Pembimbing:
dr. Azizah Retno K,Sp.A.
IDENTITAS PENDERITA
• Nama : An. N
• Umur : 3 tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Agama : Islam
• Alamat : Timbulsloko RT 3/ RW 1 Sayung, Demak
IDENTITAS ORANG TUA PASIEN
Alloanamnesis dengan ibu pasien dilakukan pada hari Kamis, 7 April 2021 pukul 10.30 WIB di bangsal anak
Baitunnisa 1 RSISA serta didukung dengan catatan medis.
Keluhan Utama : Kejang
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
• 2 hari SMRS pasien mengalami demam mendadak, tanpa disertai batuk dan pilek. Ibu
pasien mengatakan bahwa pasien telah diberi obat yang dibeli di apotek namun demam tidak
mengalami penurunan. Keluhan disertai muntah 1x berisi cairan, adanya ruam merah di kulit
disangkal, adanya cairan yang keluar dari telinga disangkal, menggigil disangkal, BAB dan
BAK normal
• 5 jam SMRS demam pasien terukur hingga 39oC dan disertai kejang 1x dengan durasi
lebih dari 30 menit, kejang diawali dengan lemas, kemudian mata melirik kekiri dan kanan,
kemudian seluruh badan menjadi kaku dan menekuk berulang. Selama kejang pasien tidak
sadar. Namun setelah kejang pasien sadar dan menangis, kemudian terlihat lemas.
•1 jam SMRS pasien kembali mengalami kejang 1x dengan durasi lebih dari 30 menit.
Kejang sama seperti sebelumnya. Pasien langsung dibawa ke IGD RSI Sultan Agung
untuk mendapatkan perawatan.
• Pasien tidak mengalami kejang saat di IGD rumah sakit dan setelah dirawat di
bangsal.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Paman pasien juga pernah mengalami hal yang sama, namun saat ini sudah tidak pernah
kambuh.
RIWAYAT SOSIAL EKONOMI
Ayah bekerja sebagai pedagang dan Ibu sebagai ibu rumah tangga. Pasien tinggal
bersama dengan ayah, ibu, dan neneknya. Biaya pengobatan menggunakan BPJS PBI
Kelas 2.
Ibu rutin memeriksakan kandungan ke dokter kandungan selama kehamilan, tidak ada
pesan khusus. Riwayat perdarahan dan trauma saat hamil disangkal. Riwayat minum
obat selain resep dokter saat hamil disangkal.
• Tanda-tanda Vital
• Nadi :100 x/ menit, reguler, isi dan tegangan cukup
• Tekanan darah : 95/60 mmHg
• Laju nafas : 24/ menit
• Suhu : 38 °C
• SpO2 : 99%
Status Internus
a. Kepala : Mesosefal
b. Kulit : Tidak sianosis, turgor kembali cepat <2 detik, ikterus (-), petekie (-)
c. Mata : Pupil bulat, isokor, Ø 2mm/ 2mm, refleks cahaya (+/+), konjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-)
d. Hidung : bentuk normal, sekret (-/-), nafas cuping hidung (-)
e. Telinga : bentuk normal, serumen (-/-), discharge (-/-), nyeri (-/-)
f. Mulut : stomatitis (-), bibir kering (-), sianosis (-), pendarahan gusi (-)
g. Tenggorok : tonsil T1-T1, arcus faring simetris, uvula di tengah, hiperemis (-), post nasal drip (-).
h. Leher : simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Kesan : Dalam batas normal
Thorax
Paru
• Inspeksi : Hemithoraks dextra et sinistra simetris dalam keadaan statis dan dinamis, retraksi suprasternal,
intercostal, epigastrical (-)
• Palpasi : stem fremitus dextra et sinistra simetris
• Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
• Auskultasi : suara dasar : bronkovesikuler suara tambahan : ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
2 Febris akut
DD :
- Kejang Demam Simpleks
IP. Dx :
S:-
IP.Tx :
IGD
- Inf. RL Loading 100 cc 10 tpm
- Oksigen menggunakan NRM
- Inj. Ranitidine 1 A
- Inj. PCT 150 mg
- Stesolid supp 10 mg/ kg
Bangsal
Kebutuhan cairan : Anak perempuan usia 3 tahun, berat badan 13 kg, tinggi badan 96 cm
• 13 kg = 13 kg x 100 ml/hari = 1300 ml/hari
• selisih panas = 38oC - 37,5oC = 0,5oC
= (13 x 100cc) x (0,5 x 12,5%) = 81,25cc/hari
• Total = 1300 + 81,25 = 1381,25 cc/hari
• Hitung infus (makro) = ((Kebutuhan cairan per hari) x 15 (tetes/menit )) / (24 (jam)x 60(detik))
= (1381,25 x 15)/(24 x 60)
= 14,38 tpm 14 tpm dalam
→ 24 jam
• Infus Furtrolite 14 tpm dalam 24 jam
• Stesolid supp 10 mg k/p
• Injeksi Paracetamol 150 mg k/p
• Asam Valproat 2 x 1 cth
• Injeksi Ranitidine 1 A
• Injeksi Ondancetron 1 mg
IP. Mx :
• TTV (HR, RR, Suhu, Tekanan darah), tanda dehidrasi, monitoring kejang berulang
IP. Ex :
• Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya prognosis baik
• Memberitahukan cara penanganan kejang
• Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali
• Berikan anak lebih banyak minum
• Berikan anak lingkungan yang nyaman
INITIAL PLAN DIAGNOSIS
IP Dx:
S: Kualitas dan kuantitas makanan
O: -
IP Tx :
Terdiri dari :
• Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak berumur 6
bulan sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu di atas
38⁰C, dengan metode pengukuran suhu tubuh apa pun) yang tidak
disebabkan oleh proses interakranial
• Bukan disebabkan infeksi pada SSP, gangguan elektrolit, atau metabolik lain.
• Penyebab tersering adalah ISPA, infeksi bakteri/virus/parasit, dan OMA
•Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam
kejang demam.
•Kejang disertai demam pada bayi berumur < 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam.
•Bila anak berumur <6 bulan atau >5 tahun mengalami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain
misalnya infeksi SSP, atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam.
Mempertahankan sel
Na – K
ATP-ase
(mempertahankan beda Muatan listrik terlepas
v potensial)
Me ↑ permeabilitas
membran sel thd ion Na+ Lepas muatan listrik
.( Fuadi, 2010)
(Nelson,2000)
(Matondang, 2013) Perubahan
Perubahan potensial
konsentrasi Na+
membran
Predisposisi genetik
First de gree relative
intrasel & ekstrasel
imaturitas otak
Perubahan potensial
.( Fuadi, 2010) membran
(Nelson,2000)
(Johnston, M.V. 2007)
Lepas muatan listrik KEJANG
Pada otak yang belum matur
regulasi ion Na+, K+, dan Ca2+
belum sempurna
developmental
window
Epilepsia 1993; 34:592-8.
ILAE, Commission on Epidemiology and Prognosis.
seizure)
• Kejang lama > 15 menit
(Complex febrile
• Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau
kejang umum didahului kejang parsial
kompleks
• Berulang atau > 1 kali dalam 24 jam
Kejang demam
• Berlangsung singkat, <15 menit, dan umumnya
akan berhenti sendiri.
seizure)
• Kejang umum tonik dan atau klonik, tanpa (Simple febrile
gerakan fokal. simpleks
• Tidak berulang dalam waktu 24 jam.
KLASIFIKASI
Kejang demam
• KDS merupakan 80% di antara seluruh kejang
demam.
Diagnosis
(Fuadi, 2010)
• EEG
– Pemeriksaan EEG tidak diperlukan untuk kejang demam KECUALI apabila
bangkitan bersifat fokal.
• Pencitraan
– Foto X-ray kepala dan CT-scan atau MRI jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan
hanya atas indikasi seperti:
1. Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)
2. Paresis nervus VI
3. Papiledema
Meningitis Ensefalitis
Masing-masing faktor risiko meningkatkan kemungkinan kejadian epilepsi sampai 4%-6%, kombinasi dari
faktoR risiko tersebut meningkatkan kemungkinan epilepsi menjadi 10%-49%