Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Biotropikal Sains Vol. 15, No.

1, April 2018 (Hal 74 – 81)

Hasil Penelitian

PENGARUH PERBEDAAN SUHU TERHADAP KUALITAS TUKIK


PENYU LEKANG (Lephidochelys olivaceae) di TAMAN BURU DATARAN
BENA, DESA BENA KECAMATAN AMANUBAN SELATAN
KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

Ermelinda D. Meye, Joice J. Bana

Staf Pengajar Jurusan Biologi FST Undana

ABSTRAK

Penelitian telah dilakukan di Taman Buru dataran Bena, Desa Bena, Kecamatan
Amanuban Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan dengan tujuan untuk mengetahui
kualitas tukik penyu lekang yang dihasilkan dari proses inkubasi telur pada suhu yang
berbeda. Penelitian ini menggunakan telur penyu yang berjumlah 48 butir dan dibagi dalam 2
kelompok perlakuan suhu yaitu suhu tinggi (300C-330C) dan suhu rendah (240C-270C) yang
diinkubasi selama ± 2 bulan. Data kualitas tukik yang meliputi morfometri dan gerakan
lokomotor tukik dianalisis dengan menggunakan uji t. Hasil penelitian menunjukan bahwa
nilai rata-rata morfometri tukik pada suhu tinggi yang meliputi panjang karapas adalah 4,19
ckJ/Jm, lebar karapas 3,95 cm, panjang plastron 3,40 cm, lebar plastron 2,81 cm, panjang
flipper 3,66 cm, panjang tungkai 2,28 cm, panjang kepala 1,76 cm, panjang leher 1,04 cm,
sedangkan pada suhu rendah yaitu panjang karapas 3,83 cm, lebar karapas 3,16 cm, panjang
plastron 2,83 cm, lebar plastron 2,57 cm, panjang flipper 3,23 cm, panjang tungkai 2,03 cm,
panjang kepala 1,57 cm dan panjang leher 0,98 cm. Gerakan lokomotor tukik pada suhu tinggi
yang meliputi kecepatan balik tubuh yaitu 175,44 detik dan kecepatan berjalan 0,041 m/s
sedangkan pada suhu rendah kecepatan balik tubuh 958,56 detik dan kecepatan berjalan 0,005
m/s. Berat tukik pada suhu tinggi yaitu 13,81 g dan suhu rendah 16,06 g. Hasil penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa kualitas tukik penyu lekang yang diinkubasi pada suhu tinggi lebih
besar dibandingkan pada suhu rendah.

Kata Kunci: Lepidochelys olivaceae, daya tetas, kualitas tukik.

74
Jurnal Biotropikal Sains Vol. 15, No. 1, April 2018 (Hal 74 – 81)

Hasil Penelitian

Nusa Tenggara Timur merupakan ukuran, morfologi dan kualitas tukik yang
salah satu provinsi di Indonesia yang dihasilkan (Noviana, 2009).
memiliki keanekaragaman hayati yang Iqomah (2004) menyatakan bahwa
sangat tinggi baik di darat maupun di penetasan telur penyu lekang secara semi
laut. Upaya yang dilakukan untuk alami memberikan hasil yang tidak berbeda
menjaga kelestarian dan kelangsungan nyata dengan penetasan telur penyu lekang
hidup keanekaragaman hayati tersebut secara alami. Banyaknya pemanfaatan
yaitu ditetapkannya daerah hutan menjadi berlebihan yang dilakukan oleh manusia
kawasan konservasi. Salah satu satwa mengakibatkan populasi penyu terancam
yang terdapat di kawasan konservasi punah. Daging dan telur penyu dapat
yang dilindungi yaitu penyu lekang dimanfaatkan sebagai sumber protein
(Lephidochelys olivaceae) (Anonim, sedangkan karapasnya banyak dimanfaatkan
1983). Penyu termasuk hewan yang sebagai souvenir. Karena banyaknya
terdaftar dalam CITES (Convention On pemanfaatan yang dilakukan oleh manusia
International Trade in Endangered maka populasi penyu yang ada harus
Species Of Fauna and Flora) yaitu dilestarikan (Hartanti, 2006). Oleh karena
satwa-satwa yang terlarang untuk segala itu untuk mencegah penurunan jumlah dan
pemanfaatan dan perdagangannya kepunahan spesies Penyu Lekang di Taman
(Anonim, 2008). Buru Dataran Bena perlu dilakukan
Penyu lekang (Lephidochelys pengelolaan mengenai teknik penetasan
olivaceae) berkembang biak dengan cara sebagai upaya konservasi dan budidaya.
bertelur. Telur yang baru keluar dari Beberapa penelitian yang mengkaji
perut penyu betina diliputi lendir, mengenai teknik penetasan semi alami telur
berbentuk bulat seperti bola pingpong, penyu lekang telah dilaksanakan namun
agak lembek dan kenyal. Pertumbuhan hasilnya belum maksimal karena berbagai
embrio sangat dipengaruhi oleh suhu. faktor abiotik yang sangat berpengaruh
Embrio akan tumbuh optimal pada terhadap daya tetas misalnya curah hujan
kisaran suhu antara 24–330C dan akan yang tidak menentu dapat mengakibatkan
mati apabila di luar kisaran suhu tersebut. peningkatan kadar air pasir sarang yang
Kondisi lingkungan yang sangat akan berpengaruh terhadap penurunan suhu
mempengaruhi pertumbuhan embrio yang akan merusak pertumbuhan embrio.
sampai penetasan, antara lain yaitu suhu, Menurut Purnomo (2006) bahwa gangguan
kandungan air dalam pasir dan alami seperti sering turun hujan
kandungan oksigen. Semakin tinggi suhu mengakibatkan telur yang ditetaskan baik
pasir, maka telur akan lebih cepat alami maupun semi alami tidak banyak
menetas. Embrio dalam telur akan menetas dan membutuhkan waktu yang
tumbuh menjadi tukik mirip dengan lebih lama dari yang biasanya. Faktor lain
induknya, setelah melewati masa yang turut berpengaruh juga yaitu faktor
inkubasi selama ±2 bulan. Suhu selama biotik seperti gangguan dari predator alami
masa inkubasi selain akan mempengaruhi di sekitar pantai dan aktivitas manusia di
keberhasilan tetas dan lama masa sekitar pantai yang dapat merusak telur dan
inkubasi juga akan berpengaruh terhadap sarang.

75
Jurnal Biotropikal Sains Vol. 15, No. 1, April 2018 (Hal 74 – 81)

Hasil Penelitian

Berdasarkan uraian di atas dapat Setelah telur menetas dilakukan pengamatan


diketahui bahwa suhu memegang peranan terhadap kualitas tukik yang meliputi
yang penting dalam proses penetasan morfometri tukik, gerakan lokomotorik dan
telur dan kualitas tukik yang dihasilkan. berat tukik.
Pengukuran morfometri tukik meliputi
MATERI DAN METODE panjang karapas, lebar karapas, panjang
plastron, lebar plastron, panjang kepala,
Penelitian ini telah dilaksanakan panjang leher, panjang flipper, panjang
pada bulan April sampai Juni 2013 di tungkai dan bobot tukik Pengukuran gerakan
Kawasan Taman Buru Dataran Bena, lokomotor tukik mengacu pada Maulany
Desa Bena, Kecamatan Amanuban (2007) yang meliputi:
Selatan, Kabupaten Timor Tengah 1. Kecepatan berjalan di darat yaitu tukik
Selatan dan Laboratorium Biologi berjalan di dalam paralon sepanjang 1,5
Fakultas Sains dan Teknik Universitas m dengan cara tukik diletakan di ujung
Nusa Cendana Kupang Alat yang paralon tersebut dan dibiarkan berjalan
digunakan antara lain: termometer tanah, hingga mencapai ujung lainnya,
kamera, stopwatch, meteran caliper, kemudian waktu yang dibutuhkan untuk
ember bak besar, paralon berukuran ¾, mencapai ujung paralon tersebut dicatat.
timbangan analitik, lampu belajar 100 2. Kemampuan membalikan tubuh yaitu
watt 2 buah dan AC. Bahan yang tukik diletakan di atas pasir halus dan
digunakan antara lain: telur penyu lekang tubuhnya dibalik dengan cara plastron
(Lepidochelys Olivaceae) sebanyak 48 dibagian atas dan karapasnya dibagian
butir, pasir lembab dari sarang alami. bawah kemudian mencatat waktu yang
Pengamatan diawali dengan survei dibutuhkan tukik untuk membalikan
lokasi tempat penyu yang akan bertelur. kembali tubuhnya.
Setelah induk penyu bertelur maka telur Variabel Pengamatan
dipindahkan ke ember besar berukuran 1. Morfometri tukik meliputi : panjang
20 L yang sudah berisi pasir setebal 10 karapas (diukur dari bagian depan sampai
cm dan dipasang pipa paralon berukuran pangkal ekor), lebar karapas (diukur dari
¾ dim tepat di atas telur kemudian ujung bagian kiri sampai ujung bagian
ditutup dengan pasir sampai rata dengan kanan), panjang plastron (diukur dari
permukaan ember.Telur diinkubasi pangkal leher sampai pangkal ekor),
sampai menetas pada 2 ruang inkubator lebar plastron (diukur dari ujung dada
yaitu suhu rendah yang dipasang Air bagian kiri sampai ujung dada bagian
Conditioner (AC) dengan suhu berkisar kanan), panjang fliper (diukur dari
antara 240C – 270C dan suhu tinggi yang pangkal lengan sampai ujung kuku),
dipasang lampu pijar 100 watt dengan panjang tungkai (diukur dari pangkal
suhu berkisar antara 300C – 330C. paha sampai ujung kuku), panjang kepala
Selama telur diinkubasi setiap 3 hari (diukur dari ujung leher sampai ujung
sarang disemprot dengan air sebanyak 3 – hidung), panjang leher (diukur dari
5 mL di atas permukaan sarang. pangkal leher sampai ujung leher). Lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar 1.

76
Jurnal Biotropikal Sains Vol. 15, No. 1, April 2018 (Hal 74 – 81)

Hasil Penelitian

Gambar 1. Sketsa Pengukuran Morfometri Penyu Lekang (Lephidochelys


olivaceae)

2. Gerakan lokomotor meliputi HASIL DAN PEMBAHASAN


kecepatan berjalan di darat dan
kemampuan membalikan tubuh. Morfometri Tukik
3. Berat Tukik Berdasarkan hasil pengukuran
terhadap 33 tukik penyu lekang, diperoleh
Analisis Data hasil bahwa nilai rataan karakter
Data hasil penelitian dianalisis dengan morfometri tukik pada kedua perlakuan
menggunakan uji t. suhu inkubasi sangat bervariasi. Data
morfometri tukik penyu lekang yang
ditetaskan dari dua suhu inkubasi dapat
dilihat pada tabel 1 di bawah ini.

77
Jurnal Biotropikal Sains Vol. 15, No. 1, April 2018 (Hal 74 – 81)

Hasil Penelitian

Tabel 1. Nilai Rata – rata Morfometri Penyu Lekang yang Diinkubasi pada Suhu
Inkubasi yang Berbeda.
Karakter Nilai Rata – rata
No Suhu Rendah (cm) Suhu Tinggi (cm)

1 Panjang Karapas 3.83 cm(a) 4.19 cm(b)


2 Lebar Karapas 3.16 cm (a) 3.95 cm(b)
3 Panjang Plastron 2.83 cm(a) 3.40 cm(b)
4 Lebar Plastron 2.57 cm(a) 2.81 cm(b)
5 Panjang Fliper 3.23 cm (a) 3.66 cm(b)
6 Panjang Tungkai 2.03cm (a) 2.28 cm(a)
7 Panjang Kepala 1.57 cm(a) 1.76 cm(b)
8 Panjang Leher 0.98 cm(a) 1.04 cm(a)
Keterangan :Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata

Berdasarkan hasil pengamatan pada Berdasarkan hasil pengamatan,


tabel 1 di atas terlihat bahwa hampir ukuran morfometri tukik pada suhu tinggi
semua karakter Morfometri tukik pada relatif lebih besar dibanding ukuran
suhu tinggi lebih besar dari pada suhu morfometri tukik pada suhu rendah, mulai
rendah. Perbandingan rataan ciri-ciri dari panjang karapas sampai panjang leher.
morfologi tukik penyu lekang tersebut Perbedaan ukuran morfometri tukik ini
dilakukan pengukuran secara rinci diduga karena pengaruh suhu, dimana suhu
dengan pertimbangan tukik memiliki mempengaruhi laju metabolisme seluler
umur yang sama dan diukur segera dalam telur sehingga mempercepat
setelah penetasan berlangsung. pembentukan organ-organ primitif ke
Data pengukuran morfometri ke-8 bentuk definitif secara maksimal sehingga
karakter dilanjutkan dengan uji t untuk tampilan morfometri hasil inkubasi pada
membandingkan apakah terdapat suhu tinggi relatif lebih baik (Isnaeni, 2006).
perbedaan di antara kedua suhu inkubasi. Gerakan Lokomotor
Hasil analisis menunjukkan adanya Gerakan lokomotor tukik merupakan
perbedaan signifikan (p < 0.05) untuk kemampuan tukik dalam membalikan tubuh
ke-6 karakter secara berturut-turut yaitu dan kecepatan tukik berjalan. Data hasil
panjang karapas, lebar karapas, panjang pengamatan gerakan lokomotor tukik dalam
plastron, lebar plastron, panjang flipper penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.
dan panjang kepala. Sedangkan untuk
kedua karakter lainnya yaitu karakter
panjang leher dan panjang tungkai
menunjukkan perbedaan yang tidak
signifikan (p>0.05).

78
Jurnal Biotropikal Sains Vol. 15, No. 1, April 2018 (Hal 74 – 81)

Hasil Penelitian

Tabel 2. Nilai Rata – rata Gerakan Lokomotor Tukik Penyu Lekang


yang Diinkubasi pada Suhu yang Berbeda
No Karakter Nilai Rata – rata
Suhu Tinggi Suhu Rendah
1 Kecepatan Balik Tubuh 175.44 s(a) 958.56 s (b)
2 Kecepatan Berjalan 0.041 m/s(a) 0.005 m/s(b)
Keterangan :Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata

Berdasarkan data gerakan beberapa faktor antara lain yaitu kontraksi


lokomotor tukik tersebut, dilanjutkan yang terus-menerus meningkat atau
dengan analisis statistik (uji t) untuk berlangsung dalam waktu lama, asam laktat
mengetahui ada tidaknya perbedaan yang meningkat, sumber energi berkurang,
kecepatan balik tubuh dan berjalan. Hasil dan kerja enzim yang berkurang.
analisis menunjukan adanya perbedaan Akibat kontraksi otot berlangsung
nyata (P< 0,05), di mana baik kecepatan dalam waktu yang cukup lama, maka otot
balik tubuh maupun kecepatan berjalan dapat kehabisan energi (ATP). Otot tidak
pada suhu tinggi lebih besar dari pada memiliki waktu yang cukup untuk
suhu rendah. Adanya perbedaan gerakan memproduksi ATP yang baru, jika terus
lokomotor tukik tersebut, diduga karena berlangsung hal demikian, maka produksi
tukik hasil inkubasi telur pada suhu ATP akan dialihkan dengan cara anaerob.
rendah memiliki bobot tubuh yang lebih Produksi dengan cara anaerob akan
berat sehingga tidak terlalu cepat dalam membuat penimbunan asam laktat semakin
berjalan dan membalikan tubuh. Selain banyak. Asam laktat yang merupakan hasil
itu juga diduga tukik suhu rendah sampingan peristiwa dari pemecahan
mengalami kelelahan otot ketika berusaha glikogen dapat menyebabkan kelelahan otot.
mencapai permukaan sarang, karena pasir Berat Tukik
sarang telur penyu yang diinkubasi pada Berat tukik dari kedua suhu inkubasi
suhu rendah kelembabannya lebih tinggi menunjukan perbedaan yang cukup
akibatnya kepadatan pasirpun meningkat. signifikan, dimana rata-rata tukik dari hasil
Hal ini mengakibatkan tukik mengalami inkubasi telur pada suhu rendah lebih berat
kelelahan otot akibat melakukan dari pada tukik hasil inkubasi pada suhu
kontraksi otot yang terus-menerus tinggi. Tabel 3 berikut menunjukan nilai
meningkat, menurut Isnaeni (2006) rata-rata berat tukik dari kedua suhu
kelelahan otot dapat diakibatkan oleh inkubasi.

Tabel 3. Nilai Rata - rata Berat Tukik Penyu Lekang yang Diinkubasi pada
Suhu yang Berbeda
No Karakter Nilai Rata – rata
Suhu Rendah Suhu Tinggi
1 Berat Tukik 16.06 g(a) 13.81 g(b)
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata

79
Jurnal Biotropikal Sains Vol. 15, No. 1, April 2018 (Hal 74 – 81)

Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengamatan penyu yang terdiri dari panjang karapas,


pada tabel 3 tampak bahwa nilai rata-rata lebar karapas, panjang plastron, lebar
berat tubuh tukik pada suhu rendah lebih plastron, panjang flipper, panjang tungkai,
besar dibandingkan suhu tinggi. Kondisi panjang kepala dan panjang leher pada suhu
pada kedua perlakuan tersebut tinggi rata-rata lebih besar dari suhu rendah
menggambarkan mekanisme kerja tubuh begitu pula dengan gerakan lokomotor yang
tukik untuk mengatur suhu tubuhnya meliputi kecepatan balik tubuh dan
agar tetap dalam kondisi homeostatis. kemampuan berjalan pada suhu tinggi rata-
Tubuh tukik berada pada kondisi rata lebih tinggi dari suhu rendah, sedangkan
homeostatis disebabkan pelepasan energi bobot tukik penyu pada suhu rendah lebih
(output) nilai koefisiennya mengimbangi berat dari suhu tinggi.
nilai energi yang tersimpan dalam tubuh
tukik (input). Pengendalian homeostatis DAFTAR PUSTAKA
tersebut merupakan suatu mekanisme
kerja tubuh sebagai bentuk respon Anonimus. 2009. Pedoman Teknis
terhadap cekaman lingkungan agar Pengelolaan Konservasi Penyu.
individu dapat mempertahankan Direktorat konservasi dan taman
kehidupan dalam kondisi tubuh yang nasional laut, Direktorat Jenderal
stabil (Isnaeni, 2006). Secara terperinci Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau
dapat dijelaskan bahwa kondisi berat Kecil, Departemen Kelautan dan
tubuh tukik pada suhu rendah lebih tinggi Perikanan RI.
diduga karena berat awal telur, selain itu Arshad, K. 2003. Usaha Menyelamatkan
juga diduga tukik pada suhu rendah tidak Penyu Perlu Kerja Sama Asean.
terlalu aktif bergerak sehingga berat http://www.jphpk.gov.my/ogos035202
tubuhnya tetap stabil. 3.htm. (27 juli 2011)
Perbedaan bobot tubuh tukik dapat Burgess, E., D. Boot dan J. Lanyon. 2006.
berpengaruh terhadap kecepatan berjalan Swimming performance of hatchling
dan kecepatan membalikan tubuh, green turtles is affected by incubation
dimana tukik yang memiliki bobot tubuh temperature .Coral reefs. vol. 25, No.
lebih berat kecepatan berjalan dan 3, pages 341-349.
membalikan tubuhnya lebih lama dari Caar, A. 1980. Some Problems Of Sea
tukik yang memiliki bobot tubuh ringan, Turtle Ecology. Amer. Zool.
sedangkan morfometri tukik yang lebih Ewert, M.A., D.R Jackson, and C.E
besar gerakan lokomotornya lebih cepat. Nelson.1994. Pattern of Temperature-
Dependent Sex Determination Turtles.
PENUTUP J.Exp.Zool.270:3-15.
Hatasura, I, N. 2004. Pengaruh Karakteristik
Simpulan Media Pasir Sarang Terhadap
Berdasarkan hasil penelitian dapat Keberhasilan Penetasan Telur Penyu
disimpulkan bahwa kualitas tukik penyu Hijau. Institut Pertanian Bogor. Bogor
lekang yang meliputi morfometri tukik

80
Jurnal Biotropikal Sains Vol. 15, No. 1, April 2018 (Hal 74 – 81)

Hasil Penelitian

Hickman, P dan Glevekand. 1970. Nutaphand, W. 1997. The Turtle Of


Integrated Principles Of Zoology. Thailand, Siamfarm Zoological
Edisi 4. The C.V. Mosby Company. Garden. Bangkok
Jepang. Reece S.E., A.C .Broderick., B.J. Godley.,
Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan. S.A .West. 2002. The effects of
Kanisius. Yogyakarta incubation environment, sex and
Limpus, C. 1993. Marine turtle biology in pedigree on the hatchling phenotype
proceeding of the first ASEAN in a natural population of loggerhead
Symposium. Workshop on Marine turtles. Evol Ecol Res 4:737–748.
Turtle Conservation Manila. Salm, R, V. 1984. The Critikcal Need For
Limpus, C. 1984. Report on observation To Save Turtles In Indonesia,
on sea turtle work shop. Himeji, 2-3 UICN/WWF, Bogor.
Agust. 6pp. Soedhono, R. V. J. 1986. Pedoman
López, C., M. Gutiérrez, J., G.Muñoz., M Pelaksanaan Praktek Penangkaran
.Victor. 2010. A Novel Incubator To Telur Penyu Laut. (Buku I) Proyek
Simulate The Natural Thermal Pembinaan Latihan Kehutanan
Environment Of Sea Turtle Eggs. Ciawi. Ciawi
Journal of Thermal Biology, Vol. 35 Spencer, R., J. Thomson., B. Michael.
Issue 3, p138-142. 2003. The Significance of Predation
Miller, J.D, 1997. Reproduction In Sea in Nest Site Selection of Turtles: An
Turtles. In: Lutz, P.L dan Musick, Experimental Consideration of
J.A (eds). The biology of sea turtle. Macro-and Microhabitat
CRC Press, Boca Raton. pp. 51 – Preferences,2003. Oikos, Vol.102
82. Issue 3, p 592-600
Mrosovsky, N and C. Pieau. Suwelo I. S, 1990. Hawksbill Turtle In
1991.Transitional Range Of Indonesia, Symposium On The
Temperature: Pivotal Temperatures Hawksbill Turtle. Nagasaki 19-22
And Thermosensitive Stages For November
Sex Determination In Utami W. 2010. The Effect of Incubation
Reptile.Amphibia-Reptilia 12, 169- Temperature to The Expression of
179. SOX9 Protein in Green Turtle
Mrosovky, N. 2003. Sex Ratio Bias in (Chelonia mydas). Final Report
Hatching Sea Turtles from Project ITB
Artificially Incubated Eggs.
BiologicalConservation,Vol.23,
Issue 4,pp.309-314
Nuitja I. N. S.1992. Biologi dan Ekologi
Pelestarian Penyu Laut. IPB Press
Bogor.

81

Anda mungkin juga menyukai