0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
5 tayangan20 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang dermatitis akibat jamur Malassezia dan dermatofitosis pada hewan kecil. Malassezia adalah jamur yang umumnya ditemukan pada kulit anjing dan kucing, yang dapat menyebabkan dermatitis bila berkembang biak berlebihan. Gejala klinisnya antara lain rasa gatal dan lesi pada kulit. Sedangkan dermatofitosis disebabkan oleh jamur dermatofita yang menular antar hewan dan manusia, den
Dokumen tersebut membahas tentang dermatitis akibat jamur Malassezia dan dermatofitosis pada hewan kecil. Malassezia adalah jamur yang umumnya ditemukan pada kulit anjing dan kucing, yang dapat menyebabkan dermatitis bila berkembang biak berlebihan. Gejala klinisnya antara lain rasa gatal dan lesi pada kulit. Sedangkan dermatofitosis disebabkan oleh jamur dermatofita yang menular antar hewan dan manusia, den
Dokumen tersebut membahas tentang dermatitis akibat jamur Malassezia dan dermatofitosis pada hewan kecil. Malassezia adalah jamur yang umumnya ditemukan pada kulit anjing dan kucing, yang dapat menyebabkan dermatitis bila berkembang biak berlebihan. Gejala klinisnya antara lain rasa gatal dan lesi pada kulit. Sedangkan dermatofitosis disebabkan oleh jamur dermatofita yang menular antar hewan dan manusia, den
MALASSEZIA ETIOLOGI • Malassezia adalah genus jamur yang umum ditemukan pada daerah-daerah tertentu dari kulit anjing dan kucing. Malassezia merupakan flora normal yang berada dalam kulit, namun dalam beberapa kasus, Malassezia dapat bereproduksi dalam jumlah besar dan dalam keadaan itulah dapat menyebabkan penyakit. GEJALA KLINIS • Apabila terinfeksi kronis pada kulit, ditandai dengan rasa gatal yang • hampir selalu ada pada daerah kulit yang terinfeksi. Karena adanya rasa gatal, • hewan yang terinfeksi tersebut akan menggaruk tubuhnya, sehingga menyebabkan • lesi yang mempermudah penyebaran infeksi. Jenis lesi yang spesifik pada kasus • ini yaitu Likenifikasi. Likenifikasi ( penebalan kulit dengan garis-garis kulit • semakin terlihat) timbul sebagai respon dari kulit akibat gosokan dan garukan • yang berulang-ulang dalam waktu yang cukup lama, atau kebiasaan menggaruk • pada satu area tertentu pada kulit sehingga garis kulit tampak lebih menonjol . • Secara histologis, karakteristik likenifikasinya adalah akantosis dan • hyperkeratosis dan secara klinis muncul penebalan dari kulit, utamanya pada • permukaan kulit • . Anjing dengan infeksi bentuk umum biasanya lebih • berminyak serta kulitnya terlihat seperti bersisik • Anjing dengan infeksi moncong lokal akan menggosok wajah mereka atau • menggaruk-garuk wajah mereka dengan lebih intens. Anjing dengan infeksi • Malassezia pada kaki akan menjilat atau menggigiti kaki mereka terus-menerus. • Dapat juga ditandai dengan rambut rontok, kulit kemerahan , hiperpigmentasi • (kulit menghitam), dan kulit mengalami penebalan. • Apabila infeksi berkembang di telinga, anjing dapat menggeleng-gelengkan kepala. PATOGENESIS • Malassezia merupakan flora normal dalam kulit, selain itu Malassezia juga • merupakan organisme oportunistik yang berarti jamur Malassezia tersebut • mengambil keuntungan dari setiap kesempatan pada hostnya untuk tumbuh ketika • kondisinya memungkinkan. Dalam keadaan tertentu terkait dengan faktor kulit • dan sistem imun malassezia dapat menimbulkan gejala klinis, ketika jamur • malassezia menginfeksi dia akan berpredileksi di epidermis tepatnya di stratum • korneum, kemudian akan direspon oleh sistem imun non spesifik, mekanisme • respon imun akan diperantai oleh sel Langerhans untuk menginduksi limfosit T • memproduksi limfokin untuk memfagosit antigen. Penularan dari satu hewan ke • hewan lain dapat melalui kontak langsung. DIAGNOSIS • Cara terbaik untuk mendiagnosis infeksi Malassezia adalah dengan • identifikasi positif dari organisme di bawah mikroskop. • Sampel dapat diperoleh dari daerah yang terinfeksi dengan cara mengambil kerokan kulit pada tubuh • pasien yang menunjukkan gejala atau dapat juga dilakukan dengan scrapping. • Metode scrapping yang dilakukan yaitu superficial scrapping dimana jamur dapat • ditemukan di daerah superficial dari kulit, dimana predileksi dari jamur ini • diketahui berada di lapisan stratum korneum epidermis. Adapun metode • pewarnaan yang dilakukan yaitu dengan menggunakan methylen blue.. • Methylen blue merupakan pewarnaan thiazine yang sering digunakan pada pewarnaan jamur dan bakteri, dengan pewarnaan sederhana ini dapat diketahui bentuk dari jamur yang menginfeksi. Apabila terjadi infeksi jamur maka akan terlihat sejumlah besar jamur dibagian tubuh pasien. • Karena Malassezia merupakan flora normal pada hewan yang sehat,maka • hal ini dapat menyebabkan beberapa keraguan pada saat mendiagnosa apakah • gejala yang ditimbulkan beruba lesi disebabkan oleh malassezia atau agen lain. • Oleh karena itu, diagnosis biasanya dikonfirmasi oleh respon klinis terhadap pengobatan TERAPI • Pada dasarnya, pengobatan dilakukan dengan menciptakan lingkungan • yang bermusuhan dengan Malassezia. Dengan membuat lingkungan yang tidak ramah bagi jamur ini,dengan cara menghapus lemak atau lipid pada kulit. Sampo • yang mengandung ketokonazole juga telah digunakan (Jasmin,2011). Pengobatan • simptomatis juga diberikan untuk menghilangkan gejala yang muncul seperi • gatal-gatal. Pemberian obat antihistamin yang digunakan yaitu cetrizin. • Untuk pengobatan lokal dari daerah yang sangat kecil, miconazole cream • dapat diterapkan untuk daerah yang terinfeksi. Dengan menggunakannya • sebanyak dua kali sehari selama beberapa minggu (Kumar,2002). • Untuk anjing dengan kasus yang lebih berat, atau pada hewan yang • resisten terhadap pengobatan topikal, dapat menggunakan ketoconazole, • fluconzole, atau itrakonazol dapat diberikan selama beberapa minggu, umumnya • terlihat dalam waktu 1-2 minggu. Namun, terapi perlu terus untuk tambahan 3-5 • minggu. Selain itu dapat juga menggunakan obat anti jamur oral, obat ini lebih • efektif, tetapi karena efek samping yang lebih berbahaya, oleh karena itu harus • digunakan hanya di bawah pengawasan dokter hewan langsung Malassezia pada Anjing Malassezia pada kucing DERMATOFITOSIS ETIOLOGI • Dermatofitosis/ Ringworm merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh dermatofita dan termasuk genus dermatofita, diantaranya yaitu Microsprum, Trychophyton, dan Epidermophyton, Dermatofitosis ini dapat menular antar sesama hewan dan antara manusia dengan hewan, dermatofitosis pada hewan dengan lesi yang terdiri dari kombinasi alopesia, hiperkeratosis, makula, sisik dan krusta. GEJALA KLINIS • Beberapa gejala klinis pada anjing mengalami kegatalan pada bagian tubuh dan terdapat lesi. tanda klinis seperti adanya alopesia anular pada daerah daun telinga, kaki depan, kaki belakang, leher dan kelopak mata. PATOGENESIS • Dermatofitosis menular dan ditularkan melalui paparan langsung jamur Ini dapat ditularkan melalui kontak dengan hewan atau manusia yang terinfeksi • Dermatofitosis juga dapat ditularkan dengan menangani tanah yang terkontaminasi • Spora jamur dapat berpindah melalui tempat tidur, sikat, dan perabotan hewan peliharaan • Anak anjing, anjing dengan sistem kekebalan yang tertekan, atau hewan peliharaan yang menggunakan obat steroid lebih rentan terkena dermatofitosis • Kontak dengan hewan pengerat yang terinfeksi dapat menularkan dermatofitosis • Gigitan kutu dapat menularkan jamur DIAGNOSIS • Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, gajala dan tanda klinis, pemeriksaan kerokan kulit dan wood’s lamp, pemeriksaan darah. TERAPI • Terapi yang bisa diberikan pada hewan yang didiagnosa dermatofitosis adalah dengan pemberian griseofulvin dengan dosis anjuran 15-20 mg/kg BB (jumlah pemberian 1 tablet sehari yang diberikan secara per oral untuk terapi sistemik). Sedangkan untuk terapi topikal • dapat diberikan ketoconazole 2% dua kali sehari yang pada lesi. Anjing dimandikan dengan sulfur untuk membantu penyembuhan. Dermatofitosis pada Anjing Dermatofitosis pada kucing TERIMAKASIH DAFTAR PUSTAKA • Anonim. 2009. 242 Tips Merawat Binatang Kesayangan. Penebar • Swadaya,Jakarta. • Arifin E.M. 2013, Efektivitas Itrakonazol Dosis Tunggal Dan Ketokonazol Dosis • Kontinyu Pada Pitiriasis Versikolor. Makassar : UNHAS. • Bentley D. 2001. Dermvet skin & ear clinic. http: //pets.webmd.com/dogs/ • slideshow- skin - problems - in - dogs.htm. [ 1 Oktober 2011]. • Boel, T. 2003. Mikosis Superfisial. Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas Suatera • Utara: USU Digital Library. • Budiana, N.S.2006. Dunia Anjing. Jakarta: Penebar Swadaya. • Chakrabarti, A.; Jana, P.S. & Bakshi, S. 2004, Clinico-therapeutic study of • Malassezia dermatitis in dog. • Dharmawan, N.S. 2009. Anjing Bali dan Rabies. Buku Arti. Arti Foundation. • Eldredge, Debra M. 2007. Home Veterinary… • s Gadjah Mada. • Widodo, Setyo. 2011. Diagnostik Klinik Hewan Kecil. Bogor : IPB Press. • Adzima V,Jamin F, danAbrarM. 2013. Isolasi Dan Identifikasi KapangPenyebab Dermatofitosis Pada Anjing Di Kecamata Syiah Kuala Banda Aceh. Jurnal Medika Veterinaria. 7 (1) : 46-47. • Bastiawan D, Wahid A, Alifudin M, Agustiawan I. 2001. Gambaran Darah Lele dumbo (Clarias spp.) yang Diinfeksi Cendawan Aphanomyces sp pada pH yang Berbeda.Jurnal penelitian Indonesia 7(3): 44-47. • Bijanti R, Yuliani MGA, Wahjuni RS, Utomo RB. 2010. Buku Ajar Patologi Klinik Veteriner • Edisi Pertama. Airlangga University Press: Surabaya. Bond R. 2010. • Superficial Veterinary Mycoses.Clinics in Dermatology 28, 22 236 • Kotnik T. 2007. Dermatophytoses in DomesticAnimals and Their Zoonotic Potential.Slovenian Veterinary Research 44 (3) : 63-73.Laila R, SofiakmiQ, Ulfah M, Sasmito E. 201 3. Uji Aktivitas Imunomodulator Fermentasi Teh Hitam Jamur Kombucha Terhadap Roliferasi Sel Limfosit Mencit Galur Balb/C Secara In Vitro • Jurnal ilmu farmasi dan farmasi klinik 130- • 138. Outerbridge CA. 2006. Mycologic Disorders o the Skin. Clin Tech Smal Anim Pract (21):128-134.Sparkes AH, Gruffydd • Jones TJ, Shaw SE,Wright AI, Stokes CR. 1993. Epidemiological • and diagnostic features of canine and feline dermatophytosis in the United Kingdom from 1956 to 1991. Vet Rec 133:56.