Dosen Pengampu
Dr. Ns. Rika Sabri, M.Kes.,Sp.Kep.Kom
Disusun Oleh
Kelompok 10 Kelas 2A 2020
Nessa Febriani (2011313033)
Rani Zul Yuliartha Rizky (2011312060)
Regy Aprilianty Sutrisna (2011311020)
Yopi Sahendra (2011312039)
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
Kata Pengantar...................................................................................................................1
Daftar Isi............................................................................................................................2
BAB I
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
A. Latar Belakang.......................................................................................................3
B. Rumusan Masalah..................................................................................................3
C. Manfaat..................................................................................................................3
BAB II
PEMBAHASAN................................................................................................................4
BAB III...........................................................................................................................35
PENUTUP.......................................................................................................................35
A. Kesimpulan..........................................................................................................35
B. Saran....................................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................34
A. Latar Belakang
Menurut WHO (1974) komunitas didefinisikan sebagai kelompok social yang
ditentukan oleh batas wilayah, nilai keyakinan dan minat yang sama serta adanya
saling mengenal dan berinteraksi antara anggota masyarakat yang satu dengan yang
lainnya. Salah satu kelompok khusus dalam komunitas adalah kelompok khusus
agregat lansia. Lansia meliputi usia pertengahan yaitu usia 45-59 tahun, usia lanjut
elderly 60-74 tahun, usia lanjut old 75-90 tahun dan sangat tua diatas 90 tahun
lansia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Terdapat 3 aspek yang
harus dipertimbangkan, yaitu biologis (penduduk lansia mengalami proses penuaan
secara terus menerus ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik. Secara ekonomi
penduduk lansia dipandang sebagai beban dibanding sumber daya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik tumbuh kembang lansia?
2. Apa saja permasalahan kesehatan lansia?
3. Apa saja factor risiko yang menjadi pendukung dari permasalahan kesehatan
pada agregat lansia?
4. Apa saja promosi, prevensi dan program yang dijalankan untuk permasalahan
kesehatan pada agregat lansia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui karakteristik tumbuh kembang lansia.
2. Untuk mengetahui permasalahan kesehatan lansia.
3. Untuk mengetahui factor risiko apa saja yang menjadi pendukung dari
permasalahan kesehatan pada agregat lansia.
4. Untuk mengetahui promosi, prevensi dan program yang dijalankan untuk
permasalahan kesehatan pada agregat lansia.
A. Pengertian Lansia
Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia
adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan
keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis (Effendi, 2009). Lansia adalah
seseorang yang telah berusia >60 tahun dan tidak berdaya mencari nafkah sendiri
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari (Ratnawati, 2017).
Kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa lansia adalah seseorang yang
telah berusia > 60 tahun, mengalami penurunan kemampuan beradaptasi, dan tidak
berdaya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seorang diri.
B. Klasifikasi Lansia
C. Karakteristik Lansia
Karakteristik lansia menurut Ratnawati (2017); Darmojo & Martono (2006) yaitu :
1) Usia
Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, lansia adalah
seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun (Ratnawati, 2017).
2) Jenis kelamin
Menurut Potter & Perry (2009) proses menua mengakibatkan terjadinya banyak
perubahan pada lansia yang meliputi :
a. Perubahan Fisiologis
Pemahaman kesehatan pada lansia umumnya bergantung pada persepsi pribadi atas
kemampuan fungsi tubuhnya. Lansia yang memiliki kegiatan harian atau rutin
biasanya menganggap dirinya sehat, sedangkan lansia yang memiliki gangguan
fisik, emosi, atau sosial yang menghambat kegiatan akan menganggap dirinya sakit.
Perubahan fisiologis pada lansia bebrapa diantaranya, kulit kering, penipisan
rambut, penurunan pendengaran, penurunan refleks batuk, pengeluaran lender,
penurunan curah jantung dan sebagainya. Perubahan tersebut tidak bersifat
patologis, tetapi dapat membuat lansia lebih rentan terhadap beberapa penyakit.
Perubahan tubuh terus menerus terjadi seiring bertambahnya usia dan dipengaruhi
kondisi kesehatan, gaya hidup, stressor, dan lingkungan.
b. Perubahan Fungsional
Fungsi pada lansia meliputi bidang fisik, psikososial, kognitif, dan sosial. Penurunan
fungsi yang terjadi pada lansia biasanya berhubungan dengan penyakit dan tingkat
keparahannya yang akan memengaruhi kemampuan fungsional dan kesejahteraan
seorang lansia. Status fungsional lansia merujuk pada kemampuan dan perilaku
aman dalam aktivitas harian (ADL). ADL sangat penting untuk menentukan
kemandirian lansia. Perubahan yang mendadak dalam ADL merupakan tanda
penyakit akut atau perburukkan masalah kesehatan.
c. Perubahan Kognitif
Perubahan struktur dan fisiologis otak yang dihubungkan dengan gangguan kognitif
(penurunan jumlah sel dan perubahan kadar neurotransmiter) terjadi pada lansia
yang mengalami gangguan kognitif maupun tidak mengalami gangguan kognitif.
Gejala gangguan kognitif seperti disorientasi, kehilangan keterampilan berbahasa
dan berhitung, serta penilaian yang buruk bukan merupakan proses penuaan yang
normal.
1. Alzheimer
Alzheimer adalah penyakit yang bersifat progresif, artinya penyakit ini bergerak
secara perlahan dan akan memburuk seiring waktu. Struktur kimia pada otak
semakin rusak dari waktu ke waktu menyebabkan kemampuan seseorang untuk
mengingat, memahami, berkomunikasi dan berpikir dalam kehidupan sehari-hari
akan secara bertahap menurun. Tingkat kecepatan perkembangan gejala penyakit
Alzheimer berbeda-beda pada setiap orang dan tergantung pada individu itu sendiri,
namun umumnya gejala akan berkembang secara perlahan selama beberapa tahun.
Menurut Lika, rata-rata pasien Alzheimer hanya dapat hidup selama 8-10 tahun
setelah terdiagnosis, namun ada keadaan tertentu dimana pasien bisa hidup lebih
lama jika cepat terdeteksi dan terobati.
Lebih jelasnya, menurut Lika, gejala penyakit Alzheimer terbagi dalam tiga tahap,
yaitu tahap awal, tahap pertengahan dan tahap akhir.
b. Tahap Pertengahan
Seiring menyebarnya Alzheimer ke area otak yang lebih luas, gejala yang lebih
berat mulai muncul, pada tahap pertengahan tanda dan ciri-cirinya adalah:
Pada tahap ini biasanya pasien akan membutuhkan dukungan bantuan dari orang
lain untuk membantu melakukan aktivitas sehari-hari, seperti makan, berpakaian,
atau bahkan menggunakan toilet.
c. Tahap Akhir
Pada tahap akhir, gejala berkembang menjadi sangat berat, pengidap mengalami
kehilangan memori yang serius, perubahan perilaku yang ekstrim, kesulitan
berbicara, menelan dan berjalan, bahkan sampai mengalami kecurigaan tidak
berdasar terhadap anggota keluarga, teman dan perawat. Tanda dan ciri-ciri pada
tahap akhir ini adalah:
Penyebab Alzheimer
Hingga saat ini, masih belum diketahui penyebab penyakit Alzheimer secara pasti,
tidak ada satu faktor utama yang diidentifikasi sebagai penyebab penyakit ini. Meski
begitu, sangat mungkin apabila penyakit ini disebabkan oleh kombinasi dari faktor
usia, pembawaan genetik, gaya hidup, serta lingkungan yang mempengaruhi orang
tersebut selama berjalannya waktu. Bahkan bagi beberapa orang, penyakit ini
10
a. Usia
Merupakan faktor risiko terbesar untuk penyakit demensia. Satu dari 14 orang di
atas usia 65 tahun dan satu dari enam orang di atas usia 80 tahun terkena penyakit
demensia.
b. Pembawaan Genetik
c. Faktor Lain
Gaya hidup yang tidak sehat seperti kurangnya aktivitas fisik,merokok, hanya
sedikit makan buah-buahan dan sayur-sayuran memiliki peningkatan risiko
perkembangan penyakit Alzheimer. Faktor lainnya yaitu mengidap penyakit
kardiovaskular, hipertensi, hiperkolesterolemia, peningkatan kadar homocysteine.
Proses pembelajaran dan ikatan sosial juga turut mempengaruhi, level pendidikan
formal yang rendah, pekerjaan yang membosankan, kurangnya aktivitas yang
melatih otak seperti membaca, bermain game, bermain alat music, dan kurangnya
komunikasi sosial.
Meski penyebab penyakit ini belum sepenuhnya diketahui, pengaruh penyakit ini
terhadap otak sudah jelas. Penyakit ini merusak dan menghancurkan sel otak secara
perlahan. Sel otak yang menyimpan dan memproses informasi melemah dan mati.
11
2. Osteoporosis
1. Osteoporosis primer yang terjadi bukan sebagai akibat penyakit yang lain,yang
dibedakan lagi atas :
1. Osteoporosis tipe I (pasca menopouse), yang kehilangan tulang terutama dibagian
trabekula.
2. Osteoporosis tipe II (senilis), terutama kehilangan Massa tulang daerah Korteks.
3. Osteoporosis idiopatik yang terjadi pada usia muda dengan penyebab yang tidak
diketahui
2. Osteoporosis sekunder, yang terjadi pada/akibat penyakit lain, antara lain
hiperparatiroid, gagal jantung kronis, arthritis rematoid dan lain-lain.
12
A. Faktor genetik
B. Faktor mekanis
Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein
dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh
genetik yang bersangkutan. Pemberian makanan yang berlebih (misainya kalsium)
di atas kebutuhan maksimal selama masa pertumbuhan, disangsikan dapat
menghasilkan massa tulang yang melebihi kemampuan pertumbuhan tulang yang
bersangkutan sesuai dengan kemampuan genetiknya.
13
1. Kanker
Cancer mammae adalah keganasan yang berasal dari kelenjar, saluran kelenjar
dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kullit payudara. (Romauli & indari,
2013). Cancer mammae adalah pertumbuhan sel yang tidak terkontrol lantaran
perubahan abnormal dari gen yang bertanggung-jawab atas pengaturan pertumbuhan
sel.
Secara normal, sel payudara yang tua akan mati, lalu digantikan oleh sel baru
yang lebih ampuh. Regenerasi sel seperti ini berguna untuk mempertahankan fungsi
payudara, gen yang bertanggung-jawab terhadap pengaturan pertumbuhan sel
termutasi.Kondisi itulah yang disebut cancer mammae. (Satmoko, 2012).
14
9. Ras Cancer mammae lebih umum terjadi pada perempuan berkulit putih.
Kemungkinan terbesar karena makanan yangmereka makan banyak mengandung
lemak. Ras seperti Asia mempunyai bahan pokok yang tidak banyak mengandung
lemak yang berlebih.
16
2. Kardiovaskuler (Hipertensi)
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi abnormal dan diukur paling tidak pada
3 kesempatan yang berbeda (Corwin, 2009). Sedangkan menurut Wijaya dan Putri
(2013) hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah
secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah
yang disebabkan suatu atau beberapa faktor resiko yang tidak berjalan sebagaimana
mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal. Hipertensi adalah
meningkatnya tekanan darah arteri yang persisten (Nurarif dan Kusuma, 2013).
i. Usia
Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan
bertambahnya umur maka semakin tinggi mendapat resiko hipertensi.
Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Ini sering
disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi
jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada yang berusia kurang
dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian
prematur (Yulianti, 2005).
ii. Jenis Kelamin
Jenis kelamin juga sangat erat kaitanya terhadap terjadinya hipertensi
dimana pada masa muda dan paruh baya lebih tinggi penyakit hipertensi
pada laki- laki dan pada wanita lebih tinggi setelah umur 55 tahun, ketika
seorang wanita mengalami menopause. Laporan Sugiri di Jawa Tengah
didapatkan angka prevalensi 6% dari pria dan 11% pada wanita. Laporan
dari Sumatra Barat menunjukan 18,6% pada pria dan 17,4% wanita. Daerah
perkotaan Semarang didapatkan 7,5% pada pria dan 10,9% pada wanita.
Sedangkan di daerah perkotaan Jakarta didapatkan 14,6 pada pria dan 13,7%
pada wanita (Gunawan, 2001 dalam Sagala, 2009).
17
18
a. Kanker
a) Usia
Lebih dari setengah jenis kanker menyerang setelah usia 60 tahun keatas. Alasan
kanker baru timbul di usia tua dikarenakan pertumbuhannya yang lambat.
b) Obesitas
Beberapa jenis kanker sangat berkaitan dengan kejadian obesitas. Jika seseorang
mengalami kelebihan berat badan maka sangat disarankan untuk menurunkan
berat badan dan mencegah kenaikannya.
c) Merokok
Hampir 90% kasus kematian akibat kanker paru paru pada pria. Lebih dari 40
bahan kimia dari sekitar 4000 bahan kimia yang terkandung dalam asap rokok
merupakan zat karsinogenik atau zat pemicu kanker.
d) Genetic
Penderita kanker karena diturunkan sering menderita pada usia lebih muda.
sebagian besar pasien, penyebab kanker bersifat sporadic, hasil akumulasi
progresif mutasi genetic dan perubahan epigenetic seumur hidup. Sebagian kecil
lainnya dikarenakan cacat gen warisan.
b. Kardiovaskular
a) Usia
Semakin bertambahnya usia, semakin besar risiko terkena penyakit jantung.
Sehubungan dengan tingkat kolestrol serum. Pada pria, peningkatan ini tingkat
off pada usia 45-60 tahun, sedangkan wanita peningkatana terus tajam hingga
usia 60-65 tahun. Penuaan berkaitan dengan perubahan sifat mekanik dan
struktur dinding pembuluh darah yang menyebabkan hilangnya elastisitas arteri
dan kepatuhan arteri berkurang dan dapat menyebabkan penyakit arteri coroner.
19
a) Pola Makan
Pola makan yang salah cenderung menyebabkan timbulnya obesitas.
b) Aktifitas Fisik
Kurangnya aktifitas fisik menyebabkan kuangnya pembakaran energi oleh tubuh
sehingga kelebihan energi dalam tubuh akan disimpan dalam bentuk lemak yang
akan menyebabkan obesitas.
c) Obesitas
DM Tipe 2 sangat erat kaitannya dengan obesitas. IDF menyebutkan 80% dari
penderita diabetes memiliki berat badan yang berlebihan.
20
21
22
23
24
Diagnosa Keperawatan
25
26
1. Prevensi Alzheimer
Pencegahan yang dapat dilakukan, berupa pencegahan primer, sekunder (diagnosis
dini) dan tersier. Pencegahan primer dilakukan terhadap faktor risiko (metabolik
dan vaskular) dan pelindung. Upaya pencegahan primer terutama dilakukan pada
faktor nutrisi, aktivitas fisik (olahraga teratur), pelatihan fungsi kognisi dan sosial
serta evaluasi dan penanganan faktor risiko metabolik dan vaskular (Qiu et al.,
2009; Perdossi, 2015). Faktor nutrisi bisa berupa memakan makanan yang
bervariasi dan sehat, tetap aktif sehingga kekuatan otot dan berat badan tetap
terjaga, banyak mengkonsumsi buah dan sayur, diet rendah lemak yang bersaturasi,
minum air secukupnya, berhenti merokok, batasi asupan garam, gula dan alkohol
(Perdossi, 2015).
Pencegahan sekunder dilakukan dengan diagnosis dini pada lansia sedangkan
pencegahan tersier bertujuan untuk mencegah hilangnya kemampuan penderita
dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan meningkatkan kualitas hidup penderita
(Qiu et al., 2009).
Penanganan tersier Demensia Alzheimer berupa penanganan psikososial dan
farmakologis. Penanganan psikososial meliputi berbagai fungsi seperti fungsi
kognisi dan perilaku. Penanganan ini dinilai tiap tahun sebanyak 2 kali. Tujuan
penanganan ini adalah untuk mempertahankan dan memperlambat penurunan fungsi
kognisi serta meningkatkan kualitas hidup (Qiu et al., 2009; Perdossi, 2015).
Keluarga perlu dilibatkan sejak awal penanganan PA sehingga kondisi penderita
sebelum dan setelah penanganan dapat diketahui (Perdossi, 2015).
2. Prevensi osteoporosis
Prevensi pada osteoporosis yang dapat dilakukan yaitu :
- Asupan kalsium 1000 mg per hari
- Asupan vitamin D yang disarankan yaitu 800 IU per hari
27
28
29
Posyandu Lansia, dimana Posyandu Lansia menurut Permenkes No. 67 tahun 2015
tentang penyelenggaraan pelayanan kesehatan lanjut usia di Puskesmas disebutkan
bahwa tugas dan fungsi Posyandu lansia salah satunya yaitu melakukan deteksi
dini gangguan kesehatan atau penyakit pada lansia. Salah satu indikatornya adalah
tingkat kehadiran lansia pada pelaksanaan Posyandu lansia di wilayah masing –
masing. (Depkes RI, 2017). Posyandu lansia/posbidu lansia berfungsi dalam upaya
promontif dan preventif yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup melalui
peningkatan kesehatan dan kesejahteraan. Posyandu lansia dalam pelaksanaan
tugasnya, berfungsi memberikan pelayanan sosial, agama, pendidikan,
keterampilan, olah raga, seni budaya, dan pelayanan lain, selain itu, posyandu
lansia membantu mendorong lansia agar dapat berativitas dan mengembangkan
potensi diri.
31
32
A. Kesimpulan
Secara umum tujuan dari keperawatan kelompok khusus agregat lansia yaitu
meningkatkan kemampuan dan derajat kesehatan kelompok untuk dapat menolong
diri mereka sendiri dan tidak terlalu bergantung pada pihak lain. Untuk pemberian
asuhan keperawatan tetap dimulai dari pengkajian hingga evaluasi. Kelompok
khusus lansia merupakan sekelompok masyarakat yang karena keadaan fisik, mental
maupun social dan ekonomi perlu mendapatkan bantuan, bimbingan , pelayanan
kesehatan dan asuhan keperawatan karena ketidakmampuan dan ketidaktahuan
mereka dalam memelihara kesehatan dan keperawatan terhadap mereka sendiri.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Maka dari
itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam
kesimpulan di atas.
33
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI).
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).
Sutarga, I Made. 2018. Makalah Dukungan Keluarga Dan Kesehatan Lansia. Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana.
34