Anda di halaman 1dari 5

PRAKTIKUM PARASITOLOGI 30 Januari 2022

Halaman 1- 5

Identifikasi Jenis, Morfologi dan Siklus Hidup Tungau Debu Rumah


Michelle Katlin Deal1
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Sriwijaya
Jl. Raya Palembang-Prabumulih KM 32 Inderalaya, Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Indonesia.
michelledeal2002@gmail.com

ABSTRACT
Mites are a species from the phylum Arthropoda, class Arachnida, order Acarina and family
Pyroglyphidae. Mites are classified as microorganisms that are able to live with house dust, therefore
they are often known as House Dust Mites (HDM). These mites life cycle has 4 stages, egg, larva,
nympha and adult. The most common genus of mites is Dermatophagoides. This experiment was carried
out using samples of dust which were taken from 3 different locations (mattress, chair and carpet) using
a vacuum cleaner, then the dust was observed under a microscope. The results obtained were positive
from mattress sample dust which contains 3 mites and negative on samples from chair and carpet
samples. This is because the sampling location in the major department was cleaned so that no mites
were found. Prevention efforts against mites that can be done by routine cleaning, drying, maintaining
sanitation and opening air ventilation.

Keywords : House Dust Mites (HDM), life cycle, Dermatophagoides, morphology, preventions.

ABSTRAK
Tungau adalah salah satu spesies yang berasal dari filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Acarina
dan famili Pyroglyphidae. Tungau tergolong mikroorganisme yang mampu hidup bersama debu rumah,
oleh karena itu sering dikenal sebagai Tungau Debu Rumah (TDR). Siklus hidup TDR memiliki 4
tahapan yakni telur, larva, nimfa dan dewasa. Genus TDR yang paling umum dijumpai adalah
Dermatophagoides. Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan sampel berupa debu yang diambil
dari 3 tempat berbeda (tempat tidur, kursi dan karpet) dengan menggunakan vacuum cleaner, kemudian
debu diamati dibawah mikroskop. Hasil yang didapatkan positif pada sampel debu kasur dengan jumlah
TDR 3 ekor dan negatif pada sampel debu kursi dan karpet jurusan. Hal ini disebabkan karena lokasi
pengambilan sampel di jurusan baru dibersihkan sehingga tidak ditemukan tungau. Upaya pencegahan
terhadap tungau yang dapat dilakukan antara lain adalah melakukan pembersihan rutin, penjemuran,
menjaga sanitasi dan membuka ventilasi udara.

Kata kunci: Tungau Debu Rumah (TDR), siklus hidup, Dermatophagoides, morfologi, upaya
pencegahan.

Universitas Sriwijaya
PENDAHULUAN makanan yang tersedia. TDR umumnya
Tungau adalah salah satu spesies yang ditemukan di kamar tidur, karpet dan di lantai.
berasal dari filum Arthropoda, kelas Arachnida, Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan,
ordo Acarina dan famili Pyroglyphidae. Tungau dinyatakan bahwa TDR paling umum ditemukan
tergolong mikroorganisme yang mampu hidup di kamar tidur. Hal ini disebabkan oleh
Bersama debu rumah, oleh karena itu sering tersedianya serpihan kulit mati dan juga daki
dikenal sebagai Tungau Debu Rumah (TDR). yang berlimpah sehingga populasi TDR
Tungau ini sering ditemukan pada daerah tropis melimpah (Arlian dan Thomas, 2010).
dan subtropis (Colloff dan Spieksma, 2012). Habitat dari tungau debu adalah
Ukuran tubuh tungau debu rumah lingkungan dengan keadaan hangat, gelap dan
dikategorikan sebagai sangat kecil yakni dengan lembab. Faktor utama yang paling berpengaruh
ukuran sebesar 0,2-1,2 mm yang tidak dapat terhadap siklus hidup tungau adalah suhu dan
dilihat dengan menggunakan mata telanjang saja. kelembaban. Tungau bersifat sangat peka
Oleh karena itu, tungau debu rumah tergolong terhadap kelembaban. Masing-masing spesies
mikroorganisme. Tungau bersifat ovipar karena TDR memiliki suhu dan kelembaban optimum
kemampuannya untuk bertelur. Telur tungau yang berbeda-beda namun, secara garis besar
akan berkembang menjadi larva, lalu nympha suhu optimal bagi TDR adalah 25-30oC
hingga tungau dewasa (Nova et al., 2018). sedangkan kelembaban sekitar 80%
Waktu hidup dan perkembangan TDR (Widiastawan et al., 2015).
secara garis besar adalah 2-3 bulan, namun TDR menjadi salah satu sumber allergen
tungau betina akan memiliki waktu hidup yang yang menyebabkan alergi-alergi berkaitan
lebih lama dibandingkan tungau jantan. Semakin dengan pernapasan seperti rhinokonjungtivitis
tinggi suhu habitat TDR, semakin cepat pula alergi, asma, dan alergi kulit seperti dermatitis
siklus hidupnya dan sebaliknya. Periode bertelur atopik. Interaksi tungau yang terjadi antara gen
tungau dewasa berlangsung selama 30 hari dan lingkungan sekitar mengakibatkan inflamasi
dimana diproduksi satu butir telur per harinya pada saluran pernapasan kronik di pasien asma.
(Dhurba et al., 2011). Pasien asma dapat merasakan gejalanya karena
Larva TDR memiliki 3 pasang kaki pajanan debu di dalam rumah (Yu et al., 2014).
sedangkan pada saat TDR dewasa memiliki 4 Tungau debu rumah mampu
pasang kaki. Pasangan kaki pertama lebih tebal menyebabkan asma karena keterkaitan dengan
dibandingkan pasangan kaki lainnya. Tubuh meningkatnya respon imun yang berbentuk
TDR memiliki sepasang setae yang panjang dan produksi IgE (Imunoglobulin E) spesifik
terletak di dorsal (Hadi, 2018). terhadap allergen TDR. Imunoglobulin E
Spesies TDR yang paling umum merupakan isotipe antibodi yang ditemukan
dijumpai adalah Dermatophagoides karena keterlibatannya dengan reaksi alergi
pteronyssinus, Dermatophagoides farinae dan seperti hipersensitivitas tipe 1 (Amarasekara,
Euroglyphus maynei yang berasal dari kelompok 2011).
Pyroglyphidae. Sedangkan dari kelompok Alergi manusia terhadap tungau debu
Echimyopodidae, spesies yang paling umum rumah, didapatkan dari buangan kotoran atau
dijumpai adalah Blomia tropicalis yang feses yang ditinggalkan oleh tungau. Apabila
ditemukan pada daerah beriklim tropis dan suatu koloni tungau berkembang, maka jumlah
subtropis. Spesies yang paling domain diantara bagian tubuh yang mati dan feses yang
spesies TDR lainnya adalah D. pterynossinus dan ditinggalkan TDR akan berkembang. Feses TDR
D. farinae (Caldas et al., 2014). menjadi penyebab dasar gejala alergi dan asma
Faktor-faktor yang mempengaruhi jenis, akibat tungau. Gejala tersebut antara lain adalah
pertumbuhan dan perkembangbiakan TDR antara gatal-gatal, hidung beringus dan terdapat
lain adalah suhu, kelembaban dan jumlah gumpalan di saluran telinga (Wahongan, 2013).

Universitas Sriwijaya
BAHAN DAN METODE
k
Tempat dan Waktu Pratikum p
Praktikum dilaksanakan di Laboratorium i

Taksonomi, Jurusan Biologi, Fakultas


cp
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Sriwijaya, Ogan Ilir Sumatera b
Selatan. Dilaksanakan pada hari Senin tanggal 30 Gambar 1. a) Tungau debu rumah fase dewasa,
Januari 2022. b). Tungau debu rumah fase telur

Keterangan :
Bahan dan Alat
tdr = tungau debu rumah
Alat yang digunakan pada percobaan ini i = idiosoma
adalah vacuum cleaner, kantung plastik, pinset, k = kaki
label, sarung tangan lateks, masker dan ch = chelicera
mikroskop. Sedangkan bahan yang digunakan cp = capitulum
dalam percobaan ini adalah debu yang diambil p = pembungkus
dari 3 tempat yakni kasur praktikan, kursi dan Tabel 1. Habitat positif tungau debu rumah
karpet gedung jurusan Biologi, Fakultas Habitat Jumlah
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Kasur Tidur 3
Universitas Sriwijaya. Kursi Jurusan -
Karpet Jurusan -
Tujuan Praktikum Total sampel positif 3
Praktikum tungau debu rumah ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jenis-
Pembahasan
jenis serta morfologi dari tungau debu dan juga Setelah praktikum mengenai tungau debu
untuk mengetahui siklus hidup tungau debu. dilakukan, didapatkan hasil yakni positif
didapatkan tungau debu pada sampel debu kasur
Cara Kerja
dan negatif pada sampel debu kursi dan karpet
Percobaan ini dilakukan dengan
jurusan. Jumlah tungau yang ditemukan adalah 3
menggunakan APD (alat pelindung diri) berupa
ekor, dimana tungau pertama yang ditemukan
sarung tangan lateks dan masker. Langkah
berupa tungau dewasa (gambar 1a) sedangkan
pertama yang dilakukan, debu diambil dari 3
tungau kedua ditemukan masih berupa telur
tempat berbeda (tempat tidur, kursi dan karpet) (gambar 1b). Tungau pada gambar 1a ditemukan
dengan menggunakan vacuum cleaner, kemudian dengan keadaan sudah mati. Hal ini dapat
debu dipindahkan ke dalam botol vial. Botol vial
disebabkan oleh beberapa hal, seperti tidak
diberi keterangan menggunakan label. Debu
terdapat O2 pada saat tungau berada di dalam
kemudian diambil menggunakan pinset dan
kantung plastik tertutup.
diletakkan di mikroskop untuk diamati.
Berdasarkan tabel 1. sampel yang
HASIL DAN PEMBAHASAN didapatkan dari kursi dan karpet jurusan berhasil
Hasil dokumentasi saat Praktikum negatif yang berarti tidak terdapat tungau.
Meskipun demikian, tidak berarti bahwa tidak
terdapat tungau debu rumah sama sekali pada
tdr i ch habitat tersebut. Hal ini bisa disebabkan oleh
beberapa faktor seperti waktu pengambilan
cp
k sampel. Pada saat pengambilan sampel, mungkin
a saja area baru saja dibersihkan sehingga tidak
terdapat tungau.

Universitas Sriwijaya
Menurut Yudopranoto (2016), habitat Genus Dermatophagoides memiliki ciri
terbaik untuk perkembangan tungau debu rumah khas berupa setae pada bagian dorsal
(TDR) adalah kasur karena TDR tumbuh dengan idiosomanya. Morfologi tungau jantan dan betina
baik pada lingkungan yang hangat dan lembab. dibedakan dengan adanya pengait (suckers) yang
Kepadatan populasi dari tungau juga dipengaruhi dimiliki oleh tungau jantan dan tidak dimiliki
oleh jenis kasur dimana kasur dengan jenis kapuk tungau betina. Pengait tersebut berfungsi untuk
akan memiliki populasi TDR yang lebih padat mengikat tungau betina pada saat melakukan
dibandingkan jenis kasur non kapuk. kopulasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
Salah satu faktor yang menyebabkan oleh Aulung et al. (2019), masa oviposisi tungau
keberadaan tungau debu rumah hanya ditemukan terbagi menjadi 3 kali, dengan setiap masa
di kasur tidur yaitu kasur tidur merupakan tempat jumlah telurnya akan berkurang. Masa oviposisi
yang memiliki sumber makanan utama. Makanan pertama berlangsung kurang lebih 20 hari dengan
yang dikonsumsi tungau pada kasur tidur adalah 25-50 telur yang dihasilkan. Masa oviposisi
epitel kulit manusia yang sudah mati dan juga kedua menghasilkan 15-30 dan seterusnya.
jamur. Secara umum, morfologi yang dimiliki Upaya pencegahan yang dapat dilakukan
oleh TDR adalah berbentuk bulat hingga oval, terhadap tungau debu rumah adalah dengan cara
tubuh terbagi menjadi 4 bagian yakni bagian menjaga kebersihan secara teratur, mengganti
mulut (gnastoma), bagian pasang kaki I dan II seprai atau lapisan permukaan perabotan, dan
(propodosoma), bagian pasang kaki III dan IV melakukan penjemuran. Suhu dan kelembaban
(metapodosoma) dan daerah posterior optimal bagi TDR adalah 25-30oC dan 70-80%,
(opistosoma). Antara kepala (cephal), toraks dan sehingga untuk memberantas keberadaan tungau,
abdomen menyatu tanpa segmen. penjemuran dilakukan pada suhu diatas 30oC dan
Morfologi yang terlihat dari tungau debu untuk mengurangi kelembaban dapat dilakukan
dewasa (gambar 1a) adalah terdapat kaki, perbaikan sirkulasi udara seperti membuka
chelicera, capitulum dan idiosoma. Bentuk tubuh jendela. Pebaikan sirkulasi adalah dengan
yang dimiliki oval dengan bagian mulut membuka ventilasi udara agar terjadi pertukaran
menonjol. Kaki tungau dewasa berjumlah 4 udara yang mampu menghilangkan kelembaban.
pasang dengan pasangan kaki pertama tampak Untuk pengguna air conditioner (AC), upaya
seperti capit kepiting dan pasangan kaki terakhir pencegahan tungau dapat dilakukan dengan
panjang dan terkulai. Pada gambar 1b, morfologi melakukan servis setiap 3 bulan sekali agar
yang terlihat kurang lebih sama dengan pertumbuhan tungau dapat terhambat.
morfologi tungau dewasa. Pada telur tungau
terlihat suatu pelapis yang mengelilingi badan KESIMPULAN
tungau secara keseluruhan yang berupa Tungau debu rumah (TDR) adalah
pembungkus telur. mikoorganisme yang hidup bersama partikel
Berdasarkan morfologi tersebut, dapat debu. Siklus hidup TDR memiliki 4 tahapan
ditentukan bahwa spesies yang ditemukan yakni telur, larva, nimfa dan dewasa.
berasal dari genus Dermatophagoides. Siklus Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan,
hidup dari Dermatophagoides dimulai dari telur, didapatkan hasil positif tungau pada sampel debu
larva, nimfa (protonimfa dan tritononimfa) dan kasur. Hal ini disebabkan oleh persediaan
dewasa. Menurut Anasis et al. (2021), larva makanan tungau pada sampel kasur lebih banyak
tungau memiliki 6 kaki, sedangkan nimfa dibandingkan sampel lain. Penyebab lain adalah
memiliki 8 kaki. Ketika tungau dewasa, tungau lokasi pengambilan sampel di jurusan baru
memiliki alat genitalia. Dermatophagoides dibersihka. Upaya pencegahan terhadap tungau
bersifat oviporus, dimana tungau betina akan yang dapat dilakukan antara lain adalah
bertelur 3-4 hari setelah kopulasi. melakukan pembersihan rutin, penjemuran,
menjaga sanitasi dan membuka ventilasi udara.

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, U. K. 2018. Tungau Debu,
Amarasekera, M. 2011. Immunoglobulin E in Dermatophagoides : Parasitologi dan
Health and Disease. Asia Pacific Entomologi Kesehatan. Bogor :
Allergy, 1 : 12-15. Pascasarjana IPB. Nova, D. F., Selfi, R.
R., & Fachzi, F. 2018. Perbedaan Paparan
Anasis, A. M., Ismalia, H., & Ari, K. 2021. Tungau Debu Rumah dengan Status
Tungau Debu Rumah dan Kaitannya Rhinitis Alergi Berdasarkan Kriteria
dengan Penyakit Asma (Studi Pustaka). ISAAC pada Anak di Dua Panti Asuhan
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Kecamatan Koto Tangah. Jurnal
8 (3) : 193 – 206. Kesehatan Andalas, 7 (2) : 253 – 257.

Arlian, L. G., & Thomas, A. E. 2010. The Yu, S. J., Liao, E. C., & Tsai, J. J. 2014. House
Biology of Dust Mites and The Dust Mite Allergy : Environment
Remediation of Mite Allergens in Evaluation and Disease Prevention. Asia
Allergic Disease. Journal Allergy Pacific Allergy, 4 : 241 – 252.
Clinical Immunology, 107 (3) : 406-413.
Yudopranoto K. 2016. Perbandingan Populasi
Aulung, A., Widjaya, M., Herminingsih, T., & TDR Antara Kasur Kapuk dengan Kasur
Lusli, S. 2019. Penelitian Pendahuluan Non Kapuk Di Komplek Perumahan
Beberapa Jenis Tungau Debu Rumah di PJKA Kelurahan Randusari, Semarang
Daerah Jakarta Pusat. Jurnal Medika, 8 Selatan, Jawa Tengah. Semarang :
: 737-741. Fakutas Kedokteran Universitas
Caldas, E. F., Puerta, L., Caraballo, L., & Lockey, Diponegoro.
R. F. 2014. Mite Allergens Clinical.
Allergy and Immunology : 181 – 203. Wahongan, G. J. P. 2013. Tungau Debu Rumah
yang Ditemukan di Kelurahan Perkamil
Colloff, M. J., Spieksma, F. T. M. 1992. Pictorial Kecamatan Paal 2 Kota Manado. eBM, 1
Keys For The Identification Of Domestic (2) : 859 – 62.
Mites. Clin Exp Allergy, 22 : 823-30.
Widiastawan, K. A. W., Greta, J. P. W., & Janno,
Dhurba, S., Dutta, B. K., & Singh, A. B. 2011. B. 2015. Jenis dan Kepadatan Tungau
Dust Mites Population in Indoor Houses Debu Rumah di Kelurahan Malalayan
of Suspected Allergic Patients of South Dua Kecamatan Malalayang Manado, 3
Assam, India. ISRN Allergy, 5 (7) : 68 – (3) : 733 – 737.
74.

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai