Anda di halaman 1dari 71

Gizi kurang dan anemia

defisiensi besi
pada anak
oleh:
Raydista Bafri

Pembimbing:
dr. Diane M Supit, Sp. A

Tutorial kasus

PENDAHULUAN
-Gizi harus dipenuhi justru sejak masih anak-anak, karena
gizi selain penting untuk pertumbuhan badan, juga
penting untuk perkembangan otak
-Status gizi kurang atau yang lebih sering disebut
undernutrition merupakan keadaan gizi seseorang dimana
jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari energi yang
dikeluarkan. Hal ini dapat terjadi karena jumlah energi
yang masuk lebih sedikit dari anjuran kebutuhan individu
(Khairina, 2008).
-Dilain pihak,anemia mengambil peran penting yang
sering menyertai malnutrisi pada anak terutama di
negara berkembang,salah satu yang paling sering
dijumpai adalah anemia defisiensi besi yang
menyebabkan pembentukan eritropoesis dan hemoglobin
berkurang dan prevalensi tertinggi pada anak-anak
sebelum sekolah(WHO:2002)

Resume

Identitas pasien
Nama
: An. FB
Jenis kelamin
: Perempuan
Umur
: 1 tahun 4 bulan
Alamat
: Jalan pesut gang 3
RT 13
MRS
: 3 juli 2015
No. RM
: 848975Kamar
: Melati 06

Identitas Ayah Pasien:


Nama
: Bpk. FN
Umur
: 25 tahun
Pekerjaan
: swasta
Pendidikan terakhir : SMA
Alamat
: Jalan pesut gang 3
RT 13,Samarinda

Identitas Ibu Pasien:


Nama
: Ibu. KS
Umur
: 20 tahun
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Pendidikan terakhir: SMP
Alamat
: Jalan pesut gang
3 RT 13,Samarinda

Anamnesis:
Anamnesis dilakukan secara
alloanamnesa pada tanggal 6 juli 2015
dengan ibu kandung pasien

Keluhan Utama
Muntah dan lemas

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien muntah-muntah dan lemas 2 minggu SMRS dan
diikuti beberapa hari kemudian batuk dan pilek.Muntah
pasien lendir dan tidak menyemprot,nafsu makan pasien
menurun dan susah menelan dan terlihat lemas oleh
kedua orangtuanya.Beberapa hari kemudian pasien
batuk dan pilek dan juga disertai demam.Menurut orang
tua pasien beberapa bulan terakhir berat badannya tidak
naik.Bab jarang 2 3 hari sekali,bak lancar.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa
sebelumnya. Riwayat masuk rumah sakit disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Ayah pasien batuk lama > 3 minggu dan tidak
pernah periksa sputum.
Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak :
Berat badan lahir
: 2500 gram
Panjang badan lahir : 47 cm
Berat badan sekarang : 7 kg
Panjang badan sekarang
: 71 cm
Gigi keluar
:Tersenyum
:Miring
: 5 bulan
Tengkurap
: 6 bulan
Duduk
: 7 bulan
Merangkak
: 9 bulan
Berdiri
: 11 bulan
Berjalan
: 15 bulan
Berbicara 2 suku kata
: 1 tahun

Makan dan minum anak


ASI
: ASI sampai sekarang
Susu sapi
:Bubur susu
: 7 bulan - sekarang
Tim saring
:Buah
:Lauk dan makan padat
:-

Pemeliharaan Prenatal
Periksa di
: Bidan praktek
swasta
Penyakit Kehamilan
:Obat-obatan yang sering diminum : Riwayat Kelahiran :
Lahir di
: Bidan praktek
swasta
Persalinan ditolong oleh
: Bidan
Berapa bulan dalam kandungan
:9
bulan
Jenis partus
: Spontan

Pemeliharaan postnatal :
Periksa di
: Bidan praktek
swasta
Keadaan anak
: Sehat
Keluarga berencana : Ya
Jenis kontrasepsi
: suntik 3
bulan

PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 4 juli 2015
Kesan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : E4V5M6
Tanda Vital
Frekuensi nadi : 76 x/menit, isi
cukup, regular, kuat angkat
Frekuensi napas :40 x/ menit
Temperatur : 36,9 0c per axila

Status generalisata
Kepala
Bentuk : Normal
Rambut
: Tipis, tidak mudah dicabut
Mata
: Konjungtiva anemis (+/+), sklera
ikterik
(-/-), Refleks Cahaya (+/+),
Pupil
Isokor (3mm/3mm),
mata
cowong (-/-)
Hidung
: nafas cuping hidung (-/-), secret (-)
Telinga
: bentuk normal, secret (-)
Mulut
: Lidah kotor (-), faring Hiperemis
(-),
mukosa bibir basah,
pembesaran tonsil (-/-), gusi
berdarah (-)

Leher
Pembesaran Kelenjar
> 1cm
Thoraks
Inspeksi

: ada pembesaran kelenjar getah


bening pada regio colli

:Bentuk dan gerak dinding dada


simetris dextra = sinistra,

retraksi (-),
Palpasi
sinistra, Ictus
Perkusi
Auskultasi
gallop (-)

Ictus cordis tampak


: Fremitus raba dekstra =
cordis teraba ICS V MCLS
: Sonor di semua lapangan paru
: Whezing (-/-), Rhonki (+/+), S1S2
tunggal reguler, murmur (-),

Abdomen
Inspeksi
Palpasi

: distended (-) scar (-) massa (-)


: soefl (+), nyeri tekan (-),
hepatomegali (-)
splenomegali (-)
Perkusi
:Timpani
Auskultasi
: Bising usus (+) normal,
Ekstremitas
: Akral hangat (+),
oedem (-), capillary refill test < 2 detik
sianosis (-), pembesaran KGB aksiler (-/-),
pembesaran KGB inguinal (-/-).

Berat badan
: 7 kg
Panjang Badan : 71 cm

LK = 45 cm

Pemeriksaan Penunjang

Hasil darah tepi

Diagnosis Kerja sementara :


Gizi kurang dan anemia defisiensi besi serta suspek
Tuberkulosis

Penatalaksanaan IGD
-IVFD D5 Ns 500 cc/24 jam
-Injeksi Ceftriaxone 2 x 350 mg/IV
-Injeksi Ranitidin 2 x 7 mg/IV
-Paracetamol 3 x 100 mg
-Transfusi PRC 70 cc/hari ----2 hari
- Prelusix 7 mg iv post transfusi
Terapi gizi berdasarkan RDA sesuai usia dan
tinggi
Kalori = 80 kkal/kgbb/hari
Protein = 1 gr/kgbb/hari
Cairan =125-135 ml/kgbb/hari
Dalam bentuk F75 ------- 12 kali pemberian
(fase stabilisasi)

Gizi kurang
Gizi kurang adalah gangguan kesehatan akibat
kekurangan atau ketidakseimbangan zat gizi yang
diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas berfikir
dan semua hal yang berhubungan dengan
kehidupan.(DEPKES,RI:2011)
Status gizi kurang atau yang lebih sering disebut
undernutrition merupakan keadaan gizi seseorang
dimana jumlah energi yang masuk lebih sedikit
dari energi yang dikeluarkan. Hal ini dapat terjadi
karena jumlah energi yang masuk lebih sedikit
dari anjuran kebutuhan individu (Khairina, 2008).

Faktor yang menyebabkan gizi kurang(DEPKES,RI:2002)

Penyebab langsung

:asupan makanan dan


penyakit infeksi
Penyebab tidak langsung :persediaan makanan
dirumah,perawatan anak dan ibu hamil,pelayanan
Kesehatan
Pokok masalahnya
:Kemiskinan,kurang
pendidikan,kurang
keterampilan
Akar masalahnya
:Krisis ekonomi langsung

Empat masalah gizi kurang yang mendominasi di


Indonesia, yaitu (DEPKES,RI:2002) :

1) Kurang Energi Protein (KEP)


2) Anemia Gizi Besi (AGB)
3) Gangguan Akibat Kekurangan
Iodium (GAKI)
4)Kurang Vitamin A (KVA)

Menentukan status gizi

Patofisiologi
Kekurangan energi protein (KEP) adalah manifestasi
dari kurangnya asupan protein dan energi, dalam
makanan sehari-hari yang tidak memenuhi angka
kecukupan gizi (AKG)
Disebut malnutrisi primer bila kejadian KEP akibat
kekurangan asupan nutrisi, yang pada umumnya
didasari oleh masalah sosial ekonomi, pendidikan serta
rendahnya pengetahuan dibidang gizi, Makanan yang
tidak adekuat, akan menyebabkan mobilisasi berbagai
cadangan makanan untuk menghasilkan kalori demi
penyelamatan hidup, dimulai dengan pembakaran
cadangan karbohidrat kemudian cadangan lemak serta
protein dengan melalui proses katabolik

terjadi stres katabolik (infeksi) maka


kebutuhan akan protein akan meningkat,
sehingga dapat menyebabkan defisiensi
protein yang relatif, kalau kondisi ini terjadi
pada saat status gizi masih diatas -3 SD (2SD--3SD), maka terjadilah kwashiorkor
(malnutrisi akut/decompensated
malnutrition).
Pada kondisi ini penting peranan radikal
bebas dan anti oksidan. Bila stres katabolik
ini terjadi pada saat status gizi dibawah -3
SD, maka akan terjadilah marasmikkwashiorkor.

Pengaturan keseimbangan energi


diperankan oleh hipotalamus melalui 3
proses fisiologis:pengendalian rasa lapar
dan kenyang, mempengaruhi laju
pengeluaran energi dan regulasi sekresi
hormon yang melalui sinyal eferen setelah
mendapatkan sinyal dari aferen
(jar.adiposa,usus dan otot)

sinyal pendek dan sinyal panjang. Sinyal


pendek mempengaruhi porsi makan dan
waktu makan, serta berhubungan dengan
faktor distensi lambung dan peptida
gastrointestinal, yang diperankan oleh
kolesistokinin (CCK) sebagai stimulator
dalam peningkatan rasa lapar. Sinyal
panjang diperankan oleh fat-derived hormon
leptin dan insulin yang mengatur
penyimpanan dan keseimbangan energi.

Manifestasi Klinis
Kekurangan gizi secara umum meliputi
1.Gangguan pertumbuhan
2.Produksi tenaga
3.Pertahanan tubuh
4.Struktur dan fungsi otak
5.Perilaku
6.Perubahan rambut dan kulit

Tatalaksana secara umum


1.Mencegah dan mengatasi hipoglikemi
-Segera beri F-75 pertama atau modifikasinya bila
penyediaannya memungkinkan.
-Bila F-75 pertama tidak dapat disediakan dengan cepat, berikan
50 ml larutan glukosa atau gula 10% (1 sendok teh gula dalam
50 ml air) secara oral atau melalui NGT.
-Lanjutkan pemberian F-75 setiap 23 jam, siang dan malam
selama minimal dua hari.
-Bila masih mendapat ASI teruskan pemberian ASI di luar jadwal
pemberian F-75.
-Jika anak tidak sadar (letargis), berikan larutan glukosa 10%
secara intravena (bolus) sebanyak 5 ml/kg BB, atau larutan
glukosa/larutan gula pasir 50 ml dengan NGT.
-Beri antibiotik.

2.Mencegah dan mengatasi hipotermia


Suhu aksilar < 35.5 C
Tatalaksana
-Segera beri makan F-75 (jika perlu, lakukan
rehidrasi lebih dulu).
3.Mencegah dan mengatasi dehidrasi
-Jangan gunakan infus untuk rehidrasi, kecuali pada
kasus dehidrasi berat dengan syok.
- Beri ReSoMal, secara oral atau melalui NGT,
lakukan lebih lambat disbanding jika melakukan
rehidrasi pada anak dengan gizi baik.
- Beri 5 ml/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam
pertama
- Setelah 2 jam, berikan ReSoMal 510 ml/kgBB/jam
berselang-seling dengan F-75 dengan jumlah yang
sama, setiap jam selama 10 jam.

4.Memperbaiki gangguan keseimbangan


elektrolit
- Jika anak masih mendapat ASI, lanjutkan
pemberian ASI
- Pemberian F-75 sesegera mungkin
- Beri ReSoMal sebanyak 50-100 ml setiap
buang air besar cair.
- Untuk mengatasi gangguan elektrolit
diberikan Kalium dan Magnesium, yang sudah
terkandung di dalam larutan Mineral-Mix yang
ditambahkan ke dalam F-75, F-100 atau ReSoMal
- Gunakan larutan ReSoMal untuk rehidrasi
- Siapkan makanan tanpa menambahkan
garam (NaCl).

5.Mengobati infeksi
-Antibiotik spektrum luas
-Vaksin campak jika anak berumur 6 bulan
dan belum pernah mendapatkannya, atau
jika anak berumur > 9 bulan dan sudah
pernah diberi vaksin sebelum berumur 9
bulan.
-Tunda imunisasi jika anak syok.
Pilihan antibiotik spektrum luas
-Jika tidak ada komplikasi atau tidak ada
infeksi nyata, beri Kotrimoksazol per oral (25
mg SMZ + 5 mg TMP/kgBB setiap 12 jam
selama 5 hari

6.Memperbaiki kekurangan zat gizi mikro


Berikan setiap hari paling sedikit dalam 2
minggu:
-Multivitamin
-Asam folat (5 mg pada hari 1, dan selanjutnya 1
mg/hari)
-Seng (2 mg Zn elemental/kgBB/hari)
-Tembaga (0.3 mg Cu/kgBB/hari)
-Ferosulfat 3 mg/kgBB/hari setelah berat badan
naik (mulai fase rehabilitasi)
-Vitamin A

7.Memberikan makanan untuk stabilisasi dan


transisi
Tatalaksana
Sifat utama yang menonjol dari pemberian
makan awal adalah:
-Makanan dalam jumlah sedikit tetapi sering
dan rendah osmolaritas maupun rendah laktosa
-Berikan secara oral atau melalui NGT, hindari
penggunaan parenteral
-Energi: 100 kkal/kgBB/hari
-Protein: 1-1.5 g/kgBB/hari
-Cairan: 130 ml/kgBB/hari (bila ada edema
berat beri 100 ml/kgBB/hari)

8.Memberikan makanan untuk tumbuh kejar


Lakukan transisi secara bertahap dari formula awal (F-75)
ke formula tumbuh-kejar (F-100) (fase transisi):
Ganti F 75 dengan F 100. Beri F-100 sejumlah yang sama
dengan F-75 selama 2 hari berturutan.
Selanjutnya naikkan jumlah F-100 sebanyak 10 ml
setiap kali pemberian sampai anak tidak mampu
menghabiskan atau tersisa sedikit. Biasanya hal ini terjadi
ketika pemberian formula mencapai 200 ml/kgBB/hari.
Dapat pula digunakan bubur atau makanan pendamping
ASI yang dimodifikasi sehingga kandungan energi dan
proteinnya sebanding dengan F-100.
Setelah transisi bertahap, beri anak:
-pemberian makan yang sering dengan jumlah tidak
terbatas (sesuai kemampuan anak)
-energi: 150-220 kkal/kgBB/hari
-protein: 4-6 g/kgBB/hari.

9.Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang


-ungkapan kasih sayang
-lingkungan yang ceria
-terapi bermain terstruktur selama 1530 menit per hari
-aktivitas fisik segera setelah anak cukup sehat
-keterlibatan ibu sesering mungkin (misalnya menghibur,
memberi makan, memandikan, bermain)
10.Mempersiapkan untuk tindak lanjut di rumah
Berikan contoh kepada orang tua:
-Menu dan cara membuat makanan kaya energi dan
padat gizi serta frekuensi pemberian makan yang sering.
-Terapi bermain yang terstruktur
Sarankan:
-Melengkapi imunisasi dasar dan/atau ulangan
-Mengikuti program pemberian vitamin A

Tatalaksana
Tujuan terapi gizi: (WHO:2002)
1.memberikan makanan tinggi
kalori,protein dan cukup vitamin
mineral secara bertahap
2.Fase stabilisasi ---untuk
mencegah /mengatasi
hipoglikemia,hipotermia dan dehidrasi
3.Fase transisi / rehabilitasi -----tumbuh
kejar

Prinsip penatalaksanaan keperawatan klien


dengan gizi kurang (DEPKES,RI:2002)
1.Pemberian makanan yang mengandung protein, tinggi kalori, cairan,
vitamin dan mineral.
2.Penanganan segera penyakit penyerta (misalnya diare)
3.Berikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya gizi untuk
pertumbuhan dan perkembangan anak pada orang tua dan anggota
keluarga
4.Sebaiknya tidak memberikan makanan kecil seperti permen, cokelat
dan susu menjelang waktu makan
5. Pada permulaan, makanan jangan diberikan sekaligus banyak, tetapi
dinaikkan bertahap setiap hari (makan dalam porsi kecil tetapi sering)
6. Anjurkan keluarga untuk memberikan makanan yang beraneka
ragam untuk meningkatkan selera makan
7. Anjurkan keluarga untuk membawa anak ke Posyandu atau fasilitas
kesehatan secara teratur untuk memantau pertumbuhan dan
perkembangan anak.

pencegahan tingkat pertama (primary) :


a. Hanya memberikan ASI saja kepada bayi
sejak lahir sampai umur 6 bulan.
b. Memberikan MP-ASI setelah umur 6 bulan.
c. Menyusui diteruskan sampai umur 2 tahun.
d. Menggunakan garam beryodium
e. Memberikan suplemen gizi (kapsul vitamin
A, tablet Fe) kepada anak balita.
f. Pemberian imunisasi dasar lengkap.

pencegahan tingkat kedua :


a. Pemberian makanan tambahan pemulihan
(MP-ASI) kepada balita gakin yang
berat badannya tidak naik atau gizi kurang.
b. Deteksi dini (penemuan kasus baru gizi
kurang) melalui bulan penimbangan
balita di posyandu.
c. Pelaksanaan pemantauan wilayah
setempat gizi (PWS-Gizi).
d. Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini
kejadian luar biasa gizi buruk.
e. Pemantauan Status Gizi (PSG)

pencegahan tingkat ketiga :


a. Konseling kepada ibu-ibu yang
anaknya mempunyai gangguan
pertumbuhan.
b. Meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan ibu dalam memberikan
asuhan
gizi kepada anak.
c. Menangani kasus gizi buruk dengan
perawatan puskesmas dan rumah
sakit.
d. Pemberdayaan keluarga untuk

epidemiologi

Sebanyak 16-50 % laki-laki dewasa di


Indonesia menderita ADB dengan penyebab
terbanyak yaitu infeksi cacing tambang (54%)
dan hemoroid (27%). 25-48 % perempuan
dewasa di Indonesia menderita ADB dengan
penyebab terbanyak menorraghia (33%) ,
hemoroid (17%) dan infeksi cacing tambang
(17%). 46-92 % wanita hamil di Indonesia
menderita ADB.(DEPKES,RI:2011)

patofisiologi
-

Pembentukan hemoglobin
-Molekul Hb terdiri dari 1.globin, 2. protoporfirin dan 3. besi (Fe).
Globin dibentuk sekitar ribosom sedangkan protoporfirin dibentuk
sekitar mitokondria.
Besi didapat dari transferin, Dalam keadaan normal 20% dari sel
sumsum tulang yang berinti adalah sel berinti pembentuk eritrosit.
Sel berinti pembentuk eritrosit ini biasanya tampak berkelompokkelompok dan biasanya tidak masuk ke dalam sinusoid.
Pada permulaan sel eritrosit berinti terdapat reseptor transferin.
Gangguan dalam pengikatan besi untuk membentuk Hb akan
mengakibatkan terbentuknya eritrosit dengan sitoplasma yang kecil
(mikrositer) dan kurang mengandung Hb di dalamnya (hipokrom).
Tidak berhasilnya sitoplasma sel eritrosit berinti mengikat Fe untuk
pembentukan Hb dapat disebabkan oleh rendahnya kadar Fe dalam
darah.
Hal ini dapat disebabkan oleh 1. kurang gizi, 2. gangguan absorbsi Fe
(terutama dalam lambung), 3. kebutuhan besi yang meningkat akan
besi (kehamilan, perdarahan dan dalam masa pertumbuhan anak)

Metabolisme Besi
-Besi dalam makanan terikat pada molekul lain yang
lebih besar di dalam lambung besi akan dibebaskan
menjadi ion feri oleh pengaruh asam lambung (HCl).
-Di dalam usus halus, ion feri diubah menjadi ion fero
oleh pengaruh alkali.(38) Ion fero inilah yang kemudian
diabsorpsi oleh sel mukosa usus.
-Sebagian akan disimpan sebagai persenyawaan
feritin dan sebagian lagi masuk ke peredaran darah
yang berikatan dengan protein, disebut transferin.
-Selanjutnya transferin ini dipergunakan untuk sintesis
hemoglobin.
-Sebagian dari transferin yang tidak terpakai akan
disimpan sebagai labile iron pool.

Besi yang dilepaskan pada pemecahan


hemoglobin dari eritrosit yang sudah
mati akan masuk kembali ke dalam
iron pool dan akan dipergunakan lagi
untuk sintesis hemoglobin. Jadi di
dalam tubuh yang normal kebutuhan
akan besi sangat sedikit. Kehilangan
besi melalui urin, tinja, keringat, sel
kulit yang terkelupas dan karena
perdarahan sangat sedikit.

Secara ringkasnya
Anemia defisiensi besi terjadi dalam 3 tahap:
Tahap 1 (tahap prelaten), dimana yang
terjadi penurunan hanya kadar feritin
(simpanan besi)
Tahap 2 (tahap laten), dimana feritin dan
saturasi transferin turun (tetapi Hb masih
normal)
Tahap 3 (tahap def. besi), dimana feritin,
saturasi transferin dan Hb turun (eritrosit
menjadi mikrositik hipokrom)

ANALISA KASUS

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai