Pembimbing:
dr. Hj. Pujiati Abbas, Sp. A
Oleh :
Ayu Sufiana Mardliyya
30101607622
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Diajukan guna melengkapi tugas kepaniteraan klinik bagian ilmu kesehatan anak
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. A
Umur : 11 tahun 5 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Sriwulan RT 5 / 1 Sayung, Demak
Nama Ayah : Tn. A
Umur : 34 tahun
Pekerjaan : Supir
Alamat : Sriwulan RT 5 / 1, Sayung, Demak
Nama Ibu : Ny. V
Umur : 32 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Sriwulan RT 5 / 1, Sayung, Demak
Status Internus
A. Kepala : Mesosefal
B. Kulit : Tidak sianosis, turgor kembali cepat <2 detik, ikterus (-),
petechie (-)
C. Mata : Pupil bulat, isokor, Ø 2mm/ 2mm, refleks cahaya (+/+) normal,
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
D. Hidung : bentuk normal, sekret (-/-), nafas cuping hidung (-), mimisan (-)
E. Telinga : bentuk normal, serumen (-/-), discharge (-/-), nyeri (-/-)
F. Mulut : bibir kering (-), sianosis (-), pendarahan gusi (-), lidah kotor (-)
G. Tenggorok : tonsil T1-T1, arcus faring simetris, uvula di tengah, hiperemis (-)
H. Leher : simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
A. Thorax
Paru
- Inspeksi : Hemithoraks dextra et sinistra simetris dalam keadaan statis dan
dinamis, retraksi suprasternal, intercostal dan epigastrical (-).
- Palpasi : stem fremitus dextra et sinistra simetris
- Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
- Auskultasi : suara dasar : vesikuler
suara tambahan : ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
B. Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V 2 cm medial linea mid clavicula
sinistra, tidak melebar, tidak kuat angkat
- Perkusi : Batas atas di ICS II linea parasternal sinistra
Batas kanan di ICS IV linea parasternal kanan
Batas kiri di ICS IV linea mid clavicula sinistra
- Auskultasi : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-), bising (-)
C. Abdomen
- Inspeksi : datar, hiperemis (-), jejas (-)
- Auskultasi : BU (+)
- Perkusi : dominan timpani (+)
- Palpasi : defense muscular (-), nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan
lien dalam batas normal
D. Ekstremitas
Superior Inferior
Akral Dingin -/- -/-
Akral Sianosis -/- -/-
Capillary Refill Time <2” <2”
Petekie -/- -/-
Kesan : Nyeri tekan epigastrium
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah
Ip. Dx : S : -
O : Darah rutin (Hemoglobin, Hematokrit, Leukosit, Trombosit), X foto thorax
(AP-RLD), dan pemeriksaan serologis IgM dan IgG virus dengue
Ip.Tx :
BB = 36 kg
Infus Ringel Laktat BB 15-40kg : 5 ml/kgbb/jam
Kebutuhan cairan = 36 kg x 5 ml/kgbb/jam
= 180 ml/jam
Hitung Infus = 180 x 15 = 45 tpm
60
Pantau dalam 24 jam kedepan, bila keadaan cukup stabil dan terjadi penurunan
hematokrit. Pemberian cairan dapat diturunkan
Apabila terjadi perburukan klinis yaitu takikardi dan isi nadi melemah, maka
diberikan tatalaksana demam sindrom syok dengue yaitu 10 ml/kgbb/jam
Kebutuhan cairan = 36 kg x 10 ml/kgbb/jam
= 360 ml/jam
Hitung Infus = 360 x 15
60
= 90 tpm
Pemberian cairan rumatan
10 Kg pertama : 10 x 100 = 1000 mL
10 Kg kedua : 10 x 50 = 500 mL
16 Kg sisa : 16 x 20 = 320 mL
Demam : 1820 x 12,5 % = 227,5 mL
( 2047,5 ) x 15
Hitung infus :
24 x 60
= 21,33 → 21 tpm
Paracetamol : 10 mg/kgBB/x
BB : 36 kg dosis : 10 x 36 = 360mg/x, 3x1
Ip. Mx :
TTV (HR, RR, Suhu, Tekanan darah) dan Diuresis tiap jam
PF Lab (Hematokrit, Trombosit, Leukosit, Hb) tiap 6 jam
Diuresis (0,5 cc/kgBB/jam)
Ip. Ex :
Bila anak mengalami punurunan kesadaran segera lapor perawat
Usahakan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air sirup, susu untuk
mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma
Berikan parasetamol bila demam, jangan berikan ibuprofen karena dapat
merangsang pendarahan
Bila ada tanda perdarahan pada anak seperti mimisan dan berak hitam segera
lapor perawat
IP Mx :
Keadaan umum pasien
Data antropometri (berat badan, tinggi badan)
IP Ex :
Makan teratur dengan gizi seimbang sesuai kebutuhan gizi
PERJALANAN PERAWATAN
Waktu Hari ke-1 perawatan Hari ke-2 perawatan Hari ke-3 perawatan
Tanggal 21 April 2021 22 April 2021 23 April 2021
Keluhan Demam, sakit kepala, Badan lemas dan nyeri Badan lemas
batuk dengan dahak perut
berwarna putih, nyeri
pada perut, mual, dan
badan lemas
Keadaan Kesadaran Kesadaran komposmentis Kesadaran komposmentis
komposmentis
Umum
TTV :
TD 110/70 mmHg 110/64 mmHg 110/80 mmHg
Nadi 88 x/mnt isi cukup 89x/mnt isi cukup 86x/mnt isi cukup
RR 24 x/mnt 20x/mnt 20x/mnt
Suhu
38C 36,2C 36,4C
SpO2 100% SpO2 99% SpO2 100%
Assesment Hipertermi DBD DBD
Terapi Infus Futrolit 15 tpm Infus Futrolit 15 tpm Infus Futrolit 15tpm
Ondansetron 3 x 4 mg Ondansetron 1 A Bactesyn 2 x 300 mg
Ranitidine 3 x 1/2 A Ranitidine 1/2 A Paracetamol 3 x 500 mg
k/p
Erdostein 3 x 1 tab Erdostein 3 x 1 tab
Glybotik 2 x 750mg
Fartison 2 x 1/2 vial
Sanmol 400 mg k/p
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
II. ETIOLOGI
Penyakit demam berdarah dengue ditularkan oleh nyamik Aedes Aegypti yang
banyak ditemukan dan hampir selalu menggigit di dalam rumah pada waktu siang
hari. Virus dengue serotipe 1, 2, 3 dan 4 yang ditularkan melalui vektor nyamuk
Aedes aegypti, nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies
lain merupakan vektor yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotipe lain. (Hapsari dkk, 2010)
III. PATOFISIOLOGI
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh penderita adalah
viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri
otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau batuk, bintik-bintik merah pada kulit
(ptekie), hiperemi tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran
kelenjar getah bening, pembesaran hati (hepatomegali) dan pembesaran limpa.
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume
plasma, terjadinya hipotensi, homokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan
renjatan (syok).
Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit lebih dari 20%) menggambarkan
adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting
untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh karena itu, pada penderita DBD
sangat dianjurkan untuk memantau hetokrit darah berkala untuk mengetahui berapa
persen hemokonsentrasi terjadi. (Pudjiadi dkk, 2010)
b) Kriteria laboratoris
1) Trombositopenia (≤ 100.000/mm3)
2) Hemokonsentrasi, dapat dilihat dari kenaikan hematokrit 20% atau lebih
menurut standar umur dan jenis kelamin, atau terdapat bukti kebocoran plasma
lainnya (hipoalbuminemia, efusi pleura, asites)
Dua kriteria klinis pertama ditambah trombositopenia dan hemokonsentrasi atau
peningkatan hematokrit cukup untuk menegakkan diagnosis klinis DBD.
Efusi pleura dan atau hipoalbuminemia dapat memperkuat diagnosis terutama
pada pasien anemia dan atau terjadi perdarahan. Pada kasus syok, peningkatan
hematokrit dan adanya trombositopenia mendukung diagnosis DBD. (WHO 2009)
a) Pemeriksaan Laboratorium
Darah :
- LPB positif.
Urine :
b) Pemeriksaan Imaging
Foto thoraks
USG
VIII. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan penderita dengan DBD adalah sebagai berikut (Sri dkk, 2004) :
1) Tirah baring atau istirahat baring.
2) Diet makan lunak.
3) Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup
dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang
paling penting bagi penderita DBD.
4) Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan
cairan yang paling sering digunakan.
5) Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika
kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
6) Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.
7) Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.
8) Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
9) Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.
10) Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan
tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
11) Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam.
12) Pada kasus dengan renjatan pasien dirawat di perawatan intensif dan segera
dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang dan bila tidak tampak
perbaikan diberikan plasma atau plasma ekspander atau dekstran sebanyak
20 – 30 ml/kg BB.
13) Pemberian cairan intravena baik plasma maupun elektrolit dipertahankan 12
– 48 jam setelah renjatan teratasi. Apabila renjatan telah teratasi nadi sudah
teraba jelas, amplitudo nadi cukup besar, tekanan sistolik 20 mmHg,
kecepatan plasma biasanya dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam.
14) Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal
yang hebat. Indikasi pemberian transfusi pada penderita DBD yaitu jika ada
perdarahan yang jelas secara klinis dan abdomen yang makin tegang
dengan penurunan Hb yang mencolok.
Manajemen DBD Derajat I dan II (Kasus Non-syok)
Cairan diberikan sejumlah kebutuhan rumatan (untuk 1 hari) + defisit 5% (oral
maupun intravena) selama 48 jam. Sebagai contoh, anak dengan berat badan 20 Kg
maka defisit 5% = 50 ml/KgBB x 20 Kg = 1000 mL. Kebutuhan rumatan ialah 1500
mL untuk 1 hari. Dengan demikian, total pemberian cairan ialah M + 5% = 2500 mL
yang diberikan selama 48 jam. Jumlah cairan tersebut disesuaikan dengan kondisi
klinis, tanda vital, keluaran urin, dan kadar hematokrit.
IX. KOMPLIKASI
1) Ensepafalopati dengue : edeme otak dan alkalosis. Dapat terjadi bak pada syok
maupun tanpa syok.
2) Kelainan ginjal : akibat syok berkepanjangan
3) Edema paru : akibat pemberian cairan berlebihan.
DAFTAR PUSTAKA