PERSPEKTIF GLOBAL
Oleh :
Kelompok 8
Raudhhatul Jannah (P1337420921226)
Reska Asnita (P1337420921224)
Risky monika (P1337420921215)
Safira Diana (P1337420921229)
Sardiman Armi (P1337420921
Ribka Westinia (P1337420921204)
Sarwanto (P1337420921189)
Sindra (P1337420921200)
Zulfi Anan Winaldi (P1337420921184)
Dosen Pengampu:
Wien Sulistyo, SPd, Mkes
b. Epidemiologi
IPSS menyatakan bahwa prevalensi skizofrenia stabil pada berbagai budaya,
meskipun prognosisnya lebih baik pada masyarakat non-Barat. Hal ini dapat
mencerminkan adanya ketersediaan dukungan dari rumah yang lebih baik tanpa
ekspresi emosi yang kuat dan tidak adanya label stigma skizofrenia kronis.
Sebaliknya, prevalensi depresi lebih bervariasi, dan kemunculannya pada kelompok
masyarakat non-Barat seringkali dengan gejala somatis. Bahkan untuk kasus
skizofrenia, faktor budaya pada masyarakat berbagai budaya dapat mempengaruhi
prevalensinya. Sebagai contoh, di UK prevalensi skizofrenia yang tinggi dilaporkan
terjadi pada orang Afrika-Karibia,dan orang Irlandia memiliki jumlah rawat inap yang
tinggi di rumah sakit psikiatri. Pada kedua kasus tersebut, angka kejadian yang lebih
tinggi dalam hal kekurangan secara sosio-ekonomi pada kelompok tersebut,
kemungkinan lebih besar untuk mengalami kekurangan dan rasisme atau interaksi
yang rumit antara imigrasi dan gangguan jiwa merupakan penjelasan yang mungkin.
Jumlah penderita skizofrenia pada orang Afrika-Karibia paling tinggi pada generasi
kedua; belum ada konsesus yang jelas mengenai penyebabnya, meskipun sebagai
tambahan masalah yang dibahas di atas, kesalahan mendiagnosis gangguan
skizofrenia; dan respons yang berbeda dari polisi, layanan social,dan penatalaksanaan
untuk orang kulit hitam dibandingkan dengan kelompok etnis lainnya juga telah
diusulkan.
c. Sindrom-sindrom representatif
Sinrom-sindrom terkait budaya representative dari seluruh dunia dengan
beberapa gambaran klinis diuraikan berikut ini.
1) Amok
Suatu episode disosiatif yang ditandai dengan periode berpikir sedih diikuti
ledakan perilaku ingin membunuh, agresif, atau melakukan kekerasan yang
ditujukan padaorang atau objek. Episode cenderung dicetuskan perasaan
diremehkan atau dihina dan tampaknya hanya sering pada laki-laki. Episode sering
disertai ide kejaran, automatisme, amnesia, kelelahan, dan kembali ke keadaan
sebelum sakit setelah episode. Beberapa keadaan amok dapat terjadi selama
episode psikotik singkat atau merupakan awitan atau eksaserbasi proses proses
psikotik kronis. Laporan asli yang menggunakan istilah ini berasal dari Malaysia.
Pola perilaku yang sama ditemukan di Laos, Filipina, Polinesia, Papua New
Guinea, dan Puerto Rico dan pada suku Navajo.
2) Ataque de nervios
Suatu idiom distres yang terutama dilaporkan pada orang Latin dari Karibia,tetapi
dikenali pada banyak orang Amerika latin dan kelompok orang Latin Mediterania.
Gejala yang sering dilaporkan meliputi berteriak tidak terkontrol, serangan
menangis, gemetar, panas di dada yang naik ke kepala, dan agresi verbal atau fisik.
Pengalaman disosiatif, episode pingsan atau seperti bangkitan kejang, dan sikap
bunuh diri menonjol pada beberapa serangan tetapi tidak ada pada yang lain.
Gambaran umum ataque de nervios adalah sensasi tidak terkontrol. Ataque de
nervos sering terjadi sebagai akibat langusng peristiwa penuh tekanan yang
berkaitan dengan keluarga. Seseorang dapat mengalami amnesia selama ataque de
nervos, tetapi mereka cepat kembali ke tingkat fungsi lazim mereka. Meskipun
deskripsi beberapa ataque de nervos hampir sesuai dengan deskripsi DSM-IV TR
mengenai serangan panic. Hubungan kebanyakan ataque de nervos dengan
peristiwa pemicu dan sering tidak adanya gejala utama ketakutan akut atau
kekuatiran membedakannya dengan gangguan panic. Kisaran ataque mulai dari
ekspresi normal distres yang tidak disertai gangguan mental sampai timbulnya
gejala yang disebabkan ansietas, gangguan mood, disosatif atau somatoform.
3) Bilis dan Colera
Juga disebut muina. Penyebab dasar diperkiran adalah kemarahan atau kegusaran
yang dialami sangat kuat. Kemarahan ditinjau oleh kelompok orang Latin sebagai
emosi kuat yang dapat mempunyai efek langsung pada tubuh dan mengeksaserbasi
gejala yang ada. Efek utama kemarahan adalah mengganggu keseimbangan inti
tubuh. Gejala dapat meliputi ketagangan gelisah akut, nyeri kepala, gemetar,
berteriak, gangguan lambung dan pada sebagian besar kasus berat, hilang
kesadaran. Kelelahan kronik dapat disebabkan episode akut.
4) Brain fag
Istilah awalnya digunakan di Afrika Barta untuk menunjukkan suatu keadaan yang
dialami pelajar sekolah menengah atau mahasiswa akibat tantangan bersekolah.
Gejala meliputi kesulitan berkonsentrasi, mengingat dan berpikir. Pelajar sering
menyatakan bahwa otak mereka “lelah”. Gejala somatik tambahan biasanya
dipusatkan di sekitar kepala dan leher mencakup nyeri, tekanan atau rasa berat,
penglihatan kabur, panas atau terbakar. “Kelelahan otak” atau kelelahan akibat
“terlalu banyak berpikir” merupakan idiom distres dalam banyak budaya dan
sindrom yang ditimbulkan dapat menyerupai gangguan ansietas tertentu, depresif,
dan somatoform.
5) Dhat
Istilah diagnostik rakyat yang digunakan di India untuk menunjukkan ansietas
berat dan hipokondriakal yang disebabkan keluarnya semen, perubahan warna
keputihan urin dan rasa lemah serta lelah. Serupa dengan jiryan (India), sukra
prameha (Sri Lanka), shen-k’uei (Cina).
6) Falling-out atau black out
Episode yang terutama terjadi di Amerika Serikat bagian selatan dan Karibia.
Keadaan tersebut ditandai dengan kolaps mendadak, yang kadang-kadang terjadi
tanpa peringatan tetapai kadang-kadang didahului rasa pusing atau “berenang”
dalam kelapa. Mata orang tersebut biasanya terbuka tetapi orang mengaku tidak
mampu melihat. Mereka yang terkena biasanya mendengar dan memahami paa
yang terjadi di sekitar mereka tetapi merasa tidak mempunyai kekuatan untuk
bergerak. Keadaan tersebut dapat menyerupai diagnosis gangguan konversi atau
gangguan disosiatif.
7) Ghost sickness
Preokupasi terhadap kematian dan sekarat (kadang-kadang dihubungkan dengan
ilmu gaib), sering diobservasi pada anggota suku Indian Amerika. Terdapat
berbagai gejala pada ghost sickness termasuk mimpi buruk, kelemahan, rasa
berbahaya, hilang selera makan, pingsan, pusing, ketakutan, ansietas, halusinasi,
hilang kesadaran, bingung, merasa gagal dan merasa tercekik.
8) Hwa-byung
Juga dikenal sebagai woo-hwa-byung. Sindrom rakyat Korea yang diterjemahkan
bebas kedalam bahasa Inggris sebagai “sindrom kemarahan” dan dihubungkan
dengan supresi kemarahan. Gejala meliputi insomnia, kelelahan, panik, takut mati,
afek disforik, indigesti, anoreksia, dispnea, palpitasi, nyeri generalisata dan merasa
ada masa dalam epigastrium.
9) Koro
Suatu istilah, mungkin berasal dari Malaysia, yang menunjukkan episode ansietas
mendadak dan hebat bahwa penis (atau pada perempuan, vulva dan putting susu)
akan masuk ke dalam tubuh dan mungkin menyebabkan kematian. Sindrom
dilaporkan terjadi di Asia Selatan dan Timur. Diagnosis dimasukkan dalam edisi
kedua Chinese Classification of Mental Disorders
10) Latah
Hipersensitivitas terhadap ketakutan mendadak, sering berupa ekopraksia, ekolalia,
menurut perintah dan perilaku tidak sadarkan diri atau disosiatif. Istilah latah
berasal dari Malaysia atau Indonesia, tetapi sindrom telah banyak ditemukan di
banyak bagian dunia.
11) Locura
Suatu istilah yang digunakan orang Latin di Amerika Serikat dan Amerika Latin
untuk menunjukkan psikosis kronik. Keadaan tersebut merupakan akibat sifat
mudah terluka yang diwariskan, efek terhadap kesulitan hidup yang banyak atau
kombinasi kedua factor. Gejala yang diperlihatkan oleh orang dengan locura
diantaranya inkoherensi, agitasi, halusinasi penglihatan dan pendengaran,
ketidakmampuan mengikuti aturan interaksi social. Tidak dapat ditebak dan
mungkin melakukan kekerasan.
12) Mal de ojo
Konsep yang ditemukan dalam budaya Mediterania secara luas dan di seluruh
dunia. Mal de ojo adalah frasa bahasa Spanyol yang diterjemahkan ke dalam
bahasa Inggris sebagai “mata setan”. Anak-anak sangat berisiko. Gejala mencakup
tidur gelisah, menangis tanpa penyebab yang jelas, diare, muntah dan demam pada
anak atau bayi. Kadang-kadang orang dewasa (terutama perempuan) mengalami
keadaan tersebut.
13) Nervios
Suatu idiom lazim distres pada orang Latin di Amerika Serikat dan Amerika Latin.
Banyak kelompok etnik lain, meskipun sering agak berbeda, ide ketegangan yang
mirip. Nervios menunjukkan baik keadaan umum kerentanan terhadap pengalaman
hidup yang menekan dan sindrom yang disebabkan kehidupan yang sulit. Istilah
nervios mencakup kisaran luas gejala distres emosi, gangguan somatic dan
ketidakmampuan berfungsi. Gejala yang lazim meliputi nyeri kepala dan sakit
otak, iritabilitas, gangguan lambung, kesulitan tidur, gugup, mudah menangis, tidak
mampu berkonsentrasi, gemetar, sensasi gelid an pusing kadang disertasi vertigo.
Nervios adalah suatu sindrom yang sangat luas berkisar dari pasien bebas gangguan
mental samapi gambaran yang menyerupai gangguan depresif, disosiatif,
somatoform atau psikotik.
14) Piblokto
Episode disosiatif mendadak yang disertai kegirangan dengan durasi dan frekuensi
sampai 30 menit diikuti bangkitan kejang dan koma yang berlangsung selama 12
jam. Keadaan tersebut terutama diobservasi pada penduduk asli kutub dan
komunitas Inuit sub-Arktik, meskipun terdapat variasi nama berdasarkan daerah.
Penderita daerah tersebut dapat menarik diri atau sensitif ringan selama suatu
periode beberapa jam atau hari sebelum serangan dan biasanya melaporkan
mengalami amnesia lengkap pada waktu serangan. Selama serangan, seseorang
dapat merobek pakaian, merusak perabotan, berteriak, makan tinja, lari dari
perlindungan atau melakukan tindakan yang tidak rasional.
15) Qi-gong psychotic reaction
Episode akut, terbatas waktu yang ditandai dengan gejala disosiatif, paranoid,
psikotik atau non-psikotik lain yang dapat terjadi setelah partisipasi dan praktik
peningkatan kesehatan rakyat Cian, qi-gong (latihan energi vital). Orang yang
terlibat dalam praktik secara berlebih adalah orang yang paling rentan. Diagnosis
tersebut dimasukkan dalam CCDM-2.
16) Rootwork
Suatu set interpretasi budaya yang menganggap penyakit akibat kutukan, sihir,
gaib, atau pengaruh jahat pada orang lain. Gejala dapat mencakup ansietas
generalisata dan keluhan gastrointestinal, lemah, pusing, takut diracun, dan
kadang-kadang takut dibunuh. Rootwork ditemukan di belahan Amerika Serikat
pada orang Afrika-Amerika dan Eropa-Amerika dan di komunitas Karibia.
17) Sangue dormido
(“sleeping blood”). Sindrom yang ditemukan pada orang Portugis penduduk Cape
Verde. Sindrom mencakup rasa nyeri, mati rasa, tremor, paralisis, kejang, stroke,
buta, serangan jantung, infeksi dan keguguran.
18) Shejing shuaria
(“neurastania”). Di Cina, suatu keadaan yang ditandai dengan kelelahan fisik dan
mental, pusing, nyeri kepala, nyeri lain, kesulitan berkonsentrasi, gangguan tidur
dan hilang ingatan. Gejala lain mencakup masalah gastrointestinal, disfungsi
seksual, iritabilitas, eksitabilitas dan berbagai tanda yang menunjukkan gangguan
sistem saraf autonom. Pada banyak kasus, gejala-gejala tersebut akan memenuhi
kriteria gangguan mood atau ansietas pada DSM-IV TR. Diagnosis dimasukkan
dalam CCMD-2.
19) Shen-k’uei
Suatu nama yang diberikan rakyat Cina yang menjelaskan sindrom panik atau
ansietas yang jelas disertai keluhan somatik; pada keadaan tersebut tidak ada
penyebab fisik yang diperlihatkan. Gejala mencakup pusing, nyeri punggung,
mudah lelah, kelemahan menyeluruh, insomnia, sering mimpi dan keluhan
disfungsi seksual, seperti ejakulasi premature dan impotensi. Gejala dihubungkan
dengan keluarnya semen yang berlebih dari hubungan seksual yang sering,
masturbasi, emisi nocturnal, atau keluarnya urin kental putih yang dianggap
mengandung semen. Keluarnya semen yang berlebih ditakutkan karena keyakinan
bahwa keadaan tersebut berarti kehilangan esensi vital seseorang sehingga dapat
mengancam jiwa.
20) Shin-byung
Suatu nama yang diberikan rakyat Korea untuk suatu sindrom yang fase awalnya
ditandai dengan keluhan ansietas dan somatis (kelemahan menyeluruh, pusing,
takut, anoreksia, insomnia, masalah gastrointestinal), yang selanjutnya mengalami
disosiasi serta pengendalian oleh arwah nenek moyang.
21) Spell
Suatu keadaan tidak sadarkan diri. Penderita “berkomunikasi” dengan keluarga
atau jiwa orang yang sudah meninggal. Kadang-kadang keadaan tersebut disertai
dengan periode singkat perubahan kepribadian. Sindrom spesifik budaya terjadi
natara orang Afrika-Amerika dan Eropa-Amerika dari belahan selatan Amerika
Serikat. Spell tidak dianggap peristiwa medis dalam tradisi rakyat tetapi dapat
disalahartikan sebagai episode psikotik dalam klinis.
22) Susto
(ketakutan atau “hilang jiwa”). Suatu penyakit rakyat yang sering terjadi di antara
beberapa orang Latin di Amerika Serikat dan orang Meksiko, Amerika Tengah dan
Amerika Selatan. Susto adalah penyakit yang menimbulkan peristiwa menakutkan
yang menyebabkan jiwa meninggalkan tubuh dan menyebabkan sakit serta tidak
bahagia. Orang dengan susto juga mengalami ketegangan signifikan dalam peran
sosial yang penting. Gejala mungkin tampak setiap saat dari beberapa hari sampai
tahun setelah mengalami ketakutan. Dipercaya bahwa pada kasus yang hebat, susto
dapat menyebabkan kematian. Gejala khas mencakup gangguan selera makan, tidur
kurang atau berlebih, tidur atau mimpi bermasalah, merasa sedih, tidak ada
motivasi melakukan segala sesuatu dan rasa rendah diri atau kotor. Gejala somatik
yang menyertai susto mencakup nyeri dan sakit otot, nyeri kepala, nyeri lambung
dan diare. Penyembuhan ritual difokuskan pada pemanggilan jiwa kembali ke
tubuh dan membersihkan orang dengan memperbaiki keseimbangan tubuh serta
spiritual. Pengalaman berbeda susto dapat dikaitkan dengan gangguan depresif
mayor, gangguan stress pascatrauma, dan gangguan somatoform. Keyakinan
etiologi yang sama dan konfigurasi gejala ditemukan di banyak belahan dunia.
23) Taijin kyofu sho
Suatu fobia yang jelas dalam budaya Jepang, pada beberapa hal menyerupai fobia
sosial dalam DSM-IV TR. Sindrom menunjukkan ketakutan hebat bahwa tubuh
seseorang, bagian atau fungsinya tidak menyenangkan, memalukan atau ofensif
terhadap orang lain dalam hal penampilan, bau, ekspresi wajah atau gerakan.
Sindrom dimasukkan dalam sistem resmi diagnostic Jepang mengenai gangguan
mental.
24) Zar
Istilah umum yang digunakan di Etiopia, Somalia, Mesir, Sudan, Iran dan
penduduk Timur Tengah serta Afrika Utara lain terhadap pengalaman roh yang
menguasai seseorang. Orang yang dikuasai suatu roh dapat mengalami episode
disosiatif yang mencakup berteriak, teratawa, memukulkan kepala ke tembok,
bernyanyi, atau menangis. Mereka dapat bersikap apati dan menarik diri, menolak
makan atau melakukan tugas harian atau dapat menjalin hubungan jangka panjang
dengan roh yang meguasai. Perilaku tersebut tidak dianggap patologis di daerah
tersebut.
2.7 Nilai budaya, kepercayaan, dan praktik kelompok budaya tertentu yang berkaitan
dengan kesehatan mental.
Pengertian budaya
Transkultural mengandung arti dimana budaya yang sudah sulit diubah.
Transkultural juga dapat mempengaruhi budaya yang lain. Pola kehidupan yang
berlangsung lama diulang terus menerus merupakan internalisasi dari nilai-nilai yang
mempengaruhi pembentukan karakter pola pikir, pola inetraksi, yang memiliki
pengaruh pada pendekatan intervensi keperawatan. Keperawatan transkultural
merupakan area baru yang akhir-akhir ini sedang ditekankan pentingnya budaya
terhadap pelayanan keperawatan. Transkultural nursing juga berfokus pada fakta
bawah budaya yang berbeda memiliki perilaku peduli yang berbeda dan nilai
kesehatan dan penakit yang berbeda, keyakinan, dan pola perilaku. Juga lebih fokus
kepada sistem perawatan profesional dan asuhan keperawatan. Pengetahuan tentang
budaya pasien dan perawtan pasien seperti terapi berbasis spiritual seperti meditasi
memabntu perawat untuk mengamati bagaimana latar belakang budaya pasien
dikaitkan dengan kesehatan, dan menggunakan pengetahuan itu untuk membantu
rencana keperawatan yang akan membantu pasien menjadi sehat dengan cepat sambil
tetap peka terhadap budaya atau keyakinan pasien.
Budaya masyarakat : Budaya adalah pikiran, akal budi , adat istiadat atau
sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sulit diubah. Keperawatan
transkultural merupakan area baru yang akhir-akhir sedang ditekankan pentingnya
budata terhadap pelayanan kesehatan keperawatan. Oleh karena itu diharapkan
perawat memiliki pengetahuan dan praktik yang berdasarkan budaya secara konsep
maupun dalam praktik keperawatan. Setiap budaya manusia memiliki pengobatanan
tradisional, dan praktik perawatan profesional yang bevariasi. Perawat harus
mengidentifikasi dan mengatasi faktor-faktor ini secara sadar dengan setiap klien
untuk memberikan perawatan jasmani dan budaya yang sesuai. Sampai saat ini
pengobatan tradisional masih ada dan terus berkembang dalam kehidupan masyarakat.
Pengobatan dan obat tradisional biasanya dianggap sebuah proses alami yang
dilakukan melalui pemanfaatan alam sekitar.
Berbagai macam pengobatan tradisional :
1) Pengobatan tradisional keterampialan : pengobatan tradisional pijat urut, patah,
sunat dukun bayi, chiropractor, dan pengobatan tradisional lainnya yang
metodenya sejenis
Ex ; ketika ada seseorang terjadinya kecelakaan lalu lintas dan dan terkena di
bagian/dikatakan patah tulang (fraktur) tetapi budaya manusia itu berbeda
pengobatan tradisional itu dilakukan pengusukan atau di pijat kalau di bagian
kesehatan dilakukan pengoperasian.
2) Pengobatan tradisional ramuan : pengobatan tradisional ramuan indonesia
( jamu). Gurah tabib, aromaterapis, dan pengobatan tradisional lainnya.
Ex ; kebanyakan orang membawa berobat tradisional seperti sakit perut ditaruh
seperti daun-daunan di perut dan kebanyakan juga kalau pengobtan tradisional
orang setelah melahirkan dikasih pantangan.
3) Pengobatan tradisional pendekatan agama : pendekatan tradisional dengan
pendekatan lilam, kristen, hindu, budha.
Ex; disini contohnya kebanyakan orang maih sangat mempercayai pemujaan-
pemujaan yang berada dan bertentangan dengan agama. Seperti menaruh sesajen
di pohon-pohon agar niatnya terkabulkan.
4) Pengobatan tradisional supranatural, terdiri dari pengobatan tradisional tenagam
dalam (prana), paranormal, dukun kebatinan, dan pengobatan tradisional lainnya.
5) Pengobatan dan obat tradisional diciptakan oleh manasuia karena suatu
permasalahan yang dihadapi. Seiring perkembangan jaman, teknologi pun
semakin semakin banyak mengalami perubahan dan penyesuaian. Pertumbuhan
manusia yang semakin pesat juga mempengaruhi perkembangan teknologi
khususnya dalam dunia kesehatan. pandangan umum tentang budaya. Heine dan
Renshaw (2002), menunjukkan bahwa Orang Amerika dan Jepang berbeda dalam
hal menyukai orang lain, dan perbedaan dalam menyukai tersebut di kaitkan
kepada perbedaan penerapan budaya. Orang Amerika menyukai orang yang
mereka anggap memiliki kemiripan dengan mereka atau memiliki pandangan
yang serupa. Untuk Orang Jepang, menyukai orang yang terkait dengan keluarga
dan ketergantungan terhadap orang lain.
Penting untuk diketahui, penyakit mental dapat diobati. Seperti halnya orang
dengan diabetes (kencing manis) yang harus minum obat kencing manis, demikian
juga orang dengan gangguan mental yang serius perlu obat untuk meredakan gejala-
gejalanya. Kita harus mencari pertolongan untuk mengatasi gangguan mental seperti
halnya kita pergi berobat untuk penyakit lainnya. Orang dengan penyakit mental
membutuhkan dukungan/suport, penerimaan dan pengertian dari kita semua. Mereka
juga punya hak seperti orang lain. Bukan malah ditakuti, dijauhi, diejek, atau
didiskriminasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan :
1. Kesehatan mental merupakan tingkatan kesejahteraan psikologis atau ketiadaan
gangguan jiwa. Kesehatan jiwa terdiri dari beberapa jenis kondisi yang secara umum
dikategorikan dalam kondisi sehat, gangguan kecemasan, stres dan depresi.
2. Disparitas dalam bidang kesehatan adalah suatu kesenjangan, ketimpangan, atau
perbedaan status kesehatan yang terjadi di masyarakat sebagai hasil dari
ketidaksamaan atau pemerataan dari kondisi yang ada di masyarakat baik dari segi
sosial ekonomi, pendidikan, akses layanan kesehatan, kebijakan pemerintahan, faktor
perilaku individu, sampai faktor jenis kelamin.
3. Perawatan kesehatan imigran dianggap berbeda dari perawatan kesehatan warga
karena faktor sosial ekonomi yang bersinggungan dan kebijakan kesehatan yang
terkait dengan status imigrasi. Disparitas dalam penggunaan, cakupan, dan kualitas
perawatan kesehatan diamati, tidak hanya antara imigran dan warga negara, tetapi
juga di antara kelompok imigran. Studi yang ada telah mengungkapkan korelasi kuat
dari perbedaan ini dengan kombinasi faktor struktural dan sosial, termasuk kurangnya
asuransi, biaya perawatan yang tinggi, pembatasan yang terkait dengan status tidak
berdokumen, persepsi diskriminasi dan hambatan bahasa. Persimpangan kebijakan
kesehatan dan imigrasi juga menciptakan hasil yang berbeda bagi imigran, seperti
deportasi medis dan pemberian layanan medis di pusat detensi imigrasi.
4. Sindrom budaya khusus atau budaya-terikat sindrom adalah kombinasi dari jiwa dan
gejala somatik yang dianggap sebagai Penyakit dikenali hanya dalam masyarakat
tertentu atau budaya. Tidak ada tujuan biokimia atau perubahan struktural organ tubuh
atau fungsi, dan penyakit ini tidak dikenal dalam budaya lain.
5. Kesehatan mental pada manusia itu dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal adalah factor yang berasal dari dalam diri seorang seperti,
sifat, bakat, keturunan dan sebagainya. Factor eksternal merupakan factor yang berada
di luar diri seseorang yang dapat mempengaruhi mental seseorang. Lingkungan
eksternal yang paling dekat dengan manusia adalah keluarga, seperti orang tua, anak,
istri, kakak, adik, kakek dan nenek. Factor luar yang berpengaruh yaitu seperti
hokum, politik, social budaya, agama, pemerintah, pendidikan, pekerjaan, masyarakat
dan sebagainya. Factor eksternal yang baik dapat menjaga mental seseorang namun
factor eksternal yang buruk tidak baik dapat berpotensi menimbulkan mental yang
tidak sehat.
3.2 Saran
Diharapkan dengan ditulisnya makalah ini maka dapat memberikan informasi dan
wawasan baru bagi para pembaca sehingga dapat memahami dengan baik. Dan proses
transcultural nursing perlu dipahami oleh perawat dan calon perawat karena
Indonesia merupakan Negara dengan keanekaragaman budaya yang tinggi.
Konsep sehat-sakit tiap budaya berbeda, dimana konsep ini telah digunakan sejak nenek
moyang dan turun temurun bahkan sebelum ilmu medis modern masuk ke
dalam masyarakat. Perawat harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan
yang sesuai dengan tidak mengesampingkan konsep budaya.
DAFTAR PUSTAKA
Zulfia, I., Meilinda, M., Ilma, N., & Muskhafiyah, S. (2021). Kesehatan Mental Remaja
Pada Masa Pandemi. Counseling As Syamil, I (01), 11-19.