Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

“EPIDEMIOLOGI”

Di Susun oleh :

Nama : Fadillah Rizkia Putra


NIM : 210310048

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2022
EPIDEMIOLOGI

A. Pengertian Epidemiologi
Kata epidemi berasal dari bahasa Yunani, tersusun atas dua kata dasar yaitu
“epos” yang artinya diantara, pada, atau mengenai dan “demos” yang artinya
rakyat, banyak, atau populasi. Dengan menggunakan pengertian analogi maka,
epidemiologi penyakit tanaman berarti ilmu yang mempelajari penyakit yang
banyak berkembang pada populasi tanaman atau mempelajari penyakit tanaman
yang (mungkin) berkembang menjadi mewabah. Petani mengusahakan tanaman
sebagai pertanaman, atau kelompok (populasi) tanaman, sehingga kerugian yang
diderita oleh petani terjadi pada aras (level) populasi. Oleh karena itu,
epidemiologi selalu mempertimbangkan penyakit dalam populasi tanaman.
Epidemik berarti terjadinya peningkatan insiden penyakit (disease
incidence) atau terjadi perkembangan penyakit dalam suatu populasi tanaman per
satuan waktu per satuan luas (van der Plank, 1963). Kranz (1973) menambahkan
adanya faktor pengaruh lingkungan dan perilaku manusia di dalamnya, kemudian
dilengkapi oleh Zadock & Schein (1979) mengemukakan bahwa epidemik sebagai
pertambahan penyakit dalam suatu populasi tanaman per satuan waktu per satuan
luas yang mempunyai saat awal, optimal dan akhir, sehingga populasi patogen
merupakan fungsi dari waktu ( X = ft ). Pengertian epidemik tersebut digunakan
untuk menunjukkan dinamika penyakit dalam populasi tanaman tanpa
mempertimbangkan keganasannya. Epidemi terjadi pada jangka waktu tertentu,
atau tidak selalu terjadi pada setiap waktu. Epidemi terjadi pada tempat, ruang,
wilayah tertentu, atau tidak merata di setiap tempat.
Menurut Oka (1993) epidemiologi adalah studi kuantitatif tentang
perkembangan penyakit dalam ruang dan dalam jangka waktu tertentu sebagai
akibat interaksi antara populasi inang dengan populasi patogen yang dipengaruhi
oleh faktor-faktor fisik, biotik dan manusia. Pengertian lengkap tentang
epidemiologi penyakit tanaman merupakan cabang ilmu penyakit tanaman yang
membahas tentang fenomena populasi tanaman inang dan populasi patogen
dengan memperhatikan interaksinya yang dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik,
biotik dan manusia yang terjadi dalam areal dan waktu tertentu yang berakibat
merugikan tanaman yang dianalisis secara kuantitatif tentang bagaimana
pewabahannya.
Beberapa istilah yang berhubungan dengan epidemi sering saling
dipahami berbeda. Istilah yang lebih tepat untuk „pewabahan penyakit tanaman‟
yaitu epifitotik (epos = diantara, pada, mengenai phyton = pohon = tanaman),
tetapi istilah ini kurang mendapat perhatian, sehingga sampai sekarang dalam ilmu
penyakit tanaman, pewabahannya tetap digunakan istilah „epidemi‟ sebagai kata
benda dan „epidemik‟ sebagai kata sifat yang sudah sangat luas dan dikenal
masyarakat.
Suatu penyakit yang terdapat merata, terjadi terus menerus di
setiap musim dan berasal dari daerah yang bersangkutan, tidak dianggap sebagai
penyakit epidemik, tetapi penyakit endemik. Penyakit exotik terdapat merata
tetapi berasal dari daerah lain. Suatu penyakit yang merata di seluruh benua atau
dunia disebut pandemik, tetapi jika penyakit hanya terdapat di sana-sini dengan
selang waktu yang tidak tertentu dan tidak meningkat disebut sporadik.

B. Faktor yang Mempengaruhi Epidemiologi Tumbuhan


Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Epidemiologi
Tumbuhan dalam garis besarnya dapat dibagi menjadi dua (Little, 1971)
yaitu:
1. Faktor dalam adalah faktor yang berada dalam tubuh orgnisme seperti
organ tubuh dan keadaan fisiologisnya.
2. Faktor luar adalah faktor yang berada di luar tubuh organisme yang
mempengaruhinya langsung dan tidak langsung yaitu faktor fisik, biotik
dan makanan.
Kedua kelompok tersebut bekerjasama membentuk corak lingkungan
hidup yang berbeda yang bersifat menekan atau merangsang perkembangan
Epidemiologi Tumbuhan. kelompok faktor luar dapat dibedakan lagi menjadi
faktor fisik, biotik dan faktor makanan.
Faktor fisik dapat dibedakan menjadi unsur cuaca dan topografi suatu
daerah merupakan faktor penghambat atau sekurang-kurangnya mempengaruhi
penyebaran Epidemiologi Tumbuhan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan
topografi yang menyebabkan terjadinya perbedaan faktor iklim dan secara tidak
langsung menimbulkan perbedaan tumbuhan yang tumbuh.
Faktor biotik adalah semua faktor yang pada dasarnya bersifat hidup dan
berperan dalam keseimbangan populasi Epidemiologi Tumbuhan. Termasuk
dalam faktor biotik adalah parasit, predator, kompetisi dan resistensi
tanaman.Faktor makanan adalah unsur utama yang menentukan perkembangan
OPT. tersedianya inang(tanaman dan hewan) yang menjadi sumber makanan
merupakan faktor pembatas dalam menentukan taraf kejenuhan populasi (carryng
Capacity) lingkungan atas Epidemiologi Tumbuhan.
Faktor cuaca mempunyai peranan penting dalam siklus kehidupan serangga.
Dalam batas yang luas, cuaca mempengaruhi penyebarannya, kelimpahanya, dan
sebagai salah satu faktor utama penyebab timbulnya serangan hama. Kelimpahan
serangga berhubungan erat dengan perbandingan antara kelahiran dan kematian
pada suatu waktu tertentu. Kelahiran dipengaruhi antara lain oleh cuaca, makanan
dan taraf kepadatannya. Kematian terutama dipengaruhi oleh cuaca dan musuh
alami. Kepadatan dapat mengakibatkan emigrasi yang dapat berarti sebagai
kurangnya individu di suatu lokasi yang dianggap suatu kematian. Cuaca
berpengaruh langsung terhadap tingkat kelahiran dan kematian, secara tidak
langsung cuaca mempengaruhi hama melalui pengaruhnya terhadap kelimpahan
organisme lain termasuk musuh alaminya.
Organisme, khususnya serangga mempunyai daya menahan pengaruh faktor
lingkungan fisik sehingga menjadi kebal. Organisme serangga dapat mengatasi
keadaan yang ekstrem berupa adaptasi yang berhubungan dengan faktor genetis
atau penyesuain yang sifatnya fisiologis. Serangga sesuai dengan sifatnya
mempunyai kemampuan meyesuaikan diri dengan lingkungan tetapi karena
serangga juga mempunyai sayap, serangga dapat pindah menghindari tempat yang
ekstrim mencari tempat yang lebih sesuai.
Faktor cuaca dapat mempengaruhi segala sesuatu dalam sistem komunitas
serangga anatara lain fisiologi, perilaku, dan ciri-ciri biologis lainnya baik
langsung maupun tidak langsung.
Faktor cuaca dapat dipisahkan menjadi unsur-unsur cuaca yaitu : suhu,
kelembaban, cahaya dan pergerakan udara/angin.
1. Suhu
Pengaruh suhu terhadap kehidupan serangga banyak dipelajari di negara
beriklim dingin/sedang, dimana suhu selalu berubah menurut musim. Di negara
tropika seperti Indonesia keadaanya berbeda, iklimnya hampir sama sehingga
variasi suhu relatif kecil. Perbedaan suhu yang nyata adalah karena ketinggian.
Serangga adalah organisme yang sifatnya poikilotermal sehingga suhu badan
serangga banyak dipengaruhi dan mengikuti perubahan suhu udara.
Beberapa aktifitas serangga dipengaruhi oleh suhu dan kisaran suhu optimal
bagi serangga bervariasi menurut spesiesnya. Secara garis besar suhu berpengaruh
pada kesuburan/produksi telur, laju pertumbuhan dan migrasi atau penyebarannya.
Mengukur kecepatan pertumbuhan serangga dalam hubungannya dengan
suhu dapat dilakukan sengan thermal constant. Hal tersebut berdasarkan asumsi
bahwa terdapat hubungan antara perkembangan serangga dengan jumlah thermal
constant biasanya dinyatakan dengan hari derajat (day degree accumulation).
Walaupun kurang tepat namun sering digunakan untuk perkiraan perkembangan
serangga.
Kematian serangga dalam hubungannya dengan suhu terutama berkaitan
dengan pengaruh batas-batas ekstrim dan kisaran yang masih dapat
ditahanserangga (suhu cardinal). Suhu yang sangat tinggi mempunyai pengaruh
langsung terhadap denaturasi/ merusak sifat protein yang mengakibatkan serangga
mati. Pada suhu rendah kematian serangga terjadi karena terbentukknya kristal es
dalam sel.
2. Kelembaban
Serangga seperti juga hewan yang lain harus memperhatikan kandungan air
dalam tubuhnya, akan mati bila kandungan airnya turun melewati batas
toleransinya. Berkurangnya kandungan air tersebut berakibat kerdilnya
pertumbuhan dan rendahnya laju metabolisme. Kandungan air dalam tubuh
serangga bervariasi dengan jenis serangga, pada umumnya berkisar antara 50-90%
dari berat tubuhnya. Pada serangga berkulit tubuh tebal kandungan airnya lebih
rendah.
Agar dapat mempertahankan hidupnya serangga harus selaluu berusaha agar
terdapat keseimbangan air yang tepat. Beberapa serangga harus dilingkungan
udara yang jenuh dengan uap air sedang yang lainnya mampu menyesuaikan diri
pada keadaan kering bahkan mampu menahan lapar untuk beberapa hari.
Kelembaban juga mempengaruhi sifat-sifat, kemampuan bertelur dan
pertumbuhan serangga.
3. Cahaya
Cahaya mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan,
perkembangannya dan tahan kehidupannya serangga baik secara langsung
maupun tidak langsung. Cahaya mempengaruhi aktifitas serangga, cahaya
membantu untuk mendapatkan makanan, tempat yang lebih sesuai.
Setiap jenis serangga membutuhkan intensitas cahaya yang berbeda
untuk aktifitasnya. Berdasarkan hasl di atas serangga dapat digolongkan
menjadi :
o Serangga diurnal yaitu serangga yang membutuhkan intensitas cahaya tinggi
aktif pada siang hari
o Serangga krepskular adala serangga yang membutuhkan intensitas cahaya
sedang aktif pada senja hari.
o Serangga nokturnal adalah serangga yang membutuhkan intensitas cahaya
rendah aktif pada malam hari.
4. Pergerakan udara
Pergerakan udara merupakan salah satu faktor yang penting dalam
penyebaran kehidupan serangga. Penyebaran arah serangga kadang mengikuti
arah angin.
Faktor fisik dapat dibedakan menjadi unsur cuaca dan topografi suatu
daerah merupakan faktor penghambat atau sekurang-kurangnya mempengaruhi
penyebaran OPT. Hal ini disebabkan oleh perbedaan topografi yang
menyebabkan terjadinya perbedaan faktor iklim dan secara tidak langsung
menimbulkan perbedaan tumbuhan yang tumbuh.
Daftar Referensi

Agrios, G.N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan (Terjemahan Munzir Busnia).


Gadjah Mada University Press.
Ardiansyah. 2011. Ilmu Penyakit Tumbuhan. http://buletinagraris.blogspot.com
2011/12/ilmu-penyakit-tumbuhan.html. Diakses pada 5 November 2022
Ferdian. 2011. Epidemiologi Pertanian.
http://planthospital.blogspot.com.2011/11/ epidemiologi-pertanian.html
Pracaya. 1992. Hama Penyakit Tanaman, Penebar Swadaya, Jakarta.
Sarina. 2012. Terjadinya Epidemiologi. http://sharenaa.blogspot.com.2012/01
terjadinya-epidemiologi.html

Anda mungkin juga menyukai