Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

Disusun Oleh :
Kelompok 4

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK IDONESIA


POLTEKES KEMENKES TANJUNG KARANG
JURUSAN DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-
Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Laporan Pendahuluan Asuhan
Keperawatan Jiwa Pasien Dengan Defisit Perawatan Diri”. Penulisan Laporan Pendahuluan ini
dilakukan dalam rangka memenuhi mata kuliah Keperawatan Jiwa . Penulis menyadari bahwa,
tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk
menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini. Selama proses penyusunan ini, penulis tidak terlepas
dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Ibu Sulastri, M.Kep., Sp.Jiwa selaku Dosen pembimbing dan penanggung jawab mata
kuliah Keperawatan Jiwa
2. Rekan-rekan mahasiswa serta semua pihak yang telah membantu dan menyelesaikan
dalam penyusunan makalah ini
Kami menyadari makalah ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Penulis mengharapkan
saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya sehingga akhirnya makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua terutama bagi ilmu keperawatan
Bandar Lampung, 22 September 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

JUDUL

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Masalah Utama..................................................................................................................4

B. Proses Terjadinya Masalah.............................................................................................4

C. Konsep Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri..................................................11

DAFTAR PUSTAKA

3
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PASIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. MASALAH UTAMA
Defisit Perawatan Diri (D.0109)
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Definisi
Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas perawatan diri (SDKI, 2017:240)
Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya, kesehatannya dan
kesejahteraannya sesuai dengan kondisi kesehatannya. Klien dinyatakan terganggu
perawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan dirinya (Mukhripah &
Iskandar, 2021:147)
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalai kelainan dalam
kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari – hari
secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir
rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi.
Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan dalam : kebersihan dir, makan,
berpakaian, berhias diri, makan sendiri, buang air besar atau kecil sendiri (toileting)
(Keliat B. A, dkk, 2011).
Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah timbul pada pasien
gangguan jiwa. Pasien gangguan iwa kronis sering mengalami ketidakpedulian
merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan
pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun masyarakat (Yusuf, Rizky &
Hanik,2015:154).
2. Penyebab
Menurut SDKI (2017) penyebab defisit perawatan diri adalah :
a. Gangguan musculoskeletal
b. Gangguan neuromuskuler

4
c. Kelemahan
d. Gangguan psikiologis dan/atau psikotik
e. Penurunan motivasi/minat
Menurut Irman (2016) penyebab defisit perawatan diri sebagai berikut :
a. Faktor predisposisi
1) Faktor Biologis
Faktor biologis yang bisa menyebabkan defisit perawatan diri
diantaranya:
a) Faktor herediter
Faktor keturunan seperti adanya anggota keluarga lain yang
mengalami gangguan jiwa
b) Penyakit fisik berupa struktur otak abnormal, atropik otak,
pembesaran ventikal, perubahan besar serta bentuk sel kortikal
dan limbik dan mental berupa yang menyebabkan pasien tidak
mampu melakukan perawatan diri serta gangguan fungsi otak.
Menurut Keliat (2013) jenis – jenis gangguan fungsi otak
diantaranya :
i. Gangguan kognitif
Gangguan kognitif pada pasien defisit perawatan diri
ditandai dengan gejala diantaranya tidak mampu
berfikir dan memiliki persepsi yang tidak realistik, tidak
mampu berespon baik terhadap aktivitas perawatan diri
ii. Gangguan afek
Gangguan efek yang terjadi pada pasien defisit
perawatan diri ditandai dengan gejala diantaranya
perasaan yang tidak sesuai, tidak peduli terhadap diri
sendiri maupun aktivitas perawatan diri
iii. Gangguan prilaku
Gejala gangguan prilaku pada pasien defisit perawatan
diri diantaranya rasa takut berinteraksi dengan orang
lain, tidak bersosialisasi dengan orang lain, tidak peduli

5
dengan diri sendiri dan lingkungan, tidak peduli
terhadap aktivitas perawatan diri
2) Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang menyebabkan seseorang mengalami defisit
perawatan diri diantaranya adalah :
i. Faktor perkembangan yang disebabkan oleh keluarga
terlalu melindungi dan memanjakan pasien sehingga
perkembangan inisiatif pasien terganggu.
ii. Kemampuan realitas menurun, pasien gangguan jiwa
dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan
ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri.
3) Faktor Sosial
Faktor yang datang dari lingkungan sekitar dapat berupa kurang
dukungan dan situasi lingkungan mempengaruhi kemampuan dalam
perawatan diri.
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi yang dapat menimbulkan defisit perawatan diri adalah
penurunan motivasi, kerusakan kognitif atau persepsi, cemas, lelah, lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri.
3. Rentang Respon
adaptif maladaptive

Pola perawatan diri Kadang perawatan diri Tidak melakukan


seimbang kadang tidak perawatan diri saat stres
- Pola perawatan diri seimbang : saat pasien mendapatkan stressor dan mampu
untuk berprilaku adaptif maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang,
klien masih melakukan perawatan diri
- Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak : saat pasien mendapat stressor
kadang-kadang pasien tidak memperhatikan perawatan dirinya

6
- Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak
bisa melakukan perawatan saat stressor
4. Jenis
Jenis-jenis defisit keperawatan diri menurut Dermawan (2013) terdiri dari :
a. Defisit perawatan diri mandi atau kebersihan
Gangguan kemampuan untuk melakukan aktivytas mandi, menggosok gigi
dan aktivitas perawatan diri untuk diri sendiri
b. Defisit perawatan diri berpakaian atau berdandan
Gangguan kemampuanseseorang dalam memakai pakian dan aktivitas
berdandan atau berhias untuk diri sendiri
c. Defisit perawatan diri makan dan minum
Gangguan kemampuan pasien untuk menyelesaikan aktivitas makan dan
minum sendiri
d. Defisit perawatan diri toileting
Defisit perawatan diri toileting adalah gangguan kemampuan seseorang untuk
melakukan atau menyelasikan aktivitas buang air besar dan buang air kecil
secara mandiri

5. Tanda dan gejala defisit perawatan diri


Tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut SDKI (2017:240) yaitu :
Gejala dan tanda mayor :

Subjektif Objektif
1. menolak melakukan perawatan diri 1. tidak mampu mandi/mengenakan
pakaian/makan/ ke toilet / berhias secara
mandiri
2. minat melakukan perawatan diri kurang

Gejala dan tanda minor

Subjektif Objektif
(tidak tersedia) (tidak tersedia)

7
Sedangkan Tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Irman (2016) dapat
dinilai dari pernyataan pasien tentang kebersihan diri, berdandan dan berpakaian,
makan dan minum, Bbuang air besar dan buang air kecil dan didukung dengan data
hasil observasi diantaranya sebagai berikut :
a. Data subjektif Pasien defisit perawatan diri mengatakan tentang :
1) Malas mandi
2) Tidak mau menyisir rambut
3) Tidak mau menggosok gigi
4) Tidak mau memotong kuku
5) Tidak mau berhias atau berdandan
6) Tidak bisa atau tidak mau menggunakan alat mandi atau alat kebersihan
diri
7) Tidak menggunakan alat makan dan minum saat makan dan minum
8) Buang air besar dan buang air kecil tidak pada tempatnya
9) Tidak membersihkan diri dan tempat setelah Buang air besar dan buang air
kecil 10) Tidak mengetahui cara perawatan diri yang benar
b. Data objektif
1) Badan bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor, kuku panjang, tidak
menggunakan alat – alat mandi, tidak mandi dengan benar.
2) Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, pakaian tidak
rapi, tidak mau berdandan, tidak mau memilih mengambil dan memakai
pakaian, tidak memakai sandal, sepatu, resleting dan tidak memakai barang –
barang yang perlu dalam berpakaian.
3) Makan dan minum sembarangan, berceceran, tidak menggunakan alat
mandi, tidak mampu menyiapkan makanan dan memindahkan makanan ke
alat makan, membawa makanan dari piring ke mulut, tidak mengunyah,
menelan makanan secara aman dan juga tidak menyelesaikan makan.
4) Buang air besar dan buang air kecil tidak pada tempatnya, tidak
membersihkan diri setelah buang air besar dan buang air kecil

8
6. Dampak defisit perawatan diri
Menurut Dermawan (2013) dampak yang sering timbul pada masalah defisit
perawatan diri sebagai berikut :
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita pasien karena tidak terpeliharanya
kebersihan pasien dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah
gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada
mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial
masalah sosial yang berhubungan dengan defisit perawatan diri adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi social
7. Mekanisme koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongan diabgi 2 yaitu :
- Mekanisme koping adaptif : mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi
pertumbuhan belajar dan mencapai tujuan. Kategori ini adalah klien bisa
memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri
- Mekanisme koping maladaptive
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan,
menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah
tidak mau merawat diri.
8. Penilaian terhadap stressor
Penilaian terhadap stressor meliputi penentuan arti dan pemahaman terhadap
pengaruh situasi yang penuh dengan stresss bagi individu. Penilaian terhadap
srtressor ini meliputi respon kognitif, afektif, fisiologis, perilaku, dan respon sosial.
Penilaian adalah dihubungkan dengan evaluasi terhadap pentingnya suatu kejadian
yang berhubungan dengan kondisi sehat.

9
9. Kondisi klinis terkait
Menurut SDKI (2017: 240) kondisi klinis terkait defisit perawatan diri yaitu :
a. Stroke
b. Cedera medulla spinalis
c. Depresi
d. Arthritis reumatoid
e. Retardasi mental
f. Delirium
g. Demensia
h. Gangguan amnestic
i. Skizoftrenia dan gangguan psikotik lain
j. Fungsi penilaian terganggu

10. Penatalaksanaan keperawatan defisit perawatan diri


Menurut Purba (2010) perencanaan tindakan keperawatan untuk pasien defisit
perawatan diri juga ditujukan untuk keluarga sehingga keluarga mampu mengarahkan
pasien dalam melakukan perawatan diri Tindakan keperawatan defisit perawat diri
sebagai berikut :
a. Tindakan keparawatan untuk pasien defisit perawatan diri
1) Tujuan dari tindakan keperawatan defisit perawatan diri
a) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
b) Pasien mampu melakukan berhias dan berdandan secara baik
c) Pasien mampu melakukan makan dengan baik
d) Pasien mampu melakukan buang air besar dan buang air kecil
secara mandiri
2) Tindakan keperawatan pasien defisit perawatan diri Menurut Purba (2010),
tindakan keperawatan pada pasien defisit perawatan diri diantaranya :
a) Melatih pasien cara – cara perawatan kebersihan diri Untuk melatih
pasien dalam menjaga kebersihan diri perawat harus dapat
melakukan tahapan tindakan yang meliputi :

10
i. Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri
ii. Menjelaskan alat - alat untuk menjaga kebersihan diri
iii. Menjelaskan cara melakukan kebersihan diri
iv. Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
b) Melatih pasien berhias atau berdandan Perawat dapat melatih pasien
berdandan, pasien laki – laki harus di bedakan dengan wanita. Untuk
pasien laki – laki meliputi : berpakaian, menyisir rambut dan
bercukur. Sedangkan untuk pasien perempuan meliputi : berpakaian,
menyisir rambut dan berhias
c) Melatih pasien makan dan minum secara mandiri Untuk melatih
pasien perawat dapat melakukan tahapan sebagai berikut : (1)
Menjelaskan cara mempersiapkan makan dan minum (2) Menjelaskan
cara makan dan minum yang tertib dan baik (3) Menjelaskan cara
merapikan peralatan makan dan minum setelah makan dan minum
d) Mengajarkan pasien melakukan buang air besar dan buang air kecil
secara mandiri. Perawat dapat melatih pasien buang air besar dan
buang air kecil mandiri sesuai tahapan berikut :
i. Menjelaskan tempat buang air besar dan buang air kecil
ii. Menjelaskan cara membersihkan diri setelah buang air besar dan
buang air kecil
iii. Menjelaskan cara membersihkan tempat buang air besar dan
buang air kecil
b. Tindakan keperawatan pada keluarga pasien defisit perawatan diri
a) Pentingnya tindakan keperawatan keluarga
Keluarga merupakan orang yang sangat dekat dengan pasien dan tahu
dengan kondisi pasien sehingga dukungan keluarga dalam penatalaksanaan
pasien sangat dibutuhkan. Menurut Fitria (2009) keluarga dapat
meneruskan dan melatih pasien dan mendukung agar kemampuan pasien
dalam perawatan diri meningkat namun dalam memberikan asuhan
keperawatan perlu di perhatikan tingkat kemandirian keluarga, dimana
setiap keluarga memiliki tingkat kemandirian yang berbeda – beda.

11
b) Tujuan tindakan keperawatan pada keluarga dengan pasien defisit
perawatan diri yaitu keluarga mampu merawat anggota keluarga yang
mengalami masalah defisit perawatan diri
c) Tindakan keperawatan pada keluarga dengan pasien defisit perawatan diri
perawat harus melakukan tindakan kepada keluarga agar keluarga dapat
meneruskan melatih pasien dan mendukung agar kemampuan pasien
dalam perawatan diri meningkat. maka perawat harus melakukan
intervensi diantaranya :
a) Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang
dibutuhkan oleh pasien untuk menjaga perawatan diri pasien
b) Anjurkan keluarga untuk terlibat merawat diri pasien dan membantu
mengingatkan pasien dalam merawat diri (sesuai jadwal yang telah
disepakati)
c) Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan pasien
dalam merawat diri

C. KONSEP ASUHAN KEPEERAWATAN DEFISIT PERAWATAN DIRI


Menurut Keliat (2013), asuhan keperawatan jiwa dengan defisit perawatan diri
terdiri dari pengkajian, diagnosis keperawatan, tindakan keperawatan pada pasien dan
keluarga, evaluasi kemampuan pasien dan keluarga serta melakukan dokumentasi
keperawatan.
1. Pengkajian keperawatan
a. Pengkajian keperawatan pada pasien
Menurut Stuart (2013), pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar utama
dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data
meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Data pada pengkajian
kesehatan jiwa dapat dikelompokkam menjadi faktor predisposisi, faktor
presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping dan kemampuan koping
yang dimiliki klien.

12
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi kepada pasien dan
keluarga. Menurut Keliat (2013), pengkajian keperawatan pada pasien dengan
defisit perawatan diri adalah sebagai berikut :
1) Identitas klien
Perawat yang merawat pasien melakukan perkenalan dengan pasien
tentang : nama perawat, nama pasien, panggilan perawat, panggilan pasien,
tujuan, waktu dan tempat pertemuan, topik yang akan dibicarakan.
2) Keluhan utama
Biasanya pasien mengeluh malas mandi, tidak mau menggosok gigi, tidak
mau memotong kuku, tidak mau berhias atau berdandan, tidak bisa dan
tidak mau menggunakan alat mandi atau alat kebersihan diri, tidak mau
menggunakan alat makan dan minum saat makan dan minum, tidak mau
membersihkan diri dan tempat buang air besar dan buang air kecil setelah
buang air besar dan buang air kecil atau tidak mengetahui cara perawatan
diri yang benar.
3) Faktor predisposisi
Menurut Irman (2016), hal – hal yang mempengaruhi terjadinya defisit
perawatan diri diantaranya meliputi : a) Faktor biologis Pada pasien yang
mengalami defisit perawatan diri ditemukan adanya faktor penyakit fisik
dan mental serta adanya faktor herediter yang menyebabkan pasien tidak
mampu melakukan perawatan diri. b) Faktor biologis Pada pasien yang
mengalami defisit perawatan diri dapat ditemukan adanya masalah dalam
faktor perkembangan yang disebabkan oleh keluarga terlalu memanjakan
pasien sehingga perkembangan inisiatif terganggu, kemampuan realitas
menurun. Pasien gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri c) Sosial Pasien dengan defisit perawatan diri didapatkan kurang
dukungan dan situasi lingkungan yang mempengaruhi kemampuan dalam
perawatan diri.
4) Faktor presipitasi

13
Stressor presipitasi pada pasien dengan defisit perawatan diri ditemukan
adanya kerusakan kognitif atau persepsi, menurunnya motivasi, cemas,
lelah, lemah, yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang
mampu melakukan perawatan diri.
5) Agama
Data ini menjelaskan tentang agama yang dianut oleh masing-masing
keluarga, perbedaan kepercayaan yang dianut serta kepercayaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan
6) Prilaku
Menurut Keliat (2013) prilaku yang dapat ditemukan pada pasien dengan
defisit perawatan diri biasanya pasien tampak malas mandi, tidak mau
menyisir rambut, tidak mau menggosok gigi, tidak mau memotong kuku,
tidak mau berhias dan berdandan, tidak mau menggunakan alat mandi atau
kebersihan diri, tidak mau menggunakan alat makan dan minum saat makan
dan minum, tidak mau membersihkan diri dan tempat buang air besar dan
buang air buang air kecil, tidak mengetahui cara perawatan diri yang benar
Prilaku lain yang dapat ditemukan ada pasien dengan defisit perawatan diri
antara lain pasien tampak tidak menggunakan alat mandi dengan benar,
memilih, mengambil dan memakai alat sembarangan, tidak memakai sendal
dan sepatu, makan dan minum berceceran dan sembarangan, tidak
menggunakan alat makan dan minum, tidak mampu menyiapkan makanan,
tidak mampu memindahkan makanan ke alat makan, buang air besar dan
buang air kecil tidak pada tempatnya, tidak mampu menjaga kebersihan
toilet, tidak mmpu menyiram toilet (Keliat, 2013)
7) Mekanisme koping Menurut Dermawan (2013), mekanisme koping pada
pasien dengan defisit perawatan diri adalah sebagai berikut : (a) Regresi
Menghindari stress, kecemasan dan menampilkan prilaku kembali seperti
pada prilaku perkembangan anak atau berhubungan dengan masalah proses
informasi dan upaya untuk mengulangi ansietas. (b) Penyangkalan
Melindungi diri terhadap kenyataan yang tidak menyenangkan dengan
menolak menghadapi hal itu, yang sering dilakukan dengan cara melarikan

14
diri seperti menjadi sakit atau kesibukan serta tidak berani melihat dan
mengakui kenyataan yang menakutkan (Yusuf, 2015). (c) Menarik diri
Reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun psikologis, reaksi
fisik yaitu individu pergi atau lari menghindari sumber stressor. Reaksi
psikologis individu menunjukkan prilaku apatis, mengisolasi diri, tidak
berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan (d) Intelektualisasi diri
Suatu bentuk penyekatan emosional karena beban emosi dalam suatu
keadaan yang menyakitkan, diputuskan atau diubah misalnya rasa sedih
karena kematian orang terdekat maka mengatakan sudah nasibnya (Yusuf,
2015).
8) Sumber koping
Sumber koping merupakan suatu evaluasi terhadap pilihan koping dari
strategi seseorang individu dapat mengatasi stress dan ansietas dengan
menggunakan sumber koping yang ada di lingkungannya. Sumber koping
tersebut dijadikan sebagai modal untuk menyelesaikan masalah. Dukungan
sosial dan keyakinan budaya dapat membantu seseorang mengintegrasikan
pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang
efektif.
9) Psikosial
i. Genogram
Pada genogram biasanya terlihat ada anggota keluarga yang mengalami
kelainan jiwa, pola komunikasi pasien terganggu begitu juga dengan
pengambilan keputusan dan pola asuh yang terganggu.
ii. Konsep Diri
Biasanya gambaran dari pasien mengeluh dengan keadaan tubuhnya,
ada bagian yang dia sukai dan ada bagian yang tidak dia sukai. Identits
pasien sebelum sakit : pasien biasanya mampu menilai identitasnya,
pasien menyadari peran dirinya sebelum sakit, saat dirawat peran pasien
terganggu, ideal diri tidak menilai diri, pasien memiliki harga diri
rendah yang akan berakibat pasien tidak peduli akan perawatan diri
sehingga terjadi defisit perawatan diri

15
iii. Hubungan Sosial
Biasanya pasien kurang bergaul dan bersosialisasi dilingkungan
keluarga maupun masyarakat. (d) Spritual Biasanya nilai dan
keyankinan pasien dengan gangguan jiwa dipandang tidak sesuai
dengan agama dan budaya, kegiatan ibadah : pasien biasanya
melakukan kegiatan agama dirumah, saat sakit ibadah pasien terganggu.
10) Mental
i. Penampilan
Biasanya penampilan diri yang tidak rapi, kotor, tidak serasi atau tidak
cocok dan berubah dari biasanya
ii. Pembicaraan
Biasanya tidak teroganisir dan bentuk yang maladaptif seperti
kehilangan, tidak logis, dan berbelit-belit
iii. Aktivitas Motorik
Biasanya aktivitas motorik meningkat atau menurun, impulsif, kataton
dan beberapa gerakan yang abnormal.
iv. Alam Perasaan
Biasanya Beberapa suasana emosi yang memanjang akibat dari faktor
presipitasi misalnya sedih dan putus asa disertai apatis.
v. Afek :
biasanya afek sering tumpul, datar, tidak sesuai dengan ambivalen
vi. Interaksi selama wawancara
Biasanya selama interaksi dapat dideteksi sikap pasien yang tampak
komat-kamit, tertawa sendiri, tidak terkait dengan pembicaraan,
menggaruk – garuk, gatal dan juga kacau
vii. Persepsi
Biasanya pada pasien defisit perawatan diri yang terjadi pada pasien
yaitu malas melakukan perawatan diri, tidak mau mandi, mencuci
rambut, tidak mau menggososk gigi, tidak bisa memperhatikan
penampilan ( berdandan dan berhias ), tidak makan dan minum dengan
benar, tidak buang air besar dan buang air kecil ditempatnya.

16
viii. Proses pikir
Biasanya pasien tidak mampu mengorganisir dan menyusun
pembicaraan logis dan koheren, tidak berhubungan, berbelit.
Ketidakmampuan pasien ini sering membuat lingkungan takut dan
merasa aneh terhadap pasien
ix. Tingkat kesadaran
Biasanya klien akan mengalami disorientasi terhadap orang, tempat dan
waktu.
x. Memori
Biasanya terjadi gangguan daya ingat jangka panjang dan jangka
pendek, mudah lupa, klien kurang mmapua menjalankan peraturan yang
telah disepakati, tidak mudah tertarik. pasien berulang kali menanyakan
waktu.
xi. Tingkat kosentrasi dan berhitung
Biasanya Kemampuan kosentrasi menurun terhadap realitas ekternal,
seperti sukar menyelesaikan tugas, sukar berkosentrsi pada kegiatan
atau pekerjaan dan mudah mengalihkan perhatian, mengalami masalah
dalam memberikan perhatian.
xii. Kemampuan menilai
Biasanya pasien mengalami kemampuan meilai yang kurang, pasien
tidak bisa membedakan keadaan yang bersih dan kotr, pasien juga tidak
bisa menilai mana yang baik untuk dirinya.
xiii. Daya tilik diri
Biasanya pasien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil
keputusan. Menilai dan mengevaliuasi diri sendiri, penilaian terhadap
lingkungan dan stimulus, membuat rencana termasuk memutuskan,
melaksnakan keputusan yang telah disepakatai. pasien yang sama sekali
tidak dapat mengambil keputusan, situsi ini sering mempegaruhi
motivasi dan insiatif pasien
11) Kebutuhan sehari – hari pasien
i. Makan

17
Biasanya pada pasien defisit perawatan diri tidak mnegtahui cara makan
yang benar, pasien tidak bisa membandingkan makan an yang bersih
dan kotor, pasien juga tidak bisa mengetahui cara makan yang benar.
ii. Buang air besar dan buang air kecil
Biasanya pasien tidak buang air besar dan buang air kecil di tempatnya
(toilet), pasien juga tidak membersihkan diri setelah buang air besar dan
buang air kecil
iii. Mandi : biasanya pasien malas mandi, mencuci rambut, pasien juga
malas menggosok gigi,
iv. Berpakaian : biasanya pakaian pasien kotor, bau, robek – robek, tidak
rapi, tidak sesuai dan tidak diganti, pasien juga tidak mengetahui cara
memakainya dengan benar.
v. Tidur : biasanya lama waktu tidur siang dan malam : biasanya istirahat
pasien terganggu bila terjadinya komlikasi seperti penyakit kulit yang
diakibatkan dari defisit perawatan diri
vi. Pemeliharaan Kesehatan
Pemeliharaan kesehatan pasien selanjutnya, peran keluarga dan sistem
pendukung sangat menentukan.
vii. Aktivitas dalam rumah
viii. Biasanya pasien tidak mampu melakukan aktivitas didalam rumah
seperti menyapu
12) Aspek Medis
i. Diagnosa Medis : Skizofrenia
ii. Terapi yang diberikan
Obat yang diperika pada pasien dengan defisit perawatan diri biasanya
diberikang antipsikotik seperti haloperidol (HLP), chlorpromazine
(CPZ), Triflnu perazin(TFZ), dan anti parkinson trohenski phenidol
(THP), triplofrazine arkine.
b. Pengkajian keperawatan pada keluarga
1) Identitas lengkap penanggung jawab pasien

18
Meliputi nama KK, umur, Jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat,
nomor telepon, dan komposisi atau susunan anggota keluarga. Komposisi
keluarga mejelaskan anggota keluarga yang diidentifikasi sebagai bagian dari
keluarga mereka
2) Tipe Keluarga
Menjelaskan mengenai tipe keluarga beserta kendala mengenai jenis tipe
keluarga atau masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tradisional dan
non tradisional
3) Riwayat keluarga dan Tahap Perkembangan
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Dari beberapa tahap perkembangan keluarga, identifikasi tahap
perkembangan keluarga saat ini. Tahap perkembangan keluarga
ditentukan oleh anak tertua dari keluarga inti.
b) Tahap Perkembangan keluarga yang belum tercapai
Identifikasi tahap perkembangan keluarga yang sudah terpenuhi dan yang
belum terpenuhi. Pengkajian ini juga menjelaskan kendala – kendala
yang membuat tugas perkembangan keluarga tersebut belum terpenuhi.
c) Riwayat keluarga inti
Pengkajian dilakukan mengenai riwayat kesehatan keluarga inti, meliputi
riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing – masing anggota
keluarga meliputi penyakit yang pernah diderita oleh keluarga, terutama
gangguan jiwa.
d) Riwayat keluarga sebelumnya
Pengkajian mengenai riwayat kesehatan orang tua dari suami dan istri,
serta penyakit keturunan dari nenek dan kakek mereka. Berisi tentang
penyakit yang pernah diderita oleh keluarga pasien, baik berhubungan
dengan panyakit yang diderita oleh pasien, maupun penyakit keturunan
dan menular lainnya
4) Status Sosial dan Ekonomi
Data ini menjelaskan pendapatan baik dari kepala keluarga maupun anggota
keluarga lainnya. Selain itu status ekonomi sosial keluarga ditentukan pula

19
oleh kebutuhan – kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang –
barang yang dimiliki oleh keluarga.
5) Data Lingkungan
a) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe
rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank dengan sumber
air, sumber air minum yang digunakan serta dilengkapi dengan denah
rumah.
b) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Identifikasi mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat
meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau kesepakatan penduduk
setempat serta budaya setempat yang memengaruhi kesehatan.
c) Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga dapat diketahui melalui kebiasaan keluarga
berpindah tempat.
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Identifikasi mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul
serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana interaksi keluarga
dengan masyarakat.
6) Struktur Keluarga
a) Sistem pendukung keluarga
Hal yang perlu dalam identifikasi sistem pendukung keluarga adalah
jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas – fasilitas yang dimiliki
keluarga untuk menunjang kesehatan mencakup fasilitas fisik, fasilitas
psikologis atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau
dukungan dari masyarakat setempat.
b) Pola komunikasi keluarga
Identifikasi cara berkomunikasi antar anggota keluarga, respon anggota
keluarga dalam komunikasi, peran anggota keluarga, pola komunikasi
yang digunakan, dan kemungkinan terjadinya komunikasi disfungsional.
c) Struktur kekuatan keluarga

20
Mengenai kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan
mempengaruhi orang lain untuk mengubah prilaku.
d) Struktur peran
Mengetahui peran masing – masing anggota keluarga baik secara formal
maupun informal
e) Nilai dan norma keluarga
Mengetahui nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang berkaitan
dengan kesehatannya.
7) Fungsi Keluarga
a) Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap
anggota keluarga lainnya, bagaiman kehangatan tercipta pada anggota
keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling
menghargai.
b) Fungsi sosialisasi
Kaji mengenai interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana
anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya, serta prilaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan
Mengetahui sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlingdungan, serta perawatan anggota keluarga yang sakit.
Kesanggupan anggota keluarga dalam melaksanakan perawatan
kesehatan dilihat dari kemampuan keluarga dalam melaksanakan lima
tugas kesehatan keluarga, yaitu mengenal masalah kesehatan, mengambil
keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap
anggota yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan, dan mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di
lingkungan tempat tinggal.
d) Fungsi reproduksi

21
Fungsi Reproduksi perlu dikaji mengenai jumlah anak, rencana mengenai
jumlah anggota keluarga, dan upaya mengendalikan jumah anggota
keluarga.
e) Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah sejauh
mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan, sejauh
mana keluarga memanfaatkan sumberdaya dimasyarakat untuk
meningkatkan status kesehatannya
2. Pohon masalah
Pohon masalah pada masalah defisit perawatan diri dapat diuraikan sebagai berikut
(Fitria, 2009)
Resiko tinggi isolasi sosial effect atau akibat

Defisit perawatan diri Core problem

Harga diri rendah causa atau etiologi

3. Diagnosa keperawatan pasien defisit perawatan diri


Diagnosa keperawatan adalah identifikasi atau penilaian terhadap pola respons
pasien baik aktual maupun potensial (Direja, 2011). Rumusan diagnosa adalah
problem atau masalah berhubungan dengan etiologi dan keduanya saling
berhubungan sebab akibat secara ilmiah. Diagnosis ini juga bisa permasalahan,
penyebab dan simtom atau gejala sebagai data penunjang. Jika diagnosis tersebut
sudah diberikan tindakan keperawatan, tetapi permasalahan belum teratasi, maka
perlu dirumuskan diagnosis baru sampai tindakan keperawatan tersebut dapat
diberikan hingga masalah tuntas (Kusuma, 2010).
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala defisit perawatan
diri yang ditemukan. Jika hasil pengkajian menunjukkan tanda dan gejala defisit
perawatan diri, maka diagnosa keperawatan yang ditegakkan adalah defisit perawatan
diri : kebersihan diri, berdandan, makan dan minum, buang air besar dan buang air
kecil.

22
Berdasarkan data yang didapat dari pasien defisit perawatan diri ditetapkan
diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien defisit perawatan diri
diantaranya :
a. Defisit perawatan diri
b. Harga diri rendah
c. Isolasi sosial
4. INTERVENSI
Menurut SLKI (2019 : 81) tujuan dan kriteria hasil setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan perawatan diri meningkat dengan kriteria hasil
1) Kemampuan mandi meningkat
2) Kemampuan mengenakan pakaian meningkat
3) Kemampuan toileting meningkat
4) Vebralisasi keinginan melakukan perawatan diri meningkat
5) Minat melakukan perawatan diri meningkat
6) Mempertahankan kebersihan diri meningkat
7) Mempertahanlan kebersihan mulut meningkat

Menurut SIKI (2018 : 456) terdapat intervensi utama dan intervensi pendukung untuk
masalah keperawatan defisit perawatan diri yaitu

Intevensi utama

Dukungan perawatan diri Dukungan perawatan diri : Berpakaian


Dukungan perawatan diri : BAB/BAK Dukungan perawatan diri :Makan/Minum
Dukungan perawartan diri : Berhias Dukungan perawatan diri : Mandi

23
Intervensi pendukung

Dukungan emosional Perawatan kuku


Dukungan pengambilan keputusan Perawatan lensa kontak
Dukungan tanggung jawab pada diri Perawatan mata
sendiri Perawatan mulut
Kontak perilaku positif Perawatan pelinium
Manajemen demensia Perawatan rambut
Manajemen energy Perawatan telinga
Manjemen lingkungan Promosi citra tubuh
manajemen nutrisi Promosi harga diri
Manajemen nyeri Promosi komunikasi : defisit
Pemberian makanan pendengaran
Pencegahan jatuh Promosi komunikasi : defisit visual
Penentuan tujuan bersama Promosi latihan fisik
Pengaturan posisi Redukasi ansietas
Perawatan kaki Terapi menelan

5. Implementasi
a. Strategi pelaksaan pada pasien defisit perawatan diri
Strategi pelaksanaan pada pasien dengan defisit perawatan diri adalah sebagai
berikut:
Strategi pelaksanaan pasien pertemuan 1 :
a) Identifikasi masalah perawatan diri, kebersihan diri, berdandan, makan dan
minum, buang air besar dan buang air kecil.
b) Jelaskan pentingnya kebersihan diri
c) Jelaskan alat dan cara kebersihan diri
d) Latihan cara menjaga kebersihan diri, mandi, ganti pakaian, sikat gigi, cuci
rambut, dan potong kuku
e) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan mandi, sikat gigi ( 2 kali per
hari), cuci rambut ( 2 kali per minggu ), potong kuku ( satu kali per minggu)

24
Strategi pelaksanaan pasien pertemuan 2 :
a) Evaluasi kegiatan kebersihan diri, beri pujian
b) Jelaskan cara dan alat untuk berdandan
c) Latihan cara berdandan setelah kebersihan diri, sisiran, rias muka untuk
perempuan, cukuran untuk pria
d) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan diri dan berdandan

Strategi pelaksanaan pasien pertemuan 3 :


a) Evaluasi kegiatan kebesihan diri berdandan dan beri pujian
b) Jelaskan cara dan alat untuk makan dan minum
c) Latihan cara makan dan minum yang baik
d) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan diri, berdandan makan
dan minum

Strategi pelaksanaan pasien pertemuan 4 :


a) Evaluasi kegiatan kebesihan diri, berdandan makan dan minum dan beri
pujian
b) Jelaskan cara dan alat buang air besar dan buang air kecil yang baik
c) Latihan cara buang air besar dan buang air kecil yang baik
d) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan diri, berdandan, makan dan
minum serta buang air besar dan buang air kecil
b. Strategi pelaksanaan pada keluarga pasien defisit perawatan diri
Strategi pelaksanaan keluarga pertemuan 1 :
a) Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
b) Jelaskan pengertian tanda dan gejala serta proses terjadinya defisit perawatan
diri
c) Jelaskan cara merawat pasien dengan defisit perawatan diri
d) Latihan cara merawat kebersihan diri
e) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan pujian

25
Strategi pelaksanaan keluarga pertemuan 2 :
a) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat dan melatih pasien kebersihan diri
dan beri pujian
b) Bimbing keluarga membantu pasien berdandan
c) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan pujian

Strategi pelaksanaan keluarga pertemuan 3 :


a) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat dan melatih pasien kebesihan diri
berdandan dan beri pujian
b) Bimbing keluarga untuk membantu makan dan minum pasien
c) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan pujian
d) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan diri, berdandan, makan dan
minum

Strategi pelaksanaan keluarga pertemuan 4 :


a) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat dan melatih pasien kebesihan diri
berdandan, makan dan minum dan beri pujian
b) Bimbing keluarga merawat buang air besar dan buang air kecil pasien
c) Jelaskan follow up Puskesmas, mengenal tanda kambuh dan rujukan
Tindakan keperawatan dilakukan berdasarkan intervensi yang telah dibuat oleh
perawat sesuai dengan diagnosa pasien tersebut. sedangkan standart asuhan
keperawatan terdiri dari tindakan keperawatan untuk pasien maupun keluarga
6. Evaluasi
Evaluasi menurut Keliat (2013) adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai
efek dari tindakan keperawatan kepada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada
respon klien terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi
menjadi dua jenis yaitu evaluasi proses atau formatif yang dilakukan tiap selesai
melakukan tindakan keperawatan dan evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan
dengan membandingkan respons pasien dengan tujuan yang telah ditentukan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP dengan
penjelasan sebagai berikut:

26
S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan. Dapat
diukur dengan menanyakan pertanyaan sederhana terkait dengan tindakan
keperawatan seperti “coba bapak sebutkan kembali bagaimana cara mandi dan apa
saja alat yang digunakan ?”.
O : Respon objektif dari pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah diberikan.
Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku pasien pada saat tindakan dilakukan.
A : Analisis ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksi dengan
masalah yang ada. Dapat pula membandingkan hasil dengan tujuan.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien yang
terdiri dari tindak lanjut klien dan tindak lanjut perawat

Tanda bahwa asuhan keperawatan yang diberikan perawat kepada pasien defisit
perawatan diri berhasil :
a. Pasien dapat menyebutkan penyebab tidak merawat diri, mamfaat menjaga
perawatan diri, tanda – tanda bersih dan rapi, gangguan yang dialami jika
perawatan diri tidak diperhatikan
b. Pasien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri seperti melakukan
kebersihan diri, berhias dan dandan, makan dan minum, buang air besar dan
buang air kecil
c. Keluarga memberikan dukungan dalam melakukan perawatan diri
a) Keluarga mampu mengenal masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
defisit perawatan diri
b) Menyediakan fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan oleh pasien
c) Keluarga ikut serta dalam mendampingi, merawat dan membimbing pasien
dalam perawatan diri
d) Follow up ke puskesmas, mengenal tanda kekambuhan dan rujukan

27
DAFTAR PUSTAKA

PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta

PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Jakarta

http://pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/PERPUS.compressed.pdf

28

Anda mungkin juga menyukai