Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA
DEFISIT PERAWATAN DIRI

DOSEN : Eka Rudy Purwana, M.Kes.

Di Susun Oleh :
1. Eko Marjadi
2. Eti Fitria Jumiati
3. Febry Dwi Rahmatillah
4. Gina Maula Rasyid
5. Halsabila Alfisyahrin
6. Heliza Dwi Putri
7. I Nyoman Agus Purnama
8. Ica Santika

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN MATARAM
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai
pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga Laporan Pendahuluan ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa Laporan Pendahuluan ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Mataram, 29 Maret 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB 1 1

KONSEP DASAR DEVISIT PERAWATAN DIRI 1

A. Pengertian 1
B. Jenis-Jenis Defisit Perawatan Diri 1
C. Etiologi 1
D. Tanda dan Gejala 3
E. Mekanisme Koping 4
F. Rentang Respon Kognitif 5
G. Batasan Karakteristik 6
H. Dampak Yang Timbul Pada Masalah Personal Hygine 7

BAB II 8

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 8

A. Pengkajian Keperawatan 9
B. Diagnosa Keperawatan 10
C. Intervensi Keperawatan 11
D. Tindakan Keperawatan 12
E. Evaluasi Keperawatan 14

BAB III 19

PENUTUP 19

A. Kesimpulan 19
B. Saran 19

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
KONSEP DASAR DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Pengertian
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami kelainan dalam
kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari secara
mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian
kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi. Defisit perawatan diri merupakan
salah satu masalah yang timbul pada pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa kronis
sering mengalami ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku
negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun masyarakat.
Defisit perawatan diri adalahmasalah yang sering dijumpai pada pasien dengan
skizofrenia. Gangguan perawatan diri ini terjadi Karena pasien mengalami gangguan
kognitif, sehingga mengakibatkan ketidakmampuan pasien dalam mengatur dan merawat
dirinya sendiri seperti mandi, berhias, makan minum serta toileting (Desty
Emilyani,2019).
B. Jenis–Jenis Defisit Perawatan Diri
a. Defisit perawatan diri : Mandi / kebersihan
Defisit perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
aktivitas mandi/kebersihan diri.
b. Defisit perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.
Defisit perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai
pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
c. Defisit perawatan diri : Makan
Defisit perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan
aktivitas makan.
d. Defisit perawatan diri : Toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas toileting sendiri
C. Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai
berikut : Kelelahan fisik dan Penurunan kesadaran. Menurut DepKes (2000), penyebab
kurang perawatan diri adalah :
a. Faktor prediposisi
1) Perkembangan : Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
2) Biologis : Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun : Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan
realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
4) Sosial : Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan
motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami
individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:
1) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya
dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan
dirinya.
2) Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus
menjaga kebersihan kakinya.
5) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
6) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti
penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
7) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu
bantuan untuk melakukannya.
D. Tanda dan Gejala
Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut fitria (2009) adalah sebagai
berikut :
a. Mandi/hygine
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan, memperoleh atau
mendapatkan suber air, mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan
perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.
b. Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakan atau mengambil potongan pakaian,
menenggalkan pakaian serta memperoleh atau menukar pakaian. Len juga memiliki
ketidakmampuan dalam mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan
alat tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian, menggunakan kaos
kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakain
dan mengenakan sepatu.
c. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan, mempersiapkan
makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat tambahan,
mendapatkan makanan, memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan
dari wadah dan memasukannya ke dalam mulut, mengambil cangkir atau gelas, serta
mencerna cukup makanan dengan aman.
d. Eliminasi
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan jamban atau
kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting,
membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat dan menyiram toilet atau kamar
kecil.
Menurut Depkes (2000) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:
a. Fisik
1) Badan bau, pakaian kotor
2) Rambut dan kulit kotor
3) Kuku panjang dan kotor
4) Gigi kotor disertai mulut bau
5) Penampilan tidak rapi.
b. Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif
2) Menarik diri, isolasi diri
3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c. Sosial
1) Interaksi kurang
2) Kegiatan kurang
3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma
4) Cara makan tidak teratur
5) BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
E. Mekanisme Koping
a. Regresi
Kemunduran akibat sters terhadap perilaku dan merupakan ciri khas dari suatu taraf
perkembangan yang lebih dini 
b. Penyangkalan (Denial)
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut.
Mekanisme pertahanan ini adalah paling sederhana dan primitif.
c. Isolasi sosial,
menarik diriSikap mengelompokkan orang / keadaan hanya sebagai semuanya
baikatau semuanya buruk, kegagalan unutk memadukan nilai-nilai positif dan negatif
didalam diri sendiri
d. Intelektualisasi
Pengguna logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari pengalaman yang
mengganggu perasaannya.
Format/data fokus pengkajian pada klien dengan defisit perawatan diri (Keliat
dan Akemat,2009)
a. Status mental
Penampilan
( ) Tidak rapi
( ) Penggunaan pakaian tidak sesuai
( ) Cara berpakaian tidak seperti biasannya
b. Kebutuhan sehari-hari
1. Kebersihan diri
( ) Bantuan minimal ( ) Bantuan total
2. Makan
( ) Bantuan minimal ( ) Bantuan total
3. BAB/BAK
( ) Bantuan minimal ( ) Bantuan total
4. Berpakain/ Berhias
( ) Bantuan minimal ( ) Bantuan total

F.  Rentang Respon Kognitif
Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yng tidak dapat merawat diri sendiri :
a. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri :
1) Bina hubungan saling percaya 
2) Bicarakan tentang pentingnya kebersihan
3) Kuatkan kemampuan klien merawat diri
b. Membimbing dan menolong klien merawat diri :
1) Bantu klien merawat diri 
2) Ajarkan keterampilan secara bertahap
3) Buatkan jadwal kegiatan setiap hari
c. Ciptakan lingkungan yang mendukunga :
1) Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi 
2) Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien
3) Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien

G. Batasan karakteristik
Menurut Nanda-1 (2012) batasan karakteristik klien dengan defisit perawatan diri adalah:
a. Defisit perawatan diri : mandi
1) Ketidakmampuan untuk mengakses kamar mandi
2) Ketidakmampuan mengeringkan tubuh
3) Ketidakmampuan mengambil perlengkapan mandi
4) Ketidakmampuan menjangkau sumber air
5) Ketidakmampuan mengatur air mandi
6) Ketidakmampuan membasuh tubuh
b. Defisit perawatan diri : berpakaian
1) Ketidakmampuan mengancing pakaian
2) Ketidakmampuan mendapatkan pakaian
3) Ketidakmampuan mengenakan atribut pakaian
4) Ketidakmampuan mengenakan sepatu
5) Ketidakmampuan mengenakan kaus kaki
6) Ketidakmampuan melepaskan atribut pakaian
7) Ketidakmampuan melepas sepatu
8) Ketidakmampuan melepas kaus kaki
9) Hambatan memilih pakaian
10) Hambatan mempertahankan penampilan yang memuaskan
11) Hambatan mengambil pakaian
12) Hambatan mengenakan pakaian pada bagian tubuh bawah
13) Hambatan mengenakan pakaian pada bagian tubuh atas
14) Hambatan memasang sepatu
15) Hambatan memasang kaus kaki
16) Hambatan melapas pakaian
17) Hambatan melepas sepatu
18) Hambatan melepas kaus kaki
19) Hambatan menggunakan alat bantu
c. Defisit perawatan diri : makan
1) Ketidakmampuan mengambil makanan
2) Ketidakmampuan mengunyah makanan
3) Ketidakmampuan menghabiskan makanan
4) Ketidakmampuan menempatkan makanan ke perlengkapan makan
5) Ketidakmampuan menggunakan perlengkapan makan
6) Ketidakmampuan memakan makanan dalam cara yang dapat diterima secara
sosial
7) Ketidakmampuan memakan makanan yang aman
8) Ketidakmampuan memakan makanan dalam jumlah memadai
9) Ketidakmampuan memanipulasi makanan dalam mulut
10) Ketidakmampuan mengambil gelas dan cangkir
11) Ketidakmampuan menelan makanan
d. Defisit perawatan diri : toileting
1) Ketidakmampuan melakukan hygiene eliminasi yang tepat
2) Ketidakmampuan menyiram toilet atau kursi buang air (commode)
3) Ketidakmampuan naik ke toilet atau commode
4) Ketidakmampuan memanipulasi pakaian untuk eliminasi
5) Ketidakmampuan berdiri dari toilet atau commode
6) Ketidakmampuan untuk duduk ditoilet atau commode
H. Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah :
Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan
telinga dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,
aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengakajian
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi kepada pasien dan keluarga.
Tanda dan gejala defisist perawatan diri yang dapat ditemukan dengan wawancara,
melalui pertanyaan sebagai berikut :
a. Coba ceritakan kebiasaan/cara pasien dalam membersihkan diri?
b. Apa yang menyebabkan pasien malas mandi, mencuci rambut, menggosok gigi dan
menggunting kuku?
c. Bagaimana pendapat pasien tentang penanmpilan dirinya? Apakah pus dengan
penampilan sehari-hari pasien.
d. Berapa kali sehari pasien menyisir rambut, berdandan, bercukur (untuk laki-laki )
secara teratur?
e. Menurut pasien apakah pakaian yang digunakan sesuai dengan kegiatan yang akan
dilakukan?
f. Coba ceritakan bagaimana kebiasaan pasien mandi sehari-hari? Peralatan mandi apa
saja yang digunakan pasien?
g. Coba ceritakan bagaimana kebiasaan makan dan minum pasien?
h. Menurut pasien apakah alat makan yang digunakan sesuai dengan fungsinya?
i. Coba ceritakan apa yang pasien lakukan ketika selesai BAB/BAK?
j. Apakah pasien membersihkan diri dan tempat BAB/BAK setelah BAB/BAK?
k. Tanyakan mengenai pengetahuan pasien mengenai cara perawatan diri yang benar?
Tanda dan gejala defisit perawatan diri yang dapat ditemukan melalui observasi adalah
sebagai berikut :
a. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit kotor,
berdaki/bau, kuku panjang dan kotor
b. Ketidakmampuan berhias/berdandan, ditandai dengan rambut acak-acakan, oakaian
kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak bercukur, pada
pasien wanita tidak berdandan.
c. Ketidakmampuan makan dan minum secara mandiri, ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil makanan dan minum secara mandiri, makan
berceceran, dan makan tidak pada tempatnya.
d. Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri, ditandai dengan BAB/BAK tidak pada
tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK.
Data hasil observasi dan wawancara didokumentasikan pada kartu status pasien di contoh
pendokumentasian hasil pengkajian sebagai berikut :
Data : Pasien mengatakan belum mandi, rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki, dan
bau, kuku panjang dan kotor. Rambut acak-acakan, tidak disisir, pakaian kotor dan
tidak rapi, pakaian tidask susuai, makan dan minum diambilkan oleh keluarga, makan
berceceran, dan tidak makan pada tempatnya, tidak menyiram dan membersihkan diri
setelah BAB/BAK.

Pohon masalah defisit perawatan diri


Isolasi sosial

Effect

Defisit perawatan diri

Core problem

Koping individu tidak efktif

Causa

B. Diagnosa keperawatan defisit perawatan diri


Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala defisit perawatan diri
yang ditemukan. Jika hasil pengkajian menunjukan tanda dan gejala defisit perawatan
diri, maka diagnosa keperawatan yang ditegakkan adalah
Defisit perawatan diri : kebersihan diri, berdandan, makan dan minum, BAB
dan BAK.

C. Rencana keperawatan Defisit perawatan diri dalam bentuk strategi pelaksanaan

Klien Keluarga

SPIP SPIK

1. Menjelaskan pentingnya 1. Mendiskusikan masalah yang di rasakan


kebersihan diri keluarga dalam merawat pasien.
2. Menjelaskan cara menjaga
kebersihan diri
3. Membantu pasien mempraktikkan 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala,
cara menjaga kebersihan diri defisit perawatan diri yang di alami pasien
beserta prosesterjadinya.
4. Menganjurkan pasie memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian. 3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien defisit
perawatan diri.

SP2P SP2K

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1. Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat


harian pasien. pasien dengan defisit perawatan diri.
2. Menjelaskan cara makan yang 2. Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat
baik langsung kepada pasien defisit perawatan diri.
3. Membantu pasien mempraktikkan
cara makan yang baik.
4. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.

SP3P SP3K

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas


harian pasien. di rumah termasuk minum obat (discharge
2. Menjelaskan cara eliminasi yang planning).
baik. 2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.
3. Membantu pasien
mempraktikkan cara eliminasi
yang baik
4. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian

SP4K

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan


harian pasien.
2. Menjelaskan cara berdandan
3. Membantu pasien mempraktikkan
cara berdandan.
4. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian

D. Tindakan keperawatan untuk pasien defisist perawatan diri


1) Membina hubungan saling percaya dengan cara
a. Mengucapka salam setiap berinteraksi dengan pasien
b. Berkenalan dengan pasien : perkenalkan nama dan nama panggilan yang perawat
sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan
c. Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
d. Buat kontrak asuhan : apa yang akan dilakukan bersama pasien, berapa lama akan
dikerjakan dan tempatnya diman
e. Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yangdiperoleh untuk
kepentingan terapi
f. Setiap saat tunjukan rasa empati pada pasien
g. Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan
2) Melatih pasien cara-cara kebersihan diri
Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri, perawat dapat melakukan
tahapan tindakan yang meliputi :
a. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
b. Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
c. Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
d. Melatih pasien mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri
3) Melatih pasien berdandan/berhias
Untuk pasien laki-laki latihan meliputi : berpakaian, menyisir rambut, dan bercukur
Untuk pasien perempuan, latihannya meluputi : berpakaian, menyisir rambut dan
berhias
4) Melatih pasien makan dan minum secara mandiri
Untuk melatih makan dan minum pasien, perawat dapat melakukan tahapan sebagai
berikut :
a. Menjelaskan kebutuhan kebutuhan makan perhari dewasa 2000-2200 kalori untuk
perempuan dan untuk laki-laki antara 2400-2800 kalori setiap hari makan dan
minum 8 gelas 2500 ml dan cara makan dan minum
b. Menjelaskan cara makan dan minum yang tertib
c. Menjelaskan cara merapikan peralatan makan dan minum setelahmakan dan
minum
d. Mempraktikkan makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
5) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK cecara mandiri
Perawat dapat melatih pasien untuk BAB/BAK mandiri sesuai tahapan berikut :
a. Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b. Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB/BAK
c. Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB/BAK
d. Mempraktikan BAB/BAK dengan baik

E. Evaluasi
Pendokumentasian dilakukan setiap selesai melakukan pertemuan dengan pasien dan
keluarga (pelaku rawat), berikut ini contoh pendokumentasian asuhan keperawatan defisit
perawatan diri pada kunjungan keempat
Implementasi Evaluasi

Tanggal : jam : S : Pasien


Data : - Pasien mengatakan sudah melakukan
Data pasien dan kemampuan mandi sehari 2 kali, sikat gigi (2 kali
Pasien tampak bersih, badan dan rambut per hari), cuci rambut (2 kali per
bersih dan tidak bau, rambut sudah minngu), potong kuku (1 kali
disisir rapi, wajah menggunakan bedak, perminggu), berdandan dan
kuku pendek dan bersih, gigi bersih dan mengganti pakaian dua klai sehari
tidak bau, pakaian bersih dan sesuai, sehabis mandi pagi dan sore, makan 3
dapat mengambil makan sendiri, makan kali sehari, dan minum 6-8 gelas
pada tempatnya, kemampuan pasien sehari. BAB/BAK dikamar mandi
mandi 2 kali sehari, menggosok giig 2
S : keluarga
kali sehari , keramas sudah 1 kali,
gunting kuku 1xseminngu, berdandan 1. Keluarga mengatakan anaknya dapat
dan berpakaian, makan dan minum melakukan kegiatan sesuai jadwal
( semua kegiatan dilakukan secara 2. Keluarga mengatakan senang dapat
mandiri), pasien mengatakan kadang membimbing anaknya untuk
masih suka BAK sembarangan melakukan kebersihan diri
3. Keluarga mengatakan akan terus
Data keluarga dan kemampuan memotivasi anaknya unutk
Keluarga mengatakan sudah mengetahui melakukan sesuai jadwal
apa itu kebersihan diri , kurang 4. Keluarga mengatakan akan berobat
perawatan diri, tanda dan gejala serta rutin ke puskesmas dan mencegah
proses terjadinya masalah. Keluarga agar anaknya tidak kambuh lagi
mampu melatih dan membimbing pasien
cara melakukan perawatn diri,
O : Pasien
berdandan/berpakaian, makan/minum.
1. Pasien tampak bersih, badan rambut
bersih dan tidak bau, rambut sudah
DK : disisir rapi, wajah menggunakan
Defisit perawatan diri bedak, kuku pendek dan bersih, gigi
bersih dan tidak bau.
Intervensi : 2. Pasien mandi 2x sehari, dilakukan
Tindakan ke pasien sendiri, sikat gigi (2 kali per hari),
Evaluasi kegiatan kebersihan diri, cuci rambut (2 kali per minngu),
berdandan, makan dan minum. Beri potong kuku (1 kali perminggu),
pujianjelaskan cara BAB/BAK yang berdandan dan mengganti pakaian
baik, melatih BAB/BAK yang baik, dua klai sehari sehabis mandi pagi
maemasukan pada jadwal kegiatan untuk dan sore, makan 3 kali sehari, dan
melatih kebersihan diri, berdandan, minum 6-8 gelas sehari. BAB/BAK
makan dan minum dan BAB/BAK. dikamar mandi

Tindakan ke keluarga
O : Keluarga
Evaluasi kegiatan kelaurga dalam
merawat/melatih pasien kebersihan diri, 1. Keluarga tampak melatih dan
berdandan,makan dan minum. Beri membimbing cara merawat diri dan
pujian, membimbing keluarga berdandan dan makan dan minum,
BAB/BAK, pasien. Jelaskan follow up BAB/BAK pada anaknnya
ke PKM, tanda kambuh, anjurkan 2. Keluarga kooperatif
membantu pasien sesuai jadwal dan 3. Keluarga mengerti tanda-tanda
memberikan pujian. kekambuhan dan control teratur ke
RTL : puskesmas
Pasien
Melakukan kebersihan diri sesuai jadwal
A:
Keluarga
Memotivasi dan membimbing untuk Pasien mampu melakukan kebersihan
melakukan kebersihan diri sesuai jadwal. diri, berdandan, makan munum dan
Follow up ke puskesmas dan pencegahan BAB/BAK
kekambuhan
P:

P Untuk Pasien

Pasien mandi 2x sehari, dilakukan sendiri,


sikat gigi (2 kali per hari), cuci rambut (2
kali per minngu), potong kuku (1 kali
perminggu), berdandan dan mengganti
pakaian dua klai sehari sehabis mandi
pagi dan sore, makan 3 kali sehari, dan
minum 6-8 gelas sehari. BAB/BAK
dikamar mandi

P untuk Keluarga

Memotivasi dan membimbing pasien


sesuai jadwal : mandi 2x sehari,
dilakukan sendiri, sikat gigi (2 kali per
hari), cuci rambut (2 kali per minngu),
potong kuku (1 kali perminggu),
berdandan dan mengganti pakaian dua
klai sehari sehabis mandi pagi dan sore,
makan 3 kali sehari, dan minum 6-8 gelas
sehari. BAB/BAK dikamar mandi

BHSP ( Bina hubungan saling percaya )


 Fase orientasi
Perawat : selamat pagi bapak, perkenalkan saya perawat dewi, saya perawat yang
bertugas disini , kalau boleh tau nama bapak siapa? Dan senang dipanggil apa?
Pasien : selamat pagi, nama saya bapak l, panggil saja bapak l
Perawat : boleh saya berbicara dengan bapak
Pasien : iya boleh
 Fase kerja
Perawat : baiklah bapak maunya kita berbicara disini atau ditempat lain:
Pasien : disini saja suster
Perawat : disini!, baiklah kalau begitu, pak kita akan berbincang-bincang sekitar 10 menit
ya, sekarang bagaimana perasaannya bapak?
Pasien : saya merasa baik
Pasien : oo, kalau boleh tau kenapa sampai bapak dibawa kemari?
Pasien : saya suka kejar-kejar orang , jadi keluarga membawa saya kemari
Perawat : oo jadi begitu, terus kenapa sekarang suster liat penampilannya acak-acakan
Pasien : tidak apa”, saya suka begini
Perawat : tapi sebaiknya, bapak penampilannya harus rapi, mau saya bantu dalam
perwatan diri pak?
Pasien : iya boleh
 Fase terminasi
Perawat : baiklah bapak nanti saya datang kembali jam 10, kita akan berincang-bincang
lagi mengenai perawatan diri ya pak, bgaimana apakah tempatnya disini lagi?
Pasien : iya disini sja
Perawat : ok kalau begitu saya permisi dulu dan akan kembali jam 10 ya pak
SOAP :
S : “selamat pagi, nama saya bapak l, panggil saja bapak l”, “saya merasa baik”, “saya suka
kejar-kejar orang dan keluyuran keluar rumah, jadi keluarga membawa saya kemari”, “tidak
apa, saya suka begini”, “iya boleh”, “iya disini sja”
O: - Pasien menjawab salam
- Membalas jaba tangan
- Pasien mau berbicara dan Menjawab setiap pertanyaan
A : BHSP Terbina
P : Lanjutkan SP1P

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami kelainan dalam
kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari secara
mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian
kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi.
Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah yang timbul pada pasien gangguan
jiwa. Pasien gangguan jiwa kronis sering mengalami ketidakpedulian merawat diri.
Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik
dalam keluarga maupun masyarakat.

B. Saran
Diharapkan agar mahasiswa keperawatan memahami konsep teori dan konsep asuhan
keperawatan pada defivisit perawatan diri. Untuk memudahkan saat melakukan proses
keperawatan kesehatan jiwa di masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Keliat budi anna, 2018. Keperawatan kesehatan jiwa komunitas. CMHN (basic course).
Penerbit buku kedokteran EGC

Emilyani, Desti 2019. Pengaruh Terapi Kelompok Suportif Terhadap Kemandirian


Pasien Skizofrenia Yang Mengalami Defisit Perawatan Diri di Rumah Sakit Jiwa
Propinsi. Jurnal Analis Medika Biosains.Vol (2).2019.

Faisal Muhammad Yusuf, 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn.J Dengan
Gangguan Defisit Perawatan Diri : Kebersihan Diri Dan Pakaian/Berhias Di Ruangan
Abimayu RSJ Daerah Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta,2014.

https://id.scribd.com/document/401867029/LAPORAN-PENDAHULUAN-defisit-
perawatan-diri-d0cx

Anda mungkin juga menyukai