Anda di halaman 1dari 20

ILMU PENYAKIT DALAM HEWAN KECIL

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNDIKMA 2022

DERMATITIS AKIBAT JAMUR


MALASSEZIA DAN DERMATOFITOSIS
Oleh :

LALU TYLAR PRANA GUSTI (61119031)


MALASSEZIA
ETIOLOGI
• Malassezia adalah genus jamur yang umum
ditemukan pada daerah-daerah tertentu dari
kulit anjing dan kucing. Malassezia merupakan
flora normal yang berada dalam kulit, namun
dalam beberapa kasus, Malassezia dapat
bereproduksi dalam jumlah besar dan dalam
keadaan itulah dapat menyebabkan penyakit.
GEJALA KLINIS
• Apabila terinfeksi kronis pada kulit, ditandai dengan rasa gatal yang
• hampir selalu ada pada daerah kulit yang terinfeksi. Karena adanya rasa gatal,
• hewan yang terinfeksi tersebut akan menggaruk tubuhnya, sehingga
menyebabkan
• lesi yang mempermudah penyebaran infeksi. Jenis lesi yang spesifik pada
kasus
• ini yaitu Likenifikasi. Likenifikasi ( penebalan kulit dengan garis-garis kulit
• semakin terlihat) timbul sebagai respon dari kulit akibat gosokan dan garukan
• yang berulang-ulang dalam waktu yang cukup lama, atau kebiasaan
menggaruk
• pada satu area tertentu pada kulit sehingga garis kulit tampak lebih menonjol .
• Secara histologis, karakteristik likenifikasinya adalah akantosis dan
• hyperkeratosis dan secara klinis muncul penebalan dari kulit, utamanya pada
• permukaan kulit
• . Anjing dengan infeksi bentuk umum biasanya lebih
• berminyak serta kulitnya terlihat seperti bersisik
• Anjing dengan infeksi moncong lokal akan menggosok wajah
mereka atau
• menggaruk-garuk wajah mereka dengan lebih intens. Anjing
dengan infeksi
• Malassezia pada kaki akan menjilat atau menggigiti kaki
mereka terus-menerus.
• Dapat juga ditandai dengan rambut rontok, kulit
kemerahan , hiperpigmentasi
• (kulit menghitam), dan kulit mengalami penebalan.
• Apabila infeksi berkembang di telinga, anjing dapat
menggeleng-gelengkan kepala.
PATOGENESIS
• Malassezia merupakan flora normal dalam kulit, selain itu Malassezia juga
• merupakan organisme oportunistik yang berarti jamur Malassezia tersebut
• mengambil keuntungan dari setiap kesempatan pada hostnya untuk tumbuh ketika
• kondisinya memungkinkan. Dalam keadaan tertentu terkait dengan faktor kulit
• dan sistem imun malassezia dapat menimbulkan gejala klinis, ketika jamur
• malassezia menginfeksi dia akan berpredileksi di epidermis tepatnya di stratum
• korneum, kemudian akan direspon oleh sistem imun non spesifik, mekanisme
• respon imun akan diperantai oleh sel Langerhans untuk menginduksi limfosit T
• memproduksi limfokin untuk memfagosit antigen. Penularan dari satu hewan ke
• hewan lain dapat melalui kontak langsung.
DIAGNOSIS
• Cara terbaik untuk mendiagnosis infeksi Malassezia adalah dengan
• identifikasi positif dari organisme di bawah mikroskop.
• Sampel dapat diperoleh dari daerah yang terinfeksi dengan cara
mengambil kerokan kulit pada tubuh
• pasien yang menunjukkan gejala atau dapat juga dilakukan dengan
scrapping.
• Metode scrapping yang dilakukan yaitu superficial scrapping dimana
jamur dapat
• ditemukan di daerah superficial dari kulit, dimana predileksi dari jamur ini
• diketahui berada di lapisan stratum korneum epidermis. Adapun metode
• pewarnaan yang dilakukan yaitu dengan menggunakan methylen blue..
• Methylen blue merupakan pewarnaan thiazine yang sering
digunakan pada pewarnaan jamur dan bakteri, dengan
pewarnaan sederhana ini dapat diketahui bentuk dari jamur
yang menginfeksi. Apabila terjadi infeksi jamur maka akan
terlihat sejumlah besar jamur dibagian tubuh pasien.
• Karena Malassezia merupakan flora normal pada hewan
yang sehat,maka
• hal ini dapat menyebabkan beberapa keraguan pada saat
mendiagnosa apakah
• gejala yang ditimbulkan beruba lesi disebabkan oleh
malassezia atau agen lain.
• Oleh karena itu, diagnosis biasanya dikonfirmasi oleh respon
klinis terhadap pengobatan
TERAPI
• Pada dasarnya, pengobatan dilakukan dengan menciptakan lingkungan
• yang bermusuhan dengan Malassezia. Dengan membuat lingkungan yang tidak
ramah bagi jamur ini,dengan cara menghapus lemak atau lipid pada kulit.
Sampo
• yang mengandung ketokonazole juga telah digunakan (Jasmin,2011).
Pengobatan
• simptomatis juga diberikan untuk menghilangkan gejala yang muncul seperi
• gatal-gatal. Pemberian obat antihistamin yang digunakan yaitu cetrizin.
• Untuk pengobatan lokal dari daerah yang sangat kecil, miconazole cream
• dapat diterapkan untuk daerah yang terinfeksi. Dengan menggunakannya
• sebanyak dua kali sehari selama beberapa minggu (Kumar,2002).
• Untuk anjing dengan kasus yang lebih berat, atau pada hewan yang
• resisten terhadap pengobatan topikal, dapat menggunakan ketoconazole,
• fluconzole, atau itrakonazol dapat diberikan selama beberapa minggu,
umumnya
• terlihat dalam waktu 1-2 minggu. Namun, terapi perlu terus untuk
tambahan 3-5
• minggu. Selain itu dapat juga menggunakan obat anti jamur oral, obat ini
lebih
• efektif, tetapi karena efek samping yang lebih berbahaya, oleh karena itu
harus
• digunakan hanya di bawah pengawasan dokter hewan langsung
Malassezia pada Anjing Malassezia pada kucing
DERMATOFITOSIS
ETIOLOGI
• Dermatofitosis/ Ringworm merupakan penyakit kulit
yang disebabkan oleh dermatofita dan termasuk
genus dermatofita, diantaranya yaitu Microsprum,
Trychophyton, dan Epidermophyton, Dermatofitosis
ini dapat menular antar sesama hewan dan antara
manusia dengan hewan, dermatofitosis pada hewan
dengan lesi yang terdiri dari kombinasi alopesia,
hiperkeratosis, makula, sisik dan krusta.
GEJALA KLINIS
• Beberapa gejala klinis pada anjing mengalami
kegatalan pada bagian tubuh dan terdapat
lesi. tanda klinis seperti adanya alopesia
anular pada daerah daun telinga, kaki depan,
kaki belakang, leher dan kelopak mata.
PATOGENESIS
• Dermatofitosis menular dan ditularkan melalui paparan langsung jamur
Ini dapat ditularkan melalui kontak dengan hewan atau manusia yang
terinfeksi
• Dermatofitosis juga dapat ditularkan dengan menangani tanah yang
terkontaminasi
• Spora jamur dapat berpindah melalui tempat tidur, sikat, dan perabotan
hewan peliharaan
• Anak anjing, anjing dengan sistem kekebalan yang tertekan, atau hewan
peliharaan yang menggunakan obat steroid lebih rentan terkena
dermatofitosis
• Kontak dengan hewan pengerat yang terinfeksi dapat menularkan
dermatofitosis
• Gigitan kutu dapat menularkan jamur
DIAGNOSIS
• Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
gajala dan tanda klinis, pemeriksaan kerokan
kulit dan wood’s lamp, pemeriksaan darah.
TERAPI
• Terapi yang bisa diberikan pada hewan yang
didiagnosa dermatofitosis adalah dengan
pemberian griseofulvin dengan dosis anjuran
15-20 mg/kg BB (jumlah pemberian 1 tablet
sehari yang diberikan secara per oral untuk
terapi sistemik). Sedangkan untuk terapi topikal
• dapat diberikan ketoconazole 2% dua kali
sehari yang pada lesi. Anjing dimandikan
dengan sulfur untuk membantu penyembuhan.
Dermatofitosis pada Anjing Dermatofitosis pada kucing
TERIMAKASIH
DAFTAR PUSTAKA
• Anonim. 2009. 242 Tips Merawat Binatang Kesayangan. Penebar
• Swadaya,Jakarta.
• Arifin E.M. 2013, Efektivitas Itrakonazol Dosis Tunggal Dan Ketokonazol Dosis
• Kontinyu Pada Pitiriasis Versikolor. Makassar : UNHAS.
• Bentley D. 2001. Dermvet skin & ear clinic. http: //pets.webmd.com/dogs/
• slideshow- skin - problems - in - dogs.htm. [ 1 Oktober 2011].
• Boel, T. 2003. Mikosis Superfisial. Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas Suatera
• Utara: USU Digital Library.
• Budiana, N.S.2006. Dunia Anjing. Jakarta: Penebar Swadaya.
• Chakrabarti, A.; Jana, P.S. & Bakshi, S. 2004, Clinico-therapeutic study of
• Malassezia dermatitis in dog.
• Dharmawan, N.S. 2009. Anjing Bali dan Rabies. Buku Arti. Arti Foundation.
• Eldredge, Debra M. 2007. Home Veterinary…
• s Gadjah Mada.
• Widodo, Setyo. 2011. Diagnostik Klinik Hewan Kecil. Bogor : IPB Press.
• Adzima V,Jamin F, danAbrarM. 2013. Isolasi Dan Identifikasi KapangPenyebab
Dermatofitosis Pada Anjing Di Kecamata Syiah Kuala Banda Aceh. Jurnal Medika
Veterinaria. 7 (1) : 46-47.
• Bastiawan D, Wahid A, Alifudin M, Agustiawan I. 2001. Gambaran Darah Lele dumbo
(Clarias spp.) yang Diinfeksi Cendawan Aphanomyces sp pada pH yang Berbeda.Jurnal
penelitian Indonesia 7(3): 44-47.
• Bijanti R, Yuliani MGA, Wahjuni RS, Utomo RB. 2010. Buku Ajar Patologi Klinik Veteriner
• Edisi Pertama. Airlangga University Press: Surabaya. Bond R. 2010.
• Superficial Veterinary Mycoses.Clinics in Dermatology 28, 22 236
• Kotnik T. 2007. Dermatophytoses in DomesticAnimals and Their Zoonotic
Potential.Slovenian Veterinary Research 44 (3) : 63-73.Laila R, SofiakmiQ, Ulfah M,
Sasmito E. 201 3. Uji Aktivitas Imunomodulator Fermentasi Teh Hitam Jamur Kombucha
Terhadap Roliferasi Sel Limfosit Mencit Galur Balb/C Secara In Vitro
• Jurnal ilmu farmasi dan farmasi klinik 130-
• 138. Outerbridge CA. 2006. Mycologic Disorders o the Skin. Clin Tech Smal Anim Pract
(21):128-134.Sparkes AH, Gruffydd
• Jones TJ, Shaw SE,Wright AI, Stokes CR. 1993. Epidemiological
• and diagnostic features of canine and feline dermatophytosis in the United Kingdom from
1956 to 1991. Vet Rec 133:56.

Anda mungkin juga menyukai