INTERAKS
ENVIRONMEN AGENT
Gambar. 1 hubungan interaksi antara pejamu, penyabab penyakit dan lingkungan dengan kondisi
sehat
1. Agent
Peyebab penyakit digolongkan menjadi 2, yaitu peyebab primer dan sekunder :
a. Penyebab primer : biologis (mikroorganisme, parasit) dapat ditimbulkan dari
lingkungan. Nutrisi (zat gizi), mengkonsumsi makanan yang kurang sehat dapat
menimbulkan penyakit. Kimiawi (internal dan eksternal), banyaknya zat-zat kimia
dalam makanan yang dapat menimbulkan gangguan dalam tubuh. Psikis (sters,
gangguan mental) perasaan tegang yang berlebihan dapat menimbulkan stress
sehingga dapat meimbulkan gangguan pencernaan. Genetik (keturunan),
seseorang berpotensi lebih besar terkena kanker jika orang tuanya kanker.
b. Peyebab sekunder adalah keadaan yang semakin memperburuk kondisi kesehatan
seseorang untuk terjadinya penyakit.
2. Host (manusia)
Faktor manusia dapat berpengaruh dalam terjadinya penyakit. Karakteristik atau
faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia adalah usia, jenis kelamin, sosial
budaya, daya tahan tubuh, ras, pendidikan dan pekerjaan
3. Lingkungan/environment
Lingkungan merupakan salah satu peyebab penyakit dalam interaksi antara
manusia dengan peyebab penyakit. Lingkungan yang menjadi penyebab antara lain :
lingkungan fiik, lingkungan biologi, lingkungan sosial ekonomi (Yuliyanik, 2022).
Ketiga faktor ini nampaknya membentuk persyaratan minimal untuk kejadian dan
peyebaran penyakit menular dalam populasi. Dalam model ini agent merupakan unsur yang
harus ada agar penyakit dapat terjadi. Contohnya, virus influenza harus ada dalam diri
seseorang agar seseorang tersebut menderita influenza. Pejamu adalah organisme rentan
apapun, yang disusupi oleh agen infeksius. Sedangkan lingkungan mencakup semua faktor
lain : fisik, biologi, ataupun social yang menghalangi atau memicu penularan penyakit.
Penularan penyakit menular terjadi jika seorang pejamu rentan dan suatu agent patogenik
berada didalam satu lingkungan yang kondusif untuk terjadinya penularan penyakit (Kes,
2021).
Ada bermacam-macam metode yang digunakan agent untuk berpindah dari pejamu
yang satu kepejamu yang lainnya, atau keluar dari pejamu untuk menginfeksi pejamu
lainnya yang rentan baik manusia maupun pada hewan. Metode proses penularan penyakit
dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
1. Mukosa kulit
2. Saluran pencernaan
3. Saluran pernapasan
4. Saluran urogenitalia
1. Penularan langsung yakni penularan penyakit terjadi secara langsung dari penderita atau
reservoir, langsung ke penjamu potensial yang baru.
2. Penularan tidak langsung yakni penularan terjadi dengan melalui uadara (air borne)
dalam bentuk droplet dan dust, melalui benda tertentu (vechicle borne), dan melalui
vector (vector borne) (SKM, 2019)
Mata rantai infeksi, ada hubungan yang erat antara segi tiga epidemiologi dengan
mata rantai infeksi. Penularan penyakit terjadi ketika pathogen atau agent meninggalkan
reservoir melalui jalan keluar (portal of exit) dan disebarkan dengan salah satu penularan.
Phatogent atau agent penyebab penyakit memasuki tubuh melalui jalan masuk (portal of
entry) dan menginfeksi host jika host dalam keadaan rentan. Begitu agent meninggalkan
reservoir, agent dengan menggunakan suatu cara penularan akan berpindah ke penjamu yang
rentan, baik melalui penularan langsung (kontak orang ke orang) atau penularan tidak
langsung (droplet, atau partikel debu bawaan udara, vector, fomite, substansi makanan).
Rantai paling akhir dalam mata rantai infeksi adalah individu atau pejamu yang rentan
biasanya manusia atau hewan. Pada pejamu umummnya dilindungi dari serangan pathogen
oleh kulit, selaput lendir, dan respon fisiologi (misal : air mata untuk membersihkan mata,
asiditas dalam lambung, silia pada saluran pernapasan, dan respon dari sistem imun tubuh).
Jika pathogen dapat masuk kedalam tubuh pejamu, akibat kemungkinan besar adalah
kesakitan apabila pejamu tidak memiliki imunitas terhadap pathogen (Kartikasari et al.,
2022).
Upaya pencegahan dan pengendalian infeksi dirancang untuk memutus siklus penularan
penyakit dan melindungi pasien, petugas kesehatan, pengunjung, dan masyarakat
(Amiruddin, 2019).
Amiruddin, R. (2019). Kebijakan dan respons epidemik penyakit menular. PT Penerbit IPB
Press.
Hasnidar, H., Tasnim, T., Sitorus, S., Hidayati, W., Mustar, M., Fhirawati, F., Yuliani, M.,
Marzuki, I., Yunianto, A. E., & Susilawaty, A. (2020). Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Yayasan Kita Menulis.
Kartikasari, M. N. D., Corsita, L., Al Hakim, R. R., Wijayanti, A. C., & Ritonga, P. T. (2022).
Dasar-Dasar Epidemiologi. Get Press.
Kes, I. M. (2021). EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR DAN PENYAKIT TIDAK
MENULAR. Duta Media Publishing. Koes, I. (2014). Epidemiologi penyakit menular dan
tidak menular panduan klinis. Bandung: Alfabeta.
Mataram, S. Y. (2022). KONSEP DASAR, PALSAFAH DAN PARADIGMA
KEPERAWATAN KOMUNITAS. Ilmu Keperawatan Komunitas Dan Gerontik, 1.
Miladil Fitra, S. K. M., & MKM, C. (2021). ANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA (ARK3) (Vol. 1). Miladil Fitra.
Nies, M. A., & McEwen, M. (2019). Keperawatan Kesehatan Komunitas dan Keluarga. 1st
Indone. Edited by NM Sahar, Junaiti; Setiawan, Agus; Riasmini. Elsevier Singapore Pte
Ltd.
Pakpahan, M., Hutapea, A. D., Siregar, D., Frisca, S., Sitanggang, Y. F., indah Manurung, E.,
Pranata, L., Daeli, N. E., Koerniawan, D., & Pangkey, B. C. A. (2020). Keperawatan
komunitas. Yayasan Kita Menulis.
Sari, N. P. (2022). 1.7 Isu-isu Pemukiman dan Perkotaan. Kesehatan Lingkungan Pemukiman
Dan Perkotaan, 13.
SKM, I. (2019). Epidemiologi Penyakit Menular. Absolute Media.
Sumampouw, O. J. (2017). Pemberantasan Penyakit Menular. Deepublish.
Wicaksono, M. C., & Fikri, M. (n.d.). Langkah advokasi untuk memaksimalkan promosi
kesehatan rumah sakit PT. Berita Kedokteran Masyarakat, 34(5), 1–12.
Yuliyanik, O. (2022). BAB 1 KONSEP DASAR TERJADINYA PENYAKIT. Epidemiologi
Kesehatan Reproduksi, 1.