menjadi sarang nyamuk. Termasuk dalam pengendalian
ini adalah mengurangi kontak nyamuk dengan manusia,
misalnya memberi kawat nyamuk pada jendela dan jalan angin
lainnya.
Pengendalian secara biologis

Pengendalian secara biologis dilakukan dengan menggunakan


makhluk hidup yang bersifat parasitik terhadap nyamuk atau
penggunaan hewan predator atau pemangsa serangga. Dengan
pengendalian secara biologis ini, penurunan populasi nyamuk
terjadi secara alami tanpa menimbulkan gangguan
keseimbangan ekologi. Memelihara ikan pemangsa jentik
nyamuk, melakukan radiasi terhadap nyamuk jantan
sehingga steril dan tidak mampu membuahi nyamuk betina.
Pada saat ini sudah dapat dibiakkan dan diproduksi secara
komersial berbagai mikroorganisme yang merupakan parasit
nyamuk. Bacillus thuringiensis merupakan salah satu bakteri
yang banyak digunakan, sedangkan Heterorhabditis termasuk
golongan cacing nematode yang mampu memeberantas
serangga.
Pengendalian secara
kimiawi

Pengendalaian secara kimiawi adalah pengendalian serangga


mengunakan insektisida. Dengan ditemukannya berbagai jenis bahan
kimiayang bersifat sebagai pembunuh serangga yang dapat
diproduksi secara besar-besaran, maka pengendalian serangga secara
kimiawi berkembang pesat.
D. Pencegahan
Sekunder

Pencarian penderita Pemeriksaan Penunjang


malaria

Pengobatan yang tepat


Diagnosa dini
dan akurat

Pemeriksaan
Pencegahan Tertier
Laboratorium

Anda mungkin juga menyukai