Anda di halaman 1dari 23

Tutorial 2 Skenario 2

Dosen Tutor : drg. Agung Satria Wardhana, M. Kes.


Kelompok 5:
1. Eriel Paldaouny Gandrung
2. Eugenia Clairine
3. Gusti Erysa Nur Tsaniya
4. Felix Xavier Anugerah
5. Gama Putra Pamungkas
6. Fitria Ulfah Rahman
7. Diba Eka Diputri
8. Geyanina Melda Adhiya
9. Eta Maulida Shalehah
10. Frida Dillenia Contesa Garcia
11. Dini Maulani

Sasaran Belajar :
1. Apa definisi dari penyakit infeksius?
2. Apa saja etiologi dari penyakit infeksius beserta mekanisme terjadinya
penyakit infeksius?
3. Apa definisi dari rantai infeksi?
4. Apa saja komponen dari rantai infeksi?
5. Bagaimana cara memutus rantai infeksi?
6. Bagaimana standard precautions untuk penyakit infeksius? (yang dapat
digunakan saat pandemi COVID-19 dan dalam lingkup kedokteran gigi)
7. Bagaimana perawatan untuk penyakit infeksius? (berdasarkan etiologi)

Hasil sasaran belajar:


1. Definisi dari penyakit infeksius
Jawab :
Diba: Penyakit infeksi ialah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembangnya
biaknya mikroorganisme, suatu kelompok luas dari organisme mikroskopik yang terdiri dari
satu atau banyak sel seperti bakteri, fungi, dan parasit serta virus. Penyakit infeksi terjadi
ketika interaksi dengan mikroba menyebabkan kerusakan pada tubuh host dan kerusakan
tersebut menimbulkan berbagai gejala dan tanda klinis. Mikroorganisme yang menyebabkan
penyakit pada manusia disebut sebagai mikroorganisme patogen (Novard et al., 2019)

Sumber: Novard MFA, Suharti N, Rasyid R. 2019. Gambaran Bakteri Penyebab Infeksi Pada
Anak Berdasarkan Jenis Spesimen dan Pola Resistensinya di Laboratorium RSUP Dr. M.
Djamil Padang Tahun 2014-2016. Jurnal Kesehatan Andalas; 8(2): 26-32.

Gama: Infeksi merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen,
dengan/tanpa disertai gejala klinik. Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan (Health Care
Associated Infections) yang selanjutnya disingkat HAIs merupakan infeksi yang terjadi pada
pasien selama perawatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dimana
ketika masuk tidak ada infeksi dan tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi dalam rumah
sakit tapi muncul setelah pasien pulang, juga infeksi karena pekerjaan pada petugas rumah
sakit dan tenaga kesehatan terkait proses pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

felix :

Penyakit infeksi merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi
(organisme) yang disertai adanya respon imun dan gejala klinik. Penyakit infeksius adalah
penyakit (infeksi) tertentu yang dapat berpindah dari satu orang ke orang lain, baik secara
langsung maupun tidak langsung (M Maryana et al, 2018).

Maryana M, et al. 2019. Penilaian Kepatuhan Perilaku Perawat dalam melaksanakan Hand
Hygiene di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Depati Bahrin Sungailiat tahun
2018, Citra Delima : Jurnal Ilmiah STIKES Citra Delima Bangka Belitung.

Frida :

Penyakit infeksius (Infectious Disease) atau disebut juga penyakit menular


(Contagious disease) adalah penyakit yang dengan mudah ditularkan melalui
kontak dengan orang yang sakit atau sekresinya (misalnya, influenza). Penyakit
menular adalah bagian dari penyakit infeksius yang sangat infektif atau mudah
ditularkan.

Kumar SV, Damodar G, Ravikanth S, and Vijayakumar G. 2012. An overview on


infectious disease. Indian Journal of Pharmaceutical Science & Research. 2(2); 63-
74.

2. Etiologi dari penyakit infeksius beserta mekanisme terjadinya penyakit infeksius


Jawab :
(eta) : 1. Transmisi Langsung

Penularan langsung oleh mikroba patogen ke pintu masuk yang sesuai dari pejamu.
Sebagai contoh adalah adanya sentuhan, gigitan, ciuman, atau adanya droplet
nuclei saat bersin, batuk, berbicara atau saat transfusi darah dengan darah yang
terkontaminasi mikroba patogen.
2. Transmisi Tidak Langsung

Penularan mikroba patogen yang memerlukan media perantara baik berupa


barang/bahan, air, udara, makanan/minuman, maupun vektor. manusia atau pejamu
(host), dan faktor lingkungan.Sera Manik. UPAYA MEMUTUSKAN RANTAI INFEKSI
SERTA MENCEGAH HAZARD FISIK-RADIASI DAN KIMIA. OSF Preprints, 2020)

(Gusti Erysa) :

Kandidiasis oral adalah salah satu infeksi fungal yang mengenai mukosa oral. Lesi ini
disebabkan oleh jamur Candida albicans. Candida albicans adalah salah satu komponen dari
mikroflora oral dan sekitar 30-50% orang sebagai karier organisme ini. Tedapat lima tipe
spesies kandida yang terdapat di kavitas oral, diantaranya adalah: (1) Candida albicans (2)
Candida tropicalis (3) Candida krusei (4) Candida parapsilosis (5) Candida guilliermondi.
Dari kelima tipe tersebut, Candida albicans adalah yang paling sering terdapat pada kavitas
oral. Candida albicans merupakan fungi yang menyebabkan infeksi opurtunistik pada
manusia (Hakim L, et al. 2015).

Mekanisme: Mekanisme terjadinya oral candidiasis terjadi melalui transmisi patogen dari
species candida melalui jalur endogen dan eksogen. Untuk jalur endogen dimana spesies
candida itu terdapat microbiota dari letak anatomi yang bervariasi dan terjadinya kondisi host
yang lemah berpeluang terjadinya patogenitas. Untuk mekanisme jalur eksogen dapat terjadi
melalui tangan dari tenaga kesehatan yang merawat pasien dimana kurang terjaga
kebersihannya sehingga apabila tenaga medis tersebut tidak cuci tangan atau menjaga
kebersihannya setelah menangani pasien yang satu ke pasien yang lain dapat menimbulkan
terjadinya patogenitas. Infeksi juga bisa berasal dari kontaminasi pemasangan kateter dan
intravena (Sabila, et al. 2017).

Dapus: -Hakim, L., Ramadhian, MR. 2015. Kandidiasis Oral. Majority. 4(9): 53-57.

-Sabila, AA., Ade Ismail A.K., Mujayanto, R. 2017. Oral Hygiene Buruk Pasien
Rawat Inap Tidak Berkaitan dengan Pertumbuhan Oral Candidiasis. ODONTO
Dental Journal. 4(1): 56-60.

Geya:

1. Penyebaran langsung dari orang ke orang melalui kontak. Cara utama Penyebaran
meliputi infeksi droplet atau aerosol (misalnya, influenza, campak, smallpox); melalui
kontak seksual (contohnya, papillomavirus, virus hepatitis B, herpes simpleks tipe 2,
dan human immunodeficiency virus); melalui kontak tangan-mulut, tangan-mata, atau
mulut-mulut (misalnya, virus herpes simpleks, rhinovirus, virus Epstein Barr), atau
melalui darah yang terkontaminasi (misalnya, virus hepatitis B, Human
Immunodeficiency Virus).

2. Penyebaran tak langsung melalui jalur fekal oral (misalnya, enterovirus, rotavirus,
hepatitis A infeksius) atau melalui muntahan (misalnya, virus Norwalk, rhinovirus).
Penyebaran dari hewan ke hewan, dengan manusia sebagal pejamu aksidental.
Penyebaran dapat terjadi melalui gigitan (rabies) atau melalui infeksi droplet atau
aerosol dari daerah yang terkontaminasi hewan pengerat (contohnya, arenavirus,
hantavirus).

3. Penyebaran melalui vektor artropoda (misalnya, arbovirus, sekarang terutama


diklasifikasikan sebagai togavirus, flavivirus, dan bunyavirus).

Untuk dapat menyebabkan penyakit, virus harus masuk ke dalam tubuh pejamu, berkontak
dengan sel yang rentan, bereplikasi, dan menyebabkan kerusakan sel. Pemahaman terhadap
mekanisme patogenesis virus pada tingkat molekuler diperlukan untuk merancang strategi
antivirus yang efektif dan spesifik. Langkah-langkah spesifik yang terlibat dalam patogenesis
virus adalah sebagai berikut virus masuk ke dalam sel, replikasi virus primer, penyebaran
virus, kerusakan seluler, respons imun pejamu, pemusnahan virus atau terjadinya infeksi
persisten, dan pelepasan virus. Agar terjadi infeksi pada pejamu, virus pertama kali harus
menempel dan masuk ke salah satu sel di permukaan tubuh kulit, saluran pernapasan, saluran
urogenital, atau konjungtiva. Sebagian besar virus masuk ke pejamunya melalui mukosa
saluran pernapasan atau gastrointestinal

Suprobowati OD, Kurniati I. 2018. Virologi Bahan Ajar Teknologi Laboratorium Medik
(TLM). Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Eriel : Penyakit infeksi dibedakan menjadi 3 jenis yaitu infeksi oleh bakteri, infeksi oleh
virus, dan infeksi oleh parasit. Infeksi oleh parasit biasanya disebabkan oleh infeksi cacing.
Infeksi cacing dapat ditularkan lewat makanan, air, udara, feses, hewan peliharaan, dudukan
toilet dan pegangan pintu yang terkontaminasi oleh telur cacing. orang yang terserang
penyakit ini tentu saja membutuhkan pakar atau dokter untuk mendiagnosa penyakit tersebut.

Aprilliani, P. F., & Mustafidah, H. (2017). Implementasi Certainty Factor pada Diagnosa
Penyakit Infeksi Tropis (Certainty Factor Implementation On Tropical Infection Disease
Diagnostics). JRST (Jurnal Riset Sains dan Teknologi), 1(1), 22-36

Mekanisme penularan penyakit infeksius dibedakan berdasarkan cara penularan penyakit


selengkapnya dijelaskan sebagai berikut ;

1. Cara unsur penyebab keluar dari penjamu (Reservoir)

- melalui konjunctiva seperti pemyakit mata


- melalui droplet seperti penyakit pernapasan
- melalui pencernaan seperti penyakit muntaber
- melalui saluran urogenitalia seperti pemyakit hepatitis
- melalui luka kulit dan mukosa sperti penyakit sifilis
- melalui mekanik (jarum suntik) seperti pemyakit AIDS
2. Cara penularan (Mode of Transmission)

a). Penularan langsung yakni penularan penyakit terjadi secara


langsung dari penderita atau resevoir, langsung ke penjamu
potensial yang baru.
b). Penularan tidak langsung yakni penularan penyakit terjadi
dengan melalui media tertentu seperti melalui udara (air
borne) dalam bentuk droplet dan dust, melalui benda
tertentu (vechicle borne), dan melalui vector (vector borne).

SKM, I. (2016). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Deepublish..

Frida :

Patogenesis dari suatu infeksi bakteri meliputi proses infeksi dan mekanisme-
mekanisme yang menyebabkan timbulnya gejala penyakit. Bakteri dikatakan
bersifat patogen bila mempunyai kemampuan mengadakan transmisi, melekat
pada sel-sel inang dan mengadakan multiplikasi, menggunakan nutrien dari sel
inang, invasi dan timbulnya kerusakan pada sel-sel dan jaringan, serta
toksigenisitas dan kemampuan membangkitkan sistem imun inang. Hal ini
dipengaruhi oleh struktur serta produk-produk yang dihasilkan oleh bakteri dan sifat
bakteri itu sendiri. Secara umum patogenesis bakteri diawali dengan masuknya
bakteri ke dalam tubuh inang melalui bermacam-macam cara, antara lain saluran
pernafasan, saluran pencernaan, rongga mulut, kuku, dan lain- lain. Setelah itu
terjadi proses adhesi- kolonisasi. Pada proses ini bakteri menempel pada
permukaan sel inang, perlekatan bakteri terjadi pada sel epitel. Pada proses ini,
perlekatan bakteri ke sel permukaan sel inang memerlukan protein adhesin.
Adhesin dibagi menjadi dua, yaitu fimbrial dan afimbrial. Adhesi fimbrial bertindak
sebagai ligan dan berikatan dengan reseptor yang terdapat pada permukaan sel
inang. Fili sering dikenal sebagai antigen kolonisasi karena peranannya sebagai
alat penempelan pada sel lain. Eksotoksin dan endotoksin bakteri sangat penting di
dalam patogenesis penyakit tertentu. Eksotoksin merupakan faktor virulen pada
infeksi bakteri toksigenik dan imunitas terhadap toksin ini dapat mencegah
terjadinya penyakit. Toksin yang dikeluarkan dari bakteri menyebabkan pengaruh
negatif terhadap sel inang dengan cara mengubah metabolisme normal inang
tersebut. Toksin yang dihasilkan dibedakan menjadi 3 jenis yaitu endotoksin,
eksotoksin, dan enterotoksin. Setelah proses adhesi-kolonisasi, bakteri mengalami
proses invasi. Invasi merupakan proses bakteri masuk ke dalam sel inang dan
menyebar ke seluruh tubuh. Proses ini adalah akses yang lebih dalam dari bakteri.
Setelah invasi, mikroba mampu bertahan hidup dan berkembang biak dalam sel
inang. Dalam mempertahankan hidupnya, bakteri harus dapat bersaing untuk
mendapatkan nutrisi, setelah itu dapat mengakibatkan rusaknya jaringan dan
organ-organ tubuh. Bakteri yang memiliki kapsul akan melindungi dirinya dari
fagositosis melalui polisakarida yang mengelilinginya. Baik bakteri Gram positif
maupun Gram negatif yang berkapsul serta vaksin yang mengandung antigen
kapsul murni akan merangsang imunitas yang bersifat protektif. Bakteri yang
bersifat intraseluler dapat menghalangi respon imun inang karena tumbuh di dalam
sel, terutama fagosit.

Pratiwi RH. 2017. Mekanisme pertahanan bakteri patogen terhadap antibiotik. Jurnal
Pro-Life, 4(3): 418-429.

3. Definisi dari rantai infeksi?


Jawab :
Geya :

Rantai infeksi (chain of infection) merupakan rangkaian yang harus ada untuk
menimbulkan infeksi. Terdapat 6 komponen rantai infeksi, yaitu agen infeksi,
reservoir, portal of exit, metode transmisi, portal of entry, dan susceptible
host. Agen infeksi atau infectious agent adalah mikroorganisme penyebab
infeksi. Reservoir atau tempat sumber agen infeksi dapat hidup, tumbuh,
berkembang biak dan siap ditularkan kepada penjamu atau manusia. Portal of
exit atau pintu keluar adalah lokasi tempat agen infeksi (mikroorganisme)
meninggalkan reservoir melalui saluran napas, saluran cerna, saluran kemih
serta transplasenta. Metode transmisi adalah metode transport
mikroorganisme dari wadah/reservoir ke pejamu yang rentan. Portal of entry
atau pintu masuk adalah lokasi agen infeksi memasuki pejamu yang rentan.
Susceptible host adalah seseorang dengan kekebalan tubuh menurun
sehingga tidak mampu melawan agen infeksi

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017.


Kementrian Kesehatan. 2017.

Diba:

Salah satu cara untuk memvisualisasikan penularan agen infeksi dari suatu populasi
adalah melalui keterkaitan enam elemen yang terhubung dalam sebuah rantai yang
disebut rantai infeksi. Upaya pengendalian dan pencegahan penyakit infeksi fokus
pada memutus satu atau lebih mata rantai untuk menghentikan penyebaran penyakit
(Seventer et al., 2017).
Rantai infeksi dimulai dengan agen penular yang tinggal dan berkembang biak di
suatu reservoir alami; manusia, hewan, atau bagian dari lingkungan seperti tanah
atau air yang mendukung keberadaan agen penular di alam. Pemahaman
menyeluruh tentang rantai infeksi sangat penting untuk pencegahan dan
pengendalian penyakit infeksi, karena memutus mata rantai di mana saja di
sepanjang rantai akan menghentikan penularan agen penular (Seventer et al.,
2017).
Sumber: Seventer JMV, Hochberg NS. 2017. Principles of Infectious Diseases:
Transmission, Diagnosis, Prevention, and Control. International Encyclopedia of
Public Health; 6: 22-39.

Eriel : Rantai infeksi adalah proses dimana suatu kondisi tertentu harus dipenuhi agar
mikroba atau penyakit menular dapat menyebar dari satu orang ke orang lain. (rangkaian
yang harus ada untuk menimbulkan infeksi) Padoli, Mikrobiologi Dan Parasitologi
Keperawatan. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.2016

Fitria : Penyakit infeksi dapat ditularkan dari orang ke orang. Beberapa ditularkan melalui
serangga atau hewan lain. Bisa juga karena orang lain dengan mengonsumsi makanan atau air
yang terkontaminasi atau terpapar organisme di lingkungan.
Kontak langsung
Cara mudah untuk tertular sebagian besar penyakit menular adalah dengan bersentuhan
dengan seseorang atau hewan yang terinfeksi. Penyakit infeksi dapat menyebar melalui
kontak langsung seperti:
1. Orang ke orang. Penyakit infeksi biasanya menyebar melalui perpindahan langsung
bakteri, virus atau kuman lain dari satu orang ke orang lain. Hal ini dapat terjadi ketika
seseorang dengan bakteri atau virus menyentuh, mencium, atau batuk atau bersin pada
seseorang yang tidak terinfeksi.
Kuman ini juga bisa menyebar melalui pertukaran cairan tubuh dari kontak seksual. Orang
yang menularkan kuman mungkin tidak memiliki gejala penyakit, tetapi mungkin hanya
pembawa.
2. Hewan ke orang. Digigit atau dicakar oleh hewan yang terinfeksi - bahkan hewan
peliharaan - dapat membuat sakit dan dalam keadaan yang ekstrim, dapat berakibat fatal.
Menangani kotoran hewan juga bisa berbahaya. Misalnya, bisa terkena infeksi
toksoplasmosis dengan mengambil kotak kotoran kucing Anda.
3. Ibu dari anak yang belum lahir. Seorang wanita hamil dapat menularkan kuman yang
menyebabkan penyakit menular ke bayinya yang belum lahir. Beberapa kuman dapat
melewati plasenta atau melalui ASI. Kuman di vagina juga bisa menular ke bayi saat lahir.
Kontak tidak langsung
Organisme penyebab penyakit juga dapat ditularkan melalui kontak tidak langsung. Banyak
kuman yang dapat tertinggal di benda mati, seperti meja, gagang pintu, atau gagang keran.
Ketika menyentuh gagang pintu yang telah dipegang oleh seseorang yang sedang flu atau
pilek, dapat menularkan kuman yang ditinggalkannya. Kemudian menyentuh mata, mulut,
atau hidung sebelum mencuci tangan, kita dapat terinfeksi karena kumannya ikut berpindah.
1. Gigitan serangga
Beberapa kuman bergantung pada pembawa serangga - seperti nyamuk, kutu, atau kutu -
untuk berpindah dari inang ke inang. Pembawa ini dikenal sebagai vektor. Nyamuk dapat
membawa parasit malaria atau virus West Nile. Kutu rusa mungkin membawa bakteri yang
menyebabkan penyakit Lyme.
2. Kontaminasi makanan
Kuman penyebab penyakit juga dapat menginfeksi melalui makanan dan air yang
terkontaminasi. Mekanisme penularan ini memungkinkan kuman menyebar ke banyak orang
melalui satu sumber. Escherichia coli (E. coli), misalnya, adalah bakteri yang ada di dalam
atau pada makanan tertentu - seperti hamburger yang kurang matang atau jus buah yang tidak
dipasteurisasi.
Sumber :
1. Kumar P, et al. 2017. Infectious diseases and tropical medicine. In: Kumar and Clark's
Clinical Medicine. 11th ed. Philadelphia : Elsevier.
2. Ryan KJ. 2018. Infectious diseases: Syndromes and etiologies. In: Sherris Medical
Microbiology. 7th ed. New York : McGraw-Hill Education.

4. Komponen dari rantai infeksi?


Jawab :
Eta : 1. Agen Infeksi
Agen infeksi adalah mikroorganisme penyebab infeksi. Pada manusia, agen infeksi
dapat berupa bakteri, virus, jamur dan parasit. Ada tiga faktor pada agen penyebab
yang mempengaruhi terjadinya infeksi yaitu: patogenitas, virulensi dan jumlah (dosis,
atau “load”).
Makin cepat diketahui agen infeksi dengan pemeriksaan klinis atau laboratorium
mikrobiologi, maka semakin cepat pula upaya pencegahan dan penanggulangannya
bisa dilaksanakan.

2. Reservoir:
Reservoir atau wadah merupakan tempat atau sumber agen infeksi dapat hidup,
tumbuh, berkembang-biak dan siap ditularkan kepada pejamu atau manusia. SRI
REZEKI SILALAHI. Pentingnya Upaya Memutus Rantai Infeksi Di Pusat Pelayanan
Kesehatan. OSF Preprints, 2020)
3. portal of exit
4. metode transmisi
5. portal of entry
6. penjamu rentan

Gusti Erysa: Ada beberapa metode penularan yaitu:


a) Kontak
Kontak terdiri dari kontak langsung dan tidak langsung. Transmisi
langsung yaitu penularan langsung oleh mikroba patogen ke pintu masuk
yang sesuai dari pejamu, seperti memandikan pasien, membalikkan pasien
saat memberikan posisi dan menyentuh permukaan tubuh pasien.
Sedangkan Transmisi tidak langsung yaitu penularan mikroba pathogen
yang memerlukan adanya “media perantara” seperti jarum, peralatan
instrument yang terkontaminasi, tangan terkontaminasi tidak cuci tangan,
dan pemakaian sarung tangan yang tidak diganti diantara pasien.
b) Droplet (percikan)
Percikan (droplet transmission) yaitu penularan mikroorganismen melalui
batuk, bersin, berbicara dan saat melakukan tindakan khusus.
c) Airborne
Transmisi (melalui udara), transmisi terjadi ketika menghirup udara yang
mengandung mikroorganisme patogen. Mikroorganisme yang
ditransmisikan melaui udara seperti mycobacterium tuberculosis, rubella
dan varicella virus.
d) Vehikulum
Vehikulum adalah terdiri dari beberapa transmisi yaitu trasmisi melalui
makanan, minuman transmisi mikroorganisme yang ditularkan atau
terkontaminasi mikroorganisme; transmisi melalui air yaitu kemungkinan
terjadi penyebaran atau penularan melalui air; selanjutnya transmisi melalui
darah yaitu infeksi dapat berasal dari HIV, hepatitis B dan C, melalui jarum
suntik yang terkontaminasi atau melalui tranfusi darah.
e) Vektor
Vektor yaitu biasanya serangga dan binatang pengerat. penyebaran atau
penularan dengan perantara vektor seperti lalat. Contohnya yaitu pada kasus
kasus yang rentan dihinggapi lalat (luka bakar, jaringan nekrotik, luka
terbuka, gangren, dan sebagainya) (Efriana, et al. 2018).

Dapus: Efriana, Rara, B. 2018. Studi Kasus Identifikasi Kepatuhan Perawat dalam
Pencegahan dan Pengendalian Healthcare Associated Infections di Ruang Palem Rumah
Sakit Paru Surabaya. Surabaya: Universitas Muhammadiyah Surabaya.

Dini Maulani: 6 Komponen Rantai Infeksi :

a. Agen Infeksi
Mikroorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain bakteri, virus, jamur dan
protozoa. Kemungkinan terjadinya infeksi tergantung pada :

1) Karakteristik mikroorganisme.

2) Resistensi terhadap zat-zat antibiotika.

3) Tingkat virulensi

4) Banyaknya materi infeksius.

b. Reservoir (Sumber Infeksi)


Adalah tempat dimana mikroorganisme patogen dapat hidupberkembang biak. Yang
bisa berperan sebagai reservoir adalah manusia, binatang, makanan, air, serangga dan benda
lain. Adanya mikroorganisme patogen dalam tubuh tidak selalu menyebabkan penyakit pada
hostnya. Kuman akan hidup dan berkembang biak dalam reservoar jika karakteristik
reservoarnya cocok dengan kuman tersebut. Karakteristik tersebut antara lain oksigen, air,
suhu, pH, dan pencahayaan.

c. Portal Of Exit (Jalan Keluar)

Mikroorganisme yang hidup di dalam reservoir harus menemukan jalan keluar (portal
of exit) Sebelum menimbulkan infeksi, mikroorganisme harus keluar terlebih dahulu dari
reservoarnya. Jika reservoarnya manusia, kuman dapat keluar melalui saluran pernapasan,
pencernaan, perkemihan, genitalia, kulit dan membrane mukosa yang rusak serta darah.

d. Cara Penularan

Kuman dapat menular atau berpindah ke orang lain dengan berbagai cara seperti
kontak langsung dengan penderita melalui oral, fekal, kulit atau darahnya kontak tidak
langsung melalui jarum atau balutan bekas luka penderita peralatan yang terkontaminasi
makanan yang diolah tidak tepat melalui vektor nyamuk atau lalat.

e. Portal Masuk

Kulit merupakan barier pelindung tubuh terhadap masuknya kuman infeksius.


Rusaknya kulit atau ketidakutuhan kulit dapat menjadi portal masuk. Mikroba dapat masuk
ke dalam tubuh melalui rute atau jalan yang sama dengan portal keluar. Faktor-faktor yang
menurunkan daya tahan tubuh memperbesar kesempatan patogen masuk ke dalam tubuh.

f. Daya Tahan Hospes Manusia

Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap agen infeksius.


Beberapa faktor yang mempengaruhi kerentanan tubuh terhadap kuman yaitu usia, keturunan,
stress (fisik dan emosional), status nutrisi, terapi medis, pemberian obat dan penyakit
penyerta.

Sumber: (Ismah Z. 2018. Bahan Ajar Dasar Epidemiologi. Sumatera Utara: Universitas Islam
Negeri Medan; 31-32)

Felix :

a. Agen infeksi (infectious agent) adalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi.
Pada manusia, agen infeksi dapat berupa bakteri virus, jamur dan parasit. Ada 3 faktor pada
agen penyebab yang mempengaruhi terjadinya infeksi yaitu : patogenesis, virulensi dan
jumlah (dosis atau “load”).

b. Reservoir atau tempat dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang biak dan siap
ditularkan kepada orang. Reservoir yang paling umum adalah manusia, binatang, tumbuh-
tumbuhan, tanah, air dan bahan-bahan organik lainnya. Pada orang sehat, permukaan kulit,
selaput lendir saluran napas atas, usus dan vagina merupakan reservoir yang umum.
c. Pintu keluar (portal of exit) adalah jalan darimana agen infeksi meninggalkan reservoir.
Pintu keluar meliputi saluran pernapasan, pencernaan, saluran kemih dan kelamin, kulit dan
membrana mukosa, transplasenta dan darah serta cairan tubuh lain.

d. Pintu masuk (portal of entry) adalah tempat dimana agen infeksi memasuki host Pintu
masuk bisa melalui saluran pernapasan, pencernaan, saluran kemih dan kelamin, selaput
lendir, serta kulit yang tidak utuh (luka).

e. host adalah orang yang tidak memiliki daya tahan tubuh yang cukup untuk melawan agen
infeksi serta mencegah terjadinya infeksi atau penyakit. Faktor yang khusus dapat
mempengaruhi adalah umur, status gizi, status imunisasi, penyakit kronis, luka bakar yang
luas, trauma atau pembedahan, pengobatan dengan imunosuresan. Faktor lain yang mungkin
berpengaruh adalah jenis kelamin, ras atau etnis tertentu, status ekonomi, gaya hidup,
pekerjaan dan herediter.

Permenkes RI no 27 tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di


fasilitas Pelayanan Kesehatan

Diba:

• Agen Infeksi dan Reservoirnya


Penyebab penyakit infeksi adalah agen infeksius. Ada banyak jenis agen, dan
masing-masing dapat dicirikan oleh sifat infektifitas, patogenisitas, dan virulensinya.
Reservoir seringkali (tetapi tidak selalu) merupakan sumber dari mana agen
dipindahkan ke inang yang rentan. Agen infeksi bisa ada di lebih dari satu jenis
reservoir. Jumlah dan jenis reservoir merupakan penentu penting tentang seberapa
mudah penyakit infeksi dapat dicegah, dikendalikan, dan dalam beberapa kasus
dihilangkan atau diberantas (Seventer et al., 2017).
Hewan, terutama hewan liar dapat menjadi sulit untuk dikelola dan dengan demikian,
dapat menjadi tantangan yang signifikan bagi upaya pengendalian kesehatan
masyarakat. Sebaliknya, agen infeksius yang hanya terdapat di reservoir manusia
termasuk yang paling mudah dikendalikan, seperti yang digambarkan oleh
keberhasilan pemberantasan cacar. Benda mati di lingkungan, seperti tanah dan air,
juga dapat berperan sebagai reservoir agen penyakit infeksi pada manusia
(Seventer et al., 2017).
• Portal of Exit
Portal of exit atau pintu keluar agen infeksi dari reservoir manusia dan hewan
biasanya melalui salah satu dari beberapa rute yang sering kali mencerminkan
lokasi utama penyakit; Agen penyakit pernapasan (misalnya, virus influenza)
biasanya keluar melalui sekresi pernapasan, sedangkan agen penyakit
gastrointestinal (misalnya, rotavirus, Cryptosporidium spp.) biasanya keluar melalui
tinja. Pintu keluar lainnya termasuk tempat keluarnya urin, darah, ASI, dan air mani
(Seventer et al., 2017).
Untuk beberapa penyakit infeksi, infeksi dapat terjadi secara alami akibat kontak
dengan lebih dari satu jenis cairan tubuh, masing-masing menggunakan portal
keluar yang berbeda (Seventer et al., 2017).
• Modes of Transmission (Metode Transmisi)
Ada berbagai cara agen infeksi berpindah dari reservoir alami ke inang yang rentan,
dan beberapa skema klasifikasi yang berbeda digunakan. Skema di bawah ini
mengkategorikan transmisi sebagai transmisi langsung jika bentuk infektif dari agen
ditransfer langsung dari reservoir ke inang yang terinfeksi, dan transmisi tidak
langsung jika transfer terjadi melalui perantara yang hidup atau mati (Seventer et al.,
2017).
o Modes of Direct Transmission
Kontak fisik langsung antara kulit atau mukosa orang yang terinfeksi dan individu
yang rentan memungkinkan transfer langsung agen infeksi (Seventer et al., 2017).
Transmisi droplet langsung terjadi setelah bersin, batuk, atau berbicara. Droplet
infeksius melintasi ruang yang umumnya kurang dari 1 m untuk bersentuhan dengan
kulit atau mukosa inang yang rentan. Banyak penyakit demam pada masa kanak-
kanak, termasuk flu biasa, ditransfer dengan cara ini (Seventer et al., 2017).
Kontak langsung dengan agen di lingkungan, penyakit yang umumnya ditularkan
dengan cara ini termasuk penyakit di mana agen infeksi memasuki inang yang
rentan melalui penghirupan (misalnya, histoplasmosis) atau melalui luka di kulit
setelah peristiwa traumatis (misalnya, tetanus) (Seventer et al., 2017).
Gigitan hewan adalah cara lain di mana beberapa agen infeksi langsung ditransfer
melalui kulit yang rusak. Ini adalah cara paling umum penularan virus rabies
(Seventer et al., 2017).
Transmisi transplasental (alias bawaan, vertikal) dan perinatal terjadi selama
kehamilan dan persalinan atau menyusui. Contoh klasiknya termasuk transmisi
protozoa Toxoplasma gondii dari ibu ke anak selama kehamilan, HIV selama
kehamilan, persalinan, atau menyusui, dan virus Zika selama kehamilan (Seventer
et al., 2017).
o Modes of Indirect Transmission
Ada tiga kategori utama pada transmisi tidak langsung: biologis, mekanis, dan
udara. Transmisi biologis terjadi ketika perbanyakan dan atau pengembangan agen
patogen dalam suatu vektor (misalnya, vektor biologis atau inang perantara)
diperlukan agar agen tersebut dapat menular ke manusia. Transmisi mekanis tidak
memerlukan perbanyakan atau perkembangan patogen dalam organisme hidup. Ini
terjadi ketika agen infeksi secara fisik ditransfer oleh entitas hidup (vektor mekanis)
atau benda mati. Transmisi melalui udara melibatkan suspensi residu aerosol
(berukuran kurang dari lima mikron, dari tetesan aerosol yang menguap) atau
partikel yang mengandung zat yang dapat diangkut dari waktu ke waktu dan jarak
jauh, dan masih tetap infektif. ke inang yang rentan (Seventer et al., 2017).
• Portal of Entry
Portal masuk ini mengacu ke situs di mana agen infeksi memasuki inang yang
rentan dan mendapatkan akses ke jaringan inang. Banyak portal masuk yang sama
dengan portal keluar dan termasuk saluran pencernaan, genitourinari, dan saluran
pernapasan, serta permukaan kulit dan selaput lendir yang terganggu. Beberapa
agen infeksius secara alami dapat memasuki inang yang rentan melalui lebih dari
satu portal (Seventer et al., 2017).
• The Susceptible Host (Inang yang Rentan)
Host yang rentan adalah individu yang berisiko terkena infeksi dan penyakit setelah
terpapar agen infeksius. Ada banyak penentu kerentanan inang, termasuk faktor
bawaan yang ditentukan oleh susunan genetik inang dan faktor yang didapat seperti
imunitas spesifik agen dan malnutrisi (Seventer et al., 2017).

Sumber: Seventer JMV, Hochberg NS. 2017. Principles of Infectious Diseases:


Transmission, Diagnosis, Prevention, and Control. International Encyclopedia of
Public Health; 6: 22-39.

5. Cara memutus rantai infeksi?


Jawab :

Gama: Rantai Infeksi (chain of infection) merupakan rangkaian yang harus ada
untuk menimbulkan infeksi. Dalam melakukan tindakan pencegahan dan
pengendalian infeksi dengan efektif, perlu dipahami secara cermat rantai
infeksi.Kejadian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan dapat disebabkan oleh 6
komponen rantai penularan, apabila satu mata rantai diputus atau dihilangkan, maka
penularan infeksi dapat dicegah atau dihentikan. Enam komponen rantai penularan
infeksi, yaitu:
- Agen infeksi (infectious agent)
- Reservoir atau wadah tempat/sumber agen infeksi dapat hidup, tumbuh,
berkembang-biak dan siap ditularkan kepada pejamu atau manusia
- Portal of exit (pintu keluar)
- Metode Transmisi/Cara Penularan
- Portal of entry (pintu masuk)
- Susceptible host (Pejamu rentan)

Geya: Upaya memutus mata rantai infeksi salah satunya dengan melakukan hand
Hygiene. Tangan sebagai pembawa bakteri yang paling umum dapat menyebarkan
mikroorganisme dari satu orang ke yang lain. Oleh karena itu, kebersihan tangan
merupakan hal yang sangat penting untuk memutus rantai infeksi. Cara untuk
mempertahankan agar mencegah transfer mikroorganisme melalui tangan yaitu
dengan melalukan keberihan tangan (hand hygine). Cuci tangan wajib dilakukan
pada 6 moment berikut ini: sebelum kontak dengan pasien/penderita, sebelum
tindakan aseptis, setelah tindakan aseptis, setelah kontak dengan pasien/penderita,
dan setelah meninggalkan lingkungan pasien/penderita.
Patimah I, et al. 2020. Upaya Memutus Rantai Infeksi Melalui Edukasi Good
Hand Hygiene Pada Keluarga Penunggu Pasien Yang Dirawat Di Rumah
Sakit Dr. Slamet Garut. Jurnal Pengabdian Dan Pemberdayaan Masyarakat;
4(2): 329-332.

Fitria:

Memutus rantai infeksi :


1. Lebih sering mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir.
2. Konsumsi gizi seimbang
3. Aktivitas fisik/senam
4. Istirahat cukup
5. tutupi mulut saat batuk, bersin
6. Segera mengganti baju / mandi sesampainya di rumah
7. Tetap di rumah, dan menjaga jarak
8. Tidak merokok
9. Mengendalikan penyakit penyerta (contoh : PTM)
10. Bersihkan dengan desinfektan secara rutin benda-benda yang sering
disentuh di rumah
Sumber : Kemenkes RI. 2020. Apa yang harus dilakukan masyarakat untuk cegah
penularan covid-19?. Jakarta.

Beberapa tindakan umum untuk mencegah penularan infeksi di lingkungan rumah


sakit yaitu :
1. Aseptik yaitu suatu tindakan untuk mencegah masuknya mikroorganisme
kedalam tubuh yang mungkin akan mengakibatkan infeksi. Tujuannya untuk
mengurangi atau menghilangkan sejumlah mikroorganisme yang akan
masuk.
2. Antiseptik yaitu cara pencegahan infeksi dengan membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh.
3. Dekontaminasi merupakan langkah penting dalam penanganan peralatan,
perlengkapan, sarung tangan, dan semua benda yang terkontaminasi oleh
cairan ataupun darah pasien. Contohnya adalah alat-alat kesehatan, dan
sarung tangan.
4. Pencucian yaitu tindakan menghilangkan semua kotoran yang kasat mata
seperti darah, cairan tubuh, atau setiap benda asing seperti debu dengan
sabun atau diterjen, air dan sikat. Tujuan dari pencucian untuk membantu
menurunkan mikroorganisme yang berada di permukaan benda.
5. Sterilisasi yaitu tindakan menghilangkan semua mikroorganisme.
6. Desinfeksi merupakan tindakan menghilangkan sebagian besar
mikroorganisme penyebab penyakit dari benda.

Sumber :
1. Dewi, F.,Handiyani, H., & Kuntarti. (2016). Memutus Rantai Infeksi Melalui
Fungsi Pengorganisasian Kepala Ruang Rawat . Jurnal Keperawatan Indonesia,
Volume 19 No.2, 105-113 .
2. Ernawati, E. (2014). Penerapan Hand Hygiene Perawat di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit. Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 28.
3. Estri, B. A., & dkk. (2019). Pengendalian Dan Pencegahan Infeksi (Ppi) .
Yogyakarta: Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta .

6. Standard precautions untuk penyakit infeksius? (yang dapat digunakan saat


pandemi COVID-19 dan dalam lingkup kedokteran gigi)
Jawab :
Eta :
1. tingkat kepatuhan kebersihan tangan/ hand hygiene
2. tingkat kepatuhan dalam pengolahan limbah
3. tingkat ketepatan penggunaan APD. (Astri budhi satiti, et all. ANALISIS
PENERAPAN STANDARD PRECAUTIONS DALAM PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN HAIs (HEALTHCARE ASSOCIATED INFECTIONS). JURNAL
KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN:
2356-3346)

Gama:
Alat Pelindung Diri berdasarkan tipe prosedur atau lokasi dibagi menjadi 3

Level 1

• Penutup kepala

• Masker bedah

• Baju scrub/pakaian jaga

• Sarung tangan lateks

• Pelindung wajah

• Pelindung kaki

Cakupan prosedur / lokasi

• Pelayanan triase

• Rawat jalan non COVID-19

• Rawat inap non COVID-19

• Tempat praktik umum


• Kegiatan yang tidak mengandung aerosol

Level 2

• Penutup kepala

• Pelindung mata dan wajah

• Masker bedah

• Baju/pakaian jaga

• Gown

• Sarung tangan lateks

• Pelindung kaki

Cakupan prosedur / lokasi

• Pemeriksaan pasien dengan gejala infeksi pernapasan

• Ruang perawatan COVID-19

• Pengambilan spesimen non pernapasan yang tidak menimbulkan aerosol

• Pemeriksaan pencitraan pada suspek/probable/terkonfirmasi COVID-19

Level 3

Alat Pelindung Diri (APD)

• Penutup kepala

• Pelindung mata dan face shield

• Masker N95 atau ekuivalen

• Baju/ pakaian jaga

• Coverall/ gown & apron

• Sarung tangan bedah lateks


• Boots/ sepatu karet dengan pelindung sepatu

Cakupan prosedur / lokasi

• Digunakan pada prosedur dan tindakan operasi pada pasien suspek/ probable/
terkonfirmasi COVID-19

• Pemeriksaan gigi, mulut, mata THT

• Kegiatan yang menimbulkan aerosol (intubasi, ekstubasi, trakeotomi, resusitasi


jantung paru, bronkoskopi, pemasangan NGT, endoskopi gastrointestinal) pada
pasien suspek/probable/terkonfirmasi COVID-19.

• Tindakan otopsi pada pasien suspek/probable/terkonfirmasi COVID-19.

• Pengambilan spesimen pernapasan

Pedoman Standar Perlindungan Dokter di Era Covid-19. Tim Mitigasu Dokter dalam
Pandemi Covid-19 PB IDI

Gusti Erysa: - Kebersihan tangan


Kebersihan tangan dilakukan dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan
air mengalir bila tangan jelas kotor atau terkena cairan tubuh,atau
menggunakan alkohol (alcohol-based handrubs) bila tangan tidak tampak
kotor selama 20-30 detik sedangkan jika tampak kotor dapat menggunakan
hand wash selama 40-60 detik. Kuku petugas harus selalu bersih dan terpotong
pendek, tanpa kuku palsu, tanpa memakai perhiasan cincin. Cuci tangan
dengan sabun biasa/antimikroba dan bilas dengan air mengalir, dilakukan pada
saat: a) Bila tangan tampak kotor, terkena kontak cairan tubuh pasien yaitu
darah, cairan tubuh sekresi, ekskresi, kulit yang tidak utuh, ganti verband,
walaupun telah memakai sarung tangan; b) Bila tangan beralih dari area tubuh
yang terkontaminasi ke area lainnya yang bersih, walaupun pada pasien yang
sama.
- Pengelolaan Limbah
Tujuan Pengelolaan Limbah
a. Melindungi pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan masyarakat
sekitar fasilitas pelayanan kesehatan dari penyebaran infeksi dan cidera.
b. Membuang bahan-bahan berbahaya (sitotoksik, radioaktif, gas, limbah
infeksius, limbah kimiawi dan farmasi) dengan aman.

Dapus: Efriana, Rara, B. 2018. Studi Kasus Identifikasi Kepatuhan Perawat dalam
Pencegahan dan Pengendalian Healthcare Associated Infections di Ruang Palem
Rumah Sakit Paru Surabaya. Surabaya: Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Frida :
Standard Precautions pada OHSPS (oral healthcare service providers) meliputi: kebersihan
tangan dan alat respiratory; penggunaan alat pelindung diri (APD) tergantung pada risiko;
pencegahan luka akibat jarum suntik atau benda tajam; pembersihan lingkungan yang aman
dan sterilisasi peralatan perawatan pasien.
Pastikan kebersihan tangan dan alat respiratory juga mencakup
1.Penggunaan pelindung wajah/mata, yaitu goggles dan faceshield
2.Menggunakan gown yang bersih, nonesterile, lengan panjan dan tahan cairan.
3.Gunakan sarung tangan
4.Tutup hidung dan mulut saat batuk atau bersin dengan tisu atau siku tertekuk;
5.Buang jaringan sesuai Aturan Pengelolaan Limbah Biomedis 2016, diubah 2018,
6.lakukan pembersihan tangan sebelum dan setelah setiap kontak dengan pasien;
7.Berikan masker medis (tiga lapis) kepada pasien yang diduga terjangkit COVID-19.

OHSPS (oral healthcare service providers)harus menerapkan pendekatan My 5 Moments for


Hand Hygiene dari WHO (untuk perawatan gigi) sebelum menyentuh pasien, sebelum
prosedur bersih atau aseptik dilakukan, setelah terpapar cairan tubuh, dan setelah menyentuh
pasien

- Kebersihan tangan mencakup membersihkan tangan baik dengan alkohol-based


hand rub (ABIR) atau dengan sabun dan air,
- Hand rub berbahan alkohol lebih dipilih jika tangan tidak tampak kotor.
- Cuci tangan dengan sabun dan air jika sudah sangat kotor

Alat Pelindung Diri (APD).


Penggunaan APD secara benar dan konsisten serta kebersihan tangan yang tepat membantu
mengurangi penyebaran patogen. Efektivitas APD tergantung pada persediaan yang memadai
dan teratur, pelatihan staf yang memadai, kebersihan tangan yang benar, dan perilaku
manusia yang tepat

Pastikan prosedur pembersihan dan disinfeksi lingkungan dilakukan secara konsisten dan
benar. Pembersihan menyeluruh pada permukaaan lingkungan dengan air dan deterjen dan
menerapkan disinfektan tingkat rumah sakit yang biasa digunakan (seperti sodium
hypochlorite) cukup efektif dan memadai. Kelola pencucian, peralatan layanan, dan limbah
medis yang sesuai dengan prosedur rutin yang aman.

Infection Prevention and Control During Oral and Dental Healthcare when Coronavirus
Disease (Covid-19) is Suspected. World Health Organization Indian Dental Association.
2020.

Dini Maulani:
Standard Precaution yaitu kewaspadaan yang utama, dirancang untuk diterapkan secara
rutin dalam perawatan seluruh pasien di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya, baik yang telah didiagnosis,diduga terinfeksi atau kolonisasi. Diterapkan
untuk mencegah transmisi silang sebelum pasien di diagnosis, sebelum adanya
hasil pemeriksaan laboratorium dan setelah pasien didiagnosis
Komponennya terdiri dari :
a. Kebersihan Tangan

Dasar standard precautions adalah melalui cuci tangan secara benar, pengunaan alat
pelindung, desinfeksi dan pencegahan tusukan alat tajam, dalam upaya mencegah transmisi
mikroorganisme melalui darah dan cairan tubuh. Pencegahan utama dilakukan melalui cuci
tangan secara benar karena tangan sebagai anggota gerak yang sering digunakan untuk
menyentuh pasien. Mencuci tangan adalah proses yang secara mekanik melepaskan kotoran
dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air. Cuci tangan juga bisa
dilakukan dengan menggunakan agen antiseptic atau antimikroba. Agen antiseptic yang
sering digunakan adalah penggosok tangan (handrub) antiseptic atau handrub yang berbasis
alcohol. Penggunaan handrub antiseptic untuk tangan yang bersih lebih efektif membunuh
flora residen dan flora transien daripada mencuci tangan dengan sabun antiseptic atau sabun
biasa dan air.

b. Penggunaan APD

APD terdiri dari sarung tangan, masker/Respirator Partikulat, pelindung mata (goggle),
perisai/pelindung wajah, kap penutup kepala, gaun pelindung/apron, sandal/sepatu tertutup
(Sepatu Boot) yang perlu digunakan perawat atau dokter saat berhadapan dengan pasien yang
memungkinkan dapat terjadinya penularan. Tujuan Pemakaian APD adalah sebagai
melindungi kulit dan membran mukosa dari resiko pajanan darah, cairan tubuh, sekret,
ekskreta, kulit yang tidak utuh dan selaput lendir dari pasien ke petugas dan sebaliknya.
Indikasi penggunaan APD adalah jika melakukan tindakan yang memungkinkan tubuh atau
membran mukosa terkena atau terpercik darah atau cairan tubuh atau kemungkinan pasien
terkontaminasi dari perawat atau dokter.

c. Dekontaminasi Peralatan Perawatan Pasien

Dalam dekontaminasi peralatan perawatan pasien dilakukan penatalaksanaan peralatan


bekas pakai perawatan pasien yang terkontaminasi darah atau cairan tubuh (pre-cleaning,
cleaning, disinfeksi, dan sterilisasi) sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO) sebagai
berikut:

Ø Rendam peralatan bekas pakai dalam air dan detergen atau enzyme lalu dibersihkan
dengan menggunakan spons sebelum dilakukan disinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau
sterilisasi.

Ø Peralatan yang telah dipakai untuk pasien infeksius harus didekontaminasi terlebih dulu
sebelum digunakan untuk pasien lainnya.

Ø Pastikan peralatan sekali pakai dibuang dan dimusnahkan sesuai prinsip pembuangan
sampah dan limbah yang benar. Hal ini juga berlaku untuk alat yang dipakai berulang, jika
akan dibuang.

Ø Untuk alat bekas pakai yang akan di pakai ulang, setelah dibersihkan dengan menggunakan
spons, di DTT dengan klorin 0,5% selama 10 menit.

Ø Peralatan nonkritikal yang terkontaminasi, dapat didisinfeksi menggunakan alkohol 70%.


Peralatan semikritikal didisinfeksi atau disterilisasi, sedangkan peralatan kritikal harus
didisinfeksi dan disterilisasi.

Ø Untuk peralatan yang besar seperti USG dan X-Ray, dapat didekontaminasi permukaannya
setelah digunakan di ruangan isolasi.

d. Pengelolaan Limbah

Fasilitas pelayanan kesehatan harus mampu melakukan minimalisasi limbah yaitu upaya
yang

dilakukan untuk mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan dengan cara mengurangi bahan
(reduce), menggunakan kembali limbah (reuse) dan daur ulang limbah (recycle). Tujuan
pengelolaan limbah ini adalah sebagai melindungi pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan
masyarakat sekitar fasilitas pelayanan kesehatan dari penyebaran infeksi dan membuang
bahan-bahan berbahaya (sitotoksik, radioaktif, gas, limbah infeksius, limbah kimiawi dan
farmasi dengan aman.

(Basuni, Haris, et al. 2019. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Praktik Perawat
Dalam

Pelaksanaan Universal Precaution di RSUD Brebes. Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia;

7(2))

7. Perawatan untuk penyakit infeksius (berdasarkan etiologi)


Jawab :

Eriel : Dilakukan pengobatan dengan menggunakan obat antibiotic, dimana penyakit


infeksi memerlukan terapi antibiotic. Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba,
yang dapat menghambat atau membasmi mikroba jenis lain Terapi antibiotik rasional
bertujuan untuk mencegah kekambuhan infeksi. Pemilihan antibiotik harus disesuaikan
dengan pola resistensi lokal dan memperhatikan riwayat antibiotik yang digunakan pasien .

Athifah Salsabil Adil dan Wisnu Kundarto. Evaluasi Penggunaan Antibiotik pada Pasien
Geriatri Wanita Infeksi Saluran Kemih di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi
Surakarta Tahun 2017. Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research, 2019, 01,
01-15

felix :

Pasien dengan penyakit infeksi harus menjalani perawatan intensif seperti isolasi untuk
meminimalisir penularan. Isolasi juga dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan
penularan/penyebaran kuman pathogen dari sumber infeksi yaitu petugas, pasien, pengunjung
ke orang lain (permenkes RI no 27 tahun 2017).

Untuk pengobatan yang umum diberikan yaitu :

1. Antibiotik

Untuk penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri, biasanya akan diberikan antibiotic.

2. Antivirus

dikhususkan untuk penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus.

3. Antijamur

Pada kasus infeksi akibat jamur, akan diberikan obat-obatan antijamur untuk pasien
4. Antiparasit

Obat antiparasit dikhususkan untuk yang mengidap penyakit infeksi akibat parasit.

(Bakara B, 2020).

Bakara B. 2020. RUMAH SAKIT PENYAKIT INFEKSI KALIMANTAN BARAT. Jurnal


Online Mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura. 8(1): 352-366.

Permenkes RI no 27 tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di


fasilitas Pelayanan Kesehatan

Dini Maulani :

Perawatan Penyakit Infeksi :

1. Bakteri

Perawatannya bisa menggunakan antibiotik sebagai terapi yang digunakan pada infeksi
bakteri. Infeksi bakteri terjadi bila bakteri mampu melewati barrier mukosa atau kulit dan
menembus jaringan tubuh. Pada umumnya, tubuh berhasil mengeliminasi bakteri tersebut
dengan respon imun yang dimiliki, tetapi bila bakteri berkembang biak lebih cepat daripada
aktivitas respon imun tersebut maka akan terjadi penyakit infeksi yang disertai dengan tanda-
tanda inflamasi. Terapi yang tepat harus mampu mencegah berkembang biaknya bakteri lebih
lanjut tanpa membahayakan host, sehingga diperlukan antibiotik untuk menghambat
pertumbuhan bakteri

(Mutsaqof AAN, Wiharto, Suryani E. 2015. Sistem Pakar Untuk Mendiagnosis Penyakit
Infeksi Menggunakan Forward Chaining. JURNAL ITSMART; 4(1): 43)

2. Virus

Pasien dengan penyakit ringan tidak memerlukan intervensi rumah sakit, tetapi isolasi
diperlukan untuk mencegah penularan virus lebih luas, sesuai strategi dan sumber daya
nasional. Sebagian besar pasien yang bergejala ringan tidak memerlukan perawatan rumah
sakit, tetapi perlu diimplementasikan PPI yang sesuai dengan standard untuk mencegah dan
memitigasi penularan.

(World Health Organization, 2020. Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) Situation Report-
1. Indonesia: World Health Organization)

Anda mungkin juga menyukai