Anda di halaman 1dari 14

BAB 10

PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DAN KESEHATAN LINGKUNGAN


PEMUKIMAN

Tujuan Instruksional Khusus :


1. Mampu menjelaskan konsep pemberantasan penyakit menular
2. Mampu memahami prinsip – prinsip terkait proses terjadinya penyakit infeksi
dan penyakit menular
3. Mampu menjelaskan pencegahan dan pengendalian kesehatan masyarakat
terhadap penyakit menular
4. Mampu menjelaskan pengertian, tujuan dan ruang lingkup kesehatan
lingkungan pemukiman
5. Mampu menjelaskan kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kesehatan
lingkungan pemukiman
6. Mampu menjelaskan strategi intervensi perawat kesehatan komunitas dalam
pengendalian penyakit menular dan kesehatan lingkungan komunitas
1. Konsep Pemberantasan Penyakit Menular
Konsep pemberantasan penyakit menular yakni penghapusan total penyakit tersebut
sampai terakara-akarnya secara global (seluruh dunia) merupakan impian masalalu yang
kemudian dapat menjadi kenyataan pada suatu penyakit menular yang cukup berbahaya.
Adapun faktor-faktor yang menjadi pertimbangan yang kuat dalam mengambil keputusan
diantara lain:
1. Reservoir satu-satunya adalah manusia
2. Penyakit ini tidak memiliki infeksi berselubung artinya semua penderita muncul dengan
gejala klinik yang sangat spesifik, sehingga surveillans mudah diterapkan.
3. Adanya vaksin yang dapat memberikan perlindungan secara meyakinkan dan dapat
berjalan seumur hidup.
4. Cara pemberian imunisasi/vaksinasi relatif mudah dan dapat menjangkau penduduk
yang terisolir sekalipun hasil yang diperoleh adalah berhasilnya diberantas penyakit
tersebut secara total diseluruh dunia dan sejak tahun 1976 dinyatakan dunia bebas dari
penyakit mallpox (Koes, 2014).
Pemberantasan (Eradikasi) merupakan tujuan jangka panjang intervensi kesehatan
untuk waktu yang tidak terbatas. Itulah sebabnya lembaga pemerintah yang bertanggung
jawab dalam memimpin dan mengkoordinasi aneka intervensi kesehatan untuk mengatasi
masalah penyakit (Hasnidar et al., 2020).
2. Epidemiologi penyakit menular
a. Penyakit Menular
Penyakit menular atau penyakit infeksi adalah sebuah penyakit yang disebabkan
oleh agen biologi (seperti virus, bakteria maupun parasit) dan bukan disebabkan oleh
faktor fisik seperti luka bakar atau kimia seperti keracunan (Sumampouw, 2017).
b. Proses Terjadinya Penyakit dan Penularan Penyakit Menular.
Penyakit menular timbul sebagai hasil interaksi berbagai faktor dari agent, host
maupun lingkungan.
HOST

INTERAKS

ENVIRONMEN AGENT

Gambar. 1 hubungan interaksi antara pejamu, penyabab penyakit dan lingkungan dengan kondisi
sehat

1. Agent
Peyebab penyakit digolongkan menjadi 2, yaitu peyebab primer dan sekunder :
a. Penyebab primer : biologis (mikroorganisme, parasit) dapat ditimbulkan dari
lingkungan. Nutrisi (zat gizi), mengkonsumsi makanan yang kurang sehat dapat
menimbulkan penyakit. Kimiawi (internal dan eksternal), banyaknya zat-zat kimia
dalam makanan yang dapat menimbulkan gangguan dalam tubuh. Psikis (sters,
gangguan mental) perasaan tegang yang berlebihan dapat menimbulkan stress
sehingga dapat meimbulkan gangguan pencernaan. Genetik (keturunan),
seseorang berpotensi lebih besar terkena kanker jika orang tuanya kanker.
b. Peyebab sekunder adalah keadaan yang semakin memperburuk kondisi kesehatan
seseorang untuk terjadinya penyakit.
2. Host (manusia)
Faktor manusia dapat berpengaruh dalam terjadinya penyakit. Karakteristik atau
faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia adalah usia, jenis kelamin, sosial
budaya, daya tahan tubuh, ras, pendidikan dan pekerjaan
3. Lingkungan/environment
Lingkungan merupakan salah satu peyebab penyakit dalam interaksi antara
manusia dengan peyebab penyakit. Lingkungan yang menjadi penyebab antara lain :
lingkungan fiik, lingkungan biologi, lingkungan sosial ekonomi (Yuliyanik, 2022).

Ketiga faktor ini nampaknya membentuk persyaratan minimal untuk kejadian dan
peyebaran penyakit menular dalam populasi. Dalam model ini agent merupakan unsur yang
harus ada agar penyakit dapat terjadi. Contohnya, virus influenza harus ada dalam diri
seseorang agar seseorang tersebut menderita influenza. Pejamu adalah organisme rentan
apapun, yang disusupi oleh agen infeksius. Sedangkan lingkungan mencakup semua faktor
lain : fisik, biologi, ataupun social yang menghalangi atau memicu penularan penyakit.
Penularan penyakit menular terjadi jika seorang pejamu rentan dan suatu agent patogenik
berada didalam satu lingkungan yang kondusif untuk terjadinya penularan penyakit (Kes,
2021).
Ada bermacam-macam metode yang digunakan agent untuk berpindah dari pejamu
yang satu kepejamu yang lainnya, atau keluar dari pejamu untuk menginfeksi pejamu
lainnya yang rentan baik manusia maupun pada hewan. Metode proses penularan penyakit
dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Sumber penularan Keadaan penjamu


1. Penderita 1. Keadaan umum
2. Pembawa 2. Kekebalan
kuman 1. Kontak
3. Status gizi
3. Binatang sakit langsung
4. keturunan
2. Melalui udara
3. Melalui
makanan dan

Cara keluar dari sumber dan cara masuk ke penjamu melalui


:

1. Mukosa kulit
2. Saluran pencernaan
3. Saluran pernapasan
4. Saluran urogenitalia

Cara penularan khusus (Mode Of Transmission) atau sistem transmisi diartikan


sebagai sistem yang membawa/mentransport agent dari satu host ke host yang lain. Proses
yang berlangsung secara berurutan adalah:
1. Agent harus dapat keluar dari tubuh penderita/host. Tempat tadi disebut portal of exit.
Agent dapat ikut keluar dengan ludah, dahak, air mata, udara pernapasan, ekskresi
kelenjar kelamin, urine, tinja, darah dan lain-lain.
2. Harus dapat bertahan hidup di lingkungan, sampai agent dapat memasuki media
transpor atau host lainnya.
3. Harus ada mekanisme transpor, yang biasa terlaksana oleh insekta (vektor) atau oleh
benda mati, atau kontak manusia langsung antara manusia dengan manusia atau
manusia dengan hewan.
4. Harus ada tempat yang dipergunakan oleh agent untuk memasuki tubuh host yang lain,
disebut portal of entry. Agent memasuki tubuh host bermaksud untuk memperbanyak
diri atau mengalami perubahan siklus hidup, jadi tidak untuk menyebabkan kematian,
sebab host mati maka agent ikut punah (Kartikasari et al., 2022).

Setelah unsur penyebab telah meninggalkan reservoir maka untuk mendapatkan


potensial yang baru, harus berjalan melalui suatu jalur lingkaran perjalanan khusus atau
suatu jalur khusus yang disebut jalur penularan. Tiap kelompok memiliki jalur penularan
tersendiri dan pada garis-garis besarnya dapat dibagi menjadi dua bagian utama yakni:

1. Penularan langsung yakni penularan penyakit terjadi secara langsung dari penderita atau
reservoir, langsung ke penjamu potensial yang baru.
2. Penularan tidak langsung yakni penularan terjadi dengan melalui uadara (air borne)
dalam bentuk droplet dan dust, melalui benda tertentu (vechicle borne), dan melalui
vector (vector borne) (SKM, 2019)
Mata rantai infeksi, ada hubungan yang erat antara segi tiga epidemiologi dengan
mata rantai infeksi. Penularan penyakit terjadi ketika pathogen atau agent meninggalkan
reservoir melalui jalan keluar (portal of exit) dan disebarkan dengan salah satu penularan.
Phatogent atau agent penyebab penyakit memasuki tubuh melalui jalan masuk (portal of
entry) dan menginfeksi host jika host dalam keadaan rentan. Begitu agent meninggalkan
reservoir, agent dengan menggunakan suatu cara penularan akan berpindah ke penjamu yang
rentan, baik melalui penularan langsung (kontak orang ke orang) atau penularan tidak
langsung (droplet, atau partikel debu bawaan udara, vector, fomite, substansi makanan).
Rantai paling akhir dalam mata rantai infeksi adalah individu atau pejamu yang rentan
biasanya manusia atau hewan. Pada pejamu umummnya dilindungi dari serangan pathogen
oleh kulit, selaput lendir, dan respon fisiologi (misal : air mata untuk membersihkan mata,
asiditas dalam lambung, silia pada saluran pernapasan, dan respon dari sistem imun tubuh).
Jika pathogen dapat masuk kedalam tubuh pejamu, akibat kemungkinan besar adalah
kesakitan apabila pejamu tidak memiliki imunitas terhadap pathogen (Kartikasari et al.,
2022).

3. Pencegahan dan Pengendalian Kesehatan Masyarakat Terhadap Penyakit Menular

Upaya pencegahan dan pengendalian infeksi dirancang untuk memutus siklus penularan
penyakit dan melindungi pasien, petugas kesehatan, pengunjung, dan masyarakat
(Amiruddin, 2019).

Pencegahan penyakit menular bertujuan untuk mencegah atau mengahalagi


terjadinya dan perkembangan suatu penyakit sebelum terjadi atau mengalami tingkat
keparahan. Ada tiga tahapan pencegahan penyakit menular sesuai dengan konsep
pencegahan dalam ilmu kesehatan masyarakat yaitu:
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer atau pencegahan tingkat pertama merupakan upaya untuk
mencegah sebelum penyakit menular terjadi. Ada tiga aspek utama upaya pencegahan
meliputi upaya promosi kesehatan, pendidikan kesehatan dan perlindungan kesehatan.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder atau pencegahan tingkat kedua adalah segala upaya yang
dilakukan pada saat sakit untuk dapat menghentikan atau memperlambat perkembangan
suatu penyakit menular. Salah satu upaya pencegahan sekunder adalah program skrining
penyakit menular yang tujuannya untuk deteksi dini, perujukan dan pengobatan secara
cepat dan tepat untuk menyembuhkan ataupun menghentikan perkembangan suatu
penyakit sedini mungkin (Kes, 2021).
3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier ditujukan kepada populasi yang telah mengalami penyakit atau cedera
dan berfokus kepada pembatasan kecacatan serta rehabilitasi. Hal ini bertujuan untuk
mencegah masalah kesehatan menjadi semakin buruk, untuk mengurangi efek dari
penyakit, cidera dan mengembalikan fungsi individu ke level optimal (Pakpahan et al.,
2020).

Penanggulangan penyakit menular, yang dimaksud dengan penanggulangan


penyakit menular (kontrol) adalah upaya untuk menekan peristiwa penyakit menular dalam
masyarakat serendah mungkin sehingga tidak merupakan gangguan kesehatan bagi
masyarakat tersebut. Seperti halnya pada upaya penyakit, maka upaya penaggulangan
penyakit menular dapat pula di kelompokan pada 3 kelompok sesuai dengan sasaran
utamanya meliputi :

1. Sasaran langsung pada sumber penularan pejamu


Jika sumber penularannya adalah binatang peliharaan (domaestik) maka upaya
mengatasi penularan dengan sasaran sumber penularan lebih mudah dilakukan dengan
memusnahkan binatang yang terinfeksi serta meindungi binatang lainnya dari penyakit
tersebut (imunisasi dan pemeriksaan berkala). Apabila sumber penularan adalah
manusia maka cara pendekatannya sangat berbeda, salah satu usaha penanggulangan
yang sasarannya terpusat pada sumber penularan adalah isolasi penderita, bentuk
penanggulangan lainnya yang mirip dengan isolasi adalah karantina. Karantina adalah
pembatasan gerak seseorang atau sekelompok orang yang sehat atau binatang yang
dicurigai menderita atau akan menderita penyakit menular tertentu.
2. Sasaran yang ditujukan pada cara penularan
Sebagaimana di ketahui bahwa cara penularan penyakit meliputi kontak langsung,
melalui udara, melalui makanan serta melalui vektor perantara. Upaya pencegahan
penularan melalui kontak langsung biasanya di titik beratkan pada penyuluhan
kesehatan yang dilaksanakan bersama-sama dengan usaha menghilangkan sumber
penularan. Pencegahan dan penanggulangan penyakit yang di tularkan oleh vektor
terutama serangga dan binatang lainnya di lakukan melalui pemberantasan serangga
serta binatang perantara lainnya.
3. Sasaran ditujukan pada pejamu potensial
Faktor yang berpengaruh pada pejamu potensial terutama tingkat kekebalan
(imunitas) serta tingkat kerentanan/kepekaan yangg dipengaruhi oleh status gizi,
keadaan umur serta faktor genetika. Peningkatan kekebalan khusus (imunitas) berbagai
penyakit dewasa ini dapat dicegah melalui usaha imunisasi yakni peningkatan
kekebalan aktif pada pejamu dengan pemberian vaksinasi, dan peningkatan kekebalan
umum (resistensi) berbagai usaha lainnya dalam meningkatkan daya tahan pejamu
terhadap peyakit infeksi telah diprogramkan secara luas seperti perbaikan gizi keluarga ,
peningkatan gizi balita melalui program Kartu Menuju Sehat (KMS), peningkatan
derajat kesehatan masyarakat serta pelayanan kesehatan terpadu melalui Posyandu.
Keseluruhan program ini bertujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh secara umum
dalam usaha menangkal berbagai ancaman penyakit infeksi (Koes, 2014).
4. KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN
a. Definisi pemukiman
Permukiman dapat diartikan paduan antara manusia dengan masyarakatnya, alam
dan unsur buatan. Pemukiman adalah suatu struktur fisik dimana orang
menggunakannya untuk tempat berlindung, termasuk juga semua fasilitas dan pelayanan
yang diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmasmani dan rohani
serta keaadaan sosialnya, baik untuk keluarga maupun individu (Sari, 2022).
b. Tujuan di laksanakan kesehatan lingkungan di tempat permukiman
1. Penataan dan pemukiman yang sesuai syarat kesehatan.
Satuan permukiman lingkungan adalah kawasan perumahan dalam berbagai bentuk
dan ukuran dengan penataan tanah dan ruang, prasarana dan sarana lingkungan yang
teratur. Pemukiman sehat adalah suatu tempat untuk tinggal secara permanen,
berfungsi sebagai tempat untuk bermukim,beristirahat,beraksi dan sebagai tempat
berlindung dari pengaruh lingkungan yang memenuhi persyarat fisiologis, psikologis,
bebas dari pengeluaran penyakit dan kecelakaan.
2. Terciptanya suatu kondisi perumahan yang layak huni dalam lingkungan yang sehat.
Kondisi perumahan yang layak huni artinya harus layak sebagai tempat hunian yang
di lengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. Prasarana lingkungan adalah
kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan permukiman
dapat perfungsi sebagai mana mestinya. Sarana lingkungan adalah fasilitas
lingkungan berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan,
ekonomi, sosial, dan budaya. Hal ini di maksud bahwa rumah di perumahan itu harus
sehat, rumah yang dapat menjadi tempat berlindung atau bernaung dan beristirahat
sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani maupun sosial.
mengurangi resiko kebakaran, kecelakaan, penularan penyakit
3. Mengurangi resiko kebakaran, kecelakaan, penularan penyakit.
Dalam mengurangi resiko kebakaran, kecelakaan, penularan penyakit di perlukan
sara dan utilitas. Ulilitas umum merupakan bangunan-bangunan yang di butuhkan
dalam sistem pelayanan lingkungan yang di selengarakan baik oleh pemerintah atau
swasta. Utilitas yang di maksud adalah penyediaan yang menyangkut jaringan air
bersih, listrik, pembuangan sampah, telepon dan gas (Sari, 2022).
c. Ruang lingkup penyelengaraan kesehatan lingkungan pada pemukiman
Penyehatan lingkungan pemukiman memiliki sasaran utama diantaranya:
pengelolaan air limbah, pengelolaan persampahan, dan pengelolaan drainase. Masing-
masing mempunyai isu dan permasalahan yang berbeda. Dalam usulan program yang
menyangkut kegiatan sub bidang tersebut masih terbatas pada kawasan perkotaan dan
kawasan daerah aliran sungai (DAS) khusnya alur sungai.
1. Air limbah, permukiman ini perlu dikelola agar tidak menimbulkan dampak seperti
mencemari air permukaan dan air tanah, disamping sangat beresiko dapat juga
menimbulkan berabgai penyakit seperti diare, typus, kolera dan lain-lain.
Pengelolaan air limbah permukiman pada saat ini terdiri atas dua sistem, yaitu sistem
on site dan off side, maksud dari kedua sistem tersebut adalah :
a) Sistem on site, adalah sistem penanganan air limbah domestik yang dilakukan
secara individual dan/atau komunal dengan pasilitas dan pelayanan dari satu atau
beberapa bangunan yang pengelolaannya diselesaikan secara setempat atau
dilokasi sumber.
b) Sistem off site, adalah sistem pengolahan terpusat dengan cara penanganan air
limbah domestik melalui jaringan pengumpul yang diteruskan ke instalasi
pengolahan air limbah (IPAL)
2. Persampahan, menurunnya daya tampung dan daya dukung lingkungan hidup
disebabkan desakan jumlah penduduk dan sulitnya mencari lokasi penampungan
sampah sementara (TPS) dan tempat pembuangan akhir (TPA) yang terdiri dari 3
alternatif lokasi, apalagi ditunjang dengan masih rendahnya masyarakat dalam
melakukan pengolahan sampah untuk pengurangan, penggunaan, pendaur ulang
sampah yang dikenal dengan 3 R (reduce, reuse,recycle). Meningkatnya penyumbang
gas rumah kaca (GRK) terutama dari timbunan sampah yang disebabkan lambatnya
pengangkutan sampah sehingga gas methan ( CH4) terbang ke atmosfer dan
berkoloni dengan pembentuk gas rumah kaca lainnya di atmosfer. Kondisi sistem
pengelolaan sampah ini didukung pula dengan peralatan pengangkut sampah yang
sudah tua ( khususnya peralatan di TPA) yang memyebabkan biaya pemeliharaan
cukup tinggi.
3. Drainase
Terbatasnya dana untuk pemeliharaan saluran drainase menyebabkan
pemeliharaan saluran drainase tidak komprehenship sehingga banyak saluran yang
rusak. Dengan semakin meningkatnya perkembangan kawasan permukiman di
wilayah perkotaan, mengakibatkan sering terjadinya genangan di beberapa lokasi.
Sebagai alternatif solusinya adalah perlu adanya resapan air ke dalam tanah dengan
media sumur resapan (Sari, 2022).
5. KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN KESEHATAN
LINGKUNGAN PEMUKIMAN.
Stretegi meningkatnya kesehatan lingkungan berdasarkan renstra adalah:
1. Penyusunan regulasi daerah dalam bentuk peraturan Gubernur, Walikota/Bupati yang
dapat menggerakan sektor lain didaerah untuk berperan aktif dalam pelaksanaan kegiatan
penyehatan lingkungan seperti peningkatan ketersediaan sanitasi dan air minum layak
serta tatanan kawasan sehat
2. Meningkatkan pemanfaatan teknologi tepat guna sesuai dengan kemampuan dan kondisi
permasalahan kesehatan lingkungan di masing-masing daerah.
3. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam wirausaha sanitasi
4. Penguatan POKJA air minum dan penyehatan lingkungan (AMPL) melalui pertemuan
jejaring AMPL, pembagian peran SKPD dalam mendukung peningkatan akses air imun
dan sanitasi
5. Peningkatan peran puskesmas dalam pencapaian desa/kelurahan Stop Buang Air Besar
Sembarangan (SBS).
6. Meningkatkan peran daerah potensial yang melaksanakan strategi adaptasi dampak
kesehatan akibat perubahan iklim. (Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat (Wicaksono
& Fikri, n.d.).

Upaya penyehatan lingkungan mutlak harus dilakukan untuk mewujudkan kualitas


lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, bilogi, maupun sosial untuk mencapai derajat
kesehatan yang setingi-tingginya. Pada pelaksanaanya, upaya tersebut dilakukan dengan
penyehatan, pengendalian, dan pengamanan terhadap lingkungan permukiman, tempat kerja,
tempat rekreasi dan fasilitas umum. Penyehatan lingkungan dilakukan melalui peningkatan
kualitas air, energi, udara dalam ruang, sanitasi perkantoran serta penghijauan, dimana
bertujuan untuk mencegah terjadinya penularan penyakit, penyakit akibat kerja, kecelakaan
kerja serta meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja pengguna gedung/kantor
(kementerian kesehatan,2018) (Miladil Fitra & MKM, 2021).

6. STRATEGI INTERVENSI PERAWAT KESEHATAN KOMUNITAS DALAM


PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR DAN KESEHATAN LINGKUNGAN
KOMUNITAS
Ada beberapa bentuk intervensi dalam keperawatan komunitas yang digunakan oleh perawat
sebagai pendekatan dalam pencegahan dan pengendalian penyakit menular adalah :

a. Proses kelompok (group process)


Suatu proses tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara membentuk group
diskusi terkait permasalahan atau pemberian informasi kepada responden dalam rangka
meningkatkan pengetahuan kelompok. Seseorang dapat mengenal dan mencegah
penyakit, tentunya setelah belajar dari pendidikan formal maupun nonformal
b. Pendidikan kesehatan
Merupakan proses perubahan perilaku yang dinamis, melalui seperangkat prosedur.
Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi karena adanya kesadaran dari diri individu,
keluarga, kelompok atau masyarakat itu sendiri agar mampu : mengidentifikasi masalah
dan kebutuhan mereka sendiri, memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap
masalahnya dengan sumber daya yang ada pada mereka dan ditambah dengan dukungan
dari luar, mengambil keputusan yang paling tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup
sehat dan kesejahteraan masyarakat. Tujuan pendidikan kesehatan yaitu meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan baik
fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif.
c. Bekerja sama (partner ship)
Berbagai persoalan kesehatan dalam lingkungan masyarakat jika tidak ditangani
dengan baik akan menjadi ancaman bagi lingkungan masyarakat. Berkerja sama antar tim
kesehatan lain, sangat dibutuhkan dalam upaya mecapai tujuan asuhan keparawatan
komunitas, melalui upaya ini berbagai persoalan didalam lingkungan masyarakat akan
dapat diatasi dengan lebih cepat (Mataram, 2022).
d. Pemberdayaan masyarakat/Community Empowerment
Pemberdayaan masyarakat diartikan sebagai proses permberian kemampuan dan
kemampuan kepada masyarakat agar mampu memelihara danmeningkatkan kesehatannya
(Kemenkes, 2010). Proses ini memerlukan dukungan dari semua unsur atau sektor yang
terlibat dalam prosezs peningkatan kesehatan masyarakat, tidak hanya sektor kesehatan
tetapi meliputi hampir semua sektor seperti pendidikan, pemerintahan, dunia usaha dan
lembaga swadayan masyarakat. Sector seperti pendidikan, pemerintahan, dunia usaha dan
lembaga swadaya masyarakat.
Parker (1994, dalam Helvie, 1998) mengidentifikasi delapan kompetensi yang
harus di miliki masyarakat dalam pemberdayaan, yaitu
1) adanya partisipasi masyarakat dalam menetapkan tujuan dan merencanakan tindakan
2) adanya komitmen dari masyarakat
3) adanya kesadaran diri untuk menumbuhkan kesadaran orang lain
4) adanya kemampuan untuk memengaruhi kelompok
5) adanya kemampuan mengakomodasi penyelesaian masalah
6) adanya kemampuan untuk mengatur hubungan dengan masyarakat
7) adanya kemampuan mengukur interaksi partisipan dan pengambilan keputusan dan
8) adanya dukungan social untuk memahami dan memiliki kepedulian terhadap
masyarakat sekitarnya (Nies & McEwen, 2019).
REFERENSI

Amiruddin, R. (2019). Kebijakan dan respons epidemik penyakit menular. PT Penerbit IPB
Press.
Hasnidar, H., Tasnim, T., Sitorus, S., Hidayati, W., Mustar, M., Fhirawati, F., Yuliani, M.,
Marzuki, I., Yunianto, A. E., & Susilawaty, A. (2020). Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Yayasan Kita Menulis.
Kartikasari, M. N. D., Corsita, L., Al Hakim, R. R., Wijayanti, A. C., & Ritonga, P. T. (2022).
Dasar-Dasar Epidemiologi. Get Press.
Kes, I. M. (2021). EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR DAN PENYAKIT TIDAK
MENULAR. Duta Media Publishing. Koes, I. (2014). Epidemiologi penyakit menular dan
tidak menular panduan klinis. Bandung: Alfabeta.
Mataram, S. Y. (2022). KONSEP DASAR, PALSAFAH DAN PARADIGMA
KEPERAWATAN KOMUNITAS. Ilmu Keperawatan Komunitas Dan Gerontik, 1.
Miladil Fitra, S. K. M., & MKM, C. (2021). ANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA (ARK3) (Vol. 1). Miladil Fitra.
Nies, M. A., & McEwen, M. (2019). Keperawatan Kesehatan Komunitas dan Keluarga. 1st
Indone. Edited by NM Sahar, Junaiti; Setiawan, Agus; Riasmini. Elsevier Singapore Pte
Ltd.
Pakpahan, M., Hutapea, A. D., Siregar, D., Frisca, S., Sitanggang, Y. F., indah Manurung, E.,
Pranata, L., Daeli, N. E., Koerniawan, D., & Pangkey, B. C. A. (2020). Keperawatan
komunitas. Yayasan Kita Menulis.
Sari, N. P. (2022). 1.7 Isu-isu Pemukiman dan Perkotaan. Kesehatan Lingkungan Pemukiman
Dan Perkotaan, 13.
SKM, I. (2019). Epidemiologi Penyakit Menular. Absolute Media.
Sumampouw, O. J. (2017). Pemberantasan Penyakit Menular. Deepublish.
Wicaksono, M. C., & Fikri, M. (n.d.). Langkah advokasi untuk memaksimalkan promosi
kesehatan rumah sakit PT. Berita Kedokteran Masyarakat, 34(5), 1–12.
Yuliyanik, O. (2022). BAB 1 KONSEP DASAR TERJADINYA PENYAKIT. Epidemiologi
Kesehatan Reproduksi, 1.

Anda mungkin juga menyukai