Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


PADA PASIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5 :

ARI GUSLAN (2223144011106)


NOVALDI SAPUTRA (2223144011300)
AMELIA PUTRI (2223144011101)
FAUZIYAH FADILLA (2223144011111)
SALSABILA AZZAHRA (2223144011126)
DHEANA SYUKMA (22231440
SASKIA JUNILA (22231440

DOSEN PENGAMPU:
Ns. Silvia Intan Suri M.Kep

PROGAM STUDI D3 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MOHAMMAD NATSIR BUKITTINGGI
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
kami karunia nikmat dan kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini,
dan terus dapat menimba ilmu di Universitas Mohammad Natsir.
Penulisan makalah ini merupakan sebuah tugas dari dosen mata kuliah
keperawatan jiwa. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah
wawasan dan pengetahuan pada mata kuliah yang sedang dipelajari, agar kami semua
menjadi mahasiswa yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.
Dengan tersusunnya makalah ini kami menyadari masih banyak terdapat
kekurangan dan kelemahan, demi kesempurnaan makalah ini kami sangat berharap
perbaikan, kritik dan saran yang sifatnya membangun apabila terdapat kesalahan.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya
bagi saya sendiri umumnya para pembaca makalah ini.

Bukittinggi, 04 Maret 2024

Kelompok 5
DAFTAR ISI

Kata pengantar..................................................................................................................
Daftar Isi ............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................................
C. Tujuan......................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
A. Pengertian defisist perawatan diri.................................................................................
B. Klasifikasi defisit perawatan diri..................................................................................
C. Proses terjadinya defisist perawatan diri......................................................................
D. Tanda dan Gejala defisist perawatan diri......................................................................
E. Tujuan perawatan personal hygiene.............................................................................
F. Faktor yang mempengaruhi personal hygiene..............................................................
G. Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.......................................
H. Tindakan perawatan diri pada post sectio caesarea......................................................
I. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Defisit Perawatan Diri.......................................
BAB III PENUTUP...........................................................................................................
A. Kesimpulan..............................................................................................................
B. Saran........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Lantar Belakang
Menurut UU Nomor 18 pasal 1 & 3 Tahun 2014 Kesehatan Jiwa
adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik,
mental, spiritual,dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan
diri sendiri, dapat mengatasi tekanan, bekerja secara produktif serta mampu
memberikan kontribusi untuk komunitasnya (UU Kesehatan Jiwa, 2014).
Apabila seseorang/individu tersebut mengalami kesehatan jiwa baik fisik,
mental, spiritual, tapi tidak dapat mengendalikan stres dan tidak ingin
bersosialisasi dengan orang lain maka individu tersebut mengalami gangguan
jiwa.
Gangguan jiwa terbagi kedalam dua jenis yaitu gangguan jiwa ringan
dan gangguan jiwa berat. Skizofrenia merupakan salah suatu gangguan jiwa
berat yang akan membebani masyarakat sepanjang hidup penderita, ditandai
dengan disorganisasi pikiran, perasaan dan perilaku defisit perawatan diri.
Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang
mengalami kelemahan kemampuan dalam melengkapi aktivitas perawatan diri
secara mandiri seperti mandi, berhias, makan dan BAK/BAB
(Khaeriyah,2013).
Menurut Yusuf (2015) Defisit perwatan diri adalah suatu keadaan
seseorang mengalami kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri. Tidak ada
keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor,
bau badan, bau napas dan penampilan tidak rapi.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian defisist perawatan diri.
2. Klasifikasi defisit perawatan diri
3. Proses terjadinya defisist perawatan diri.
4. Tanda dan Gejala defisist perawatan diri.
5. Tujuan perawatan personal hygiene
6. Faktor yang mempengaruhi personal hygiene
7. Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene
8. Tindakan perawatan diri pada post sectio caesarea
9. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Defisit Perawatan Diri

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian defisist perawatan diri.
2. Untuk mengetahui Klasifikasi defisit perawatan diri
3. Untuk mengetahui proses terjadinya defisist perawatan diri.
4. Untuk mengetahui tanda dan Gejala defisist perawatan diri.
5. Untuk mengetahui Tujuan perawatan personal hygiene.
6. Untuk mengetahui Faktor yang mempengaruhi personal hygiene.
7. Untuk mengetahui Dampak yang sering timbul pada masalah personal
hygiene
8. Untuk mengetahui Tindakan perawatan diri pada post sectio caesarea.
9. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pasien dengan Defisit
Perawatan Diri
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Defisist Perawatan Diri.


Pewatan diri adalah salah satu kemampuan manusia dalam memenuhi
kebutuhannya sehari-hari guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien bisa dinyatakan
terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri
sendiri (Depkes, 2000 dalam Direja, 2011).
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan
dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Poter. Perry,
2005 dalam Direja, 2011). Tarwoto dan Wartonah (2000, dalam Direja, 2011)
menjelaskan kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak
mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya.
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Menurut Poter. Perry (2005), personal hygiene adalah suatu tindakan
untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan
fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak
mampu melakukan perawatan diri. Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi
pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam
melakukan/melewati aktivitas perawatan diri secara mandiri.
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang
mengalami kelemahan kemampuan dalam suatu kondisi pada seseorang yang
mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi
aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene),
berpakaian/berhias, makan, dan BAK/BAB (toileting) (Nita Fitria, 2009).
B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri
Menurut Judith, M. W. (2016, p.360) defisit perawatan diri
diklasifikasikan seperti defisit perawatan diri mandi, defisit perawatan diri
berpakaian, defisit perawatan diri makan, dan defisit perawatan diri eliminasi.
1. Defisit perawatan diri mandi
Menurut Judith, M. W. (2016, p.361) defisit perawatan diri mandi
adalah hambatan kemampuan untuk melakukan atau memenuhi
aktivitas mandi atau hygiene sendiri. Batasan karakteristik dari defisit
perawatan diri mandi adalah ketidakmampuan untuk melakukan
tugas-tugas seperti : mengakses kamar mandi, mengeringkan badan,
mengambil perlengkapan mandi, mendapatkan sumber air, mengatur
(suhu atau aliran) air mandi, membersihkan tubuh (atau anggota
tubuh).
2. Defisit perawatan diri berpakaian
Menurut Judith, M. W. (2016, p.364) defisit perawatan diri
berpakaian adala hambatan kemampuan untuk memenuhi aktivitas
berpakaian lengkap dan berhias diri. Batasan karakteristik dari defisit
perawatan diri berpakaian adalah :
 Hambatan kemampuan untuk : mengancingkan pakaian,
mengambil pakaian, mengenakan atau melepas bagian-bagian
pakaian yang penting, mengenakan atau melepaskan sepatu
atau kaos kaki.
 Ketidakmampuan untuk : memilih pakaian, mempertahankan
penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil
pakaian, mengenakan pakaian pada tubuh bagian bawah,
mengenakan pakaian pada tubuh bagian atas, mengenakan
sepatu atau kaos kaki, melepaskan sepatu atau kaos kaki,
melepaskan pakaian, menggunakan alat bantu, menggunakan
ritsleting.
Menurut Yetti, A. (2010, p.58) setelah persalinan, ekstra cairan
tubuh yang dibutuhkan saat hamil akan dikeluarkan kembali memalui
air seni dan keringat untuk menghilangkan pembengkakan pada wajah,
kaki, betis, dan tangan ibu. Sehingga dalam Yetti, A. (2010, p.57)
menjaga kebersihan diri berpakaian, sebaiknya pakaian terbuat dari
bahan yang mudah menyerap keringat karena produksi keringat
menjadi banyak. Pakaian agak longgar di daerah dada sehingga
payudara tidak tertekan dan kering. Demikian juga dengan pakaian
dalam, agar tidak terjadi iritasi (lecet) pada daerah sekitarnya akibat
lochea.
3. Defisit perawatan diri makan
Menurut Judith, M. W. (2016, p.366) defisit perawatan diri makan
adalah hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas makan. Batasan karakteristik dari defisit perawatan diri
makan adalah ketidakmampuan untuk melakukantugas-tugas seperti :
menyuap makanan dari piring ke mulut mengunyah makanan,
menyelesaikan makan, meletakkan makanan ke piring, memegang alat
makan, membuka wadahmakanan, mengambil cangkir atau gelas,
menyiapkan makanan, menelan makanan, menggunakan alat bantu.
4. Defisit perawatan diri eliminasi
Menurut Judith, M. W. (2016, p.368) defisit perawatan diri eliminasi
adalah hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
kegiatan eliminasi. Batasan karakteristik dari defisit perawatan
eliminasi adalah ketidakmampuan untuk melakukan tugas-tugas
seperti : melakukan hygiene eliminasi dengan baik, menyiram kloset
atau kursi buang air, mencapai kloset atau kursi buang air, duduk atau
bangun dari kloset atau kursi buang air.
C. Proses terjadinya defisist perawatan diri.
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi
akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan
aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari
ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan secara mandiri,berhias diri
secara mandiri, dan toileting (buang air besar atau buang air kecil secara
mandiri (Yusuf, Rizky & Hanik,2015).

D. Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri


Menurut Nafiyati (2018) tanda dan gejala defisit perawatan diri
terdiri dari :
1. Data subjektif Klien mengatakan :
 Malas mandi
 Tidak mau menyisir rambut
 Tidak mau menggosok gigi
 Tidak mau memotong kuku
 Tidak mau berhias/berdandan
 Tidak bisa/tidak mau menggunakan alat mandi
 Tidak menggunakan alat makan dan minum saat makan dan
minum
 BAB dan BAK sembarangan
 Tidak membersihkan diri dan tempat BAB dan BAK
 Tidak mengetahui cara perawatan diri yang benar
2. Data objektif
 Badan bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor, kuku
panjang
 Tidak menggunakan alat mandi pada saat mandi dan tidak mandi
dengan benar
 Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, serta
tidak mampu berdandan
 Pakaian tidak rapi, tidak mampu memilih, mengambil, memakai,
mengencangkan dan memindahkan pakaian, tidak memakai
sepatu/sandal, tidak mengancingkan baju atau celana
 Memakai barang-barang yang tidak perlu dalam berpakaian,
mis : memakai pakaian berlapis–lapis, pengguna pakaian yang
tidak sesuai. Melepas barangbarang yang perlu dalam
berpakaian, mis : telanjang
 Makan dan minum sembarangan dan berhamburan, tidak
menggunakan alat makan, tidak mampu menyiapkan maknan,
memindahkan makanan ke alat makan, tidak mampu memegang
alat makan, membawa makanan dari piring ke mulut,
mengunyah, menelan makanan secara aman dan menghabiskan
makanan
 BAB dan BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri
setelah BAB dan BAK, tidak mampu menjaga kebersihan toilet
dan menyiram toilet setelah BAB dan BAK

E. Tujuan perawatan personal hygiene


Menurut Eny Retna, A. & Tri Sunarsih (2015, p.53) menyebutkan
bahwa terdapat beberapa tujuan perawatan personal hyegine antara lain.
 Peningkatan derajat kesehatan,
 Pelihara kesehatan diri,
 Perbaikan personal hygiene,
 Mencegah penyakit,
 Meningkatkan percaya diri,
 Ciptakan keindahan.
F. Faktor yang mempengaruhi personal hygiene
Menurut Eny Retna, A. & Tri Sunarsih (2015, p.53) menyebutkan
bahwa terdapat faktor yang dapat mempengaruhi personal hygiene antara lain.
1. Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga
individu tidak peduli terhadap kebersihannya.
2. Status sosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
3. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan.
4. Kebiasaan
Ada kebiasaan seseorang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan dirinya seperti penggunaan sabun, sampo, dan lain-lain.
5. Kondisi fisik
Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan perlu bantuan untuk melakukannya.

G. Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene


Menurut Eny Retna, A. & Tri Sunarsih (2015, p.54) menyebutkan
bahwa terdapat dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene,
yaitu :
1. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik
yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan
membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan
fisik pada kuku. Selain itu, menurut Dwi Sholihah (2019, p.10) setelah
semua proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan
menimbulkan luka post operasi, yang bila tidak dirawat dengan baik
akan menimbulkan masalah resiko infeksi.
Pemberian dukungan gizi bagi orang sakit bukan merupakan
tindakan yang berdiri sendiri dan terpisah dari tindakan perawatan dan
pengobatan. Pengaturan makanan, perawatan penyakit dan pengobatan
merupakan satu kesatuan dalam proses penyembuhan penyakit
(Kusumayanti, dkk., 2004, p.9). Selain itu, menurut
Kozier, Erb, Berman & Snyder (2010) menyebutkan apabila konsumsi
serat dalam makanan, asupan cairan,pemenuhan kebutuhan aktivitas
dan beberapa faktor lainnya tidak terpenuhi maka akan menimbulkan
gangguan di saluran pencernaan. Menurut Barbara (1996) gangguan
saluran pencernaan bisa berupa
perubahan eliminasi fekal yang dikarenakan penurunan motilitas usus
akibat menurunny peristaltik, menurunnya tekanan otot dibandingkan
usus dan juga menurunnya penyerapan yang mengakibatkan
meningkatnya gas didalam usus (Ryan Andeska A. dkk., 2018, p.98).
Menurut Wikipedia (2020, 01 Juni) flatus merupakan kata medis
untuk gas yang dihasilkan di perut atau usus. Ketika berlebihan atau
berbau busuk, flatus dapat menjadi tanda gangguan kesehatan, seperti
sindrom iritasi usus, penyakit
seliaka, dan lain-lain.
2. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
H. Tindakan perawatan diri pada post sectio caesarea
Menurut Eny Retna, A. & Tri Sunarsih (2015, p.54) tindakan
perawatan diri pada post sectio caesarea, antara lain :
1. Perawatan rambut
Perawatan rambut sendiri seperti menyisir rambut dan mencuci
rambut. Menyisir rambut adalah mengatur rambut dengan
serapirapinya yang menggunakan sisir rambut,
bertujuan supaya rambut tetap bersih, rapi dan terpelihara selain itu
supaya memberikan perasaan nyaman pada klien. Mencuci rambut
adalah menghilangkan kotoran pada rambut dan kulit kepala, dengan
menggunakan sabun atau sampo kemudian dibilas menggunakan air
bersih sampai bersih, yang bertujuan untuk memberikan perasaan
senang dan segar kepada klien dan agar rambut tetap bersih, rapi dan
terpelihara.
2. Perawatan gigi dan mulut
Menyikat gigi adalah membersihkan gigi dan kotoran atau sisa
makanan dengan menggunakan sikat gigi dan pasta gigi, yang
bertujuan supaya mulut dan gigi sehat, bersih, dan tidak berbau. Selain
itu untuk mencegah terjadinya infeksi, misalnya stomatitis, caries gigi,
dan lain-lain. Membersihkan mulut adalah membersihkan rongga
mulut, lidah dan gigi dari semua kotoran atau sisa makanan dengan
menggunakan kain kassa atau kapas yang dibasahi air bersih, yang
bertujuan untuk mencegah timbulnya penyakit infeksi baik setempat
maupun penularan melalui mulut.
3. Perawatan kuku tangan dan kaki
Perawatan kuku tangan dan kaki adalah menolong memotong
kuku pasien yang panjang karena tidak dapat melakukan sendiri,
bertujuan untuk menjaga kebersihan tangan dan kaki dan mencegah
timbulnya luka atau infeksi.
4. Perawatan genetalia
Perawatan genetalia adalah membersihkan alat genetalia wanita
yang bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi, menjaga kebersihan
pasien, dan memberikan rasa nyaman pada pasien. Menurut Yetti, A.
(2010, p.57 & p.58) disarankan ibu untuk mengganti pembalut atau
kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang
jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari atau
disetrika. Selain itu, vulva harus selalu dibersihkan dari depan ke
belakang. Vulva yang tidak dibersihkan akan meningkatkan risiko
terjadinya infeksi, hal ini dikarenakan banyak darah dan kotoran yang
keluar dari vagina, adanya luka di daerah perineum yang bila terkena
kotoran dapat terinfeksi, dan vagina merupakan organ terbuka yang
mudah dimasuki kuman untuk kemudian menjalar ke rahim.
5. Memandikan pasien
Memandikan pasien adalah membersihkan atau memandikan
tubuh klien dengan air bersih dan sabun pada klien yang tidak dapat
mandi sendiri, bertujuan untuk membersihkan kulit dan
menghilangkan bau badan yang tidak sedap, memberikan rasa nyaman
dan relaksasi, dan mencegah infeksi pada kulit. Menurut Yetti, A.
(2010, p.58) setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan
saat hamil akan dikeluarkan kembali memalui air seni dan keringat
untuk menghilangkan pembengkakan pada wajah, kaki, betis, dan
tangan ibu. Oleh karena itu, usahakan mandi lebih sering dan menjaga
agar kulit tetap dalam keadaan kering.
I. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Defisit Perawatan Diri
1. Pengkajian
Defisit Perawatan Diri pada klien dengan gangguan jiwa ada
perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan
perawatan diri tanpak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri
makan secara mandi, berhias diri secara mandiri dan eliminasi
BAB/BAK secara mandiri (Erlando, 2019).
a. Identitas
Terdiri dari : nama klien, umur, jenis kelamin, alamat, agama,
pekerjaan, tanggal masuk,alasan masuk, nomor rekam medis,
keluarga yang dapat dihubungi.
b. Alasan masuk
Merupakan penyebab klien atau keluarga datang, atau dirawat
dirumah sakit. Biasanya masalah yang dialami klien yaitu senang
menyendiri, tidak mau banyak berbicara denganorang lain, terlihat
murung, penampilan acak–acakan, tidak peduli dengan diri sendiri
dan mulai menggangu orang lain.
c. Faktor predisposisi
1) Pada umumnya klien pernah mengalami gangguan jiwa dimasa
lalu.
2) Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
3) Pengobatan sebelumnya kurang berhasil
4) Harga diri rendah, klien tidak mempunyai motivasi untuk
merawat diri.
5) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, yaitu
perasaan ditolak, dihina, dianiaya dan saksi penganiayaan. Ada
anggota keluarga yang pernah mengalami gangguan jiwa,
pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan yaitu
kegagalan yang dapat menimbulkan frustasi.
d. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan TTV, pemeriksaan head to toe yang merupakan
penampilan klien yang kotor dan acak–acakan.
e. Psikososial
1) Genogram
Menurut (Hastuti, 2018), genogram menggambarkan klien dan
anggota keluarga klien yang mengalami gangguan jiwa, dilihat
dari pola komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuhan.
2) Konsep Diri
a. Citra tubuh
Persepsi klien mengenai tubuhnya, bagian tubuh
yang disukai, reaksi klien tubuh ysng disukai maupun tidak
disukai (Nurgaini, 2018).
b. Identitas diri
Kaji status dan posisi pasien sebelum klien dirawat,
kepeuasan pasien terhadap status dan posisinya, kepuasan
klien sebagai laki–laki atau perempuan (Bunaini, 2020)
c. Peran diri
Meliputi tugas atau peran klien didalam
keluarga/pekerjaan/kelompok maupun masyarakat,
kemampuan klien didalam melaksanakan fungsi ataupun
perannya, perubahan yang terjadi disaat klien sakit maupun
dirawat, apa yang dirasakan klien akibat perubahan yang
terjadi (Ndaha, 2021).
d. Ideal diri
Berisi harapan klien akan keadaan tubuhnya yang ideal,
posisi, tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan/sekolah, harapan
klien akan lingkungan sekitar, dan penyakitnya (Bunaini,
2020).
e. Harga diri
Kaji klien tentang hubungan dengan orang lain sesuai
dengan kondisi, dampak pada klien yang berhubungan dengan
orang lain, fungsi peran yang tidak sesuai dengan harapan,
penilaian klien tentang pandangan atau penghargaan orang lain
(Safitri, 2020).
f. Hubungan sosial
Hubungan klien dengan orang lain akan sangat
terganggu karena penampilan klien yang kotor yang
mengakibatkan orang sekitar menjauh dan menghindari klien.
Terdapat hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
(Bunaini, 2020).
g. Spritual
Nilai dan keyakinan serta kegiatan ibadah klien
terganggu dikarenakan klien mengalami gangguan jiwa.
h. Status mental
a. Penampilan
Penampilan klien sangat tidak rapi, tidak
mengetahui caranya berpakaian dan penggunaan pakaian
tidak sesuai (Putri, 2018).
b. Cara bicara/Pembicaraan
Cara bicara klien yang lambat, gagap, sering
terhenti/bloking, apatis serta tidak mampu memulai
pembicaraan (Malle, 2021).
c. Aktivitas Motorik
Biasanya klien tampak lesu, gelisah, tremor dan
kompulsif (Putri, 2018).
d. Alam perasaan
Klien tampak sedih, putus asa, merasa tidak
berdaya, rendah diri dan merasa dihina (Malle, 2021).
e. Afek
Klien tampak datar, tumpul, emosi klien berubah-
ubah, kesepian, apatis, depresi/sedih, dan cemas (Putri,
2018).
f. Interaksi Saat Wawancara
Respon klien saat wawancara tidak kooperatif,
mudah tersinggung, kontak kurang serta curiga yang
menunjukkan sikap ataupun peran tidak percaya kepada
pewawancara/orang lain.
g. Persepsi
Klien berhalusinasi mengenai ketakutan terhadap
halhal kebersihan diri baik halusinasi pendengaran,
penglihatan, dan perabaan yang membuat klien tidak ingin
membersihkan diri dan klien menglami depersonalisasi.
h. Proses pikir
Bentuk pikir klien yang otistik, dereistik,
sirkumtansial, terkandang tangensial, kehilangan asosiasi,
pembicraan meloncat dari topik dan terkadang pembicaraan
berhenti tiba–tiba.
i. Kebutuhan Klien Pulang
1) Makan
Klien kurang mampu makan, cara makan klien
yang terganggu serta pasien tidak memliki kemampuan
untuk menyiapkan dan membersihkan alat makan.
2) Berpakaian
Klien tidak mau mengganti pakaian, tidak bisa
memakai pakaian yang sesuai dan berdandan.
3) Mandi
Klien jarang mandi, tidak tahu cara mandi, tidak
gosok gigi, mencuci rambut, memotong kuku, tubuh
klien tampak kusam dan badan klien mengeluarkan
aroma bau.
4) BAB/BAK
Klien BAB/BAK tidak pada tempatnya seperti
ditempat tidur dan klien tidak dapat membersihkan
BAB/BAK nya.
5) Istirahat
Istirahat klien terganggu dan tidak melakukan
aktivitas apapun setelah bangun tidur.
6) Penggunaan obat
Jika klien mendapat obat, biasanya klien minum
obat tidat teratur.
7) Aktivitas di Rumah
Klien tidak mampu melakukan semua aktivitas
di dalam rumah karena klien selalu merasa malas.
j. Mekanisme Koping menurut Dayanti (2018) yaitu :
1) Adaptif
Menurut (Danyanti, 2018), klien tidak mau
berbicara dengan orang lain, tidak bisa menyelesaikan
masalah yang ada, klien tidak mampu berolahraga
karena klien sama sekali, selalu menghindari orang lain.
2) Maladaptive
Menurut (Dayanti, 2018), klien bereaksi sangat
lambat terkadang berlebihan, klien tidak mau bekerja
sama sekali, selalu menghindari orang lain.
3) Masalah Psikososial dan Lingkungan
Menurut (Dayanti, 2018), klien mengalami
masalah psikososial seperti berinteraksi dengan orang
lain dan lingkungan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya
dukungan dari keluarga, pendidikan yang kurang,
masalah dengan sosial ekonomi dan pelayanan
kesehatan.
4) Pengetahuan
Menurut (Dayanti, 2018), klien defisit
perawatan diri terkadang menglami gangguan kognitif
sehingga tidak mampu mengambil keputusan.

k. Sumber koping
Menurut (Maryam, 2018), sumber koping merupakan evaluasi
terhadap pilihan koping dan strategi seseorang. Individu dapat
mengatasi stress dan ansietas dengan menggunakan sumber koping
yang terdapat dilingkungannya. Sumber koping ini dijadikan modal
untuk menyelesaikan masalah.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis
mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang baik yang berlangsung aktual maupun potensial
diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengindentifikasi respons klien
individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan
dengan kesehatan (SDKI, 2017). Berikut diagnosa yang muncul pada
pasien defisit perawatan diri :
1. Defisit Perawatan diri b.d penurunan motivasi/minat
2. Resiko perilaku kekerasan b.d alam perasaan depresi
3. Harga diri rendah b.d perubahan peran sosial
4. Isolasi sosial b.d perubahan status mental

3. Intervensi keperawatan
No. Data Diagnosis Luaran Manajemen
Keperawatan Keperawatan Keperawatan
1. Subjektif : Defisit Setelah Strategi Pelaksanaan :
1.Menolak melakukan Perawatan Diri dilakukan SP 1
perawatan diri b.d gangguan intervensi 1.Identifikasi
Objektif : psikologis keperawatan masalah perawatan
1. Tidak mampu /psikotik, selama 6 kali diri: kebersihan diri,
mandi/mengenakan penurunan pertemuan maka berdandan,makan /
pakaian/makan/ke motivasi/minat perawatan diri minum,BAB/BAK.
toilet/berhiassecara d.d menolak meningkat 2.Jelaskan
mandiri melakukan dengan kriteria pentingnya
2.Minat perawatan perawatan diri hasil : kebersihan diri.
diri kurang 1. Kemampuan 3. Jelaskan cara
mandi (5) dan alat kebersihan
2. Kemampuan diri.
mengenakan 4. Latih cara
pakaian (5) Menjaga kebersihan
3. Kemampuan diri: mandi dan
ke toilet ganti pakaian, sikat
BAB/BAK (5) gigi, cuci rambut
4. Vebalisasi potong kuku.
keinginan 5. Masukan pada
melakukan jadwal kegiatan
perawatan diri harian untuk latihan
(5) mandi, sikat gigi (2
5.Minat kali per hari), cuci
melakukan rambut (2 kali per
perawatan diri minggu), potong
(5) kuku (satu kali per
6.Mempertahank minggu).
an kebersihan SP2 :
diri(5) 1. Evaluasi kegiatan
7. Mempertahank kebersihan diri (beri
an kebersihan pujian)
mulut (5) 2. Jelaskan cara dan
alat berdandan
3. Latih cara
berdandan setelah
kebersihan diri
4. Masukan pada
jadwal kegiatan
untuk kebersihan
diri dan berdandan
SP 3 :
1. Evaluasi
kegiatan kebersihan
diri dan berdandan
2. Jelaskan cara dan
alat makan minum
3. Latih cara dan
alat makan dan
minum
SP 4 :
1. Evaluasi kegiatan
kebersihan diri,
berdandan, makan
dan minum
2. Jelaskan cara
BAB/BAK
3. Latih cara
BAB/BAK
4. Masukan jadwal
kegiatan untuk
latihan kebersihan
diri, berdandan,
makan dan minum
serta BAB/BAK

Dukungan
Perawatan Diri :
Observasi
1.1 Identifikasi
kebiasaan aktivitas
perawatan diri
sesuai usia
2.1 Monitor tingkat
kemandirian
2.2 identifikasi
kebutuhan alat
bantu kebersihan
diri, berpakaian,
berhias, dan makan
Terapeutik
2.3 Sediakan
lingkungan
yang terapeutik
(mis. Suasana
hangat, rileks,
privasi)
2.4 Siapkan
keperluan
pribadi (mis.
Parfum, sikat
gigi, dan sabun
mandi)

2.5 Dampingi
dalam melakukan
perawatan diri
sampai mandiri
2.6 Fasilitasi untuk
menerima keadaan
ketergantungan
2.7 Fasilitasi
kemandirian, bantu
jika tidak mampu
melakukan diri
2.8 Jadwalkan
rutinitas perawatan
diri
Edukasi :
1.10 Anjurkan
melakukan
perawatan diri
secara konsisten
sesuai kemampuan

2. Subjektif Isolasi sosial Setelahdilakukan Strategi Pelaksanaan


1. Merasa ingin b.d Intervensi 1.SP 1
sendirian ketidakadekuat keperawatan Membina hubungan saling
2. Merasa tidak aman an sumber saya selama 6 kali percaya, membantu pasien
di tempat umum personal d.d pertemuan maka mengenal penyebab isolasi
Objektif menarik diri keterlibatan sosial, membantu pasien
3. Menarik diri sosial meningkat mengenal manfaat
4.Tidak dengan kriteria berhubungan dan kerugian
berminat/menolak hasil: tidak berhubungan dengan
berinteraksi dengan 1. Minat interaksi orang lain,dan mengajarkan
orang lain atau (5) pasien berkenalan.
lingkungan 2. Minat terhadap 2. SP 2 Mengajarkan
aktivitas (5) pasien berinteraksi secara
3.Perilaku bertahap atau berkenalan
menarik diri (5) dengan orang pertama yaitu
4. Afek seorang perawat.
murung/sedih (5) 3. SP 3 Melatih pasien
5.Perilaku berinteraksi secara
bermusuhan (5) bertahap berkenalan
6. Perilaku sesuai dengan perawat dan pasien
dengan harapan lain.
orang lain (5) 4. SP 4 Membantu pasien
7. Kontak mata dalam meminum obat
(5) secara teratur selain itu
8. Tugas kemampuan berkomunikasi
perkembangan dengan menggunakan 3
sesuai usia (5 ) terapi meliputi terapi
farmakoterapi, terapi
psikoterapi dan terapi
modalitas
.
Promosi Sosialisasi
Observas
2.1 Identifikasi
kemampuan melakukan
interaksi dengan orang lain
2.2 Identifikasi hambatan
melakukan interaksi
dengan orang lain
Terapeutik
2.3 Motivasi meningkatkan
keterlibatan dalam suatu
hubungan
2.4 Motivasi kesabaran
dalam mengembangkan
suatu hubungan
2.5 Motivasi berpartisipasi
dalam aktivitas baru dan
kegiatan kelompok
2.6 Motivasi berinteraksi di
luar lingkungan (mis: jalan-
jalan, ke toko buku)
2.7 Diskusikan kekuatan
dan keterbatasan dalam
berkomunikasi dengan
orang lain
2.8 Diskusikan
perencanaan egiatan di
masa depan
2.9 Berikan umpan balik
positif dalam perawatan
diri
2.10 Berikan umpan balik
positif pada setiap
peningkatan kemampuan
Edukasi
2.11Anjurkan berinteraksi
dengan orang lain secara
bertahap
2.12Anjurkan ikut serta
kegiatan sosial dan
kemasyarakata
2.13Anjurkan berbagi
pengalaman dengan orang
lain
2.14 Anjurkan
meningkatkan kejujuran
diri dan menghormati hak
orang lain
2.15Anjurkan penggunaan
alat bantu (mis: kacamata
dan alat bantu dengar)
2.16Anjurkan membuat
perencanaan kelompok
kecil untuk kegiatan khusus
2.17Latih bermain peran
untuk meningkatkan
keterampilan komunikasi
2.18Latih mengekspresikan
marah dengan tepat

3. Subjektif : Harga diri 1. Setelah Strategi Pelaksanaan :


1. Menilai diri negatif rendah kronis dilakukan SP 1
2. Merasa malu/ b.d terpapar intervensi 1. Mengindentifikasi
bersalah situasi keperawatan kemampuan dan aspek
3. Merasa tidak traumatis, selama 6 kali positif yang dimiliki klien.
mampu melakukan kegagalan pertemuan maka SP 2
apapun berulang d.d harga diri 1. Menilai kemampuan
4. Meremehkan menilai diri meningkat yang dapat digunakan oleh
kemampuan negatif dengan kriteria klien.
mengatasi masalah hasil: 2. Memilih kegiatan sesuai
5. Merasa tidak 2. Penilaian diri dengan kemampuan klien.
memiliki kelebihan positif (5) 3. Melatih kegiatan yang
atau kemampuan 3. Perasaan dipilih sesuai dengan
positif memiliki kemampuan klien.
6. Melebihlebihkan kelebihan atau 4. Membantu menyusun
penilaian negatif kemampuan jadwal kegiatan yang akan
tentang diri sendiri positif (5) dilatih sesuai jadwal.
7. Menolak penilaian 4. Minat SP 3
negative tentang diri mencoba 1. Melatih kegiatan sesuai
sendiri hal baru (5) kemampuan yang dipilih 2
Objektif 5. Konsentrasi SP 4:
1. Enggan mencoba (5) 1. Melatih kegiatan sesuai
hal baru 6. Tidur (5) kemampuan yang dipilih 3
2.Berjalan menunduk 7. Kontak mata Observasi
Postur tubuh (5) 3.1. Identifikasi
menuduk 8. Gairah budaya, agama, ras,
aktivitas (5) jenis kelamin, dan
9. Aktif (5) usia terhadap harga
10. Percaya diri diri
bicara (5) 3.2. Monitor
11. Kemampuan verbalisasi yang
membuat merendahkan diri
keputusan sendiri
12. Perasaan 3.3. Monitor tingkat
tidak mampu harga diri setiap
melakukan waktu, sesuai
apapun (5) kebutuhan
13. Perasaan Terapeutik
malu (5) 3.4. Motivasi
terlibat dalam
verbalisasi positif
untuk diri sendiri
3.5. Motivasi
menerima tantangan
atau hal baru
3.6. Diskusikan
pernyataan tentang
harga diri
3.7. Diskusikan
kepercayaan
terhadap penilaian
diri
3.8. Diskusikan
pengalaman yang
meningkatkan harga
diri
3.9. Diskusikan
persepsi negatif diri
3.10. Diskusikan
alasan mengkritik
diri atau rasa
bersalah
3.11.Diskusikan
penetapan tujuan
realistis untuk
mencapai harga diri
yang lebih tinggi
3.12.Diskusikan
Bersama keluarga
untuk menetapkan
harapan dan
Batasan yang jelas
3.13.Berikan umpan
balik positif atas
peningkatan
mencapai tujuan
3.14.Fasilitasi
lingkungan dan
aktivitas yang
Meningkatkan diri
Edukasi
3.15. Jelaskan
kepada keluarga
pentingnya
dukungan dalam
perkembangan
konsep positif diri
pasien
3.16. Anjurkan
mengidentifikasi
kekuatan yang
dimiliki
3.17. Anjurkan
mempertahankan
kontak mata saat
berkomunikasi
dengan orang lain
3.18. Anjurkan
membuka diri
terhadap kritik
negatif
3.19. Anjurkan
mengevaluasi
perilaku
3.20. Ajarkan cara
mengatasi bullying
3.21. Latih
peningkatan
tanggung jawab
untuk diri sendiri
3.22. Latih
pernyataan/kemamp
uan positif diri
3.23. Latih cara
berfikir dan
berperilaku positif

4. Implementasi keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan
rencana keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan
keperawatan yang sudah direncanakan, perawatan perlu
memvalidasi apakah rencana tindakan keperawatan masih
dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi pasien saat ini
(Elfariyani, 2021).

5. Evaluasi Keperawatan
Menurut (Ginting, 2021) evaluasi dalah proses
berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan
kepada pasien. Evaluasi dapat dibagi dua yaitu :
1. Evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap selesai
melaksanakan tindakan.
2. Evaluasi hasil sumatif yang dilakukan dengan
membandingkan antara respons pasien dan tujuan khusu serta
umum yang telah ditentukan

Anda mungkin juga menyukai