Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

“ISOLASI SOSIAL DAN DEFISIT KEPERAWATAN DIRI”

Dosen Pembimbing: Ns.vivi yuderna, S.Kep,M.Kep

OLEH:

NOFREZA

18334063

IIIB

PRODI DIII KEPERAWATAN UNIVERSITAS NEGRI PADANG


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan Judul “Asuhan
Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Defisit Perawatan Diri dan isolasi sosial
”Penugas menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari ibu Vivi Yuderna, S.Kp,
M.Kep,.

Akhir kata, penugasan berharap karya tulis ini bermanfaat khususnya bagi penugas sendiri
dan pihak yang telah membacanya, serta peneliti mendoakan semoga segala bantuan yang
telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Semoga nantinya dapat membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan. Aamiin.

Padang, Januari 2021

Penugas
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2

BAB I.......................................................................................................................................4

LAPORAN PENDAHULUAN.................................................................................................4

A. KONSEP DASAR ISOLASI SOSIAL..........................................................................4

1. Pengertian.................................................................................................................4

2. Mekanisme Koping...................................................................................................4

3. Sumber Koping.........................................................................................................4

B. ETIOLOGI....................................................................................................................7

BAB II......................................................................................................................................8

STRATEGI PELAKSANAAN.................................................................................................8

BAB III...................................................................................................................................13

LAPORAN PENDAHULUAN...............................................................................................13

BAB IV...................................................................................................................................19

STRATEGI PELAKSANAAN...............................................................................................19

STATEGI PELAKSANAAN (SP) 1.............................................................................19

BAB V....................................................................................................................................27

PENUTUP..............................................................................................................................27
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR ISOLASI SOSIAL

1. Pengertian

Isolasi social adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau
merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang
lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito, 2008). Isolasi sosial
adalah keadaan di mana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama
sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien mungkin
merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang
berarti dengan orang lain (Keliat, 2011).

Seringkali orang yang mengalami isolasi sosial juga akan mengalami gangguan/
hambatan komunikasi verbal yaitu penurunan, perlambatan, atau ketiadaan
kemampuan untuk menerima, memproses pesan (stimulus) yang diterima, dan tidak
mampu memberi respons yang sesuai karena kerusakan sistem di otak.

2. Mekanisme Koping

Mekanisme koping merupakan upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stres,


termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang
digunakan untuk melindungi diri (Stuart, 2006).

3. Sumber Koping

Sumber koping merupakan suatu evaluasi terhadap pilihan koping pada strategi
seseorang. Strategi koping yang digunakan misalnya keterlibatan dalam hubungan
yang lebih luas seperti dalam keluarga dan teman, hubungan dengan hewan
peliharaan, menggunakan kreatifitas untuk mengekspresikan stres interpersonal
seperti kesenian, musik, atau tlisan (Stuart, 2006).

4. Pengkajian Keperawatan

di ruang Amarta Rumah SakitJiwa Daerah Surakarta dengan data diperoleh dari
pasien perawat lain dan rekam medis.
1. Identitas

Nama : Tn. E

Umur : 38 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Suku : Jawa/ Indonesia

Agama : Katolik

Status : Cerai

Pendidikan : SMA

Alamat : Wonogiri

No. Rrd : 049XX

Diagnosa Medis : Skizofrenia

Tanggal Masuk : 27 April 2013

2. Alasan Masuk Rumah Sakit

Keluarga mengatakan kurang lebih 4 tahun ini perilaku pasien kacau, sering

makan sambil berdiri, mandi berlama-lamaan, susah tidur, tertawa sendiri, jarang

bergaul, sering berdiam diri di kamar. Pasien tidak bekerja, kemudian oleh ibunya

dibawa ke RSJD Surakarta.

3. Faktor Predisposisi

a) Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu :

Pasien tidak pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu.

b) Pengobatan sebelumnya :

Pasien tidak pernah menjalani pengobatan jiwa di masa lalu.

c) Pasien tidak pernah mengalami trauma sebelumnya :

Pasien tidak pernah mengalami aniaya fisik sebelumnya, seksual kekerasan

dalam rumah tangga.

d) Riwayat keluarga :

Keluarga tidak ada yang menderita gangguan jiwa.


e) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan :

Pasien pernah mengalami pengalaman tidak menyenangkan dalam hidupnya.

Pasien bercerai dengan istrinya dan berpisah dengan anak kandung satu-satunya.

4. Faktor Prosipitasi

Klien mengatakan sedih kenapa banyak orang yang membicarakannya

karena kegagalan dalam rumah tangganya dan merasa dikucilkan karena tidak punya

pekerjaan.

5. Pemeriksaan Fisik

Tanda vital

Tekanan darah : 130/ 90 mmHg

Nadi : 86 x/ menit

Suhu : 36,7 oC

Respirasi : 20 x/ menit

TB : 160 cm

BB : 59 kg

Keluhan Fisik : pasien mengatakan tidak ada keluhan fisik

B. Data Fokus

1. Data Subjektif

a. Klien mengatakan sering terbayang-bayang perkataan orang yg menghina


rumahtangganya,bayangan itu muncul saat klien sendiri 3 menit.

b. Klien mengatakan malas untuk berinteraksi dengan orang lain, dan lebih
sukamenyendiri dan berdiam diri,klien tidak suka bergaul.

c. Klien mengatakan malas untuk memulai pembicaraan terlebih dahulu


denganorang lain.

d. Klien mengatakan malu dan bila ada masalah hanya diam.

e. Klien mengatakan dirinya tidak semangat.

2. Data Objektif

a. Klien terlihat sering berdiam diri.


b. Klien sering menyendiri di tempat tidur.

c. Kontak mata klien kurang saat diajak berkomunikasi.

d. Klien hanya berbicara saat ditanya.

e. Klien jarang berinteraksi dengan orang lain.

f. Afek tumpul.

g. Bicara pelan, nada rendah.

B. ETIOLOGI

1.EtiologiTerjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi diantara


perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu
tidak percaya pada diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis,
putus asa terhadap orang lain, tidak mampu merumuskan
7keinginan, dan merasa tertekan, Keadaan ini dapat menimbulkan perilaku
tidakingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih menyukai berdiam diri,
menghindar dari orang lain, dan kegiatan sehari-hari terabaikan (Kusumawati,
2010, hal 120).

2.Penyebab terjadinya Isolasi SosialSalah satu gangguan berhubungan sosial


diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi sosial yang disebabkan perasaan
tidak berharga yang bisadialami klien dengan latar belakang yang penuh
permasalahan, ketegangan, kekecewaan, dan kecemasan. Perasaan tidak
berharga menyebabkan klien makin sulit dalam mengembangkan hubungan
dengan orang lain, akibatnya klien menjadi regresi atau kemunduran dan
mengalami penurunan dalam aktifitas dan kurangnya perhatian terhadap
penampilan dan kebersihan diri. Seseorang yang mengalami isolasi sosial
merasa dirinya tidak berharga sehingga merasa tidak aman untuk berhubungan
dengan orang lain dan individu tersebutmengalami kesulitan dalam
menumbuhkanrasa percaya diri sendiri, tidak mampu mempertahankan
hubungan dengan orang lain, diisolasi dari lingkungan sosial yang ada(Dalami,
2009, hal 10).

3.KomplikasiAdapun komplikasi yang terjadi pada gangguan isolasi sosial


adalah dapat mengakibatkan terjadinya:

a) Resiko Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasib.

b) Resiko Perilaku Kekerasanc.

c) Defisit Perawatan Diri


BAB II
STRATEGI PELAKSANAAN
Rencana keperawatan terdiri dari 4 aspek antara lain tujuan
umum tujuan khusus, rencana tindakan keperawatan dan rasional. Tujuan umum
berfokus pada penyelesaian masalah (P) dari diagnosa keperawatan dan
tujuan khusus lebih berfokus untuk mengatasi penyebab (E) (
Nihayati &Fitryasari,2015) menurut Purwanto, (2015) Tujuan umum
dalam Intervensi terhadap klien dengan klien gangguan berhubungan
sosial adalah klien dapat mencapai kepuasan interpersonal yang maksimal dan
dapat membina dan mempertahankan dalam berhubungan dengan orang
lain, tujuan khusus yang terdapat pada klien isolasi sosial pada klien antara lain
membina hubungan saling percaya, klien mengatahui penyebab isolasi sosial dan
klien dapat berinteraksi dekngan orang lain dan tujuan khusus
untuk keluarga adalah keluarga dapat merawat klien di rumah
dengan baik. Salah satu bentuk psikoterapi yang dapat kita
terapkan adalah terapi kognitif ( Nyumirah,2013). Menurut RS
Jiwa Daerah Surakarta, (2014) rencana tindakan menggunakan 4 strategi
pelaksanaan atau 4 SP untuk klien. Menurut Dermawan & Rusdi,(2013)
rencana keperawatan untuk keuarga terdapat 3 strategi
Pelaksanaan4 strategi pelaksanaan menurut RS Jiwa Daerah Surakarta,
(2014)adalah sebagai berikut

SP 1 yaitu membina hubungan saling percaya antara klien dengan perawat,


membantu klien mengenal penyebab isolasi sosial, menanyakan orang
yang paling dekat dengan klien dirumah maupun di RSJ,
membantu klien mengatahui keuntungan mempunyai banyak teman dan
bercakap cakap.membantu klien mengenal kerugian tidakmempunyai teman dan
tidak bercakap cakap,melatih klien berkenalan.

SP 2 yaitu melatih klien berinteraksi bertahap ( pasien dengan 2 orang lain),


latihan bercakap cakap saat melakukan 2 kegiatan harian, SP 3
yaitu melatih klien berinteraksi secara bertahap( pasien dengan4-5
orang), latihan bercakap cakap saat melakukan kegiatan harian baru,
SP 4 mengevaluasi kemampuan berinteraksi .melatih cara bicara
saat melakukan kegiatan sosial. Menurut Dermawan & Rusdi ,(2013)
3 strategi SP 1 keluarga adalah berikan penyuluhan kepada
keluarga tentang masalah isolasi sosial, penyebab isolasi sosial
dan cara merawat klien dengan isolasi sosial. Rencana tindakan
untuk SP 2 adalah latih keluarga mempraktekkan cara merawat
Klien dengan masalah isolasi sosial langsung dihadapan klien. Rencana
tindakan untuk SP 3 adalah buat perencanaan pulang bersama
keluarga.intervensi yang di buat penulis untuk klien sesuai dengan
teori menurut (RS Jiwa Daerah Surakarta, 2014) dan intervensi untuk
keluarga penulis menggunakan teori dari (Dermawan & Rusdi,2013.
Merurut Patel tahun, (2015) Hambatan dari keberhasilan
intervensi dipengaruhi oleh ketersediaan dan distribusi dari elemen
kerawatan mental dan tingkat kemiskinan yang tinggi terhadap penderita gangguan
mental .Implementasi adalah melakukan tindakan yang telah di
rencanakan pada intervensi asuhan keperawatan .Pada kasus ini penulis
melakukan intervensi yang

11telah di buat terhadap klien. Menurut Stuart tahun, (2007)


elemen yang penting ada dalam implementasi adalah membina
hubungansaling percaya,melibatkan keluarga untuk mempertahankan
perubahan posistif,menetapkan batasan dan mmberikan struktur,
memfokuskan pada kekuatan pasien .Penulis tidak melakukan
intervensi terhadap keluarga karena selama di RSJD penulis tidak
bertemu dengan keluarga klien Terdapat beberapa tindakan yang
dilakukan kepada klien Tindakan pertama yang di lakukan penulis adalah SP 1 pada
tanggal 20 februari 2017 pukul 08:00 WIB yaitu membina
hubungan saling percaya, membantu klien mengenal penyebab isolasi
soisial yang klien alami, mengkaji orang yang paling dekat di rumah dan di
RSJD, membantu klien untuk mengenal kuentungn dan kerugian klien jika
tidak dapat berinteralsi dengan orang lain, mengajarkan klien cara
berkenalan dari data tersebut dalam Bna Hubungan Saling Percaya(BHSP) tercapai
dengan baik. Dari data kedua saat menanyakan apa penyebab dari
isolasi sosial yang di alama dapat diambil kesimpulan penyebab
isolasi sosial klien adalah klien merasa malu akan keadaan
klien untuk berinteraksi dengan orang lain karena telapak tangan dan
kaki klien terus berkeringat .data yang ketiga adalah klien mau
untuk diajari untuk berkenalan dengan teman penulis (perawat) pada hari itu
juga pukul 13:00 WIBTindakan selanjutnya adalah penerapan SP 2 dari intervensi
yang telah di buat yaitu mengajarkan klien untuk berkenalan dengan
orang lain (2-3 orang) pada tangagal 21 februari 2013 pukul 9:00 WIB sesuai
dengan jadwal yang telah di buat di pagi hari klien mau untuk
berkenalan dengan teman penulis (Perawat) dan teman lain di
bangsal dengan bimbingan dan juga memasukan kedalam jadwal
harian yaitu berkenalan dengan orang lain minimal 2 orang 3x
sehari dan membuat jadwal untuk besok klien berkenalan (4-5 orang ) pukul
09:00 WIBTindakan selanjutnya adalah mengajarjan

SP3 yaitu melatih klien untuk berinteraksi secara bertahap dengan


pasien (4-5 orang) pada tanggal 22 februari 2017 pukul 09:00
WIB sesuai dengan jadwal yang telah di buat pada hari
sebelumnya klien diajarkan berkenalan dengan orang lain yaitu teman seruangan
sebanyak 4 orang data yang di peroleh klien dapat berkenalan satu persatu dengan 4
orang lain temannya (pasien) di bangsal. klien tampak lebih
percaya diri, dan terlihat kontak mata klien mulai ada dan memasukan
jadwal kegiatan berkenalan kedalam kegiatan harian, membuat jadwal
klien untuk besok yaitu melatih klien untuk bicara saat kegiatan
berkelompok. saat rehabilitasi yaitu pukul 10:00 WIB Tanggal 23 februari 2014
pukul 10:00 yaitu mengajarkan klien untuk bicara saat berkegiatan
berkelompok ,klien masih merasa malu untuk bicara dalam berkegiatan
berkelompok tetapi klien sudah mau untuk ikut dalam kegiatan
kelompok dengan bimbingan penulis (perawat ) dari data yang di
dapatkan pada strategi pelaksanaan (SP 1) sampai strategi pelaksanaan 4(SP4)
klien sudah dapat berkenalan secara bertahap sesuai dengan rencana
Strategi Pelaksanaan 3( SP3)

12 dan SP 4 masih belum tercapai dengan baik dikarenakan klien masih merasa malu
untuk bicara di dalam kelompok. Menurut Rachmawati tahun,
(2013)dalam pemberian tindakan keperawatan ini memiliki tujuan yaitu
pada klien untuk menilai tanda dan gejala sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan, dan untuk keluarga bertujuan agar keluarga klien
dapat merawat klien dengan baik.Teori dari Kusumawati & Hartono,
(2010) menyebutkan evaluasi adalah proses yang dilakukan secara terus
menerus dan berkesinambungan untuk menilai afek terhadap tindakan
keperawatan yang telah di laksanakan terhadap klien, evaluasi dibagi menjadi 2
yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil,evaluasi proses (Formatif ) yaitu evaluasi
yang dilakukan setiap selesai melakukan tindakan keperawatan sedangkan
evaluasi Proses (hasil ) yaitu evaluasi yang digunakan sebagai
pembanding antara tujuan khusus yang telah di buat dengan respon klien yang
didapatkan. Dalam proses pengevaluasian klien digunakan
pendekatan SOAP sebagai pola pikir, S yaitu hasil Subyektif dari klien, O yaitu hasil
yang di lihat secara obyektif oleh penulis(perawat), A yaitu analisa terdapat data
subyektif maupun data obyektif sedangkan P yaitu Perencanaan
terhadapat tindakan lanjutan yang akan dilakukan terhadap klien. Penulis
melakukan evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilakukan setelah
melakukan tindakan keperawatan hari pertama yaitu pada tanggal 20 februari
2017 pukul 09:00 WIB di dapatkan hasil sebagai berikut S: klien mengatakan mau
diajarkan berkenalan ,klien mengatakan akan mencoba berkenalan dengan
orang lain dan memasukan kedalam jadwal harian sebanyak 2x
sehari klien mengatakan merasa tidak dianggap oleh orang tuanya
karena sejak pertama masuk ke RSJD belum pernah di jenguk,klien
mengatakan orang yang paling berharga adalah keluarganya,klien
mengatakan tidak mau bermasyarakat karna klien dirinya dianggap aneh oleh
masyarakat .data obyektif dari hasil hasri pertama adalah O: klien
sering menyendiri ,klien sering melamun,kontak mata klien kurang,tidak
komunikatif,klien tidak dapat memulai pembicaraan,klien kurang aktivitas
fisik dan verbal ,klien tampak berbicara dengan perawat dari data
di dapatkan A :SP 1 tercapai ,isolasi sosial masihada perencanaan
untuk klien adalah P: latih SP 2 dan optimalkan SP1Evaluasi kedua yaitu tanggal
21 februari 2017 pukul 11:00 WIB di dapatkan hasil sebagai
brikut S: klien mengatakan masih mengingat cara berkenalan
yang telah diajarkan perawat sebelumnya ,klien mengatakan akan telah
melakukan berkenalan sebanyak 2x sesuai dengan jadwal yang telah di buat ,klien
mengatakan mau berkenalan dengan orang lain klien mengatakan
akan memasukan jadwal berkenalan dengan orang lain(2 orang) kedalam jadwal
harian nya. Data obyektif didapatkan hasil sebgai berikut ini O
:nkontak mata klien mulai ada ,klien dapat mempraktekan kembali
cara berkenalan ,klien mampu berkenalan dengan orang lain sebanyak 2 orang
dengan di bimbing oleh penulis ( perawat) . Dari data yang diperoleh di
dapatkan hasil A: SP 2 tercapai ,isolasi

13sosial masih ada untuk perencanaan sebagai berikut P : latih


SP 3 berkenalan bertahap (4-5 orang ) optimalkan SP 1 & SP 2.Evaluasi ketiga
yaitu pada tanggal 22 februari 2017 pukul 11:30 WIB dari data hasilimplementasi
didapatkan hasil sebagai berikut ini S : klien mengatakan senang bisa berkenalan
dengan orang lain,klien mengatakan masih sulit untuk memulai
pembicaraan ,kliem mengatakan sudah tidak begitu canggung untuk
berkenalan O : klien dapat berkenalan dengan orang lain (4-5)
orang dengan bimbingan perawat ,kontak mata klien saat di ajak
bicara mulai stabil A : SP 3 tercapai ,isolasi sosial masih ada.
Dan untuk perencanaan P : ajarkan SP 4 & optimalkan SP
1,SP2,SP3.Hari ke empat untuk evaluasi pada tanggal 23 februari
2017 pukul 11:30 di dapatkan hasil sebagai berikut ini S:klien mengatakan
malu untuk ikut aktivitas kelompok secara bersama sama ,klien
mengatakan akan mencoba memberanikan diri dalam ikut aktivitas
kelompok, didapatkan data Obyektif sebagai berikut O : kontak mata
klien mulai stabil saat diajak bicara, klien ikut dalam kegiatan
berkelompok dengan di bimbing tetapi lebih banyak diam
dalam kelompok, klein belum bisa berbicara dalam kelompok. Data ata tersebut
dapat di simpulkan A : SP 4belum tercapai, isolasi sosial masih ada.
Perencanaan terhadap klien adalah P : ulangi ajarkan SP 4 & optimalkan SP 1, SP
2, SP 3.Berdasarkan hasil diatas dapat di simpulkan bahwa Strategi
Pelaksanaan untuk pasien dari SP 1 sampai SP 3 berhasil dan SP
4 di ulangi karena klien merasa malu untuk ikut bersuara di dalam kelompok
.Penulis mendapat beberapa kesulitan dalam pencapaian dari strategi
pelaksanaan dikarenakanklien pada SP terakir merasa malu dan
kesulitan klien untuk berkomunikasi dengan orang lain,sedangkan
strategi pelaksanaan untuk keluarga tidakbisa dilakukankarena pihak
keluarga tidak ada yang menjenguk
BAB III
LAPORAN PENDAHULUAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI

I. Kasus (Masalah Utama)


Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalai
kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
kehidupan sehari hari secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi
secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau
napas, dan penampilan tidak rapi.
Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan dalam : kebersihan
diri, makan, berpakaian, berhias diri, makan sendiri, buang air besar
atau kecil sendiri (toileting) (Keliat B. A, dkk, 2011).
Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah timbul pada
pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan iwa kronis sering mengalami
ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku
negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga
maupun masyarakat (Yusuf, Rizky & Hanik,2015:154)
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan
diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian atau berhias, makan, dan
BAB atau BAK (toileting) (Fitria, 2009).
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat
adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas
perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan
merawat kebersihan diri diantaranya mandi, makan dan minum secara mandiri,
berhias secara mandiri, dan toileting.

II. Proses Terjadinya Masalah


A. Faktor Predisposisi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kurang perawatan diri
adalah, Perkembangan. Dalam perkembangan, keluarga yang terlalu
melindungi dan memanjakan klien dapat menimbulkan perkembangan
inisiatif dan keterampilan. Lalu faktor predisposisi selanjutnya adalah Faktor
Biologis, beberapa penyakit kronis dapat menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri secara mandiri. Faktor selanjutnya adalah
kemampuan realitas yang menurun. Klien dengan gangguan jiwa mempunyai
kemampuan realitas yang kurang, sehingga menyebabkan ketidak pedulian
dirinya terhadap lingkungan termasuk perawatan diri. Selanjutnya adalah
faktor Sosial, kurang dukungan serta latihan kemampuan dari
lingkungannya, menyebabkan klien merasa
B. Faktor Presipitasi.
Yang merupakan factor presipitasi defisit perawatan diri adalah
kurangnya atau penurunan motivasi, kerusakan kognisi, atau perseptual,
cemas, lelah / lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu
kurang mampu melakukan perawatan diri. Sedangkan menurut Depkes tahun
2000 faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah body Image,
praktik social, status sosial ekonomi, pengetahuan, budaya, kebiasaan dan
kondisi fisik.
Berikut penjabarannya. gambaran individu terhadap dirinya sangat
mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik
sehingga individu tidak perduli dengan dirinya. Pada anak anak selalu
dimanja dalam kebersihan diri maka,kemungkinan akan terjadi perubahan
pola personal hygiene.
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan, seperti sabun, sikat gigi,
shampoo dan alat mandi lainnya yang membutuhkan uang untuk
menyediakannya.
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan, misalnya pada pasien penderita DM
yang harus menjaga kebersihan kakinya. Pada factor Budaya, terdapat
budaya di sebagian masyarakat tertentu jika individu sakit tidak boleh
dimandikan. Ada pula kebiasaan seseorang yang enggan menggunakan
produk tertentu dalam perawatan diri, missal sabun, shampoo, dll.
Sedangkan, untuk factor kondisi fisik, pada keadaan tertentu / sakit
kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk
melakukan nya.

C. Jenis-Jenis Defisit Perawatan Diri


Menurut Nanda (2012),jenis perawatan diri terdiri dari :
1. Defisit perawatan diri : mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi/beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri.
2. Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
berpakaian dan berhias untuk diri sendiri
3. Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas makan
secara mandiri
4. Defisit perawatan diri : eliminasi / toileting
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
eliminasi sendiri.
D. Tanda dan Gejala
Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Fitria (2009) adalah
sebagai berikut :
1) Mandi/Hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,memperoleh
atau mendapatkan sumber air,mengatur suhu atau aliran air
mandi,mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk
dan keluar kamar mandi
2) Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan
pakaian ,menanggalkan pakaian,serta memperoleh atau menukar
pakaian.Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian
dalam,memilih pakaian,mengambil pakaian dan mengenakan sepatu
3) Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,mempersiapkan
makanan,melengkapi makanan,mencerna makanan menurut cara yang
diterima masyarakat,serta mencerna cukup makanan dengan aman
4) Eliminasi
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan
jamban atau kamar kecil,duduk atau bangkit dari jamban,memanipulasi
pakaian untuk toileting,membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan
tepat,dan menyiram toilet atau kamar kecil.

E. Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

Pola perawatan diri seimbang


Kadang perawatan diri tidak seimbang tidak melakukan
perawatan diri

Gambar 1. Rentang Respon Defisit Perawatan Diri


Keterangan :
1. Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stresor dan mampu
untuk berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien
seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
2. Kadang perawatan diri kadang tidak : saat klien mendapatkan
stresor kadang kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya.
3. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli
dan tidak bisa melakukan perawatan saat stresor.

G. Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongan nya di bagi 2 (Stuart &
Sundeen, 2000), yaitu :
 Mekanisme Koping Adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi,
pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah :
Klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri.

 Mekanisme Koping Mal Adaptif


Mekanisme koping yang menghambat, fungsi integrasi, memecah
pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai
lingkungan. Kategori nya adalah : Tidak mau merawat diri.

III.Penjabaran Masalah
a) Pohon Masalah
Effect Gangguan pemeliharaan
Kesehatan (BAB/BAK,
mandi, makan, minum)

Core problem Defisit perawatan diri

Causa Menurunnya motivasi dalam


Perawatan diri

Isolasi sosial : menarik diri

Gambar 2: Pohon Masalah Defisit Perawatan Diri


(Sumber : Keliat, 2006)

b) Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji :


Masalah yang ditemukan adalah : Defisit Perawatan Diri (SP 1 Kebersihan
Diri, SP 1 Makan, SP 1 Toileting (BAB / BAK), SP 1 Berhias)
Contoh data yang biasa ditemukan dalam Defisit Perawatan Diri :
Kebersihan Diri adalah :
a) Data Subjektif :
Pasien merasa lemah,malas untuk beraktivitas,dan merasa tidak berdaya
b) Data Objektif :
Rambut kotor acak-acakan,badan dan pakaian kotor serta bau, mulut dan
gigi bau,kulit kusam dan kotor,kuku panjang dan tidak terawat.
c) Mekanisme Koping :
Regresi, penyangkalan, isolasi social menarik diri, intelektualisasi.
Defisit perawatan diri bukan merupakan bagian dari komponen pohon
masalah (causa,core problem,effect) tetapi sebagai masalah pendukung.
a)Effect
b)Core Problem
c)Causa
d)Defisit Perawatan Diri.

c) Diagnosa keperawatan
 Defisit Perawatan Diri : Ketidakmampuan merawat kebersihan diri
 Menurunnya motivasi dalam merawat diri
BAB IV
STRATEGI PELAKSANAAN
DEFISIT KEPERAWATAN DIRI

STATEGI PELAKSANAAN (SP) 1 :


A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien.
Klien mngatakan malas mandi dan lebih enak tidak ganti baju.
Klien terlihat kotor, rambut tidak disisr, baju agak kotor, bau dan
menolak diajak mandi.
2. Diagnosa Keperawatan.
Defisit Keperawatan Diri
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat menjelaskan pentingnya kebersihan diri.
c. Klien dapat menjelaskan cara menjaga kebersihan diri.
d. Klien dapat melaksanakan perawatan diri dengan bantuan perawat.
e. Klien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
b. Menjelaskan kebersihan yang baik.
c. Membantu klien mempraktekkan cara kebersihan yang baik.
d. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Fase Orentasi.
“ Assalamu’alaikum, selamat pagi bu, perkenalkan nama saya Khairil Anwar,
saya biaya dipanggil Anwar. Saya perawat yang dinas diruang Madrim
ini,
saya dinas diruangan ini selama 3 minggu. Hari ini saya dinas pagi dari
jam 7 sampai jam 1 siang, jadi selama 3 minggu ini saya yang
merawat ibu.
Nama ibu siapa? Dan senang nya dipanggil
apa?” “ Bagaimana perasaan ibu R saat ini?”
Apakah ibu sudah mandi?.
Baiklah Bu, bagaimana kalau kita mendiskusikan tentang kebersihan diri?
Berapa lama Bu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?
Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang
tamu?.

2. Fase kerja.
Masalah kebersihan diri
Berapa kali ibu mandi dalam sehari? Menurut ibu apa kegunaan mandi?
Apa alasan ibu sehingga tidak bisa merawat diri? Menurut ibu apa
manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri? Kira-kira tanda-tanda
orang yang merawat diri dengan baik seperti apa? Kalau kita tidak teratur
menjaga kebersihan diri masalah apa menurut ibu yang bisa muncul?
Sekarang apa saja alat untuk
menjaga kebersihan diri, seperti kalau kita mandi, cuci rambut, gosok gigi
apa saja yang disiapkan? Benar sekali, ibu perlu menyiapkan pakaian
ganti, handuk, sabun sikat gigi, odol, shampo serta sisir. Wah bagus
sekali, ibu bisa menyebutkan dengan benar.
Masalah berdandan
apa yang ibu lakukan untuk merawat rambut dan muka? Kapan saja
tina menyisir rambut? Bagaimana dengan bedakan? Apa tujuan kita
sisiran dan bedandan? Jadi bisakah ibu sebutkan alat yang digunakan
untuk berdandan? Betul, bagus sekali sisir, bedak dan lipstik.
Masalah makan dan minum
Berapa kali ibu makan sehari? Iya bagus ibu makan 3 kali sehari. Kalau
minum sehari berapa gelas bu? Betul, minum 10 gelas perhari. Apa
saja yang disiapkan untuk makan? Dimana ibu makan? Bagaimana cara
makan yang baik menurut ibu? Apa yang dilakukan sebelum makan?
Apa pula yang dilakukan setelah makan?
Masalah BAB dan BAK
Berapa kali ibu BAB sehari? Kalau BAK berapa kali? Dimana biasanya ibu
BAB/BAK? Bagaimana membersihkannya?
Kita sudah bicara tentang kebersihan diri, berdandan, berpakaian, makan
dan minum serta BAB dan BAK. sekarang bisakah ibu cerita
bagaimana cara melakuakn mandi, keramas dan gosok gigi. Ya benar
pertama ibu bisa siram seluruh tubuh ibu termasuk rambut lalu ambil
shampo gosokkan pada kepala ibu sampai berbusa lalu bilas sampai
bersih.selanjutnya mabil sabun, gosokkan diseluruh tubuh secara merata
lalu siram dengan air sampai bersih, jangan lupa sikat gigi pakai odol..
giginya disikat mulai dari arah atas ke bawah. Gosok seluruh gigi ibu mulai
dari depan ke belakang. Bagus lalu kumur-kumur sampai bersih.
Terakhir siram lagi seluruh tubuh ibu sampai bersih lalu keringkan
dengan handuk. Ibu bagus sekali melakukannya. Selanjutnya ibu bisa
pasang baju dan sisir rambutnya dengan baik
3. Terminasi.
Bagaimana perasaan ibu setelah kita mendiskusikan tentang pentingnya
kebersihan diri, manfaat dan alat serta cara melakuakan kebersihan
diri? Sekarang coba ibu ulangi lagi tanda-tanda bersih dan rapi? Apa saja
alat untuk menjaga kebersihan diri, bagaimana cara menjaga kebersihan
diri? Bagus sekali ibu sudah menjawabnya dengan benar. Bagaimana
perasaan ibu setelah mandi? Coba lihat dicermin, lebih bersih dan segar
ya.
Baiklah ibu. Kalau mandi yang paling baik sehari berappa kali bu? Ya
bagus mandi 2 kali sehari, sikat gigi 2 kali sehari, keramas 2 kali
seminggu. Nanti ibu kemasukan ke jadwal ya bu. Jika ibu melakukanya
secara mandiri makan ibu menuliskan M, jika ibu melakukannya dibantu
atau diingatkan oleh keluarga atau teman maka ibu buat ibu, Jika ibu
tidak melakukanya maka ibu tulis T. apakah ibu mengerti? Coba ibu
ulangi? Naah bagus ibu.
Baik lah ibu bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang cara
berdandan. apakah ibu bersedia?
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00?
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di
ruang tamu?? Baiklah bu besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa
besok ibu. saya permisi Assalamualaikum WR,WB.

STATEGI PELAKSANAAN (SP) 2 :


A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien.
Klien mengatakan sudah mandi
Klien mengatakan malas menyisir rambut
Klien terlihat lebih segar
Klien rambut terlihat tidak disisir
2. Diagnosa Keperawatan.
Defisit perawatan diri.
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
a. Pasien dapat mengetahui pentingnya perawatan diri (Berdandan)
b. Pasien dapat mengetahui cara-cara melakukan perawatan diri
(Berdandan).
c. Pasien dapat melaksanakan perawatan diri (berdandan) dengan
bantuan perawat.
d. Pasien dapat melaksanakan perawatan diri (Berdandan) secara mandiri.
e. Pasien mendapatkan dukungan keluarga untuk meningkatkan perawatan diri
(Berdandan)
4. Tindakan Keperawatan.
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
b. Menjelaskan cara berdandan yang benar.
c. Membantu pasien mempraktikkan cara berdandan yang benar dan
memasukkan dalam jadwal.
d. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Fase Orentasi.
Assalamualaikum bu, Selamat pagi bu, masih ingat dengan saya?
Bagaimana dengan perasaan ibu hari ini? Apakah ibu sudah
mandi?.Tampak bersih sekali, rambut juga sudah disisir, kukunya sudah
digunting yah? Bagus sekali. Kalau gosok giginya bagaimana? Bagus
sekali ternyata sudah ibu lakukan. Coba saya lihat jadwalnya? Bagus
sekali ibu sudah melakukannya. Mandi 2 x sehari sudah dilakukan
dengan mandiri, gosok gigi sehari juga sudah, keramas 2 minggu sekali
juga sudah mandiri, gunting kuku juga sudah 1 x seminggu, kalau ini masih
dibantu kemaren ya bu. Yang masih dibantu sama suster nanti ibu
melakukannya sendiri.
Masih ingat apa yang mau kita bicarakan hari ini. Hari ini kita akan
latihan berdandan. Apakah ibu bersedia?
Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?
Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang
tamu?
2.Fase Kerja.
Baiklah ibu, sebelum berdandan alat apa saja yang harus disiapkan? Ya
benar sekali sisir, bedak dan lipstik. Bagaimana cara ibu berdandan? Apakah
menyisir
rmabut dulu? Bagaimana cara ibu menyisir? Sekarang sisir rambut dulu
ya. Bagus sekali coba lihat dikaca, sudah rapi? Apa kebiasaan ibu
berdandan apakah ibu memakai bedak? Lanjutka dengan merias
muka, bagus . ibu tampak cantik. Apakah ibu mau pakai lipstik? Iya
pakainya tipis saja. Coba lihat dikaca cantik ya.

3. Terminasi.
Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan cara berdandan? Lebih
cantik dan rapi ya? Bisa tina sebutkan lagi apa saja alat yang
diperlukan untuk berdandan? Yah bagus sekali. Sekarang coba
sebutkan caranya bagaimana? Wah tina memang hebat.
Baiklah ibu kita sudah melakukan berdandan kita masukan kedalam
jadwal ya. Berapa kali akan ibu lakukan? Dua kali sehari? Sehabis mandi
yaa? Jadi tina bisa tulis dijadwal harian setiap habis mandi, tina bisa
langsung berdandan. Selanjutnya jangan lupa untuk melakukan
sesuai jadwal yah bu, mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari
juga, keramas 2 kali seminggu, gunting kuku 1 kali seminggu, ganti
baju dan berdandan habis mandi
Baik lah ibu besok kita akan ketemu lagi dan membicrakan
tentang kebutuhan dan latihan cara makan dan minum yang benar,
apakah ibu bersedia?
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di
ruang tamu? ? Baiklah bu besok saya akan kesini jam 11:00 sampai
jumpa besok bu. saya permisi Assalamualaikum WR,WB.

STATEGI PELAKSANAAN (SP) 3 :


MELATIH CARA MAKAN DAN MINUM YANG BAIK.
A. Proses Keperawatan.
1. Kondisi Klien
Klien mengatakan sudah mandi dan menyisir rambut
Klien mengatakan tidak tahu cara makan dan minum yang baik dan
benar Klien terlihat lebih segar dan rambut terlihat rapi
Klien mengatakan tidak tahu cara makan dan minum yang baik dan
benar. Klien terlihat berserakan ketika makan dan minum
2. Diagnosa Keperawatan.
Defisit Perawatan Diri.
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
a. Pasien dapat mengetahui peralatan yang digunakan untuk makan.
b. Pasien dapat mengetahui cara-cara makan dan minum yang baik
dan benar
c. Pasien dapat melaksanakan makan dan minum yang baik dan
benar dengan bantuan perawat.
d. Pasien dapat melaksanakan cara makan dan minum yang baik
secara mandiri.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
b. Menjelaskan cara makan dan minum yang baik dan benar.
c. Membantu pasien mempraktikkan cara makan dan minum yang
benar dan memasukkan dalam jadwal.
d. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Fase Orentasi.
Assalamualaikum bu, Selamat pagi bu, masih ingat dengan saya?
Bagaimana dengan perasaan ibu hari ini? Hari ini saya lihat ibu sudah
bersih ya, rambut juga sudah disisir rapi, pakai bedak, kukunya sudah
digunting, bajunya juga cantik. Bagus sekali. Kalau gosok giginya
bagaimana? Bagus sekali ternyata sudah ibu lakukan. Coba saya lihat
jadwalnya? Bagus sekali ibu sudah melakukannya. Mandi 2 x sehari sudah
dilakukan dengan mandiri, gosok gigi sehari juga sudah, keramas 2
minggu sekali juga sudah mandiri, gunting kuku juga sudah 1 x
seminggu, sudah dilakukan secara mandiri. Jadi tina sudah bagus
tentang kebersihan dirinya. Kalau berdandan dilakukan sama siapa bu?
Oh sudah sendiri bagus sekali. Kalau berpakaiannya bagaimana?
Dilakukan sendiri, bagus sekali.
Masih ingat apa yang mau kita bicarakan hari ini. Hari ini kita akan
bicara tentang kebutuhan makan dan minum, cara makan dan
minum. Apakah ibu bersedia?
Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau30
menit? Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di
ruang tamu?

2. Fase Kerja.
Baiklah ibu, sekarang kita akan diskusikan tentang kebutuhan makan pada
orang dewasa sepertin ibu dalam satu hari. Kebutuhan makan perhari
dewasa untuk perempuan antara 2000-2200 kalori dan untuk laku-laki
antara 2400-2800 kalori setiap hari. Biasanya pada orang dewasa
membutuhkan semua itu didapat dari makanan seperti makanan pokok
untuk memberi rasa kenyang : nasi, jagung, ubi jalar, singkong, dll selain
itu perlu juga lauk seperti : lauk hewani berupa daging ayam, ikan dll
serta lauk nabati seperti kacang-kacangan, hasil olahan tahu, dan
tempe. Sayur diberikan untuk memberikan rasa segar dan melancarkan
proses menelan makanan, karena biasanya dihidangkan dalam bentuk
berkuah : sayur dan umbian, kacang-kacangan, buah dan susu sebagai
pelengkap, akan lengkap ditinjau dari kecukupan gizi serta minum 8-10
gelas (2500ml) sehari. Bagaimana tina apakah sudah mengerti?
Kalau kita mau makan alatnya apa saja tina? Jadi harus ada gelas piring
dan sendok yah, sekarang piring gunanya untuk apa? Ya benar sekali
untuk menaruh makanan, selanjutnya sendok untuk apa? Kalau gelas
disiapkan untuk apa? Bagus sekali tina sudah bisa menjawab dengan
benar, bagaimana kebiasaan sebelum , saat maupun sudah makan?
Makan dimeja makan ya?
Sebelum makan kita harus cuci tangan pakai sabun. Ya mari kita
praktekkan.setelah itu duduk dan ambil makanan. Sebelum disantap
kita berdoa dulu. Silakan tina yang pimpn. Bagus. Mari kita makan. Saat
makan kita harus mnyupakan makan satu-satu dengan pelan-pelan. Ya
mari kita makan. Setelah kita mkan kita bereskan piring dan gelas yang
kotor. Ya betul dan kita akhiri dengan cuci tangan. Ya bagus.

3. Terminasi.
Bagaimana perasaan ibu setelah kita belajar makan dan minum? Alat apa
saja yang kita gunakan untuk makan? Setelah makan pa saja yang kita
lakuakan?.
Baiklah ibu kita sudah melakukan latihan cara makan dan minum kita
masukan kedalam jadwal ya. Berapa kali akan ibu mau makan? tiga kali
sehari? Kalau pagi jam berapa? Sianbg? Malam? Jadi tina bisa tulis
dijadwal harian. Selanjutnya jangan lupa untuk melakukan sesuai jadwal
yah bu, mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari juga, keramas 2 kali
seminggu, gunting kuku 1 kali seminggu, ganti baju dan berdandan
habis mandi pagi dan sore.
Baik lah ibu besok kita akan ketemu lagi dan membicrakan tentang BAB
dan BAK, apakah ibu bersedia?
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang
tamu?
? Baiklah bu besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok bu.
saya permisi Assalamualaikum …

STATEGI PELAKSANAAN (SP) 4 : MELATIH BAB DAN BAK YANG BAIK.


A. Proses Keperawatan.
1. Kondisi Klien.
Klien mengatakan sudah mandi dan menyisir
rambur Klien mengatakan sudah makan pagi
dengan baik
Klien mengatakan tidak tahu cara BAB dan BAK yang baik dan
benar. Klien terlihat bersih dan segar. Rambut tersisir dengan
rapi
Klien terlihat BAK sembarangan.
2. Diagnosa Keperawatan.
Defisit Perawatan Diri.
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
a. Pasien dapat mengetahui cara-cara BAB dan BAK yang baik dan
benar.
b. Pasien dapat melaksanakan cara BAB dan BAK yang baik
secara
mandiri.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
b. Menjelaskan cara BAB dan BAK yang baik dan benar.
c. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Fase Orentasi.
Assalamualaikum bu, Selamat pagi bu, masih ingat dengan saya?
Bagaimana dengan perasaan ibu hari ini? Hari ini saya lihat ibu
sudah bersih ya, rambut juga sudah disisir rapi, pakai bedak,
kukunya sudah
digunting, bajunya juga cantik. Bagus sekali. Kalau gosok giginya
bagaimana? Bagus sekali ternyata sudah ibu lakukan. Bagaimana
makan dan minum hari ini? Jam berapa? Jam 8 ya. Coba saya lihat
jadwalnya? Bagus sekali ibu sudah melakukannya. Mandi 2 x sehari
sudah dilakukan dengan mandiri, gosok gigi sehari juga sudah,
keramas 2 minggu sekali juga sudah mandiri, gunting kuku juga
sudah 1 x seminggu, sudah dilakukan secara mandiri. Jadi tina
sudah bagus tentang kebersihan dirinya. Kalau berdandan
dilakukan sama siapa bu? Oh sudah sendiri bagus sekali. Kalau
berpakaiannya bagaimana? Dilakukan sendiri, bagus sekali. Kalau
makan dan minum masih dibantu yah. Besok harus sudah
melakukannya sendiri yah. Ibu bisa kan ibu pasti bisa karea ibu
hebat.
Masih ingat apa yang mau kita bicarakan hari ini. Hari ini kita akan
bicara tentang cara BAB dan BAK. Apakah ibu bersedia?
Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit?
Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang
tamu?

2. Fase Kerja.
Baiklah ibu, ibu BAB dan BAK dikamar mandi yah? Hati-hati pakaian
jangan sampai kena ya. Lalu jongkok diwc? Bagaimana cara ibu
cebok? Bagus sebaiknya ibu cebok yang bersih setelah BAB dan
BAK. yaitu dengan menyiram air dari arah depan ke belakang.
Jangan terbalik ya. Cara seperti ini berguna untuk mencegah
masuknya kotoran /tinja yang ada dianus kebagian kemaluan kita.
Setelah tina selesei cebok, jangan lupa tinja/air kencing tersebut
dengan air secukupnya sampai tinja / air krncing itu tidak tersisa
dikaskus/ WC. Jika tina membersihkan membersihkan tinja/ air krncing
seperti ini, berarti tina ikut mencegah penyebaran kuman berbahaya
yang ada pada kotoran / air kencing. Setelah selesei membersihkan
tinja/air kencing, tina perlu merapikan pakaian sebelum keluar dari wc.
Pastikan resleting sudah tertutup dengan rapi. Dan setelah itu jangan
lupa cuci tangan pakai sabun ya bu.

3. Terminasi.
Bagaimana perasaan ibu setelah kita membicarakan cara BAB dan
BAK? Apa saja yang dilakukan saat BAB Dan BAK? Bagus sekali
bu. Nahsekarang coba ibu sebutkan cara perawatan diri yang telah
kita pelajari dan latih? Bagus sekali.
Baiklah ibu kita sudah melakukan latihan cara BAB dan BAK. masukan
kedalam jadwal ya. Selanjutnya jangan lupa untuk melakukan
sesuai jadwal yah bu, mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari juga,
keramas 2 kali seminggu, gunting kuku 1 kali seminggu, ganti baju dan
berdandan 2 kali sehari habis mandi pagi dan sore, makan 3 kali
sehari dan minum 8-10 gelas sehari. BAB dan BAK ditempatnya.
Bagaimana bu bisa dilakukan sesuai jadwal. Bagus sekali ibu mau
mencoba melakukannya
Baik lah ibu besok kita akan ketemu lagi dan membicrakan tentang
halusinasi, apakah ibu bersedia?
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di
ruang tamu? ? Baiklah bu besok saya akan kesini jam 11:00
sampai jumpa besok bu. saya permisi Assalamualaikum ….
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Agar tercapai pelayanan keperawatan jiwa yang efisien maka pasien, keluarga, dokter,
perawat serta profesi lainnya harus berkerjasama satu dengan lainnya. Tiap-tiap
profesi memiliki kompetensi profesionalisme berbeda-beda sehingga saat dipadukan
akan menciptakan efek terapi yang maksimal demi mencapaii tujuan yang diharapkan.
Kolaborasi yang efektif dapat memfasilitasi terselenggaranya pelayanan keperawatan
jiwa disepanjang rentang kehidupan yang berkualitas dan sigala kondisi

Kesimpulan dari makalah ini adalah penulis berharap makalah ini bisa dibaca dan
bermanfaat bagi orang banyak dan bisa juga menuntun untuk melakukan tindakan
keperawatan jiwa kususnya isolasi sosial dan difisit keperawatan diri

Penulis minta maaf atas segala kekurangan dalam pembuatan makalah ini karna yang benar
datang nya dari allah swt sekian terimakasih salam saya novereza. Assalamualaikum
warohmatullah hi wabarokatu

Anda mungkin juga menyukai