Anda di halaman 1dari 23

BAHASA INDONESIA

OLEH :

FADIYAH

KELAS :

1B

POLTEKKES KESEHATAN KEMENKES MALUKU


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN AMBON
2022
i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT

karena berkat Rahmat dan KaruniaNya, penulis dapat menyelesaikan makalah yan

g membahas tentang Defisit Perawatan Diri tepat pada waktunya. Tak lupa

shalawat serta salam penulis hadiahkan kepada junjungan kita Nabi Besar

Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman kebodohan menuju

zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, masi banyak hal

dalam penulisan maka ini. Oleh karna itu, penulis mengharapkan kritik dan saran

yang membangun agar penulis dapat memperbaikinya. Harapan penulis, seoga

makalah ini dapat bermanfaat dan jadi sumber ilmu yang baru bagi kita semua.

Aamiin

Ambon, 17 Agustus 2022 


ii

DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................2

C. Tujuan..........................................................................................................2

D. Manfaat........................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4

BAB III PEMBAHASAN........................................................................................7

BAB IV PENUTUP...............................................................................................15

A. Kesimpulan............................................................................................15

B. Saran........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Keperawatan jiwa adalah suatu pelayan kesehatan  tentang masalah kesehatan

jiwa dari rentang sehat jiwa sampai gangguan jiwa yang terjadi pada anak sampai

lansia. Salah satu pilar model keperawatan profesional adalah pelayan

keperawatan dengan menggunakan sistem pemberian asuhan keperawatan

(patient care delivery system ). Dan sistem pemberian asuhan keperawatan yang

diterapkan adalah asuhan keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan.

Salah satu asuhan keperawatan yang kami bahas ini adalah auhan keperawatan

pada klien dengan gangguan defisit keperawatan diri.

Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami

kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan

diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan dan

BAB/BAK (toileting) (Fitria, 2009).

Manusia sebagai makhluk holistik yang  dipengaruhi oleh lingkungan dalam

dirinya dan lingkungan luar baik keluarga, kelompok maupun komunitas. Dalam

berhubungan dengan lingkungan, manusia harus mengembangkan strategi koping

yang efektif agar mampu beradaptasi (Susilowati, 2005).

Kegagalan dalam memberi koping yang sesuai dengan tekanan yang dialami

dalam jangka panjang mengakibatkan individu mengalami berbagai macam

gangguan mental. Gangguan mental tersebut sangat bervariatif, tergantung dari

1
2

berat ringannya sumber tekanan, perbedaan antar individu, dan latar belakang

individu yang bersangkutan (Siswanto, 2007).

Kesehatan jiwa tidak hanya terkait dengan gangguan jiwa. Ada beberapa aspek

yang mempengaruhi kesehatan jiwa, misalnya: kualitas Sumber Daya Manusia

dalam mengawasi emosional, kemudian aspek sosial yakni kejadian di lingkungan

yang berdampak pada gangguan jiwa seperti tindakan kekerasan dan merasa tidak

nyaman. Saat ini lebih dari 450 juta penduduk dunia hidup dengan gangguan jiwa.

Di Indonesia berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar ( RISKESDAS) tahun 2007,

menunjukkan gangguan mental emosional seperti gangguan kecemasan dan

depresi sebesar 11, 6 % dari populasi orang dewasa. Jumlah populasi orang

dewasa di Indonesia kurang lebih 150. 000. 000 orang yang mengalami gangguan

mental emosional. (Sunaryo, 2004).

B. Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksut defisit perawatan diri ?

2.      Apa penyebab defisit perawatan diri ?

3.      Apa jenis-jenis perawatan diri ?

4.      Apa akibat dari defisit perawatan diri ?

5.      Apa penatalaksanaan defisit perawatan diri ?


3

C.  Tujuan

1.    Tujuan Umum

Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan

defisit perawatan diri dan memberi pengetahuan kepada mahasiswa dan

mahasiswi tentang asuhan keperawatan kepada klien defisit perawatan diri.

2.    Tujuan Khusus

a.    Mengetahui tentang konsep dasar defisit perawatan diri

b.    Mengetahui tentang jenis – jenis defisit keperawatan diri

c.    Mengetahui tentang penyebab defisit keperawatan diri

d.   Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan defisit perawat

diri.

e.    Mengetahui strategi pelaksanaan

D.    Manfaat

Untuk mengerti tentang defisit perawatan diri dan memahami apa yang harus

dilakukan seorang perawat untuk menangani defisit perawatan diri pada gangguan

jiwa
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Pengertian

Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami

kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan

diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan dan

BAB/BAK (toileting) (Fitria, 2009).

B. Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri

Adapun  tanda  dan  gejala  defisit  perawatan  diri  menurut  Fitria  (2009) adalah

sebagai berikut:

1. Mandi/hygiene

Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,

memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air

mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta

masuk dan keluar kamar mandi.

2. Berpakaian/berhias

Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan

pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian.

Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam,

4
5

memilih  pakaian,  menggunakan  alat  tambahan,  menggunakan  kancing

tarik, melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan

penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian dan

mengenakan sepatu.

3. Makan

Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,

mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan,

4. menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, membuka container,

memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah lalu

memasukkannya   ke   mulut,   melengkapi   makan,   mencerna   makanan

menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas,

serta mencerna cukup makanan dengan aman.

5. BAB/BAK(toileting)

Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan

jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi

pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan

tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil. 

Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan

diri adalah:

1. Fisik

Badan bau, pakaian kotor; 2) Rambut dan kulit kotor; 3) Kuku panjang

dan kotor; 4) Gigi kotor disertai mulut bau; 5) penampilan tidak rapi.
6

2. Psikologis

Malas, tidak ada inisiatif; 2) Menarik diri, isolasi diri; 3) Merasa tak

berdaya, rendah diri dan merasa hina.

3. Sosial

Interaksi kurang; 2) Kegiatan kurang; 3). Tidak mampu berperilaku sesuai

norma; 4) Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat,

gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

C. Etiologi

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), Penyebab kurang perawatan diri adalah

kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000), penyebab

kurang perawatan diri adalah:

1. Faktor prediposisi
- Perkembangan: Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien

sehingga perkembangan inisiatif terganggu. 

- Biologis: Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu

melakukan perawatan diri.

- Kemampuan realitas turun: Klien dengan gangguan jiwa dengan

kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya

dan lingkungan termasuk perawatan diri.

- Sosial: Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri

lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan

dalam perawatan diri.

2. Faktor presipitasi

Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang

penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas,

lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang

mampu melakukan perawatan diri.

7
8
BAB III

PEMBAHASAN

STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI

A. Pengertian Strategi Pelaksanaan Komunikasi

- Strategi pelaksanaan komunikasi merupakan standar asuhan keperawatan

terjadwal yang diterapkan pada klien dan keluarga klien yang bertujuan

untuk mengurangi masalah keperawatan jiwa yang ditangani. Strategi

pelaksanaan tindakan keperawatan merupakan alat yang dijadikan sebagai

panduan oleh seseorang perawat jiwa ketika berinteraksi dengan klien

(Fitria, 2009). 

B. Tujuan Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri

Tujuan strategi pelaksanaan komunikasi defisit  perawatan diri  menurut Purba

(2009) adalah sebagai berikut:

- Pada Klien:

1. Klien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri.

2. Klien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik.

3. Klien mampu melakukan makan dengan baik.

4. Klien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri.

- Pada Keluarga:

9
10

1. Keluarga mampu merawat anggota keluarga ysng mengalami

masalah kurang perawatan diri.

C. Pembagian Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri

Pembagian strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri menurut Purba

(2009) adalah sebagai berikut:

- Kemampuan Merawat Klien

1. Strategi Pelaksanaan 1 (SP1):

a) Menjelaskan pentingnya kebersihan diri.

b) Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri.

c) Menbantu  klien  mempraktekkan  cara  menjaga 

kebersihan diri.

d) Menganjurkan  klien  memasukkan  dalam  jadwal 

kegiatan harian. 

Untuk  melatih  klien  dalam  menjaga  kebersihan  diri  dapat melakukan tahapan

tindakan yang meliputi:

a) Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri.

b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri.


11

c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri

d) Melatih klien mempraktekkan cara menjaga kebersihan

diri.

2. Strategi Pelaksanaan 2 (SP2):

a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.

b) Menjelaskan cara berdandan.

c) Membantu klien mempraktekkan cara berdandan.

d) Menganjurkan klien  memasukkan dalam jadwal 

kegiatan harian.

Tindakan melatih klien berdandan/berhias:

a) Klien laki-laki harus dibedakan dengan wanita. Untuk

klien laki-laki latihan meliputi: Berpakaian,  menyisir

rambut, bercukur. Untuk klien wanita latihan meliputi:

Berpakaian, menyisir rambut, berhias.

3. Strategi Pelaksanaan 3 (SP3):

a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.

b) Menjelaskan cara makan yang baik.

c) Membantu klien mempraktekkan cara makan yang baik.


12

d) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal

kegiatan. 

Untuk melatih klien dapat melakukan tahapan sebagai berikut:

a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan.

b) Menjelaskan cara makan yang tertib.

c) Menjelaskan cara  merapikan peralatan makan setelah

makan.

d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik.

4. Strategi Pelaksanaan 4 (SP4):

a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.

b) Menjelaskan cara eliminasi yang baik

c) Membantu klien mempraktekkan cara eliminasi yang

baik dan memasukkan dalam jadwal.

d) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian.

Melatih klien BAB dan BAK secara mandiri sesuai tahapan berikut:

a) Menjelaskan tempat BAB/BAK.

b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan

BAK.
13

c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan

BAK. 

- Kemampuan Merawat Keluarga

1. Strategi Pelaksanaan 1 (SP1)

a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga

dalam merawat klien.

b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala defisit

perawatan diri dan jenis defisit perawatan diri yang

dialami klien beserta proses terjadinya.

c) Menjelaskan cara-cara merawat klien defisit perawatan

diri.

2. Strategi Pelaksanaan 2 (SP2)

a) Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat klien

dengan defisit perawatan diri.

b) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung

kepada klien defisit perawatan diri.

3. Strategi Pelaksanaan 3 (SP3)

a) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah

termasuk minum obat.


14

b) Menjelaskan follow up dan rujukan. 

D. Evaluasi Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri

1. Tanda- tanda strategi pelaksanaan komunikasi yang diberikan

kepada klien kurang perawatan diri berhasil menurut Purba (2009)

adalah sebagai berikut:

Klien dapat menyebutkan:

a) Penyebab tidak merawat diri.

b) Manfaat menjaga perawatan diri.

c) Tanda-tanda bersih dan rapi.

d) Gangguan yang dialami jika perawatan diri tidak

diperhatikan.

2. Klien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri dalam

hal:

a) Kebersihan diri

b) Berdandan

c) Makan

d) BAB/BAK
15

3. Keluarga memberi dukungan dalam melakukan perawatan diri:

a) Keluarga menyediakan alat-alat untuk perawatan

diri.

b) Keluarga ikut seta mendampingi klien dalam

perawatan diri.

KEMAMPUAN DALAM PERAWATAN DIRI

A. Pengertian Kemampuan

Kemampuan merupakan suatu ide generalitas dari satu ciri yang dimiliki peserta

didik dan dipengaruhi oleh pembelajaran yang berasal dari praktek atau

pengalaman sebelumnya yang disimpan dalam memori untuk mengigat suatu

petunjuk  (Reilly,  2002).  Kemampuan  dalam  penelitian  ini  dimaknai

dengan keterampilan motorik yang merupakan salah satu domain dari prilaku.

Domain keterampilan ini dikenal juga sebagai domain psikomotor. Domain

keterampilan mudah didentifikasi dan diukur karena mencakup kegiatan

berorientasi pada gerakan yang mudah diamati. Pembelajaran pada domain ini

meliputi penguasaan motorik halus dan kasar dengan tingkat kompleksitas

koordinasi neuromuskular semakin  meningkat  untuk  melakukan  gerakan  fisik, 

seperti berjalan,  menulis, memegang alat-alat, atau melaksanakan suatu prosedur

(Bastable, 2002). Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia

dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya, kesehatannya,

dan kesejahteraannya sesuai dengan kondisi kesehatannya. Kemampuan untuk

melakukan  perawatan  diri:  Perawat  mengkaji  kemampuan  fungsional klien  di


16

lingkungan rumah mereka maupun dalam pelayanan kesehatan, meliputi aktivitas

makan, berpakaian, perawatan diri dan berdandan (Potter & Perry, 2005).

B. Kemampuan Perawatan Diri

Adapun kemampuan perawatan diri berdasarkan kriteria hasil Nursing Outcomes

Classification dan intervensi Nursing Interventions Classification menurut

Wilkinson (2006) adalah sebagai berikut:

 Mandi/Hygiene

Hasil yang disarankan NOC:

 Perawatan diri: Aktivitas kehidupan sehari-hari

(AKS): Kemampuan untuk melakukan tugas fisik

paling dasar dan aktivitas perawatan pribadi. Mandi

 (kemampuan untuk membersihkan tubuhnya sendiri),

hygiene (kemampuan untuk mempertahankan

hygiene dirinya). Intervensi prioritas NIC:

Hasil Intervensi prioritas NIC:

 Mandi (membersihkan tubuh yang berguna untuk

relaksasi,kebersihan  dan  penyembuhan).  Bantuan 

perawatan  diri mandi/hygiene (membantu klien

untuk memenuhi hygiene pribadi).

 Berpakaian/Berhias

Hasil yang disarankan NOC:


17

 Perawatan diri: Aktivitas kehidupan sehari-hari

(AKS): Kemampuan untuk melakukan tugas fisik

yang paling mendasar dan aktivitas perawatan

pribadi. Berpakaian (kemampuan untuk mengenakan

pakaian sendiri), berdandan (kemampuan untuk

mempertahankan penampilan yang rapi), hygiene

(kemampuan untuk mempertahankan higienenya).

Intervensi prioritas NIC:

 Berpakaian (memilih, mengenakan dan melepas

pakaian untuk orang yang tidak dapat melakukan hal

itu sendiri), perawatan rambut (adanya peningkatan

penampilan rambut yang bersih, rapi dan menarik).

Bantuan perawatan diri berpakaian/berhias

(membantu klien dalam berpakaian dan mengunakan

tata rias)

 Makan

Hasil yang disarankan NOC:

 Perawatan diri: Aktivitas kehidupan sehari-hari

(AKS): Kemampuan

 untuk   memenuhi  kebutuhan   yang   paling   dasar 

dan   aktivitas 
18

 perawatan   diri.   Makan   (kemampuan   untuk   

menyiapkan   dan memakan makanan).

Intervensi prioritas NIC:

 Makan  (memberi  asupan  nutrisi  untuk  klien  yang 

tidak  mampu makan sendiri). Bantuan perawatan diri

makan (membantu klien untuk makan).

 Toileting

Hasil yang disarankan NOC:

 Perawatan diri: Aktivitas kehidupan sehari-hari

(AKS): Kemampuan untuk melakukan aktivitas

perawatan fisik dan pribadi paling dasar. Eliminasi

(kemampuan untuk melakukan aktivitas eliminasi

sendiri). Intervensi prioritas NIC:

Intervensi prioritas NIC:

 Pengelolaan lingkungan (memanipulasi lingkungan

sekitar klien untuk keperluan terapeutik).  Bantuan

perawatan diri toileting (bantuan untuk eliminasi).


19

BAB IV

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan diri hendaknya di

berikan perhatian yang lebih dalam perawatan diri sehingga

peningkatan kebersihan klien dapat lebih meningkatkan lebih baik.

Klien yang sering menyendiri merupakan resiko menjadi isolasi sosial

maka komunikasi terapeutik yang digunakan sebagai landasan untuk

membina saling percaya sehingga dapat menggali semua

permasalahan.

Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan diri harus selalu

di libatakan dalam kegiatan dan di temani setiap melakukan tindakan

yang lebih. Identifikasi diri mengenai penyebab awal terjadinya

gangguan tersebut menjadi fokus perhatian pemberian pelayanan

kesehatan. Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan diri

membutuhkan dukungan dari keluarga sehingga dapat mempercepat

proses penyembuhan klien.

B.     Saran
20

Klien diharapkan dalam mengikuti ptogram penyembuhan yang

direncanakan oleh dokter dan perawat mau dan mampu mengikuti

guna kesembuhan klien. Keluarga nantinya mamou memberikan

motivasi dan semangat kepada klien untuk mengembalikan

keperawatan diri baik di rumah mau pun di rumah sakit.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/34831905/

makalah_defisit_perawatan_diri_docx

http://calonsarjanabangsa.blogspot.com/2020/09/askep-defisit-perawatan-diri.html

https://jurnalis-perawat.blogspot.com/2019/04/makalah-askep-defisit-perawatan-

diri.html

Anda mungkin juga menyukai