Anda di halaman 1dari 6

1

PRAKTIKUM PARASITOLOGI 7 Maret 2022


Halaman 1- 6

Cacing Parasit
Michelle Katlin Deal1
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Sriwijaya
Jl. Raya Palembang-Prabumulih KM 32 Inderalaya, Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Indonesia.
michelledeal2002@gmail.com

ABSTRACT
Parasites can be divided into two groups based on their habitat, namely ectoparasites and
endoparasites. Endoparasites are organisms that live in the body of the host (host) and attack from within
the body. An example of an endoparasite is a parasitic worm that is known to cause disease in the
digestive tract (gastrointestinal). The group of parasitic worms is divided into platyhelminthes and
nemathelminthes. Platyhelminthes are flat-bodied worms such as Taenia saginata while
Nemathelminthes are cylindrical worms such as Oxyuris vermicularis and Ascaris lumbricoides. These
three species are classified as STH (soil transmitted helminth). Symptoms due to this worm infection
are associated with diarrhea, abdominal pain, lethargy, cognitive impairment, weakness and physical
development. The life cycle of this worm depends on the species and can occur auto-infection, retro-
infection or both. Prevention efforts that can be done against these three types of worms are by
maintaining cleanliness such as washing hands before eating and after using the toilet, not biting nails,
cleaning nails regularly and keeping the surrounding environment clean.

Keywords : Ascaris lumbricoides, life cycle, morphology, Oxyuris vermicularis, Taenia saginata.

ABSTRAK
Parasit dapat dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan habitat yaitu ektoparasit dan endoparasit.
Endoparasit adalah organisme yang hidup dalam tubuh hospes (inang) dan menyerang dari dalam tubuh.
Contoh endoparasit adalah cacing parasit yang dikenal sebagai penyebab penyakit yang berada di dalam
saluran pencernaan (gastrointestinal). Kelompok cacing parasit dibagi menjadi platyhelminthes dan
nemathelminthes. Platyhelminthes merupakan cacing bertubuh pipih seperti Taenia saginata sedangkan
Nemathelminthes adalah cacing bertubuh silindris seperti Oxyuris vermicularis dan Ascaris
lumbricoides. Ketiga spesies ini tergolong STH (soil transmitted helminth). Gejala akibat infeksi cacing
ini berhubungan menimbulkan diare, sakit perut, lesu, gangguan kognitif, kelemahan dan juga
perkembangan fisik. Siklus hidup cacing ini bergantung terhadap spesiesnya dan dapat terjadi secara
auto infection, retro infection atau keduanya. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan terhadap ketiga
jenis cacing ini adalah dengan cara menjaga kebersihan seperti mencuci tangan sebelum makan dan
sesudah menggunakan toilet, tidak menggigit kuku, membersihkan kuku secara rutin dan menjaga
lingkungan sekitar tetap bersih.

Kata kunci: Ascaris lumbricoides, morfologi, Oxyuris vermicularis, siklus hidup, Taenia saginata.

Universitas Sriwijaya
2

PENDAHULUAN Cacing parasit golongan STH (soil


Kata “parasit” berasal dari bahasa Yunani transmitted helminth), umumnya ditemukan
yakni para yang berarti di samping dan sitos yang melimpah pada daerah tambang, kumuh dan
berarti makanan, sehingga parasit diartikan sanitasi yang buruk. Contoh spesiesnya adalah
sebagai organisme yang kebutuhan hidupnya Ascaris lumbricoides. Prevalensi cacing STH ini
baik dalam seluruh siklus hidup atau sebagian tinggi di daerah tropis seperti Indonesia, karena
bergantung pada organisme lain. Organisme yang telur dan larva cacing akan berkembang lebih
menyediakan kebutuhan parasit disebut sebagai baik pada tanah yang hangat dan lembab
inang (Purwaningsih et al., 2017). (Shabrina, et al., 2021).
Parasit adalah organisme yang hidup Kelompok cacing dibagi menjadi
menumpang sekaligus merugikan organsime platyhelminthes, nemathelminthes dan annelida.
lain. Parasit tidak menyebabkan kematian secara Kelompok cacing platyhelmintes atau cacing
langsung terhadap inangnya, karena parasit tidak pipih memiliki ciri yakni tubuh simetri bilateral,
memakan inang namun hanya memanfaatkan belum memiliki sistem peredaran darah, anus dan
sebagian daru tubuh inangnya baik sebagai rongga badan namun memiliki sucker (batil isap).
sumber makanan maupun sebagai tempat tinggal Sistem pencernaan kelompok ini terdiri dari
(Rosyidah dan Prasetyo, 2018). mulut, faring, usus dimana ususnya bercabang ke
Parasit menjadi organisme yang hidup seluruh tubuh. Platyhelminthes yang bersifat
sementara atau tetap pada organisme lain. Parasit parasi hidup pada jaringan atau cairan tubuh
dapat dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan inangnya dimana inangnya berupa siput, sapi,
habitat yaitu ektoparasit dan endoparasit. babi maupun manusia (Wahyono, 2021).
Ektoparasit adalah parasit yang habitatnya berada Kelompok cacing nemathelminthes,
pada permukaan inang dan Endoparasit adalah memiliki bentuk tubuh yang silindris dimana
parasit yang habitatnya berada pada tubuh inang tubuhnya bulat dan sering disebut sebagai cacing
(Harmah et al, 2018) benang atau cacing gilig. Kelompok cacing ini
Parasit yang hidup dalam tubuh hospes sudah memiliki rongga tubuh yang disebut
(inang) dan menyerang dari dalam tubuh, sering psudoceolomata. Ujung tubuh cacing ini
dikenal sebagai endoparasit. Endoparasit ini meruncing pada ujung posterior dan anteriornya.
mampu menyebabkan penyakit yang bersifat Umumnya pada kelompok cacing ini yang
lokal maupun yang bersifat sistemik. Endoparasit bersifat parasit berasal dari kelas nematoda
ini memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi seperti genus Ascaris, Necator, Ancylostoma dan
terhadap jaringan tubuh hospesnya sehingga Oxyuris (Luis et al., 2016).
tidak meninggalkan gejala klinis yang serius Penyakit yang disebabkan oleh cacing
(Yufa et al., 2018). parasit secara garis besar disebut kecacingan.
Salah satu contoh endoparasit adalah Kecacingan merupakan penyakit infeksi parasit
cacing parasit. Cacing parasit ini dikenal sebagai cacing yang memberikan gangguan kesehatan
penyebab penyakit yang berada di dalam saluran apabila dalam keadaan infestasi berat. Gejala
pencernaan (gastrointestinal). Morfologi masing- akibat penyakit ini berhubungan dengan jumlah
masing jenis cacing parasit berbeda tegantung cacing yang menginfeksi tubuh. Infeksi ringan
spesies parasit yang bersangkutan. Umumnya belum menimbulkan gejala, namun infeksi berat
cacing parasit gastrointestinal ini akan menempel dapat menimbulkan diare, sakit perut, lesu,
pada dinding usus dan terbagi menjadi 2 jenis, gangguan kognitif, kelemahan dan juga
yakni soil transmitted helminth (cacing yang perkembangan fisik. Penyakit akibat cacing
ditularkan melalui tanah) dan non soil parasit ini ditransmisikan pada manusia melalui
transmitted helminth (cacing yang ditularkan kontak langsung dengan tanah, tanaman, atau air
tidak melalui tanah) (Niken dan Kudri, 2019). limbah yang terkontaminasi dengan telur cacing
(Bedah dan Syafitri, 2018).

Universitas Sriwijaya
3

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Pratikum


Praktikum dilaksanakan di Laboratorium
Fisiologi Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Sriwijaya, Ogan Ilir Sumatera
Selatan. Dilaksanakan pada hari Senin tanggal 7
Maret 2022. Gambar 2. Cacing Parasit Taenia Saginata
(Perbesaran 4x10)
Bahan dan Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini
adalah mikroskop, kamera dan alat tulis.
Sedangkan bahan yang digunakan dalam
percobaan ini adalah preparate cacing parasit.

Tujuan Praktikum
Praktikum cacing parasit ini dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui jenis-jenis serta Gambar 3. Cacing Parasit Ascaris lumbricoides
morfologi dari cacing parasit filum (Perbesaran 4x10)
Platyhelminthes dan Nemanthelminthes, serta
untuk mengetahui siklus hidupnya.. Klasifikasi

Cara Kerja 1. Oxyuris vermicularis


Percobaan ini dilakukan dengan Kingdom : Animalia
menggunakan APD (alat pelindung diri) berupa Phylum : Nematoda
sarung tangan lateks dan masker. Langkah Class : Chromadorea
pertama yang dilakukan, preparat awetan cacing Order : Rhabditida
Ascaris lumbricoides, Taenia saginata, Taenia Family : Oxyuridae
solium, dan Oxyuris vermicularis diambil dan Genus : Oxyuris
diletakkan di mikroskop. Morfologi masing- Species : Oxyuris vermicularis
masing cacing diamati dan didokumentasikan.
2. Taenia saginata
HASIL DAN PEMBAHASAN Kingdom : Animalia
Hasil dokumentasi saat Praktikum Phylum : Platyhelminthes
Class : Cestoda
Order : Cyclophyllidea
1 Family : Taeniidae
Genus : Taenia
Species : Taenia saginata (Goeze, 1782).

3. Ascaris lumbricoides
Gambar 1. Cacing Parasit Oxyuris vermicularis Kingdom : Animalia
(Perbesaran 4x10) Phylum : Nematoda
Keterangan : Class : Chromadorea
1. Intestinum Order : Rhabditida

Universitas Sriwijaya
4

Family : Ascarididae Gejala yang dialami oleh penderita


Genus : Ascaris oxyuriasis antara lain adalah peradangan ringan
Species : Ascaris lumbricoides (Linnaeus, pada mukosa usus, obstruksi usus, iritasi daerah
1758). perianal hingga gatal-gatal sampai rasa nyeri
pada malam hari (nocturnal itching). Pencegahan
Sumber : GBIF (2022) yang dapat dilakukan terhadap cacing kremi ini
adalah dengan mencuci tangan dengan sabun dan
Pembahasan air sebelum makan dan setelah menggunakan
Berdasarkan praktikum yang telah toilet, rajin memotong dan membersihkan kuku,
dilaksanakan mengenai cacing parasit, hindari menggigit kuku dan menggaruk anus
didapatkan morfologi dari 3 jenis cacing parasit serta rajin membersihkan diri untuk
yakni Oxyuris vermicularis, Taenia saginata dan menghilangkan telur cacing. Apabila sudah
Ascaris lumbricoides. Berdasarkan terjangkit oxyuriasis, dapat digunakan obat yang
taksonominya, terdapat 2 jenis cacing dari filum mengandung mebendazole, pyrantel pamoat dan
nemathelminthes dan 1 jenis cacing dari filum albendazole.
platyhelminthes. O. vermicularis dan A. Pada (Gambar 2.), didapatkan morfologi
lumbricoides berasal dari filum nemathelmintes spesies cacing Taenia saginata, yakni bentuk
sedangkan T. saginata berasal dari filum tubuh yang pipih dengan panjang mencapai 15
platyhelminthes. Pada (Gambar 1.), dapat dilihat cm. Spesies ini dikenal sebagai cacing pita yang
morfologi cacing parasit berupa O. vermicularis berhabitat di dalam usus halus manusia, sapi dan
dimana bentuk tubuh silindris dan diameter babi. Penyakit yang disebabkan cacing pita
memiliki ukuran menyerupai rambut/benang, disebut sebagai taeniasis. Menurut Setiyani
tubuh ditutupi oleh kutikula elastis, panjang (2011), morfologi cacing ni memiliki skoleks
tubuh sekitar 1-1,5 cm. Menurut Noviati et al. yang berbentuk rhomboid dan memiliki batil isap
(2019), mulut spesies ini terletak di ujung tanpa kait. Telurnya berbentuk bulat, berukuran
anterior dan alat pencernaannya lengkap dimulai 31-43 μ, bergaris dan berisi embrio berkait enam
dari mulut, buccal cavity, faring, intestinum, (onkosfer).
rektum dan anus. Ukuran tubuh cacing betina Dalam usus manusia, T. saginata
spesies ini lebih besar dibandingkan cacing proglottid yang sudah matang dan berisi sel telur
jantan. yang telah dibuahi akan keluar bersama feses.
O. vermicularis sering disebut sebagai Apabila feses termakan dan sampai pada usus
cacing kremi. Cacing kremi ini merupakan inangnya, telur akan berkembang menjadi larva
nematoda usus yang berhabitat di usus besar onkosfer. Onkosfer akan menetas dalam
rektum. Cacing ini menyebabkan penyakit yang duodenum, mengadakan penetrasi ke dalam
disebut dengan oxyuriasis. Siklus hidup spesies dinding usus, dan terbawa aliran limfe atau darah,
ini diawali dengan telur yang diproduksi oleh kemudian akan difiltrasi keluar otot lurik
cacing betina diletakkan di daerah anus, membentuk kista yang disebut cysticercusbovis
kemudian telur keluar dari anus bersama feses. (larva cacing). Kista akan membesar dan
Pada saat telur tertelan oleh suatu organisme, membentuk gelembung yang disebut cysticercus.
telur akan menetas menjadi larva di usus halus Cysticerus akan mengalami evaginasi
kemudian larva bergerak ke sekum dan ileum (penonjolan keluar) kemudian akan melekatkan
bagian bawah dan berkembang hingga menjadi diri pada mukosa jejenum dan tumbuh menjadi
dewasa (auto infection). Selain cara tersebut, cacing dewasa dalam waktu 8-10 minggu.
spesies ini bisa memulai daur hidupnya apabila Gejala yang disebabkan oleh infeksi
telur yang berada di anus menetas dan larvanya cacing pita terbagi menjadi infeksi usus yang
masuk kembali ke usus (retro infection). diiringi oleh mual, lemas, kehilangan selera
makan, nyeri perut, diare dan penurunan berat

Universitas Sriwijaya
5

badan serta infeksi invasif yang diiringi oleh halus kembali dan menjadi cacing dewasa. Proses
demam, benjolan/kista, reaksi alergi hingga ini membutuhkan waktu kurang lebih 2 bulan.
kejang. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan Berdasarkan penelitian yang dilakukan
adalah dengan menghilangkan sumber infeksi, oleh Rosyidah dan Prasetyo (2018), diketahui
pemeriksaan daging sapi sebelum dimakan dan bahwa infeksi cacingan Ascaris lumbricoides
mencuci tangan sebelum makan. Pengobatan disebabkan oleh kebiasaan penderita yang sering
yang dapat dilakukan untuk penderita taeniasis kontak dengan tanah dan buang air besar di
adalah dengan menggunakan obat niclosamid sungai. Hal ini merupakan salah satu penyebab
atau prazikuantel/oral. Ascariasis. Penularan terjadi ketika tertelan telur
Pada (Gambar 3.), didapatkan morfologi Ascaris lumbricoides yang dapat berasal dari
cacing Ascaris lumbricoides yakni memiliki makanan, air minum atau tangan yang
bentuk tubuh silindris atau bulat, dengan ukuran terkontaminasi kotoran manusia yang
15-40 cm dan diameter 2-3 mm. Tubuhnya mengandung telur Ascaris Lumbricoides.
ditutupi oleh kutikula yang tebal dan elastis
dengan 4 buah garis memanjang disepanjang
KESIMPULAN
tubuhnya (1 dorsal, 1 ventral, 2 lateral). Cacing
Cacing parasit merupakan organisme
ini sering disebut sebagai cacing gelang. Ukuran endoparasitik penyebab penyakit yang berada di
cacing jantan lebih kecil dibandingkan betinanya dalam saluran pencernaan (gastrointestinal).
dimana ujung posterior cacing jantan Kelompok cacing platyhelminthes dan
melengkung sedangkan betina lurus. Pada bagian nemathelminthes merupakan cacing parasit.
anterior cacing gelang, terdapat mulut dengan 3 Oxyuris vermicularis dan Ascaris lumbricoides
buah bibir dan masing-masing bibir memiliki tergolong kelompok nemathelminthes yang
menyebabkan oxyuriasis dan ascariasis. Taenia
papilla. Rongga diantara tubuh dan alat
saginata merupakan cacing dari kelompok
pencernaannya disebut dengan pseudocolom. platyhelminthes yang menyebabkan taeniasis.
Alat pencernaan spesies ini lengkap sama halnya Ketiga spesies ini tergolong STH (soil
dengan cacing O. vermicularis. transmitted helminth). Upaya pencegahan yang
A. lumbricoides merupakan hewan dapat dilakukan terhadap ketiga jenis cacing ini
berumah dua dengan fertilisasi yang terjadi adalah dengan cara menjaga kebersihan seperti
secara internal. Spesies ini merupakan saprozoik mencuci tangan sebelum makan dan sesudah
menggunakan toilet, tidak menggigit kuku,
atau memakan zat yang terdapat pada usus
membersihkan kuku secara rutin dan menjaga
inangnya. Siklus hidup cacing gelang ini dimulai lingkungan sekitar tetap bersih.
dengan keluarnya telur cacing bersama feses
penderita ke tanah. Apabila tanah lembab dan
memiliki suhu optimal yakni 30oC selama 20-24 DAFTAR PUSTAKA
hari, telur akan menjadi telur infektif yang
Bedah, S. & Syafitri, A. 2018. Infeksi
mengandung larva cacing. Bentuk ini apabila
Kecacingan pada Anak Usia 8-14
tertelan manusia akan menetas menjadi larva di Tahun di RW 007 Tanjung Lengkong
usus halus bagian atas. Larva akan menembus Kelurahan Bidaracina, Jatinegara,
dinding usus halus dan memasuki vena porta hati. Jakarta Timur. Jurnal Ilmiah
Dengan bantuan aliran darah vena, larva akan Kesehatan, 10 (1) : 20 -31.
beredar menuju dinding paru yang dikenal
sebagai lung migration. Larva akan masuk GBIF. 2022. Ascaris lumbricoides Linnaeus,
1758. GBIF Backbone Taxonomy.
alveoli dan ke rongga alveolus kemudian ke
https://www.gbif.org/species/4558786
trachea menuju faring. Pada saat di faring, larva (Diakses pada 10 Maret 2022).
akan menyebabkan rangsangan batuk kemudian
larva tertelan masuk ke esofagus menuju usus GBIF. 2022. Oxyuris Rudholphi, 1803. GBIF
Backbone Taxonomy.

Universitas Sriwijaya
6

https://www.gbif.org/species/2284337 Ettawa di Kelurahan Amban


(Diakses pada 10 Maret 2022). Kecamatan Manokwari Barat
Kabupaten Manokwari Provinsi Papua
GBIF. 2022. Taenia saginata Goeze, 1782. GBIF Barat. Jurnal Ilmiah Peternakan
Backbone Taxonomy. Terpadu, 5 (1) : 8 – 12.
https://www.gbif.org/species/6101574
(Diakses pada 10 Maret 2022). Rosyidah, H. N. & Prasetyo, H. 2018. Prevalensi
Infeksi Cacing Usus pada Anak di
Harmah, Darsiani & Arbit, I. S. 2018. Prevalensi Kampung Pasar Keputran Utara,
Endoparasit pada Lambung dan Usus Surabaya Tahun 2017. Journal of
Ikan Gabus (Channa striata). Jurnal Vocational Health Studies, 1 : 117 –
Ilmiah : Samudra Akuatika, 2 (2) : 1 – 120.
8.
Setiyani, E. 2011. Artikel : Taenia saginata.
Luis, R., Tuda, J. S. & Sorisi, A. 2016. Jurnal BALABA, 7 (2) : 57 – 58.
Kecacingan Usus pada Anak Sekolah
Dasar di Tanawangko Kecamatan Shabrina, H. M., Muntalif, B. S., Firdayati, M.,
Tombariri Kabupaten Minahasa. Fathuna, I. S. 2021. Deteksi dan
Jurnal eBiomedik, 4 (2) : 1 – 4. Kuantifikasi Telur Cacing Ascaris spp.
Pada Air Limbah dan Lumpur Ipal
Niken & Kudri, A. 2019. Infeksi Parasit Usus Bojongsoang Bandung. Jurnal Sains
pada Anak Sekolah Dasar di Kawasan dan Teknologi Lingkungan, 13 (1) : 62
Tambang Nagari Palangki Kabupaten – 75.
Sijunjung. Jurnal Kesehatan Saintika
Meditory, 1 (1) : 20 – 24. Wahyono, S. 2021. Daur Ulang Sampah Organik
dengan Teknologi Vermicompotisting.
Noviati, F. R., Majidah, L. & Mildiana, Y. E. Jurnal Teknologi Lingkungan, 2 (1) :
2019. Deteksi Kecacingan (Entrobius 87 – 92.
vermicularis) pada Anak SDN Latsari
1 Usia 7-10 di Desa Latsari Kecamatan Yufa, M., Mairawita & Herwina, H. 2018.
Mojowarno Kabupaten Jombang. Identifikasi dan Prevalensi
Jurnal Insan Cendekia, 6 (1) : 23 – 28. Endoparasit pada Kambing di Kota
Purwaningsih, Novianti & Sambodo, P. 2017. Padang, Sumatera Barat. Jurnal
Infestasi Cacing Saluran Pencernaan Metamorfosa, 5 (1) : 94 – 98.
pada Kambing Kacang Peranakan

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai