Sasaran Belajar :
1. Apa definisi dari penyakit infeksius?
2. Apa saja etiologi dari penyakit infeksius beserta mekanisme terjadinya
penyakit infeksius?
3. Apa definisi dari rantai infeksi?
4. Apa saja komponen dari rantai infeksi?
5. Bagaimana cara memutus rantai infeksi?
6. Bagaimana standard precautions untuk penyakit infeksius? (yang dapat
digunakan saat pandemi COVID-19 dan dalam lingkup kedokteran gigi)
7. Bagaimana perawatan untuk penyakit infeksius? (berdasarkan etiologi)
Sumber: Novard MFA, Suharti N, Rasyid R. 2019. Gambaran Bakteri Penyebab Infeksi Pada
Anak Berdasarkan Jenis Spesimen dan Pola Resistensinya di Laboratorium RSUP Dr. M.
Djamil Padang Tahun 2014-2016. Jurnal Kesehatan Andalas; 8(2): 26-32.
Gama: Infeksi merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen,
dengan/tanpa disertai gejala klinik. Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan (Health Care
Associated Infections) yang selanjutnya disingkat HAIs merupakan infeksi yang terjadi pada
pasien selama perawatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dimana
ketika masuk tidak ada infeksi dan tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi dalam rumah
sakit tapi muncul setelah pasien pulang, juga infeksi karena pekerjaan pada petugas rumah
sakit dan tenaga kesehatan terkait proses pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
felix :
Penyakit infeksi merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi
(organisme) yang disertai adanya respon imun dan gejala klinik. Penyakit infeksius adalah
penyakit (infeksi) tertentu yang dapat berpindah dari satu orang ke orang lain, baik secara
langsung maupun tidak langsung (M Maryana et al, 2018).
Maryana M, et al. 2019. Penilaian Kepatuhan Perilaku Perawat dalam melaksanakan Hand
Hygiene di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Depati Bahrin Sungailiat tahun
2018, Citra Delima : Jurnal Ilmiah STIKES Citra Delima Bangka Belitung.
Frida :
Penularan langsung oleh mikroba patogen ke pintu masuk yang sesuai dari pejamu.
Sebagai contoh adalah adanya sentuhan, gigitan, ciuman, atau adanya droplet
nuclei saat bersin, batuk, berbicara atau saat transfusi darah dengan darah yang
terkontaminasi mikroba patogen.
2. Transmisi Tidak Langsung
(Gusti Erysa) :
Kandidiasis oral adalah salah satu infeksi fungal yang mengenai mukosa oral. Lesi ini
disebabkan oleh jamur Candida albicans. Candida albicans adalah salah satu komponen dari
mikroflora oral dan sekitar 30-50% orang sebagai karier organisme ini. Tedapat lima tipe
spesies kandida yang terdapat di kavitas oral, diantaranya adalah: (1) Candida albicans (2)
Candida tropicalis (3) Candida krusei (4) Candida parapsilosis (5) Candida guilliermondi.
Dari kelima tipe tersebut, Candida albicans adalah yang paling sering terdapat pada kavitas
oral. Candida albicans merupakan fungi yang menyebabkan infeksi opurtunistik pada
manusia (Hakim L, et al. 2015).
Mekanisme: Mekanisme terjadinya oral candidiasis terjadi melalui transmisi patogen dari
species candida melalui jalur endogen dan eksogen. Untuk jalur endogen dimana spesies
candida itu terdapat microbiota dari letak anatomi yang bervariasi dan terjadinya kondisi host
yang lemah berpeluang terjadinya patogenitas. Untuk mekanisme jalur eksogen dapat terjadi
melalui tangan dari tenaga kesehatan yang merawat pasien dimana kurang terjaga
kebersihannya sehingga apabila tenaga medis tersebut tidak cuci tangan atau menjaga
kebersihannya setelah menangani pasien yang satu ke pasien yang lain dapat menimbulkan
terjadinya patogenitas. Infeksi juga bisa berasal dari kontaminasi pemasangan kateter dan
intravena (Sabila, et al. 2017).
Dapus: -Hakim, L., Ramadhian, MR. 2015. Kandidiasis Oral. Majority. 4(9): 53-57.
-Sabila, AA., Ade Ismail A.K., Mujayanto, R. 2017. Oral Hygiene Buruk Pasien
Rawat Inap Tidak Berkaitan dengan Pertumbuhan Oral Candidiasis. ODONTO
Dental Journal. 4(1): 56-60.
Geya:
1. Penyebaran langsung dari orang ke orang melalui kontak. Cara utama Penyebaran
meliputi infeksi droplet atau aerosol (misalnya, influenza, campak, smallpox); melalui
kontak seksual (contohnya, papillomavirus, virus hepatitis B, herpes simpleks tipe 2,
dan human immunodeficiency virus); melalui kontak tangan-mulut, tangan-mata, atau
mulut-mulut (misalnya, virus herpes simpleks, rhinovirus, virus Epstein Barr), atau
melalui darah yang terkontaminasi (misalnya, virus hepatitis B, Human
Immunodeficiency Virus).
2. Penyebaran tak langsung melalui jalur fekal oral (misalnya, enterovirus, rotavirus,
hepatitis A infeksius) atau melalui muntahan (misalnya, virus Norwalk, rhinovirus).
Penyebaran dari hewan ke hewan, dengan manusia sebagal pejamu aksidental.
Penyebaran dapat terjadi melalui gigitan (rabies) atau melalui infeksi droplet atau
aerosol dari daerah yang terkontaminasi hewan pengerat (contohnya, arenavirus,
hantavirus).
Untuk dapat menyebabkan penyakit, virus harus masuk ke dalam tubuh pejamu, berkontak
dengan sel yang rentan, bereplikasi, dan menyebabkan kerusakan sel. Pemahaman terhadap
mekanisme patogenesis virus pada tingkat molekuler diperlukan untuk merancang strategi
antivirus yang efektif dan spesifik. Langkah-langkah spesifik yang terlibat dalam patogenesis
virus adalah sebagai berikut virus masuk ke dalam sel, replikasi virus primer, penyebaran
virus, kerusakan seluler, respons imun pejamu, pemusnahan virus atau terjadinya infeksi
persisten, dan pelepasan virus. Agar terjadi infeksi pada pejamu, virus pertama kali harus
menempel dan masuk ke salah satu sel di permukaan tubuh kulit, saluran pernapasan, saluran
urogenital, atau konjungtiva. Sebagian besar virus masuk ke pejamunya melalui mukosa
saluran pernapasan atau gastrointestinal
Suprobowati OD, Kurniati I. 2018. Virologi Bahan Ajar Teknologi Laboratorium Medik
(TLM). Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Eriel : Penyakit infeksi dibedakan menjadi 3 jenis yaitu infeksi oleh bakteri, infeksi oleh
virus, dan infeksi oleh parasit. Infeksi oleh parasit biasanya disebabkan oleh infeksi cacing.
Infeksi cacing dapat ditularkan lewat makanan, air, udara, feses, hewan peliharaan, dudukan
toilet dan pegangan pintu yang terkontaminasi oleh telur cacing. orang yang terserang
penyakit ini tentu saja membutuhkan pakar atau dokter untuk mendiagnosa penyakit tersebut.
Aprilliani, P. F., & Mustafidah, H. (2017). Implementasi Certainty Factor pada Diagnosa
Penyakit Infeksi Tropis (Certainty Factor Implementation On Tropical Infection Disease
Diagnostics). JRST (Jurnal Riset Sains dan Teknologi), 1(1), 22-36
Frida :
Patogenesis dari suatu infeksi bakteri meliputi proses infeksi dan mekanisme-
mekanisme yang menyebabkan timbulnya gejala penyakit. Bakteri dikatakan
bersifat patogen bila mempunyai kemampuan mengadakan transmisi, melekat
pada sel-sel inang dan mengadakan multiplikasi, menggunakan nutrien dari sel
inang, invasi dan timbulnya kerusakan pada sel-sel dan jaringan, serta
toksigenisitas dan kemampuan membangkitkan sistem imun inang. Hal ini
dipengaruhi oleh struktur serta produk-produk yang dihasilkan oleh bakteri dan sifat
bakteri itu sendiri. Secara umum patogenesis bakteri diawali dengan masuknya
bakteri ke dalam tubuh inang melalui bermacam-macam cara, antara lain saluran
pernafasan, saluran pencernaan, rongga mulut, kuku, dan lain- lain. Setelah itu
terjadi proses adhesi- kolonisasi. Pada proses ini bakteri menempel pada
permukaan sel inang, perlekatan bakteri terjadi pada sel epitel. Pada proses ini,
perlekatan bakteri ke sel permukaan sel inang memerlukan protein adhesin.
Adhesin dibagi menjadi dua, yaitu fimbrial dan afimbrial. Adhesi fimbrial bertindak
sebagai ligan dan berikatan dengan reseptor yang terdapat pada permukaan sel
inang. Fili sering dikenal sebagai antigen kolonisasi karena peranannya sebagai
alat penempelan pada sel lain. Eksotoksin dan endotoksin bakteri sangat penting di
dalam patogenesis penyakit tertentu. Eksotoksin merupakan faktor virulen pada
infeksi bakteri toksigenik dan imunitas terhadap toksin ini dapat mencegah
terjadinya penyakit. Toksin yang dikeluarkan dari bakteri menyebabkan pengaruh
negatif terhadap sel inang dengan cara mengubah metabolisme normal inang
tersebut. Toksin yang dihasilkan dibedakan menjadi 3 jenis yaitu endotoksin,
eksotoksin, dan enterotoksin. Setelah proses adhesi-kolonisasi, bakteri mengalami
proses invasi. Invasi merupakan proses bakteri masuk ke dalam sel inang dan
menyebar ke seluruh tubuh. Proses ini adalah akses yang lebih dalam dari bakteri.
Setelah invasi, mikroba mampu bertahan hidup dan berkembang biak dalam sel
inang. Dalam mempertahankan hidupnya, bakteri harus dapat bersaing untuk
mendapatkan nutrisi, setelah itu dapat mengakibatkan rusaknya jaringan dan
organ-organ tubuh. Bakteri yang memiliki kapsul akan melindungi dirinya dari
fagositosis melalui polisakarida yang mengelilinginya. Baik bakteri Gram positif
maupun Gram negatif yang berkapsul serta vaksin yang mengandung antigen
kapsul murni akan merangsang imunitas yang bersifat protektif. Bakteri yang
bersifat intraseluler dapat menghalangi respon imun inang karena tumbuh di dalam
sel, terutama fagosit.
Pratiwi RH. 2017. Mekanisme pertahanan bakteri patogen terhadap antibiotik. Jurnal
Pro-Life, 4(3): 418-429.
Rantai infeksi (chain of infection) merupakan rangkaian yang harus ada untuk
menimbulkan infeksi. Terdapat 6 komponen rantai infeksi, yaitu agen infeksi,
reservoir, portal of exit, metode transmisi, portal of entry, dan susceptible
host. Agen infeksi atau infectious agent adalah mikroorganisme penyebab
infeksi. Reservoir atau tempat sumber agen infeksi dapat hidup, tumbuh,
berkembang biak dan siap ditularkan kepada penjamu atau manusia. Portal of
exit atau pintu keluar adalah lokasi tempat agen infeksi (mikroorganisme)
meninggalkan reservoir melalui saluran napas, saluran cerna, saluran kemih
serta transplasenta. Metode transmisi adalah metode transport
mikroorganisme dari wadah/reservoir ke pejamu yang rentan. Portal of entry
atau pintu masuk adalah lokasi agen infeksi memasuki pejamu yang rentan.
Susceptible host adalah seseorang dengan kekebalan tubuh menurun
sehingga tidak mampu melawan agen infeksi
Diba:
Salah satu cara untuk memvisualisasikan penularan agen infeksi dari suatu populasi
adalah melalui keterkaitan enam elemen yang terhubung dalam sebuah rantai yang
disebut rantai infeksi. Upaya pengendalian dan pencegahan penyakit infeksi fokus
pada memutus satu atau lebih mata rantai untuk menghentikan penyebaran penyakit
(Seventer et al., 2017).
Rantai infeksi dimulai dengan agen penular yang tinggal dan berkembang biak di
suatu reservoir alami; manusia, hewan, atau bagian dari lingkungan seperti tanah
atau air yang mendukung keberadaan agen penular di alam. Pemahaman
menyeluruh tentang rantai infeksi sangat penting untuk pencegahan dan
pengendalian penyakit infeksi, karena memutus mata rantai di mana saja di
sepanjang rantai akan menghentikan penularan agen penular (Seventer et al.,
2017).
Sumber: Seventer JMV, Hochberg NS. 2017. Principles of Infectious Diseases:
Transmission, Diagnosis, Prevention, and Control. International Encyclopedia of
Public Health; 6: 22-39.
Eriel : Rantai infeksi adalah proses dimana suatu kondisi tertentu harus dipenuhi agar
mikroba atau penyakit menular dapat menyebar dari satu orang ke orang lain. (rangkaian
yang harus ada untuk menimbulkan infeksi) Padoli, Mikrobiologi Dan Parasitologi
Keperawatan. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.2016
Fitria : Penyakit infeksi dapat ditularkan dari orang ke orang. Beberapa ditularkan melalui
serangga atau hewan lain. Bisa juga karena orang lain dengan mengonsumsi makanan atau air
yang terkontaminasi atau terpapar organisme di lingkungan.
Kontak langsung
Cara mudah untuk tertular sebagian besar penyakit menular adalah dengan bersentuhan
dengan seseorang atau hewan yang terinfeksi. Penyakit infeksi dapat menyebar melalui
kontak langsung seperti:
1. Orang ke orang. Penyakit infeksi biasanya menyebar melalui perpindahan langsung
bakteri, virus atau kuman lain dari satu orang ke orang lain. Hal ini dapat terjadi ketika
seseorang dengan bakteri atau virus menyentuh, mencium, atau batuk atau bersin pada
seseorang yang tidak terinfeksi.
Kuman ini juga bisa menyebar melalui pertukaran cairan tubuh dari kontak seksual. Orang
yang menularkan kuman mungkin tidak memiliki gejala penyakit, tetapi mungkin hanya
pembawa.
2. Hewan ke orang. Digigit atau dicakar oleh hewan yang terinfeksi - bahkan hewan
peliharaan - dapat membuat sakit dan dalam keadaan yang ekstrim, dapat berakibat fatal.
Menangani kotoran hewan juga bisa berbahaya. Misalnya, bisa terkena infeksi
toksoplasmosis dengan mengambil kotak kotoran kucing Anda.
3. Ibu dari anak yang belum lahir. Seorang wanita hamil dapat menularkan kuman yang
menyebabkan penyakit menular ke bayinya yang belum lahir. Beberapa kuman dapat
melewati plasenta atau melalui ASI. Kuman di vagina juga bisa menular ke bayi saat lahir.
Kontak tidak langsung
Organisme penyebab penyakit juga dapat ditularkan melalui kontak tidak langsung. Banyak
kuman yang dapat tertinggal di benda mati, seperti meja, gagang pintu, atau gagang keran.
Ketika menyentuh gagang pintu yang telah dipegang oleh seseorang yang sedang flu atau
pilek, dapat menularkan kuman yang ditinggalkannya. Kemudian menyentuh mata, mulut,
atau hidung sebelum mencuci tangan, kita dapat terinfeksi karena kumannya ikut berpindah.
1. Gigitan serangga
Beberapa kuman bergantung pada pembawa serangga - seperti nyamuk, kutu, atau kutu -
untuk berpindah dari inang ke inang. Pembawa ini dikenal sebagai vektor. Nyamuk dapat
membawa parasit malaria atau virus West Nile. Kutu rusa mungkin membawa bakteri yang
menyebabkan penyakit Lyme.
2. Kontaminasi makanan
Kuman penyebab penyakit juga dapat menginfeksi melalui makanan dan air yang
terkontaminasi. Mekanisme penularan ini memungkinkan kuman menyebar ke banyak orang
melalui satu sumber. Escherichia coli (E. coli), misalnya, adalah bakteri yang ada di dalam
atau pada makanan tertentu - seperti hamburger yang kurang matang atau jus buah yang tidak
dipasteurisasi.
Sumber :
1. Kumar P, et al. 2017. Infectious diseases and tropical medicine. In: Kumar and Clark's
Clinical Medicine. 11th ed. Philadelphia : Elsevier.
2. Ryan KJ. 2018. Infectious diseases: Syndromes and etiologies. In: Sherris Medical
Microbiology. 7th ed. New York : McGraw-Hill Education.
2. Reservoir:
Reservoir atau wadah merupakan tempat atau sumber agen infeksi dapat hidup,
tumbuh, berkembang-biak dan siap ditularkan kepada pejamu atau manusia. SRI
REZEKI SILALAHI. Pentingnya Upaya Memutus Rantai Infeksi Di Pusat Pelayanan
Kesehatan. OSF Preprints, 2020)
3. portal of exit
4. metode transmisi
5. portal of entry
6. penjamu rentan
Dapus: Efriana, Rara, B. 2018. Studi Kasus Identifikasi Kepatuhan Perawat dalam
Pencegahan dan Pengendalian Healthcare Associated Infections di Ruang Palem Rumah
Sakit Paru Surabaya. Surabaya: Universitas Muhammadiyah Surabaya.
a. Agen Infeksi
Mikroorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain bakteri, virus, jamur dan
protozoa. Kemungkinan terjadinya infeksi tergantung pada :
1) Karakteristik mikroorganisme.
3) Tingkat virulensi
Mikroorganisme yang hidup di dalam reservoir harus menemukan jalan keluar (portal
of exit) Sebelum menimbulkan infeksi, mikroorganisme harus keluar terlebih dahulu dari
reservoarnya. Jika reservoarnya manusia, kuman dapat keluar melalui saluran pernapasan,
pencernaan, perkemihan, genitalia, kulit dan membrane mukosa yang rusak serta darah.
d. Cara Penularan
Kuman dapat menular atau berpindah ke orang lain dengan berbagai cara seperti
kontak langsung dengan penderita melalui oral, fekal, kulit atau darahnya kontak tidak
langsung melalui jarum atau balutan bekas luka penderita peralatan yang terkontaminasi
makanan yang diolah tidak tepat melalui vektor nyamuk atau lalat.
e. Portal Masuk
Sumber: (Ismah Z. 2018. Bahan Ajar Dasar Epidemiologi. Sumatera Utara: Universitas Islam
Negeri Medan; 31-32)
Felix :
a. Agen infeksi (infectious agent) adalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi.
Pada manusia, agen infeksi dapat berupa bakteri virus, jamur dan parasit. Ada 3 faktor pada
agen penyebab yang mempengaruhi terjadinya infeksi yaitu : patogenesis, virulensi dan
jumlah (dosis atau “load”).
b. Reservoir atau tempat dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang biak dan siap
ditularkan kepada orang. Reservoir yang paling umum adalah manusia, binatang, tumbuh-
tumbuhan, tanah, air dan bahan-bahan organik lainnya. Pada orang sehat, permukaan kulit,
selaput lendir saluran napas atas, usus dan vagina merupakan reservoir yang umum.
c. Pintu keluar (portal of exit) adalah jalan darimana agen infeksi meninggalkan reservoir.
Pintu keluar meliputi saluran pernapasan, pencernaan, saluran kemih dan kelamin, kulit dan
membrana mukosa, transplasenta dan darah serta cairan tubuh lain.
d. Pintu masuk (portal of entry) adalah tempat dimana agen infeksi memasuki host Pintu
masuk bisa melalui saluran pernapasan, pencernaan, saluran kemih dan kelamin, selaput
lendir, serta kulit yang tidak utuh (luka).
e. host adalah orang yang tidak memiliki daya tahan tubuh yang cukup untuk melawan agen
infeksi serta mencegah terjadinya infeksi atau penyakit. Faktor yang khusus dapat
mempengaruhi adalah umur, status gizi, status imunisasi, penyakit kronis, luka bakar yang
luas, trauma atau pembedahan, pengobatan dengan imunosuresan. Faktor lain yang mungkin
berpengaruh adalah jenis kelamin, ras atau etnis tertentu, status ekonomi, gaya hidup,
pekerjaan dan herediter.
Diba:
Gama: Rantai Infeksi (chain of infection) merupakan rangkaian yang harus ada
untuk menimbulkan infeksi. Dalam melakukan tindakan pencegahan dan
pengendalian infeksi dengan efektif, perlu dipahami secara cermat rantai
infeksi.Kejadian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan dapat disebabkan oleh 6
komponen rantai penularan, apabila satu mata rantai diputus atau dihilangkan, maka
penularan infeksi dapat dicegah atau dihentikan. Enam komponen rantai penularan
infeksi, yaitu:
- Agen infeksi (infectious agent)
- Reservoir atau wadah tempat/sumber agen infeksi dapat hidup, tumbuh,
berkembang-biak dan siap ditularkan kepada pejamu atau manusia
- Portal of exit (pintu keluar)
- Metode Transmisi/Cara Penularan
- Portal of entry (pintu masuk)
- Susceptible host (Pejamu rentan)
Geya: Upaya memutus mata rantai infeksi salah satunya dengan melakukan hand
Hygiene. Tangan sebagai pembawa bakteri yang paling umum dapat menyebarkan
mikroorganisme dari satu orang ke yang lain. Oleh karena itu, kebersihan tangan
merupakan hal yang sangat penting untuk memutus rantai infeksi. Cara untuk
mempertahankan agar mencegah transfer mikroorganisme melalui tangan yaitu
dengan melalukan keberihan tangan (hand hygine). Cuci tangan wajib dilakukan
pada 6 moment berikut ini: sebelum kontak dengan pasien/penderita, sebelum
tindakan aseptis, setelah tindakan aseptis, setelah kontak dengan pasien/penderita,
dan setelah meninggalkan lingkungan pasien/penderita.
Patimah I, et al. 2020. Upaya Memutus Rantai Infeksi Melalui Edukasi Good
Hand Hygiene Pada Keluarga Penunggu Pasien Yang Dirawat Di Rumah
Sakit Dr. Slamet Garut. Jurnal Pengabdian Dan Pemberdayaan Masyarakat;
4(2): 329-332.
Fitria:
Sumber :
1. Dewi, F.,Handiyani, H., & Kuntarti. (2016). Memutus Rantai Infeksi Melalui
Fungsi Pengorganisasian Kepala Ruang Rawat . Jurnal Keperawatan Indonesia,
Volume 19 No.2, 105-113 .
2. Ernawati, E. (2014). Penerapan Hand Hygiene Perawat di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit. Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 28.
3. Estri, B. A., & dkk. (2019). Pengendalian Dan Pencegahan Infeksi (Ppi) .
Yogyakarta: Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta .
Gama:
Alat Pelindung Diri berdasarkan tipe prosedur atau lokasi dibagi menjadi 3
Level 1
• Penutup kepala
• Masker bedah
• Pelindung wajah
• Pelindung kaki
• Pelayanan triase
Level 2
• Penutup kepala
• Masker bedah
• Baju/pakaian jaga
• Gown
• Pelindung kaki
Level 3
• Penutup kepala
• Digunakan pada prosedur dan tindakan operasi pada pasien suspek/ probable/
terkonfirmasi COVID-19
Pedoman Standar Perlindungan Dokter di Era Covid-19. Tim Mitigasu Dokter dalam
Pandemi Covid-19 PB IDI
Dapus: Efriana, Rara, B. 2018. Studi Kasus Identifikasi Kepatuhan Perawat dalam
Pencegahan dan Pengendalian Healthcare Associated Infections di Ruang Palem
Rumah Sakit Paru Surabaya. Surabaya: Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Frida :
Standard Precautions pada OHSPS (oral healthcare service providers) meliputi: kebersihan
tangan dan alat respiratory; penggunaan alat pelindung diri (APD) tergantung pada risiko;
pencegahan luka akibat jarum suntik atau benda tajam; pembersihan lingkungan yang aman
dan sterilisasi peralatan perawatan pasien.
Pastikan kebersihan tangan dan alat respiratory juga mencakup
1.Penggunaan pelindung wajah/mata, yaitu goggles dan faceshield
2.Menggunakan gown yang bersih, nonesterile, lengan panjan dan tahan cairan.
3.Gunakan sarung tangan
4.Tutup hidung dan mulut saat batuk atau bersin dengan tisu atau siku tertekuk;
5.Buang jaringan sesuai Aturan Pengelolaan Limbah Biomedis 2016, diubah 2018,
6.lakukan pembersihan tangan sebelum dan setelah setiap kontak dengan pasien;
7.Berikan masker medis (tiga lapis) kepada pasien yang diduga terjangkit COVID-19.
Pastikan prosedur pembersihan dan disinfeksi lingkungan dilakukan secara konsisten dan
benar. Pembersihan menyeluruh pada permukaaan lingkungan dengan air dan deterjen dan
menerapkan disinfektan tingkat rumah sakit yang biasa digunakan (seperti sodium
hypochlorite) cukup efektif dan memadai. Kelola pencucian, peralatan layanan, dan limbah
medis yang sesuai dengan prosedur rutin yang aman.
Infection Prevention and Control During Oral and Dental Healthcare when Coronavirus
Disease (Covid-19) is Suspected. World Health Organization Indian Dental Association.
2020.
Dini Maulani:
Standard Precaution yaitu kewaspadaan yang utama, dirancang untuk diterapkan secara
rutin dalam perawatan seluruh pasien di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya, baik yang telah didiagnosis,diduga terinfeksi atau kolonisasi. Diterapkan
untuk mencegah transmisi silang sebelum pasien di diagnosis, sebelum adanya
hasil pemeriksaan laboratorium dan setelah pasien didiagnosis
Komponennya terdiri dari :
a. Kebersihan Tangan
Dasar standard precautions adalah melalui cuci tangan secara benar, pengunaan alat
pelindung, desinfeksi dan pencegahan tusukan alat tajam, dalam upaya mencegah transmisi
mikroorganisme melalui darah dan cairan tubuh. Pencegahan utama dilakukan melalui cuci
tangan secara benar karena tangan sebagai anggota gerak yang sering digunakan untuk
menyentuh pasien. Mencuci tangan adalah proses yang secara mekanik melepaskan kotoran
dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air. Cuci tangan juga bisa
dilakukan dengan menggunakan agen antiseptic atau antimikroba. Agen antiseptic yang
sering digunakan adalah penggosok tangan (handrub) antiseptic atau handrub yang berbasis
alcohol. Penggunaan handrub antiseptic untuk tangan yang bersih lebih efektif membunuh
flora residen dan flora transien daripada mencuci tangan dengan sabun antiseptic atau sabun
biasa dan air.
b. Penggunaan APD
APD terdiri dari sarung tangan, masker/Respirator Partikulat, pelindung mata (goggle),
perisai/pelindung wajah, kap penutup kepala, gaun pelindung/apron, sandal/sepatu tertutup
(Sepatu Boot) yang perlu digunakan perawat atau dokter saat berhadapan dengan pasien yang
memungkinkan dapat terjadinya penularan. Tujuan Pemakaian APD adalah sebagai
melindungi kulit dan membran mukosa dari resiko pajanan darah, cairan tubuh, sekret,
ekskreta, kulit yang tidak utuh dan selaput lendir dari pasien ke petugas dan sebaliknya.
Indikasi penggunaan APD adalah jika melakukan tindakan yang memungkinkan tubuh atau
membran mukosa terkena atau terpercik darah atau cairan tubuh atau kemungkinan pasien
terkontaminasi dari perawat atau dokter.
Ø Rendam peralatan bekas pakai dalam air dan detergen atau enzyme lalu dibersihkan
dengan menggunakan spons sebelum dilakukan disinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau
sterilisasi.
Ø Peralatan yang telah dipakai untuk pasien infeksius harus didekontaminasi terlebih dulu
sebelum digunakan untuk pasien lainnya.
Ø Pastikan peralatan sekali pakai dibuang dan dimusnahkan sesuai prinsip pembuangan
sampah dan limbah yang benar. Hal ini juga berlaku untuk alat yang dipakai berulang, jika
akan dibuang.
Ø Untuk alat bekas pakai yang akan di pakai ulang, setelah dibersihkan dengan menggunakan
spons, di DTT dengan klorin 0,5% selama 10 menit.
Ø Untuk peralatan yang besar seperti USG dan X-Ray, dapat didekontaminasi permukaannya
setelah digunakan di ruangan isolasi.
d. Pengelolaan Limbah
Fasilitas pelayanan kesehatan harus mampu melakukan minimalisasi limbah yaitu upaya
yang
dilakukan untuk mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan dengan cara mengurangi bahan
(reduce), menggunakan kembali limbah (reuse) dan daur ulang limbah (recycle). Tujuan
pengelolaan limbah ini adalah sebagai melindungi pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan
masyarakat sekitar fasilitas pelayanan kesehatan dari penyebaran infeksi dan membuang
bahan-bahan berbahaya (sitotoksik, radioaktif, gas, limbah infeksius, limbah kimiawi dan
farmasi dengan aman.
(Basuni, Haris, et al. 2019. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Praktik Perawat
Dalam
7(2))
Athifah Salsabil Adil dan Wisnu Kundarto. Evaluasi Penggunaan Antibiotik pada Pasien
Geriatri Wanita Infeksi Saluran Kemih di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi
Surakarta Tahun 2017. Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research, 2019, 01,
01-15
felix :
Pasien dengan penyakit infeksi harus menjalani perawatan intensif seperti isolasi untuk
meminimalisir penularan. Isolasi juga dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan
penularan/penyebaran kuman pathogen dari sumber infeksi yaitu petugas, pasien, pengunjung
ke orang lain (permenkes RI no 27 tahun 2017).
1. Antibiotik
Untuk penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri, biasanya akan diberikan antibiotic.
2. Antivirus
3. Antijamur
Pada kasus infeksi akibat jamur, akan diberikan obat-obatan antijamur untuk pasien
4. Antiparasit
Obat antiparasit dikhususkan untuk yang mengidap penyakit infeksi akibat parasit.
(Bakara B, 2020).
Dini Maulani :
1. Bakteri
Perawatannya bisa menggunakan antibiotik sebagai terapi yang digunakan pada infeksi
bakteri. Infeksi bakteri terjadi bila bakteri mampu melewati barrier mukosa atau kulit dan
menembus jaringan tubuh. Pada umumnya, tubuh berhasil mengeliminasi bakteri tersebut
dengan respon imun yang dimiliki, tetapi bila bakteri berkembang biak lebih cepat daripada
aktivitas respon imun tersebut maka akan terjadi penyakit infeksi yang disertai dengan tanda-
tanda inflamasi. Terapi yang tepat harus mampu mencegah berkembang biaknya bakteri lebih
lanjut tanpa membahayakan host, sehingga diperlukan antibiotik untuk menghambat
pertumbuhan bakteri
(Mutsaqof AAN, Wiharto, Suryani E. 2015. Sistem Pakar Untuk Mendiagnosis Penyakit
Infeksi Menggunakan Forward Chaining. JURNAL ITSMART; 4(1): 43)
2. Virus
Pasien dengan penyakit ringan tidak memerlukan intervensi rumah sakit, tetapi isolasi
diperlukan untuk mencegah penularan virus lebih luas, sesuai strategi dan sumber daya
nasional. Sebagian besar pasien yang bergejala ringan tidak memerlukan perawatan rumah
sakit, tetapi perlu diimplementasikan PPI yang sesuai dengan standard untuk mencegah dan
memitigasi penularan.
(World Health Organization, 2020. Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) Situation Report-
1. Indonesia: World Health Organization)