Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KASUS

“Anak Laki - Laki 14 Tahun 6 Bulan dengan Demam Berdarah Dengue”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh
Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang

Disusun Oleh:
Tiga Putu Rona
H3A019006

Pembimbing:
dr. Galuh Ramaningrum , Sp. A

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Tiga Putu Rona


NIM : H3A019006
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Universitas Muhammadiyah Semarang
Tingkat : Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian : Ilmu Kesehatan Anak
Judul : Anak Laki - Laki 14 Tahun 6 Bulan dengan Demam berdarah
Dengue
Pembimbing : dr. Galuh Ramaningrum, Sp. A
Telah diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk kelulusan
dari Program Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak di RSUD Tugurejo
Semarang.

Semarang, Mei 2021

Mengetahui dan Menyetujui,


Pembimbing Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Tugurejo Semarang

dr. Galuh Ramaningrum, Sp. A

2
BAB I
PENDAHULUAN
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau Demam berdarah dengue adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui
gigitan nyamuk aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan
dapat mengakibatkan kematian, terutama pada anak. Penyakit ini juga sering
menimbulkan kejadian luar biasa atau anak-anak dengan DHF umumnya
menunjukkan peningkatan suhu tiba-tiba yang disertai dengan kemerahan wajah
dan gejala konstitusional non-spesifik yang menyerupai Demam dengue, seperti
anoreksia, muntah, sakit kepala, dan nyeri otot atau tulang dan sendi.1,2
Spektrum klinis infeksi virus dengue bervariasi tergantung dari faktor yang
mempengaruhi daya tahan tubuh dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
virulensi virus. Dengan demikian infeksi virus dengue dapat menyebabkan
keadaan yang bermacam-macam, mulai dari tanpa gejala (asimtomatik), demam
ringan yang tidak spesifik (undifferentiated febrile illness), Demam Dengue,
atau bentuk yang lebih berat yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD) dan
Sindrom Syok Dengue (SSD).1,2
Sindrom Syok Dengue (SSD) adalah keadaan klinis yang memenuhi kriteria
DBD disertai dengan gejala dan tanda kegagalan sirkulasi atau syok. SSD adalah
kelanjutan dari DBD dan merupakan stadium akhir perjalanan penyakit infeksi
virus dengue, derajat paling berat, yang berakibat fatal, pada keadaan yang parah
bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan pasien jatuh dalam syok hipovolemik
akibat kebocoran plasma. Keadaan ini disebut dengue shock syndrome (DSS). 1,2

3
BAB II
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS
1. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : An. L
b. Umur : 14 tahun 6 bulan
c. Jenis Kelamin : laki - laki
d. Alamat : Wonosari Ngaliyan, Semarang
e. Tanggal Masuk : 10 Mei 2021
f. Tanggal Keluar : Mei 2021
g. Ruang : Melati
h. No. RM : 48-XXX
i. Status Pasien : BPJS

2. IDENTITAS ORANG TUA


Nama ayah : Tn. M Nama Ibu : Ny. S
Umur : 31 tahun Umur : 30 tahun
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Suku bangsa : Jawa Tengah Suku bangsa : Jawa Tengah
Agama : Islam Agama : Islam
Hubungan dengan orang tua : pasien merupakan anak kandung

4
B. ANAMNESIS
Dilakukan secara Alloanamnesis dengan ibu pasien tanggal 11 Mei 2021
pukul 10.30 WIB di ruang Melati RSUD Tugurejo Semarang
1. Keluhan Utama : Demam
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Demam tinggi 3 hari (7 Mei 2021) sebelum masuk rumah sakit terjadi
mendadak, demam seluruh tubuh dan dirasakan terus menerus, tidak mengigil,
keluhan berkurang bila diberi obat penurun panas.
2 hari (8 Mei 2021) sebelum masuk rumah sakit masih demam dirasakan
terus menerus, dan meningkat pada malam hari, keluhan berkurang bila diberi
obat penurun panas, demam tidak disertai gusi berdarah, dan mimisan, tidak
kejang, tidak ada bintik kemerahan, tidak diare, tidak batuk, tidak ada keluhan
BAB dan BAK,
1 hari (9 Mei 2021) sebelum masuk rumah sakit masih demam, demam
terus menerus kemudian di cek Laboratorium di Sarana Medika trombosit
turun (50.000) demam semakin tinggi, badan lemas, nafsu makan menurun.
Saat dibawah ke RSUD tugurejo pasien mengeluhkan demam, badan terasa
pegal, mual dan muntah 1 kali, badan lemas, perut sakit, tidak diare, tidak
batuk, tidak sesak nafas, tidak nyeri saat berkemih, tetangga pasien tidak ada
yang sakit seperti pasien , tidak ada riwayat berpergian jauh, kemudian pasien
dilakukan rawat inap.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


a. Riwayat Rawat Inap : disangkal
b. Riwayat Alergi : disangkal
c. Riwayat kencing tidak lancar dan nyeri saat kencing : disangkal.
d. Riwayat batuk tidak sembuh : disangkal
e. Riwayat berpergian ke tempat endemik : disangkal

5
4. Riwayat Penyakit Keluarga dan lingkungan
 Di lingkungan tempat tinggalnya tidak ada yang sakit seperti ini.
 Keluarga tidak ada yang sakit seperti ini.
 Riwayat batuk lama: disangkal

5. Riwayat Pribadi, Sosial dan Ekonomi


Pasien merupakan peserta BPJS. Pasien tinggal bersama ayah dan ibunya.
Ayah bekerja sebagai pekerja swasta dan ibu sebagai ibu rumah tangga. Anggota
keluarga yang serumah tidak ada yang merokok. Keseharian pasien dirawat oleh
ibunya.
Kesan: ekonomi cukup.
6. Riwayat Pemeliharaan Prenatal
Pasien merupakan anak ketiga, Ibu memeriksakan kandungannya teratur di
bidan puskesmas. Ibu mengaku tidak menderita penyakit selama kehamilan,
riwayat perdarahan selama kehamilan disangkal, riwayat trauma selama
kehamilan disangkal, riwayat minum obat tanpa resep dokter dan jamu selama
kehamilan disangkal. Obat-obatan yang diminum selama masa kehamilan adalah
vitamin dan obat penambah darah.
Kesan: Kehamilan baik.

7. Riwayat Persalinan
Pasien merupakan anak laki – laki yang lahir dari ibu G3P3A0 hamil 39
minggu, lahir spontan dirumah sakit, tidak terdapat lilitan tali pusat, langsung
menangis, gerak aktif, berat badan lahir 2950 gram, panjang badan 52 cm,
lingkar kepala lupa dan lingkar dada lupa, saat lahir anak tidak kuning dan tidak
biru, tidak ada kelainan bawaan.
Kesan : Neonatus aterm, sesuai masa kehamilan

8. Riwayat Pemeliharaan Postnatal :


Pemeliharaan sewaktu bayi dilakukan di bidan dan puskesmas. Anak dalam
kondisi sehat.
Kesan: riwayat pemeliharaan postnatal baik. Periksa di puskesmas
6
9. Riwayat Imunisasi :
No Jenis Imunisasi Jumlah Dasar

1. BCG 1x 1 bulan

2. Polio 4x 0, 1, 2, 4 bulan

3. Hepatitis B 4x 0,2,4,6 bulan

4. DPT 3x 2,4,6 bulan

5. Campak 1x 9 bulan

Kesan Imunisasi: Imunisasi dasar lengkap sesuai umur

10. Riwayat Pemberian Makan dan Minum


ASI ekslusif diberikan sampai usia 6 bulan, makanan pendamping ASI
diberikan pada usia 6 bulan. Pola makan anak saat ini biasa mengkonsumsi nasi,
tahu, tempe, ikan, daging, telur, sayur, dan kadang buah-buahan. Frekuensi
makan 2-3 kali dalam sehari.
Kesan : Baik, Mulai diberi makanan pendamping ASI saat usia 6 bulan

11. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


Pertumbuhan : (anak usia 10 tahun 3 bulan)
Berat badan : 40 kg
Tinggi badan : 135 cm
Status Gizi :
1) BB/U : - 3 SD (Gizi Kurang)
2) TB/U : - 3 SD (Pendek)
3) BB/TB : 39,9 / 13,52 = 21,92 ( normal )
Kesan : Gizi Kurang, perawakan pendek

7
Perkembangan :
An. L merupakan siswa SMP. Anak bisa mengikuti pembelajaran dengan baik.
Hubungan dengan teman – teman sebaya baik.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 11 Mei 2021 di bangsal Melati
RSUD Tugurejo Semarang.
1. Keadaan Umum: Tampak lemas, compos mentis (GCS 15)
2. Tanda vital
Nadi : 90 x/menit, irama regular
Pernapasan : 22 x / menit, reguler
Suhu : 36,8ºC
Tekanan darah : 110/80 Mmhg
3. Status Internus
a. Kepala : Mesocephal
b. Mata : Pupil isokor, reflek cahaya (+/+), mata cekung (-/-)
c. Hidung : Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-)
d. Telinga : serumen (-/-) minimal, secret (-/-), nyeri mastoid (-/-), nyeri
tragus (-/-)
e. Mulut : gusi berdarah (-) Bibir sianosis (-), bibir kering (-), lidah typhoid
(-), tonsil T1–T1 hiperemis (-), faring hiperemis (-)
f. Leher : Simetris, bantuan otot pernafasan (-), pembesaran KGB (-/-)
g. Thorax : Simetris, retraksi (-)
Pulmo
o Inspeksi : Hemithoraks dextra et sinistra simetris dalam keadaan
statis maupun dinamis
o Palpasi : Nyeri tekan (-), ICS tidak melebar dan tidak
menyempit
o Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
o Auskultasi : suara dasar : vesikuler (+/+)
suara tambahan : ronki (-/-), wheezing (-/-)

8
Cor
o Inspeksi : Pulsasi iktus kordis tidak tampak
o Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicularis
sinistra
o Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
o Auskultasi : BJ I > II reguler (normal)
Abdomen :
- Inspeksi : tampak datar supel
- Auskultasi : BU (+) normal
- Perkusi : Perkusi timpani 9 regio abdomen
- Palpasi : Nyeri (-), turgor cukup, pembesaran hepar (-)
konsistensi kenyal, permukaan licin, pembesaran lien (-), nyeri
suprapubik (-)
h. Kulit : Ptekie (+), ekimosis (-)
i. Ekstremitas :
Pemeriksaan Superior Inferior
Akral -/- -/-
Dingin
Capillary refill <2 detik <2 detik
Turgor kulit Kembali cepat
Ptekie + -
Rumple leed + (>10 -
dlm
diameter
5cm

9
D. RESUME
Demam tinggi 3 hari (7 Mei 2021) sebelum masuk rumah sakit terjadi
mendadak, demam seluruh tubuh dan dirasakan terus menerus, tidak mengigil,
keluhan berkurang bila diberi obat penurun panas.
2 hari (8 Mei 2021) sebelum masuk rumah sakit masih demam dirasakan
terus menerus, dan meningkat pada malam hari, keluhan berkurang bila diberi
obat penurun panas, demam tidak disertai gusi berdarah, dan mimisan, tidak
kejang, tidak ada bintik kemerahan, tidak diare, tidak batuk, tidak ada keluhan
BAB dan BAK,
1 hari (9 Mei 2021) sebelum masuk rumah sakit masih demam, demam terus
menerus kemudian di cek Laboratorium di Sarana Medika trombosit turun
(50.000) demam semakin tinggi, badan lemas, nafsu makan menurun.
Saat dibawah ke RSUD tugurejo pasien mengeluhkan demam, badan terasa
pegal, mual dan muntah 1 kali, badan lemas, perut sakit, tidak diare, tidak batuk,
tidak sesak nafas, tidak nyeri saat berkemih, tetangga pasien tidak ada yang sakit
seperti pasien , tidak ada riwayat berpergian jauh, kemudian pasien dilakukan
rawat inap.
Pemeriksaan fIsik didapatkan keadaan tampak lemas, kesadaran compos
mentis, tekanan darah 110/80 mmhg, nadi 90 x/menit, irama regular, isi
tegangan cukup, frekuensi pernafasan 22x/menit, suhu 36,8C.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium Darah
10 Mei 2021
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai
normal
Hematologi EDTA (B)
Hema Lengkap (WB EDTA)
Lekosit 10.74 10^3/uL 4.5 – 13.5
Eritrosit H 7,56 10^6/uL 3.8-5.8
Hemoglobin H 19.70 g/dL 10.8-15.6

10
Hematokrit H 58.00 % 40-52
MCV L 76.70 fL 69.93-100
MCH 25,7 Pg 23-31
MCHC 34.6 g/dL 32-36
Trombosit L 65 10^3/uL 156-408
RDW 13.20 % 11.5-14.5
MPV 11.3 fL
PLCR 35.8 %
Diff Count
Eosinofil Absolute 0.06 10^3/ul 0.045-0.44
Basofil Absolute 0.02 10^3/ul 0-0.2
Netrofil Absolute 0.17 10^3/ul 1.8-8
Limfosit Absolute 3.78 10^3/ul 0.9-5.2
Monosit Absolute 0.71 10^3/ul 0.16-1
Eosinofil L 0.60 % 2-4
Basofil 1.20 % 0-1
Neutrofil 29.00 % 50-70
Limfosit 56.70 % 25-50
Monosit L 6,60 % 1-6
SERO-IMUN (SERUM) B
WIDAL (serum/plasma)
S.Typhi O Negatif Negatif
S.Typhi H Negatif Negatif

11
2. Pemeriksaan Radiologi

Cor : CTR <50% Bentuk dan letak Normal Aorta Baik


Pulmo : Corakan Bronchovasculer normal tidak tampak infiltrate pada
kedua paru
Kesan : Cor dan Pulmo dalam batas normal
Suspek ada effuse pleura kanan-kiri minimal

F. DAFTAR MASALAH
Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang
1. Demam 6. Rumple Leed + (>10 7. HB H (19.70)
2. mual Petekie) 8. Hematokrit H (58)
3. muntah 9. Trombosit L (65)
4. badan pegal 10. Foto Thorak (effuse pleura
5. badan lemas kanan kiri minimal)

12
G. DIAGNOSIS BANDING
demam 4 hari :
1. Demam Berdarah Dengue
2. Malaria
3. ISPA
4. ISK
H. DIAGNOSIS KERJA
Diagnosis klinis : Demam Berdarah Dengue
Diagnosis pertumbuhan dan perkembangan : Sesuai usia
Diagnosis Gizi : Gizi kurang
Diagnosis Imunisasi : Imunisasi dasar lengkap
Diagnosis Sosial : Kesan ekonomi cukup

13
I. INITIAL PLAN
1. Demam 4 hari:
a. Ip. Dx :
- Darah rutin
- IgM dan IgG dengue
- Widal test
- Foto thorax
b. Ip Tx :
Medikamentosa
- Asering 7 cc/kgbb/jam 2 Jam
5 cc/kgbb/jam 2 Jam
3 cc/kgbb/jam 3 jam
- Inj. Ondansentron 3 x ½ Amp
Non-medikamentosa
- Tirah baring
- Diit lunak
- Menjaga kebersihan makanan dan minuman.
- Menjaga kebersihan perorangan, cuci tangan sebelum dan setelah
makan
c. Ip. Mx :
- Keadaan umum dan tanda vital sign
- Tanda perdarahan, diuresis hb, ht, trombosit.

d. Ip.Ex :
- Menjelaskan kepada orang tua tentang penyakit demam berdarah
dengue
- Menjelaskan kepada orangtua tentang kemungkinan penyebab
penyakit
- Menjelaskan pengobatan dan komplikasi dari penyakit apabila tidak
ditangani

14
- Memotivasi keluarga untuk ikut memantau tanda dan gejala
kegawatan pada anak
J. PROGNOSIS
1. Quo ad vitam : dubia ad bonam
2. Quo ad functionam : dubia ad bonam
3. Quo ad sanationam : dubia ad bonam

15
J. FOLLOW UP
Tanggal Hasil Pemeriksaan
11/05/21 S: demam (-), nyeri (-), Mual
O: Kesadaran: Compos mentis
- Suhu: 36,8 o C
- BB : 40 kg
- Nadi : 90 x/menit, irama regular
- Pernapasan : 22 x / menit, reguler
- Suhu : 36,8ºC
- Tekanan darah : 110/80 Mmhg
- Kepala : mesochepal
- Hidung : epitaksis (-)
- Mulut : Gusi berdarah (-)
- Thorax : Cor SI SII intensitas N reguler
Pulmo SDV +/+, ronki -/-, wheezing -/-, hantaran -/-
- Abdomen : Datar, BU (+) normal, turgor baik, nyeri tekan (-),
pembesaran hepar (-) konsistensi kenyal, permukaan licin
- Ekstremitas: akral dingin (-), CRT<2 detik
A: Demam berdarah dengue
P:
- Asering 7 cc/kgbb/jam 2 Jam
5 cc/kgbb/jam 2 Jam
3 cc/kgbb/jam 3 jam
- Inj. Ondansentron 3 x ½ Amp
- Cek darah rutin (HB, HT, Trombosit)
- Monitoring KU, TTV, perdarahan spontan
Hasil lab 10/05/2021:
- darah rutin :
Haemoglobin H (19.70)
Hematokrit H (58)
Trombosit L (65)
- Foto Thorak :
Foto Thorak (effuse pleura kanan kiri minimal)

16
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

I. Pendahuluan
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau Demam berdarah dengue adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui
gigitan nyamuk aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan
dapat mengakibatkan kematian, terutama pada anak. Penyakit ini juga sering
menimbulkan kejadian luar biasa atau anak-anak dengan DHF umumnya
menunjukkan peningkatan suhu tiba-tiba yang disertai dengan kemerahan wajah
dan gejala konstitusional non-spesifik yang menyerupai Demam dengue, seperti
anoreksia, muntah, sakit kepala, dan nyeri otot atau tulang dan sendi. 1,2
Spektrum klinis infeksi virus dengue bervariasi tergantung dari faktor yang
mempengaruhi daya tahan tubuh dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
virulensi virus. Dengan demikian infeksi virus dengue dapat menyebabkan
keadaan yang bermacam-macam, mulai dari tanpa gejala (asimtomatik), demam
ringan yang tidak spesifik (undifferentiated febrile illness), Demam Dengue,
atau bentuk yang lebih berat yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD) dan
Sindrom Syok Dengue (SSD).1,2
Sindrom Syok Dengue (SSD) adalah keadaan klinis yang memenuhi kriteria
DBD disertai dengan gejala dan tanda kegagalan sirkulasi atau syok. SSD adalah
kelanjutan dari DBD dan merupakan stadium akhir perjalanan penyakit infeksi
virus dengue, derajat paling berat, yang berakibat fatal, pada keadaan yang parah
bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan pasien jatuh dalam syok hipovolemik
akibat kebocoran plasma. Keadaan ini disebut dengue shock syndrome (DSS). 1,2
II. Etiologi
Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan
oleh virus dengue, yang termasuk genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Virus
mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan

17
DEN- 4; dengan serotipe DEN-3 yang dominan di Indonesia dan paling banyak
berkaitan dengan kasus berat. Terdapat reaksi silang antara serotipe Dengue
dengan Flavivirus lainnya. Infeksi oleh salah satu serotipe Dengue akan
memberikan imunitas seumur hidup, namun tidak ada imunitas silang dengan
jenis serotipe lain.
III. Epidemiologi1,2
Penyakit Dengue pertama kali dilaporkan pada tahun 1968 di Jakarta dan
Surabaya. Pada tahun 2010 penyakit dengue telah tersebar di 33 provinsi, 440
Kab./Kota. Sejak ditemukan pertama kali kasus DBD cenderung meningkat
terus bahkan sejak tahun 2004 kasus meningkat sangat tajam.
Kenaikan kasus DBD berbanding terbalik dengan angka kematian (CFR)
akibat DBD, dimana pada awal dilaporkan di Surabaya dan Jakarta angka
kematian (CFR) DBD berkisar 41,3% kemudian menunjukan penurunan dan
pada tahun 2014 telah mencapai 0,90%.
IV. Penularan1,2,3
Penyakit DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan
Aedes albopictus yang sebelumnya sudah menggigit orang yang terinfeksi
dengue. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia,
terutama di tempat tempat dengan ketinggian kurang dari 1000 meter di atas
permukaan air laut. Populasi nyamuk ini akan meningkat pesat saat musim
hujan, tetapi nyamuk Aedes aegypti juga dapat hidup dan berkembang biak pada
tempat penampungan air sepanjang tahun. Satu gigitan nyamuk yang telah
terinfeksi sudah mampu untuk menimbulkan penyakit dengue pada orang yang
sehat.
Setelah seseorang digigit oleh nyamuk yang terinfeksi Dengue, virus
akan mengalami masa inkubasi selama 3-14 hari (rata-rata 4-7 hari). Setelah itu,
pasien akan mengalami gejala demam akut disertai berbagai gejala dan tanda
nonspesifik. Selama masa demam akut yang dapat berlangsung 2-10 hari, virus
Dengue dapat bersirkulasi di peredaran darah perifer. Jika nyamuk A. aegypti
lain menggigit pasien pada masa viremia ini, nyamuk tersebut akan terinfeksi

18
dan dapat mentransmisikan virus pada orang lain, setelah masa inkubasi
ekstrinsik selama 8-12 hari.

V. Patofisiologi2,3,4
Patogenesis DBD dan SSD masih merupakan masalah yang
kontroversial. Dua teori yang banyak dianut adalah hipotesis infeksi sekunder
(teori secondary heterologous infection) dan hipotesis immune enhancement.
Halstead (1973) menyatakan mengenai hipotesis secondary heterologous
infection. Pasien yang mengalami infeksi berulang degan serotipe virus dengue
yang heterolog mempunyai risiko berat yang lebih besar untuk menderita
DBD/Berat. Antibodi heterolog yang telah ada sebelumnya akan mengenai virus
lain yang akan menginfeksi dan membentuk kompleks antigen antibodi
kemudian berikatan dengan Fc reseptor dari membran sel leukosit terutama
makrofag. Oleh karena antibodi heterolog maka virus tidak dinetralisasikan oleh
tubuh sehingga akan bebas melakukan replikasi dalam sel makrofag (respon
antibodi anamnestik)
Dalam waktu beberapa hari terjadi proliferasi dan transformasi limfosit
dengan menghasilkan titer tinggi antibodi IgG anti dengue. Terbentuknya virus
kompleks antigen-antibodi mengaktifkan sistem komplemen (C3 dan C5),
melepaskan C3a dan C5a menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding

19
pembuluh darah sehingga plasma merembes ke ruang ekstravaskular. Volume
plasma intravaskular menurun hingga menyebabkan hipovolemia hingga syok.
Hipotesis kedua antibody dependent enhancement (ADE), suatu proses
yang akan meningkatkan infeksi dan replikasi virus dengue di dalam sel
mononuklear. Sebagai tanggapan terhadap infeksi tersebut, terjadi sekresi mediator
vasoaktif yang kemudian menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh
darah, sehingga mengakibatkan perembesan plasma kemudian hipovolemia dan
syok. Perembesan plasma ini terbukti dengan adanya, peningkatan kadar
hematokrit, penurunan kadar natrium, dan terdapatnya cairan di dalam rongga
serosa (efusi pleura, asites). Virus dengue dapat mengalami perubahan genetik
akibat tekanan sewaktu virus mengadakan replikasi baik pada tubuh manusia
maupun pada tubuh nyamuk. Ekspresi fenotipik dari perubahan genetik dalam
genom virus dapat menyebabkan peningkatan replikasi virus dan viremia,
peningkatan virulensi dan mempunyai potensi untuk menimbulkan wabah

20
21
VI. Diagnosis2,3,4
A. Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis WHO yang terdiri
dari kriteria klinis dan laboratoris, yaitu sebagai berikut:
Kriteria klinis :
1. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas seperti anoreksia, lemah,
tidak mau makan dan muntah nyeri pada punggung, tulang, persendian ,
dan kepala, berlangsung terus menerus selama 2-7 hari.
2. Terdapat manifestasi perdarahan, termasuk uji tourniquet positif*,
petekie, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan atau
melena.
3. Hepatomegali
4. Syok, nadi kecil dan cepat dengan tekanan nadi ≤ 20 mmHg, atau
hipotensi disertai gelisah dan akral dingin.
* Uji bendung dilakukan dengan membendung lengan atas menggunakan
manset pada tekanan sistolik ditambah diastolik dibagi dua selama 5
menit. Hasil uji positif bila ditemukan 10 atau lebih petekie per 2.5 cm2
(1 inci)
Kriteria laboratoris :
1. Trombositopenia (≤ 100.000/µl)
2. Hemokonsentrasi (kadar Ht ≥ 20% dari orang normal)
Dua gejala klinis pertama ditambah 2 gejala laboratoris dianggap cukup untuk
menegakkan diagnogsis kerja DBD.
B. Sindrom Syok Dengue
Seluruh kriteria DBD disertai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu :
- Penurunan kesadaran, gelisah
- Nadi cepat, lemah
- Hipotensi, Tekanan nadi < 20 mmHg
- Perfusi perifer menurun
- Kulit dingin-lembab.
- Diuresis menurun sampai anuria

22
C. Penentuan Derajat Penyakit
Karena spektrum klinis infeksi virus dengue yang bervariasi, derajat klinis
perlu ditentukan sehubungan dengan tatalaksana yang akan dilakukan:

Perbedaan gejala dan tanda klinis pada setiap derajat terbagi dalam tabel
berikut :

Kasus tipikal dari DBD ditandai oleh 4 manifestasi klinik mayor : demam
tinggi, fenomena perdarahan, hepatomegali, dan kegagalan sirkulasi.
Trombositopenia sedang sampai berat yuang disertai dengan
23
hemokonsentrasi adalah temuan laboratorium yang khusus untuk DBD.
Patofisiologi yang menunjukkan derajat keparahan DBD dan
membedakannya dari Demam Dengue adalah keluarnya plasma yang
bermanifestasi sebagai peningkatan hematokrit (hemokonsentrasi), efusi
serosa, atau hipoproteinemia.
D. Pembagian renjatan (shock) menurut Munir dan Rampengan:
1. Syok ringan/tingkat 1 (impending shock) yaitu gejala dan tanda-tanda
syok disertai menyempitnya tekanan nadi menjadi 20mmHg.
2. Syok sedang/tingkat 2 (moderate shock) yaitu=tingkat 1 ditambah
tekanan nadi menjadi <20mmHg, tetapi belum sampai nol, disertai
menurunnya tekanan sistolik menjadi <80mmHg, tetapi belum sampai
nol.
3. Syok berat/tingkat 3 (profound shock) yaitu tekanan darah tidak
terukur/nol,tetapi belum ada sianosis/asidosis.
4. Syok sangat berat/tingkat 4 (moribund cases) yaitu tekanan darah tidak
terukur lagi disertai sianosis dan asidosis.
E. Pemeriksaan Penunjang2,4
Laboratorium
- Darah perifer, kadar hemoglobin, leukosit & hitung jenis, hematokrit,
trombosit. Pada apusan darah perifer juga dapat dinilai limfosit plasma
biru, peningkatan 15% menunjang diagnosis DBD
- Uji serologis, uji hemaglutinasi inhibisi dilakukan saat fase akut dan fase
konvalesens:
o Infeksi primer, serum akut <1:20, serum konvalesens naik 4x atau
lebih namun tidak melebihi 1:1280
o Infeksi sekunder, serum akut < 1:20, konvalesens 1:2560; atau serum
akut 1:20, konvalesens naik 4x atau lebih
o Persangkaan infeksi sekunder yang baru terjadi (presumptive
secondary infection): serum akut 1:1280, serum konvalesens dapat
lebih besar atau sama
- Pemeriksaan radiologis (urutan pemeriksaan sesuai indikasi klinis)
24
o Pemeriksaan foto dada, dilakukan atas indikasi (1) dalam keadaan klinis
ragu-ragu, namun perlu diingat bahwa terdapat kelainan radiologis pada
perembesan plasma 20-40%, (2) pemantauan klinis, sebagai pedoman
pemberian cairan.
o - Kelainan radiologi, dilatasi pembuluh darah paru terutama daerah
hilus kanan, hemitoraks kanan lebih radio opak dibandingkan kiri,
kubah diafragma kanan lebih tinggi dari pada kanan, dan efusi pleura.
o USG: efusi pleura, ascites, kelainan (penebalan) dinding vesica felea
dan vesica urinaria.
VII. Diagnosis Banding2,4
1. Adanya demam pada awal penyakit dapat dibandingkan dengan infeksi
bakteri maupun virus, seperti bronkopneumonia, demam tifoid, malaria,
dan sebagainya.
2. Adanya ruam yang akut perlu dibedakan dengan morbili.
3. Adanya pembesaran hati perlu dibedakan dengan hepatitis akut dan
leptospirosis.
4. Penyakit-penyakit darah seperti idiophatic thrombocytopenic purpurae,
leukemia pada stadium lanjut, dan anemia aplastik.
5. Syok endotoksin.
6. Demam Chikunguya
VIII. Penatalaksanaan2,3,4
Anak dirawat di rumah sakit
 Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen
karena obat-obatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan.
 Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:
Berikan hanya larutan isotonik seperti Ringer laktat/asetat Kebutuhan
cairan parenteral :
- Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam
- Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam
- Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam

25
 Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium
(hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam
 Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan
jumlah cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena
biasanya hanya memerlukan waktu 24–48 jam sejak kebocoran
pembuluh kapiler spontan setelah pemberian cairan. Apabila terjadi
perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tatalaksana syok
terkompensasi (compensated shock).
Pada DSS :
1. Pada DSS segera beri infus kristaloid ( Ringer laktat atau NaCl 0,9%) 10-
20 ml/kgBB secepatnya (diberikan dalam bolus selama 30 menit) dan
oksigen 2 lt/mnt. Untuk DSS berat (DBD derajat IV, nadi tidak teraba
dan tensi tidak terukur) diberikan ringer laktat 20ml/kgBB bersama
koloid. Observasi tensi dan nadi tiap 15 menit, hematokrit dan trombosit
tiap 4-6 jam. Periksa elektrolit dan gula darah
2. Apabila dalam waktu 30 menit syok belum teratasi, tetesan ringer laktat
tetap dilanjutkan15-20ml/kgBB, ditambah plasma (fresh frozen plasma)
atau koloid (HES) sebanyak 10-20ml/kgBB, maksimal 30ml/kgBB
(koloid diberikan pada jalur infus yang sama dengan kristaloid, diberikan
secepatnya). Observasi keadaan umum, tekanan darah, keadaan nadi tiap
15 menit, dan periksa hematokrit tiap 4-6 jam. Koreksi asidosis, elektrolit
dan gula darah. Pada syok berat (tekanan nadi < 10 mmHg), penggunaan
koloid (HES) sebagai cairan resusitasi inisial memberi hasil perbaikan
peningkatan tekanan nadi lebih cepat
3. Apabila syok telah teratasi disertai penurunan kadar
hemoglobin/hematokrit, tekanan nadi > 20mmHg, nadi kuat, maka
tetesan cairan dikurangi menjadi 10ml/kgBB. Volume 10ml/kgBB/jam
dapat tetap dipertahankan sampai 24 jam atau sampai klinis stabildan
hematokrit menurun <40%. Selanjutnya cairan diturunkan menjdi
7ml/kgBB sampai keadaan klinis dan hematokrit stabil kemudian secara
bertahap cairan diturunkan 5ml dan seterusnya 3ml/kgBB/jam.
26
Dianjurkan pemberian cairan tidak melebihi 48 jam setelah syok teratasi.
Observasi klinis, nadi, tekanan darah, jumlah urin dikerjakan tiap jam
(usahakan urin >1ml/kgBB, BD urin <1,020) dan pemeriksaan
hematokrit dan trombosit tiap 4-6 jam sampai keadaan umum baik.
4. Apabila syok belum dapat teratasi, sedangkan kadar hematokrit menurun
tetapi masih >40 vol% berikan darah dalam volume kecil10ml/kgBB.
Apabila tampak perdarahan masif,berikan darah segar 20ml/kgBB dan
lanjutkan cairan kristaloid 10ml/kgBB/jam. Pemasangan CVP
(dipertahankan 5-8cmH2O) pada syok berat kadang-kadang diperlukan,
sedangkan pemasangan sonde lambung tidak dianjurkan.
5. Apabila syok masih belum teratasi, pasang CVP untuk mengetahui
kebutuhan cairan dan pasang kateter urin untuk mengetahui jumlah urin.
Apabila CVP normal (>10cmH2O), maka diberikan dopamin.

27
28
29
30
31
VIII. Kriteria Memulangkan Pasien2,3,4
Pasien dapat dipulang apabila, memenuhi semua keadaan dibawah ini
1. Tampak perbaikan secara klinis
2. Tidak demam selaina 24 jam tanpa antipiretik
3. Tidak dijumpai distres pernafasan (disebabkan oleh efusi pleura atau
asidosis)
4. Hematokrit stabil
5. Jumlah trombosit cenderung naik > 50.000/ul
6. Tiga hari setelah syok teratasi
7. Nafsu makan membaik
IX. Prognosis5
Prognosis DBD ditentukan oleh derajat penyakitnya, cepat tidaknya
penanganan diberikan, umur, jenis kelamin, dan keadaan nutrisi
penderita.Prognosis DBD derajat I dan II umumnya baik.DBD derajat III
dan IV bila dapat dideteksi secara cepat maka pasien dapat ditolong.Angka
kematian pada syok yang tidak terkontrol sekitar 40-50%.Tanda- tanda
prognosis yang baik pada DSS adalah pengeluaran urine yang cukup serta
kembalinya nafsu makan.

32
BAB V

PEMBAHASAN

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien An. L umur 14


tahun 6 bulan datang ke IGD RSUD Tugurejo pada tanggal 10 Mei 2021 dengan
keluhan keluhan Demam sekitar 3 hari sebelum dibawa kerumah sakit. Diagnosis
klinis pasien ini adalah Demam Berdarah Dengue (DBD) Diagnosis tersebut
ditegakkan berdasarkan hasil dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium.

Anamnesis

Kasus Teori

 Demam 3 Hari  Demam tinggi mendadak, tanpa


 Demam mendadak, seluruh tubuh sebab yang jelas, berlangsung

dan dirasakan terus menerus terus menerus selama 2-7 hari.

 Tidak ada gusi berdarah  Anoreksia, lemah, tidak mau


makan dan muntah.
 Tidak mimisan (epistaksis)
 Nyeri pada punggung, tulang,
 Badan trasa pegal dan lemas
persendian, dan kepala,
 Mual dan muntah 1 kali
berlangsung terus menerus
 Nafsu makan menurun
selama 2-7 hari.
 Tidak ada diare dan BAB darah
 Terdapat manifestasi perdarahan,
(melena)
termasuk uji tourniquet positif*,
petekie, ekimosis, epistaksis,
perdarahan gusi, hematemesis dan
atau melena.

33
Analisis
Pada kasus ini didapatkan hasil anamnesis yang sesuai dengan manifestasi
klinis pada teori penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). dimana didapatkan
keluhan Demam secara mendadak, seluruh tubuh dan dirasakan terus menerus,
tidak ada gusi berdarah tidak mimisan (epistaksis), Badan trasa pegal dan lemas,
Mual dan muntah 1 kali, Nafsu makan menurun, tidak ada diare dan BAB darah
(melena). Demam dapat disebabkan oleh berbagai sebab, tetapi yang tersering pada
anak disebabkan oleh infeksi terutama pada system respirasi dan infeksi virus
merupakan penyebab terbanyak.
Demam merupakan tanda utama, terjadi mendadak tinggi, selama 2-7 hari.
Dan perdarahan paling sering dijumpai adalah perdarahan kulit dan epistaksis.
Terkadang juga di temukan diare dan BAB melena.
Pemeriksaan Fisik

Kasus Teori

 Rumple leed + > 10 petekie  Suhu di atas normal 37,5 o C

 Hidung : Epistaksis

 Mulut : Gusi Berdarah

 Pulmo: perkusi pekak,


hantaran melemah

 Abdomen : nyeri tekan,


pembesaran hepar, asites

 Kulit : Terdapat Petekie

 Rumple leed : + > 10 dlm


diameter 5 cm

34
Analisis
Pada kasus ini didapatkan hasil pemeriksaan fisik yang sesuai dengan
manifestasi klinis pada teori Demam Berdarah Dengue (DBD). Adanya
pemeriksaan rumpele Leed + > 10 Petekie. Petekie dapat muncul akibat trauma
pada kapiler, inflamasi pada dinding kapiler atau kadar trombosit yang rendah.

Pemeriksaan Penunjang

Kasus Teori

 Trombosit L (65)  Trombositopenia (100 000/μl


atau kurang)
 Hematokrit H (58)  Adanya kebocoran plasma
karena peningkatan
 Haemoglobin H (19,70) permeabilitas kapiler, dengan
manifestasi sebagai berikut:
 Foto thorak (efusi pleura kanan
Peningkatan hematokrit ≥ 20%
kiri minimal )
dari nilai standar
Penurunan hematokrit ≥ 20%,
setelah mendapat terapi cairan.
 Efusi pleura/perikardial, asites,
hipoproteinemia.

Analisis
Pada kasus ini didapatkan hasil pemeriksaan darah rutin dan Radiologi
dimana sesuai teori Pemeriksaan laboratorium seperti darah rutin pada DBD
dimana Trombosit L (65), Hematokrit H (58), dan Foto thorak (efusi pleura kanan
kiri minimal ).

35
Tatalaksana

Kasus Teori

- Asering 7 cc/kgbb/jam 2 Jam  Berikan parasetamol bila demam.


5 cc/kgbb/jam 2 Jam Jangan berikan asetosal atau
3 cc/kgbb/jam 3 jam ibuprofen .
- Inj. Ondansentron 3 x ½ Amp  Berikan infus sesuai dengan
Non-medikamentosa dehidrasi sedang:
- Tirah baring Berikan hanya larutan isotonik
- Diit lunak seperti Ringer laktat/asetat
- Menjaga kebersihan makanan dan Kebutuhan cairan parenteral :
minuman. - Berat badan < 15 kg : 7
- Menjaga kebersihan perorangan, cuci ml/kgBB/jam
tangan sebelum dan setelah makan - Berat badan 15-40 kg : 5
Ip. Mx : ml/kgBB/jam
- Keadaan umum dan tanda vital sign - Berat badan > 40 kg : 3
- Tanda perdarahan, diuresis hb, ht, ml/kgBB/jam
trombosit.  Apabila terjadi penurunan
hematokrit dan klinis membaik,
Ip.Ex :
turunkan jumlah cairan secara
- Menjelaskan kepada orang tua
bertahap sampai keadaan stabil.
tentang penyakit demam berdarah
Cairan intravena biasanya hanya
dengue
memerlukan waktu 24–48 jam sejak
- Menjelaskan kepada orangtua
kebocoran pembuluh kapiler
tentang kemungkinan penyebab
spontan setelah pemberian cairan.
penyakit
Apabila terjadi perburukan klinis
- Menjelaskan pengobatan dan
berikan tatalaksana sesuai dengan
komplikasi dari penyakit apabila
tatalaksana syok terkompensasi
tidak ditangani
(compensated shock).

Analisis
Pada Kasus DBD untuk penatalaksanaan sesuai dengan teori infus sesuai dengan
dehidrasi sedang di berikan hanya larutan isotonik seperti Ringer laktat/asetat
Kebutuhan cairan parenteral :
- Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam
- Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam
- Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam

36
DAFTAR PUSTAKA
1. Kemenkes, Dirjen P2P. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian demam
berdarah dengue di Indonesia. Kemenkes. Jakarta. 2017.

2. Ikatan Dokter Anak Indonesia, Antonius H. Pudjiadi dkk.PEDOMAN


PELAYANAN MEDIS IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA.IDAI.
Jakarta. 2011.

3. Pedoman Tatalaksana Klinis Infeksi Dengue di Sarana Pelayanan Kesehatan.


Departemen Kesehatan RI. 2005.

4. WHO. Comprehensive Guideline for Prevention and Control of Dengue and


Dengue Hemmorhagic Fever, Revised and Expanded Edition. 2011;

5. Singhi, S., N. Kissoon, and A. Bansal, Dengue and dengue hemorrhagic fever:
management issues in an intensive care unit. J Pediatr (Rio J), 2007. 83(2
Suppl): p. S22-35.

37

Anda mungkin juga menyukai