Oleh
ABSTRACT
SPAWNING OF YELLOW-MOUTH
TURBAN (Turbo chrysostomus Linnaeus,1758). Turbo chrysostomus is
marine gastropod which commonly found in tropical areas. They are usually
occupied an intertidal and shallow sublitoral waters with substrates of corral
rubble, rock and reef. This snail is herbivorous, they fed on micro- and
mcro-algae grown on the surface of corral, stone, and rocky substrate. This
manuscript will describe the process of spawning and the development of
the embryo of T. chrysostomus conducted in Laboratoryof UPT Loka
Pengembangan Bio Industri Laut Mataram LIPI.
PENDAHULUAN
Menurut Eisenberg (1981), Wilson (1983), dan Abbott & Dance (1990) siput
mata bulan diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Moluska
Kelas : Gastropoda
Ordo : Archaeogastropoda
Family : Turbinidae
Genus : Turbo
Siput mata bulan biasanya hidup di daerah pasang surut dan sublitoral
dangkal dengan substrat patahan karang, bebatuan dan karang mati
(Abbot & Dance, 1990). Siput ini ditemukan bersembunyi di sela-sela
karang mati dan celah atau lobang batu (Gambar 2). Siput ini berlindung
dari pemangsa dengan menempelkan badannya pada sela-sela karang
dan lobang batu tersebut.
1. Topografi yang beragam dan kaya akan mikroalga yang tumbuh pada
substrat batu karang,
3. Pergerakan air pada arus yang kuat, tanpa adanya aliran sungai
besar dan polusi.
Gambar 3. Daerah persebaran siput mata bulan (T. chrysostomus) (FAO,
1998)
TEKNIK PEMIJAHAN
Teknik pemijahan adalah salah satu bentuk rekayasa manusia agar biota
dapat dipijahkan di laboratorium. Teknik pemijahan mengacu pada teknik
yang dilakukan oleh Setyono (2003, 2006a, 2011; Setyono & Dwiono,
2011) dengan beberapa modifikasi. Langkah-langkah pemijahan pada siput
mata bulan dirangkumkan sebagai berikut:
2. Rangsangan mekanik.
3. Desikasi
Setelah diberikan rangsangan mekanik, induk kemudian dibiarkan tanpa air
selama +1 jam. Perlakuan ini ditujukan untuk memanipulasi kondisi surut
rendah yang terjadi di alam.
Bak pemijahan diisi dengan air laut segar (fresh sea water) yang disaring
menggunakan saringan kain ukuran 0,5 mikron.
Pada sore hari menjelang matahari terbenam, induk yang telah dirangsang
ditempatkan di dalam bak pemijahan yang telah diisi air laut segar dan
bersih.
Secara berkala (setiap jam) induk dicek untuk melihat apabila terjadi
pemijahan. Apabila telah terjadi pemijahan, telur dan sperma diaduk pelan-
pelan dan dibiarkan selama 30 menit.
7. Penyaringan telur.
Telur yang telah menetas menjadi larva ditempatkan di dalam bak larva
yang telah ditumbuhi pakan diatom. Pemindahan larva dari wadah
penetasan ke dalam bak larva dilakukan 12 jam setelah pemijahan.
Secara ringkas teknik pemijahan siput mata bulan di UPT LPBIL Mataram
LIPI diilustrasikan pada Gambar 4 di bawah ini.
Gambar 4. Alur kegiatan pemijahan siput mata bulan (T. chrysostomus) di
UPT LPBIL Mataram LIPI
EMBRIOGENESIS
1 Fertilisasi 0 jam
2 2 sel 45 menit
3 4 sel 60 menit (1 jam)
Hasil kegiatan di UPT LPBIL Mataram LIPI menunjukkan bahwa siput mata
bulan dapat dipijahkan di Laboratorium dengan rangsangan pemijahan
berupa kombinasi aerasi kuat, rangsangan mekanik, dan desikasi. Telur
yang dikeluarkan oleh induk betina berhasil dibuahi oleh sperma induk
jantan yang disemprotkan ke kolom air lebih dahulu. Telur yang telah
dibuahi oleh sperma mengalami proses embriogenesis dan menetas
menjadi larva veliger sekitar 12 jam setelah pembuahan.
DAFTAR PUSTAKA
Abbot, R.T. & S.P. Dance, S.P. 1990. Compendium of seashell. Crawford
House Press, Bathurst, Australia. 411 p.
Arifin, Z. 1994. Siput Mata Bulan (Turbo chrysostomus); Habitat dan Siklus
hidup. Lonawarta : XVII (1) 1994. Halaman 1-8.
Dwiono, S.A.P & P C. Makatipu. 1997. Percobaan Pembenihan Turbo
chrysostomus.Seminar Kelautan LIPI-UNHAS Ambon 1997. Halaman 115-
120
FAO. 1998. The Living Marine Resources Of The Western Central Pacific
Volume 1 : Seaweeds, corals, bivalves and gastropods. Editor : Kent E.
Carpenter dan Volker H. Niem. Food and Agriculture Organization Of The
United Nations, Roma.
Setyono, D.E.D 2005. Abalone (Haliotis asinina L): 4. Embrionic and larval
development. Oseana, 30(1): 15-19.
Setyono, D.E.D. 2006b. Embryonic, larval and early juvenile growth of the
tropical abalone (Haliotis asinina) in laboratory. Torani, 16 (3) : 162 171.
Setyono, D.E.D. 2011. Teknik produksi benih abalon tropis. Oseana, 36 (3):
11-22
Setyono, D.E.D & S.A.P. Dwiono 2005. Feeding rate and growth of juvenile
green snail (Turbo marmoratus) fed by macroalgae. Prosiding Pertemuan
Ilmiah Tahunan ISOI 2003Jakarta 10-11 Desember 2003. p: 159-163