Anda di halaman 1dari 27

MENGIDENTIFIKASI MASALAH KESEHATAN DARI

PERSPEKTIF GLOBAL

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi


tugas mata kuliah Psikososial & Budaya

Oleh :
Kelompok 8
Raudhhatul Jannah (P1337420921226)
Reska Asnita (P1337420921224)
Risky monika (P1337420921215)
Safira Diana (P1337420921229)
Sardiman Armi (P1337420921
Ribka Westinia (P1337420921204)
Sarwanto (P1337420921189)
Sindra (P1337420921200)
Zulfi Anan Winaldi (P1337420921184)

Dosen Pengampu:
Wien Sulistyo, SPd, Mkes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
SEMARANG
2022
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................
BAB II DASAR TEORI .......................................................................................
2.1 Kesehatan Mental Dalam Perspektif Keperawatan Transkultural................
2.2 Trend Populasi Dan Kesehatan Mental........................................................
2.3 Peran Konsumen Dalam Pengambilan Keputusan.......................................
2.4 Disparitas Dalam Keperawatan Kesehatan Mental.
2.5 Perawatan Kesehatan Mental Imigran..........................................................
2.6 Sindrom Yang Terkait Budaya
2.7 Nilai Budaya, Kepercayaan, Dan Praktik Kelompok Budaya Tertentu.......
2.8 Pelayanan Kesehatan Mental Yang Kompeten
2.9 Trannscultural Kesehatan Mental Keperawatan Dan Spiritualitas ..............
2.10 Refleksi Interpersonal.................................................................................
2.11 Transcultural Pengalaman Kesehatan Mental Rasa Sakit...........................
BAB III PENUTUP................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................
BAB I
PENDAHULUIAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang kuat, yang
dapat dikembangkan serta dapat diaplikasikan dalam praktek keperawatan. Perkembangan
teori keperawatan terbagi menjadi 4 level perkembangan yaitu metha theory, grand theory,
midle range theory dan practice theory. Salah satu teori yang diungkapkan pada midle range
theory adalah Transcultural Nursing Theory (Pratiwi, 2011). Teori yang berasal dari disiplin
ilmu antropologi yang kemudian dikembangkan dalam konteks keperawatan. Konsep
keperawatan didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang
melekat dalam masyarakat.
Kesehatan mental merupakan suatu hal yang perlu menjadi perhatian setuap orang.
Memperhatikan pentingnya kesehatan mental akan berpengaruh terhadap perasaan,
kecerdasan, kelakuan, dan kesehatan badan seseorang. Kesehatan mental dapat didefenesikan
sebagai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain, dan
masyarakat serta lingkungan di mana sesorang hidup. Seseorang yang sehat secara mental
akan terhindar dari gejala-gejala gangguan mental (neurose) dan gejala-gejala penyakit
mental (Saiful, 2017: 2) .
Gangguan mental merupakan penyakit yang menghalangi pada diri seseorang untuk
hidup sehat seperti yang diinginkan pada diri sendiri maupun pada orang lain. Menurut
Depkes RI sebagimana Rahayu (2014: 13) ganguan jiwa atau gangguan mental adalah
perubahan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu atau hambatan
dalam melaksanakan peran sosial.
Menurut Harlley dalam Prestiana (2012: 1) pengertian dasar seorang perawat yaitu
seseorang yang berperan dalam membantu merawat memelihara dan melindungi seseorang
dikarenakan berbagai keadaan seperti sakit, terluka dan proses penuaan. Perawat dalam dunia
kesehatan bisa dikatakan memiliki peran yang cukup besar contohnya dalam merawatan
orang dengan ganguan jiwa/ gangguan mental, perawat jiwa berperan dalam mengoservasi
perubahan baik perubahan kecil/ menetap yang terjadi pada klien, mendemonstrasikan
penerimaan respek, memahami klien, mempromosikan ketertarikan klien, berpartisipasi
dalam internasional.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi kesehatan mental dalam perspektif keperawatan
transcultural.
2. Untuk mengetahui tren populasi dan kesehatan mental
3. Untuk peran konsumen dalam pengambilan keputusan dan perawatan kesehatan
mental dalam kaitannya dengan praktik berbasis bukti.
4. Untuk mengetahui disparitas dalam keperawatan kesehatan mental.
5. Untuk mengetahui perawatan kesehatan imigran
6. Untuk mengetahui sindrom yang terkait budaya
7. Untuk mengetahui nilai budaya, kepercayaan, dan praktik kelompok budaya tertentu
yang berkaitan dengan kesehatan mental.
8. Untuk megetahui pelayanan kesehatan mental yang kompeten
9. Untuk mengetahui trannscultural kesehatan mental keperawatan dan spiritualitas
10. Untuk mengetahui refleksi intrapersonal
11. Untuk mengetahui transcultural pengalaman kesehatan mental rasa sakit
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Kesehatan mental dalam perspektif keperawatan transcultural


Madeleine Leininger adalah ibu keperawatan transkultural, ia adalah pendiri
dan pemimpin internasional keperawatan transkultural. Transkultural Nursing
merupakan suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek
keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya
dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia,
kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan
keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger,
2002).
Kesehatan mental merupakan tingkatan kesejahteraan psikologis atau
ketiadaan gangguan jiwa. Kesehatan jiwa terdiri dari beberapa jenis kondisi yang
secara umum dikategorikan dalam kondisi sehat, gangguan kecemasan, stres dan
depresi. (Zulfia, I.,dkk. 2021).

Aplikasi teori dalam keperawatan transkultural mengharapkan adanya


kesadaran dan apresiasi terhadap perbedaan budaya. Perbedaan budaya memberikan
pengaruh dalam pemberian asuhan keperawatan yang menuntut pada kemungkinan
variasi pendekatan keperawatan dengan menghargai nilai budaya individu. Oleh
karena itu diharapkan perawat memiliki pengetahuan dan praktik yang berdasarkan
budaya secara konsep maupun dalam praktik keperawatan.

2.2 Tren populasi dan kesehatan mental


Kesehatan mental telah mendapat perhatian berlebih dalam pembangunan
kesehatan global, mengingat dampak serius yang diakibatkan oleh lemahnya kondisi
kesehatan mental. Salah satu bentuk gangguan mental yang cukup menyita perhatian
dunia adalah depresi, data terakhir dari World Health Organization (2017).
menunjukkan jumlah kasus depresi di Indonesia mencapai 9.162.886 kasus atau 3,7%
dari populasi.
Zisook (dalam Pedrelli, Nyer, Yeung, Zulauf, & Wilens, 2015) menemukan
bahwa lebih dari setengah pada semua kasus depresi terjadi pada masa kanak-kanak,
remaja, dan dewasa awal. Depresi juga merupakan masalah kesehatan mental yang
umum terjadi pada mahasiswa dengan tingkat prevalensi 7-9% (Eisenberg, Hunt &
Speer dalam Pedrelli, dkk., 2015).
Banyak hal dalam budaya Indonesia termasuk dalam cara mereka
mempercayai dan mengobati diri mereka untuk membuat hidup mereka mampu
menangani sakit yang mereka alami, sebagai contoh budaya Jawa, disini budaya jawa
yang sering kami ketahui cara dan adat yang mereka percayai untuk mengobati diri
saat sakit adalah dengan kerokan, kerokan bukan hal yang asing bagi budaya jawa,
lebih dari banyak orang jawa yang masih menggunakan kerokan untuk mengobati
sakit mereka sampai saat ini. Mereka mempercayai adat dan budaya secara turun
temurun. Mereka meyakini bahwa dengan kerokan dapat mengeluarkan angin yang
ada didalam tubuh, serta dapat menghilangkan nyeri atau sakit badan yang dialami
dan dengan hal tersebut dapat membantu penyembuhan yang mungkin telah dirasakan
sebelumnya, hal tersebut banyak dilakukan oleh suku jawa.
Hal tersebut tidak menutup kemungkinan akan muncul dan berada didalam
rumah sakit, meski mereka telah mendapatkan penangan dari tim kesehatan ada saja
yang melakukan tradisi tersebut, Telah diketahui akibat dari kerokan yaitu
penyebabkan pori-pori kulit semakin melebar, lalu warna kulit memerah menujukkan
adanya pembuluh darah dibawah permukaan kulit pecah, sehingga menambah arus
darah kepermukaan kulit. Ketika melakukan komunikasi untuk memberikan informasi
tentang akibat yang terjadi dari kerokan tidak membuat para klien atau pasien tidak
berhenti melakukan tradisi seperti hal tersebut karena itu telah menjadi kebiasaan
yang secara terus menerus dilakukan. Sehingga asuhan keperawat yang mungkin akan
diberikan kepada klien tidak dapat dilakukan karena adanya penolakan yang terjadi
terhadap anggapan akan hal tersebut. Disini kita tidak dapat mengkritik keyakinan dan
praktik budaya kesehatan tradisional yang dilakuakan. Budaya merupakan factor yang
dapat mempengaruhi asuhan keperawatan.
2.3 Peran konsumen dalam pengambilan keputusan dan perawatan kesehatan
Evidence based practice/Praktik berbasis bukti (EBP) merupakan satu cara
terbaik dalam penggunaan bukti terbaru dalam memandu pembuatan keputusan 
perawatan kesehatan dan nilai nilai pasien.  Karena itu, diperlukan  tiga komponen
penting dalam mewujudkan EBP, yakni: keahlian klinis, riset terbaru terkait isu
tertentu, dan perspektif klien / pasien.  Untuk mewujudkan EBP diperlukan beberapa
langkah penting yakni: mengajukan pertanyaan, menemukan informasi / bukti untuk
menjawab pertanyaan, menilai informasi / bukti secara kritis, mengintegrasikan bukti
yang dinilai dengan keahlian klinis dan preferensi pasien sendiri dan evaluasi. 
Kemudian dari segi perawatan kesehatan mental yang merupakan kondisi
kesejahteraan yang disadari pasien/konsumen, yang terdiri dari kemampuan-
kemampuan untuk mengelola stres kehidupan yang wajar, untuk bekerja secara
produktif dan menghasilkan, serta berperan serta di komunitasnya. Perkembangan
tersebut membawa perubahan dalam memandang konsep Kesehatan Mental serta
intervensinya. Peran konsumen dalam pengambilan keputusan, dalam dunia
keperawatan EBP adalah proses mengumpulkan data, memproses, dan menerapkan
hasil penelitian untuk meningkatkan praktik klinis, lingkungan kerja, atau outcome
pasien.  Penggunaan EBP untuk praktik klinik keperawatan sangat membantu perawat
dalam memberikan perawatan pasien dengan kualitas tertinggi dan seefisien
mungkin.  Sehingga asuhan berbasis pendekatan EBP terbukti mampu meningkatkan
kwalitas patient safety dan peningkatan outcome asuhan keperawatan.
Hoffman dan Glasziou menyarankan bahwa, "Praktek berbasis bukti otentik
tidak dapat terjadi jika keputusan klinis dibuat tanpa pertimbangan preferensi, nilai,
dan keadaan pasien atau jika pasien tidak, setidaknya, diundang untuk berpartisipasi
dalam pengambilan keputusan"(Hoffman T,dkk,2016).Manfaat pengambilan
keputusan bersama dapat mencakup peningkatan pengetahuan pasien / konsumen dan
pemahaman risiko; komunikasi dokter dan pasien yang lebih baik; peningkatan
kepatuhan pasien dan pengurangan variasi dalam praktik, penggunaan obat-obatan,
tes, dan perawatan yang tidak tepat.

2.4 Disparitas dalam keperawatan kesehatan mental.


Disparitas adalah kesenjangan atau inequalities atau jarak perbedaan antara
sebuah nilai rata-rata dari sub populasi atau sub kelompok dengan nilai rata-rata sub
kelompok lain dalam komunitas masyarakat yang lebih besar yang memiliki nilai
yang sama atau memiliki hak dan kesempatan yang sama ( Evan dalam Marta Kristina
dkk). Disparitas dalam bidang kesehatan adalah suatu kesenjangan, ketimpangan, atau
perbedaan status kesehatan yang terjadi di masyarakat sebagai hasil dari
ketidaksamaan atau pemerataan dari kondisi yang ada di masyarakat baik dari segi
sosial ekonomi, pendidikan, akses layanan kesehatan, kebijakan pemerintahan, faktor
perilaku individu, sampai faktor jenis kelamin.
Menurut WHO, kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan yang
disadari individu, yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk
mengelola stres kehidupan yang wajar, untuk bekerja secara produktif dan
menghasilkan, serta berperan serta di komunitasnya. Maka dapat dipahami ketika
Individu berada diluar definisi tersebut maka dimungkinkan dapat ditemukanya suatu
kelainan, kita menyebutnya gangguan jiwa.
Dapat disimpulkan bahwa Disparitas dalam keperawatan kesehatan mental
yaitu menjaga kesejahteraan yang disadari individu, yang di dalamnya terdapat
kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres kehidupan yang wajar, untuk bekerja
secara produktif dan menghasilkan, serta berperan serta di komunitasnya dalam suatu
suatu kesenjangan, ketimpangan, atau perbedaan status kesehatan yang terjadi di
masyarakat sebagai hasil dari ketidaksamaan atau pemerataan dari kondisi yang ada di
masyarakat baik dari segi sosial ekonomi, pendidikan, akses layanan kesehatan,
kebijakan pemerintahan, faktor perilaku individu, sampai faktor jenis kelamin dalam
bentuk Memberikan pedoman pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga, dan
kelompok untuk menggunakan sumber yang tersedia di komunitas kesehatan mental
termasuk pemberi pelayanan terkait, teknologi, dan sistem sosial yang paling tepat.

2.5 Perawatan kesehatan mental imigran


Imigran merupakan umbrella term atau istilah umum yang tidak didefinisikan
dalam hukum internasional, yang merefleksikan pemahaman umum mengenai orang
yang berpindah dari tempat tinggalnya, baik di dalam suatu negara atau melintasi
batas internasional suatu negara, baik dalam jangka waktu yang sementara atau
permanen, dan dengan berbagai alasan. Istilah ini turut mencakup beberapa istilah
hukum yang sudah terdefinisi dengan baik, seperti: pekerja migran; orang-orang yang
jenis perpindahannya didefiniskan secara hukum, seperti migran selundupan; serta
mereka yang status atau cara peprindahannya tidak secara khusus didefiniskan oleh
hukum internasional, seperti siswa internasional (IOM, 2020).
Kesepakatan global untuk migrasi yang aman, teratur, dan reguler atau the
Global Compact for Safe, Orderly and Regular Migration (GCM) adalah perjanjian
antar pemerintah pertama yang dinegosiasikan, disiapkan di bawah naungan
Perserikatan Bangsa-Bangsa, untuk mencakup semua dimensi migrasi internasional
secara holistik dan komprehensi (IOM, 2020).
Dikarenakan GCM diprakarsai oleh Negara-Negara dan tidak mengikat secara
hukum, tidak ada kewajiban hukum baru di bawah hukum domestik atau internasional
untuk Negara yang berpartisipasi. Teks ini merupakan hasil yang disepakati dari
negosiasi antar pemerintah dan setiap negara untuk menentukan langkah-langkah
selanjutnya (IOM, 2020).
Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik, keduanya
memiliki keterlibatan satu sama lain, bilamana seseorang terganggu fisiknya maka ia
dapat dimungkinkan terganggu mental dan psikisnya, begitupun hal sebaliknya. Sehat
dan sakit merupakan kondisi biopisikososial yang menyatu dalam kehidupan manusia.
Menurut WHO kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan yang disadari
individu, yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres
kehidupan yang wajar, untuk bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta
berperan serta di dalam komunitasnya. Maka dapat dipahami ketika individu barada
diluar definisi tersebut maka kemungkinan dapat ditemukannya suatu kelainan, kita
menyebutnya gangguan jiwa. Kesehatan mental global adalah perspektif internasional
tentang berbagai aspek kesehatan mental. Ini adalah bidang studi, penelitian dan
praktik yang menempatkan prioritas pada peningkatan kesehatan mental dan
pencapaian kesetaraan dalam kesehatan mental untuk semua orang diseluruh dunia.
Tujuan keseluruhan dari bidang kesehatan mental global adalah untuk
memperkuat kesehatan mental di seluruh dunia dengan memberikan informasi tentang
situasi kesehatan mental di semua negara, dan mengidentifikasi kebutuhan perawatan
kesehatan mental untuk mengembangkan intervensi hemat biaya untuk memenuhi
kebutuhan spesifik tersebut. Perawatan kesehatan imigran di Amerika Serikat
mengacu pada sistem kolektif di Amerika Serikat yang memberi layanan perawatan
kesehatan kepada imigran. Istilah imigran sering digunakan untuk menyebut bukan
warga negara dari berbagai status, ini termasuk penduduk tetap yang sah, pengungsi,
dan penduduk tidak berdokumen.
Perawatan kesehatan imigran dianggap berbeda dari perawatan kesehatan
warga karena faktor sosial ekonomi yang bersinggungan dan kebijakan kesehatan
yang terkait dengan status imigrasi. Disparitas dalam penggunaan, cakupan, dan
kualitas perawatan kesehatan diamati, tidak hanya antara imigran dan warga negara,
tetapi juga di antara kelompok imigran. Studi yang ada telah mengungkapkan korelasi
kuat dari perbedaan ini dengan kombinasi faktor struktural dan sosial, termasuk
kurangnya asuransi, biaya perawatan yang tinggi, pembatasan yang terkait dengan
status tidak berdokumen, persepsi diskriminasi dan hambatan bahasa. Persimpangan
kebijakan kesehatan dan imigrasi juga menciptakan hasil yang berbeda bagi imigran,
seperti deportasi medis dan pemberian layanan medis di pusat detensi imigrasi.

2.6 Sindrom yang terkait budaya


a. Defenisi
Sindrom adalah sekumpulan gejala yang terjadi bersama-sama; sejumlah tanda
berbagai keadaan sakit. Budaya adalah cara berbagai kelompok masyarakat menerima
dunia dan berinteraksi dengan lingkungannya. Budaya menggabungkan pola-pola
hubungan sosial dan keluarga dan kepercayaan beragama. Sindrom terikat budaya
adalah suatu syndrome yang dianggap langka dan eksotis. Syndrome ini terdiri dari
perilaku tak terduga dan kacau, dan penderita dipandang sebagai tidak beradab.
Dengan menempatkan sindrom seperti dalam konteks sistem diagnostik Barat setiap
hubungan antara keyakinan budaya, stresor lingkungan dan gejala sering yang
diabaikan.
Sindrom budaya khusus atau budaya-terikat sindrom adalah kombinasi dari
jiwa dan gejala somatik yang dianggap sebagai Penyakit dikenali hanya dalam
masyarakat tertentu atau budaya. Tidak ada tujuan biokimia atau perubahan struktural
organ tubuh atau fungsi, dan penyakit ini tidak dikenal dalam budaya lain.
Sindrom Terikat Budaya, saat ini diterima untuk menunjukkan tanda dan
gejala berbasis budaya pada distres mental atau perilaku maladaptive yang menonjol
dalam kepercayaan dan praktik rakyat. Pola tersebut diinformasikan berdasarkan
asumsi budaya, ilmu sihir, melanggar hal tabu, pengacauan objek penyakit,
pengacauan semangat penyebab penyakit atau hilangnya jiwa.

b. Epidemiologi
IPSS menyatakan bahwa prevalensi skizofrenia stabil pada berbagai budaya,
meskipun prognosisnya lebih baik pada masyarakat non-Barat. Hal ini dapat
mencerminkan adanya ketersediaan dukungan dari rumah yang lebih baik tanpa
ekspresi emosi yang kuat dan tidak adanya label stigma skizofrenia kronis.
Sebaliknya, prevalensi depresi lebih bervariasi, dan kemunculannya pada kelompok
masyarakat non-Barat seringkali dengan gejala somatis. Bahkan untuk kasus
skizofrenia, faktor budaya pada masyarakat berbagai budaya dapat mempengaruhi
prevalensinya. Sebagai contoh, di UK prevalensi skizofrenia yang tinggi dilaporkan
terjadi pada orang Afrika-Karibia,dan orang Irlandia memiliki jumlah rawat inap yang
tinggi di rumah sakit psikiatri. Pada kedua kasus tersebut, angka kejadian yang lebih
tinggi dalam hal kekurangan secara sosio-ekonomi pada kelompok tersebut,
kemungkinan lebih besar untuk mengalami kekurangan dan rasisme atau interaksi
yang rumit antara imigrasi dan gangguan jiwa merupakan penjelasan yang mungkin.
Jumlah penderita skizofrenia pada orang Afrika-Karibia paling tinggi pada generasi
kedua; belum ada konsesus yang jelas mengenai penyebabnya, meskipun sebagai
tambahan masalah yang dibahas di atas, kesalahan mendiagnosis gangguan
skizofrenia; dan respons yang berbeda dari polisi, layanan social,dan penatalaksanaan
untuk orang kulit hitam dibandingkan dengan kelompok etnis lainnya juga telah
diusulkan.

c. Sindrom-sindrom representatif
Sinrom-sindrom terkait budaya representative dari seluruh dunia dengan
beberapa gambaran klinis diuraikan berikut ini.
1) Amok
Suatu episode disosiatif yang ditandai dengan periode berpikir sedih diikuti
ledakan perilaku ingin membunuh, agresif, atau melakukan kekerasan yang
ditujukan padaorang atau objek. Episode cenderung dicetuskan perasaan
diremehkan atau dihina dan tampaknya hanya sering pada laki-laki. Episode sering
disertai ide kejaran, automatisme, amnesia, kelelahan, dan kembali ke keadaan
sebelum sakit setelah episode. Beberapa keadaan amok dapat terjadi selama
episode psikotik singkat atau merupakan awitan atau eksaserbasi proses proses
psikotik kronis. Laporan asli yang menggunakan istilah ini berasal dari Malaysia.
Pola perilaku yang sama ditemukan di Laos, Filipina, Polinesia, Papua New
Guinea, dan Puerto Rico dan pada suku Navajo.
2) Ataque de nervios
Suatu idiom distres yang terutama dilaporkan pada orang Latin dari Karibia,tetapi
dikenali pada banyak orang Amerika latin dan kelompok orang Latin Mediterania.
Gejala yang sering dilaporkan meliputi berteriak tidak terkontrol, serangan
menangis, gemetar, panas di dada yang naik ke kepala, dan agresi verbal atau fisik.
Pengalaman disosiatif, episode pingsan atau seperti bangkitan kejang, dan sikap
bunuh diri menonjol pada beberapa serangan tetapi tidak ada pada yang lain.
Gambaran umum ataque de nervios adalah sensasi tidak terkontrol. Ataque de
nervos sering terjadi sebagai akibat langusng peristiwa penuh tekanan yang
berkaitan dengan keluarga. Seseorang dapat mengalami amnesia selama ataque de
nervos, tetapi mereka cepat kembali ke tingkat fungsi lazim mereka. Meskipun
deskripsi beberapa ataque de nervos hampir sesuai dengan deskripsi DSM-IV TR
mengenai serangan panic. Hubungan kebanyakan ataque de nervos dengan
peristiwa pemicu dan sering tidak adanya gejala utama ketakutan akut atau
kekuatiran membedakannya dengan gangguan panic. Kisaran ataque mulai dari
ekspresi normal distres yang tidak disertai gangguan mental sampai timbulnya
gejala yang disebabkan ansietas, gangguan mood, disosatif atau somatoform.
3) Bilis dan Colera
Juga disebut muina. Penyebab dasar diperkiran adalah kemarahan atau kegusaran
yang dialami sangat kuat. Kemarahan ditinjau oleh kelompok orang Latin sebagai
emosi kuat yang dapat mempunyai efek langsung pada tubuh dan mengeksaserbasi
gejala yang ada. Efek utama kemarahan adalah mengganggu keseimbangan inti
tubuh. Gejala dapat meliputi ketagangan gelisah akut, nyeri kepala, gemetar,
berteriak, gangguan lambung dan pada sebagian besar kasus berat, hilang
kesadaran. Kelelahan kronik dapat disebabkan episode akut.
4) Brain fag
Istilah awalnya digunakan di Afrika Barta untuk menunjukkan suatu keadaan yang
dialami pelajar sekolah menengah atau mahasiswa akibat tantangan bersekolah.
Gejala meliputi kesulitan berkonsentrasi, mengingat dan berpikir. Pelajar sering
menyatakan bahwa otak mereka “lelah”. Gejala somatik tambahan biasanya
dipusatkan di sekitar kepala dan leher mencakup nyeri, tekanan atau rasa berat,
penglihatan kabur, panas atau terbakar. “Kelelahan otak” atau kelelahan akibat
“terlalu banyak berpikir” merupakan idiom distres dalam banyak budaya dan
sindrom yang ditimbulkan dapat menyerupai gangguan ansietas tertentu, depresif,
dan somatoform.
5) Dhat
Istilah diagnostik rakyat yang digunakan di India untuk menunjukkan ansietas
berat dan hipokondriakal yang disebabkan keluarnya semen, perubahan warna
keputihan urin dan rasa lemah serta lelah. Serupa dengan jiryan (India), sukra
prameha (Sri Lanka), shen-k’uei (Cina).
6) Falling-out atau black out
Episode yang terutama terjadi di Amerika Serikat bagian selatan dan Karibia.
Keadaan tersebut ditandai dengan kolaps mendadak, yang kadang-kadang terjadi
tanpa peringatan tetapai kadang-kadang didahului rasa pusing atau “berenang”
dalam kelapa. Mata orang tersebut biasanya terbuka tetapi orang mengaku tidak
mampu melihat. Mereka yang terkena biasanya mendengar dan memahami paa
yang terjadi di sekitar mereka tetapi merasa tidak mempunyai kekuatan untuk
bergerak. Keadaan tersebut dapat menyerupai diagnosis gangguan konversi atau
gangguan disosiatif.
7) Ghost sickness
Preokupasi terhadap kematian dan sekarat (kadang-kadang dihubungkan dengan
ilmu gaib), sering diobservasi pada anggota suku Indian Amerika. Terdapat
berbagai gejala pada ghost sickness termasuk mimpi buruk, kelemahan, rasa
berbahaya, hilang selera makan, pingsan, pusing, ketakutan, ansietas, halusinasi,
hilang kesadaran, bingung, merasa gagal dan merasa tercekik.
8) Hwa-byung
Juga dikenal sebagai woo-hwa-byung. Sindrom rakyat Korea yang diterjemahkan
bebas kedalam bahasa Inggris sebagai “sindrom kemarahan” dan dihubungkan
dengan supresi kemarahan. Gejala meliputi insomnia, kelelahan, panik, takut mati,
afek disforik, indigesti, anoreksia, dispnea, palpitasi, nyeri generalisata dan merasa
ada masa dalam epigastrium.
9) Koro
Suatu istilah, mungkin berasal dari Malaysia, yang menunjukkan episode ansietas
mendadak dan hebat bahwa penis (atau pada perempuan, vulva dan putting susu)
akan masuk ke dalam tubuh dan mungkin menyebabkan kematian. Sindrom
dilaporkan terjadi di Asia Selatan dan Timur. Diagnosis dimasukkan dalam edisi
kedua Chinese Classification of Mental Disorders
10) Latah
Hipersensitivitas terhadap ketakutan mendadak, sering berupa ekopraksia, ekolalia,
menurut perintah dan perilaku tidak sadarkan diri atau disosiatif. Istilah latah
berasal dari Malaysia atau Indonesia, tetapi sindrom telah banyak ditemukan di
banyak bagian dunia.
11) Locura
Suatu istilah yang digunakan orang Latin di Amerika Serikat dan Amerika Latin
untuk menunjukkan psikosis kronik. Keadaan tersebut merupakan akibat sifat
mudah terluka yang diwariskan, efek terhadap kesulitan hidup yang banyak atau
kombinasi kedua factor. Gejala yang diperlihatkan oleh orang dengan locura
diantaranya inkoherensi, agitasi, halusinasi penglihatan dan pendengaran,
ketidakmampuan mengikuti aturan interaksi social. Tidak dapat ditebak dan
mungkin melakukan kekerasan.
12) Mal de ojo
Konsep yang ditemukan dalam budaya Mediterania secara luas dan di seluruh
dunia. Mal de ojo adalah frasa bahasa Spanyol yang diterjemahkan ke dalam
bahasa Inggris sebagai “mata setan”. Anak-anak sangat berisiko. Gejala mencakup
tidur gelisah, menangis tanpa penyebab yang jelas, diare, muntah dan demam pada
anak atau bayi. Kadang-kadang orang dewasa (terutama perempuan) mengalami
keadaan tersebut.
13) Nervios
Suatu idiom lazim distres pada orang Latin di Amerika Serikat dan Amerika Latin.
Banyak kelompok etnik lain, meskipun sering agak berbeda, ide ketegangan yang
mirip. Nervios menunjukkan baik keadaan umum kerentanan terhadap pengalaman
hidup yang menekan dan sindrom yang disebabkan kehidupan yang sulit. Istilah
nervios mencakup kisaran luas gejala distres emosi, gangguan somatic dan
ketidakmampuan berfungsi. Gejala yang lazim meliputi nyeri kepala dan sakit
otak, iritabilitas, gangguan lambung, kesulitan tidur, gugup, mudah menangis, tidak
mampu berkonsentrasi, gemetar, sensasi gelid an pusing kadang disertasi vertigo.
Nervios adalah suatu sindrom yang sangat luas berkisar dari pasien bebas gangguan
mental samapi gambaran yang menyerupai gangguan depresif, disosiatif,
somatoform atau psikotik.
14) Piblokto
Episode disosiatif mendadak yang disertai kegirangan dengan durasi dan frekuensi
sampai 30 menit diikuti bangkitan kejang dan koma yang berlangsung selama 12
jam. Keadaan tersebut terutama diobservasi pada penduduk asli kutub dan
komunitas Inuit sub-Arktik, meskipun terdapat variasi nama berdasarkan daerah.
Penderita daerah tersebut dapat menarik diri atau sensitif ringan selama suatu
periode beberapa jam atau hari sebelum serangan dan biasanya melaporkan
mengalami amnesia lengkap pada waktu serangan. Selama serangan, seseorang
dapat merobek pakaian, merusak perabotan, berteriak, makan tinja, lari dari
perlindungan atau melakukan tindakan yang tidak rasional.
15) Qi-gong psychotic reaction
Episode akut, terbatas waktu yang ditandai dengan gejala disosiatif, paranoid,
psikotik atau non-psikotik lain yang dapat terjadi setelah partisipasi dan praktik
peningkatan kesehatan rakyat Cian, qi-gong (latihan energi vital). Orang yang
terlibat dalam praktik secara berlebih adalah orang yang paling rentan. Diagnosis
tersebut dimasukkan dalam CCDM-2.
16) Rootwork
Suatu set interpretasi budaya yang menganggap penyakit akibat kutukan, sihir,
gaib, atau pengaruh jahat pada orang lain. Gejala dapat mencakup ansietas
generalisata dan keluhan gastrointestinal, lemah, pusing, takut diracun, dan
kadang-kadang takut dibunuh. Rootwork ditemukan di belahan Amerika Serikat
pada orang Afrika-Amerika dan Eropa-Amerika dan di komunitas Karibia.
17) Sangue dormido
(“sleeping blood”). Sindrom yang ditemukan pada orang Portugis penduduk Cape
Verde. Sindrom mencakup rasa nyeri, mati rasa, tremor, paralisis, kejang, stroke,
buta, serangan jantung, infeksi dan keguguran.
18) Shejing shuaria
(“neurastania”). Di Cina, suatu keadaan yang ditandai dengan kelelahan fisik dan
mental, pusing, nyeri kepala, nyeri lain, kesulitan berkonsentrasi, gangguan tidur
dan hilang ingatan. Gejala lain mencakup masalah gastrointestinal, disfungsi
seksual, iritabilitas, eksitabilitas dan berbagai tanda yang menunjukkan gangguan
sistem saraf autonom. Pada banyak kasus, gejala-gejala tersebut akan memenuhi
kriteria gangguan mood atau ansietas pada DSM-IV TR. Diagnosis dimasukkan
dalam CCMD-2.
19) Shen-k’uei
Suatu nama yang diberikan rakyat Cina yang menjelaskan sindrom panik atau
ansietas yang jelas disertai keluhan somatik; pada keadaan tersebut tidak ada
penyebab fisik yang diperlihatkan. Gejala mencakup pusing, nyeri punggung,
mudah lelah, kelemahan menyeluruh, insomnia, sering mimpi dan keluhan
disfungsi seksual, seperti ejakulasi premature dan impotensi. Gejala dihubungkan
dengan keluarnya semen yang berlebih dari hubungan seksual yang sering,
masturbasi, emisi nocturnal, atau keluarnya urin kental putih yang dianggap
mengandung semen. Keluarnya semen yang berlebih ditakutkan karena keyakinan
bahwa keadaan tersebut berarti kehilangan esensi vital seseorang sehingga dapat
mengancam jiwa.
20) Shin-byung
Suatu nama yang diberikan rakyat Korea untuk suatu sindrom yang fase awalnya
ditandai dengan keluhan ansietas dan somatis (kelemahan menyeluruh, pusing,
takut, anoreksia, insomnia, masalah gastrointestinal), yang selanjutnya mengalami
disosiasi serta pengendalian oleh arwah nenek moyang.
21) Spell
Suatu keadaan tidak sadarkan diri. Penderita “berkomunikasi” dengan keluarga
atau jiwa orang yang sudah meninggal. Kadang-kadang keadaan tersebut disertai
dengan periode singkat perubahan kepribadian. Sindrom spesifik budaya terjadi
natara orang Afrika-Amerika dan Eropa-Amerika dari belahan selatan Amerika
Serikat. Spell tidak dianggap peristiwa medis dalam tradisi rakyat tetapi dapat
disalahartikan sebagai episode psikotik dalam klinis.
22) Susto
(ketakutan atau “hilang jiwa”). Suatu penyakit rakyat yang sering terjadi di antara
beberapa orang Latin di Amerika Serikat dan orang Meksiko, Amerika Tengah dan
Amerika Selatan. Susto adalah penyakit yang menimbulkan peristiwa menakutkan
yang menyebabkan jiwa meninggalkan tubuh dan menyebabkan sakit serta tidak
bahagia. Orang dengan susto juga mengalami ketegangan signifikan dalam peran
sosial yang penting. Gejala mungkin tampak setiap saat dari beberapa hari sampai
tahun setelah mengalami ketakutan. Dipercaya bahwa pada kasus yang hebat, susto
dapat menyebabkan kematian. Gejala khas mencakup gangguan selera makan, tidur
kurang atau berlebih, tidur atau mimpi bermasalah, merasa sedih, tidak ada
motivasi melakukan segala sesuatu dan rasa rendah diri atau kotor. Gejala somatik
yang menyertai susto mencakup nyeri dan sakit otot, nyeri kepala, nyeri lambung
dan diare. Penyembuhan ritual difokuskan pada pemanggilan jiwa kembali ke
tubuh dan membersihkan orang dengan memperbaiki keseimbangan tubuh serta
spiritual. Pengalaman berbeda susto dapat dikaitkan dengan gangguan depresif
mayor, gangguan stress pascatrauma, dan gangguan somatoform. Keyakinan
etiologi yang sama dan konfigurasi gejala ditemukan di banyak belahan dunia.
23) Taijin kyofu sho
Suatu fobia yang jelas dalam budaya Jepang, pada beberapa hal menyerupai fobia
sosial dalam DSM-IV TR. Sindrom menunjukkan ketakutan hebat bahwa tubuh
seseorang, bagian atau fungsinya tidak menyenangkan, memalukan atau ofensif
terhadap orang lain dalam hal penampilan, bau, ekspresi wajah atau gerakan.
Sindrom dimasukkan dalam sistem resmi diagnostic Jepang mengenai gangguan
mental.
24) Zar
Istilah umum yang digunakan di Etiopia, Somalia, Mesir, Sudan, Iran dan
penduduk Timur Tengah serta Afrika Utara lain terhadap pengalaman roh yang
menguasai seseorang. Orang yang dikuasai suatu roh dapat mengalami episode
disosiatif yang mencakup berteriak, teratawa, memukulkan kepala ke tembok,
bernyanyi, atau menangis. Mereka dapat bersikap apati dan menarik diri, menolak
makan atau melakukan tugas harian atau dapat menjalin hubungan jangka panjang
dengan roh yang meguasai. Perilaku tersebut tidak dianggap patologis di daerah
tersebut.
2.7 Nilai budaya, kepercayaan, dan praktik kelompok budaya tertentu yang berkaitan
dengan kesehatan mental.
Pengertian budaya
Transkultural mengandung arti dimana budaya yang sudah sulit diubah.
Transkultural juga dapat mempengaruhi budaya yang lain. Pola kehidupan yang
berlangsung lama diulang terus menerus merupakan internalisasi dari nilai-nilai yang
mempengaruhi pembentukan karakter pola pikir, pola inetraksi, yang memiliki
pengaruh pada pendekatan intervensi keperawatan. Keperawatan transkultural
merupakan area baru yang akhir-akhir ini sedang ditekankan pentingnya budaya
terhadap pelayanan keperawatan. Transkultural nursing juga berfokus pada fakta
bawah budaya yang berbeda memiliki perilaku peduli yang berbeda dan nilai
kesehatan dan penakit yang berbeda, keyakinan, dan pola perilaku. Juga lebih fokus
kepada sistem perawatan profesional dan asuhan keperawatan. Pengetahuan tentang
budaya pasien dan perawtan pasien seperti terapi berbasis spiritual seperti meditasi
memabntu perawat untuk mengamati bagaimana latar belakang budaya pasien
dikaitkan dengan kesehatan, dan menggunakan pengetahuan itu untuk membantu
rencana keperawatan yang akan membantu pasien menjadi sehat dengan cepat sambil
tetap peka terhadap budaya atau keyakinan pasien.
Budaya masyarakat : Budaya adalah pikiran, akal budi , adat istiadat atau
sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sulit diubah. Keperawatan
transkultural merupakan area baru yang akhir-akhir sedang ditekankan pentingnya
budata terhadap pelayanan kesehatan keperawatan. Oleh karena itu diharapkan
perawat memiliki pengetahuan dan praktik yang berdasarkan budaya secara konsep
maupun dalam praktik keperawatan. Setiap budaya manusia memiliki pengobatanan
tradisional, dan praktik perawatan profesional yang bevariasi. Perawat harus
mengidentifikasi dan mengatasi faktor-faktor ini secara sadar dengan setiap klien
untuk memberikan perawatan jasmani dan budaya yang sesuai. Sampai saat ini
pengobatan tradisional masih ada dan terus berkembang dalam kehidupan masyarakat.
Pengobatan dan obat tradisional biasanya dianggap sebuah proses alami yang
dilakukan melalui pemanfaatan alam sekitar.
Berbagai macam pengobatan tradisional :
1) Pengobatan tradisional keterampialan : pengobatan tradisional pijat urut, patah,
sunat dukun bayi, chiropractor, dan pengobatan tradisional lainnya yang
metodenya sejenis
Ex ; ketika ada seseorang terjadinya kecelakaan lalu lintas dan dan terkena di
bagian/dikatakan patah tulang (fraktur) tetapi budaya manusia itu berbeda
pengobatan tradisional itu dilakukan pengusukan atau di pijat kalau di bagian
kesehatan dilakukan pengoperasian.
2) Pengobatan tradisional ramuan : pengobatan tradisional ramuan indonesia
( jamu). Gurah tabib, aromaterapis, dan pengobatan tradisional lainnya.
Ex ; kebanyakan orang membawa berobat tradisional seperti sakit perut ditaruh
seperti daun-daunan di perut dan kebanyakan juga kalau pengobtan tradisional
orang setelah melahirkan dikasih pantangan.
3) Pengobatan tradisional pendekatan agama : pendekatan tradisional dengan
pendekatan lilam, kristen, hindu, budha.
Ex; disini contohnya kebanyakan orang maih sangat mempercayai pemujaan-
pemujaan yang berada dan bertentangan dengan agama. Seperti menaruh sesajen
di pohon-pohon agar niatnya terkabulkan.
4) Pengobatan tradisional supranatural, terdiri dari pengobatan tradisional tenagam
dalam (prana), paranormal, dukun kebatinan, dan pengobatan tradisional lainnya.
5) Pengobatan dan obat tradisional diciptakan oleh manasuia karena suatu
permasalahan yang dihadapi. Seiring perkembangan jaman, teknologi pun
semakin semakin banyak mengalami perubahan dan penyesuaian. Pertumbuhan
manusia yang semakin pesat juga mempengaruhi perkembangan teknologi
khususnya dalam dunia kesehatan. pandangan umum tentang budaya. Heine dan
Renshaw (2002), menunjukkan bahwa Orang Amerika dan Jepang berbeda dalam
hal menyukai orang lain, dan perbedaan dalam menyukai tersebut di kaitkan
kepada perbedaan penerapan budaya. Orang Amerika menyukai orang yang
mereka anggap memiliki kemiripan dengan mereka atau memiliki pandangan
yang serupa. Untuk Orang Jepang, menyukai orang yang terkait dengan keluarga
dan ketergantungan terhadap orang lain.

Studi ini bertujuan untuk membandingkan variable psikologis dari berbagai


budaya, menguji batas-batas pengetahuan dalam psikologi dan perilaku manusia,
dapat mendorong pengetahuan dan pemahaman tentang individu. Namun, penelitian
ini kerap mengalami kendala terkait dengan tingkat validitas penelitian akibat bias
respon serta interpretasi yang tepat dari temuan. Para peneliti lintas budaya hendaknya
memerhatikan tingkat kesetaraan dari masing-masing budaya seperti bahasa,
pengukuran, validitas, sample, prosedur, dan teori yang digunakan. Sehingga
penelitian yang dilakukan dapat bermakna.
Kesehatan jiwa masih menjadi persoalan serius kesehatan global. Demikian
pula di Indonesia,  persoalan kesehatan jiwa dari tahun ke tahun semakin serius.  Data
Riset Kesehatan Dasar 2013 mencatat prevalensi gangguan jiwa berat di Indonesia
mencapai 1,7 per mil. Artinya, 1-2 orang dari 1.000 penduduk di Indonesia
mengalami gangguan jiwa berat.
Pengertian Kepercayaan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
“kepercayaan merupakan harapan dan keyakinan seseorang terhadap orang lain akan
kejujuran, kebaikan dan kesetiaan. Sedangkan menurut istilah kepercayaan adalah
“suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat ia merasa tahu dan menyimpulkan
bahwa dirinya telah mencapai kebenaran Karena kepercayaan adalah suatu sikap,
maka kepercayaan seseorang itu tidak selalu benar dan bukanlah merupakan suatu
jaminan kebenaran. Menurut Mayer, “kepercayaan merupakan kesediaaan seseorang
untuk menjadi rentan terhadap tindakan pihak lain berdasarkan harapan bahwa yang
lain akan melakukan tindakan tertentu. Sedangkan Menurut Lewicky dan Wiethoff
mendeskripsikan bahwa, kepercayaan sebagai keyakinan individu dan kemauan untuk
bertindak atas dasar kata-kata tindakan dan keputusan orang lain
Hal-hal yang dapat menyebabkan seseorang mempercayai orang lain yaitu
berkembangnya sistem kepercayaan melalui pengalaman hidup, aturan dan norma
yang ada pada lembaga atau masyarakat. Oleh karena itu, kita bisa mengetahui apakah
pantas atau tidak untuk percaya terhadap orang lain tanpa adanya suatu keraguan
untuk tidak dipercaya, sehingga menimbulkan anggapan oleh orang lain.
Faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat Dalam interaksi sosial, individu
bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek yang dihadapinya.
“Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman
pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, lembaga
pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam individu.

2.8 Pelayanan kesehatan mental yang kompeten


Sehat adalah keadaan sejahtera, fisik mental, dan social dan tidak sekedar
terbebas dari keadaan cacat dan kematian. Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental
sejahtera yang memungkinkan hidup harmonis dan produktif. Model pelayanan
kesehatan mental yang kompeten ini ditingkatkan di masyarakat desa atau tingkat
pelayanan kesehatan primer dengan pusat kegiatan di puskesmas. Keperawatan
kesehatan jiwa komunitas dan suatu model yang dikembangkan untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan. Berdasarkan definisi dari World Health
Organization (WHO) kesehatan mental adalah keadaan dimana setiap individu dapat
menyadari potensi dirinya, mampu mengatasi tekanan kehidupan, bekerja secara
produktif, dan memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Gangguan mental tidak
dapat diremehkan. Sebanyak 450 orang di dunia menderita penyakit mental dan
sekitar 85% orang dengan penyakit mental di negara berkembang tidak mendapatkan
perawatan dan pengobatan. Indonesia, dengan berbagai faktor psikologis, biologis,
dan sosial dengan keragaman populasi, memiliki jumlah kasus gangguan mental yang
terus meningkat dan berdampak pada peningkatan beban negara serta penurunan
produktivitas manusia untuk jangka panjang.
Data Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan prevalensi gangguan mental
emosional seperti gejala depresi dan kecemasan untuk usia lima belas tahun ke atas
mencapai sekitar empat belas juta orang atau enam persen dari total populasi
Indonesia, sedangkan prevalensi gangguan mental berat seperti skizofrenia mencapai.
Tantangan pemanfaatan layanan kesehatan mental di Indonesia yang optimal rasanya
tidak hanya bicara mengenai ada atau tidaknya fasilitas dan akses untuk
menjangkaunya. Di satu sisi, ada masyarakat yang sebetulnya memerlukan layanan
kesehatan mental tetapi tidak kunjung mengaksesnya, namun di sisi lain ada pula
masyarakat yang mungkin tidak membutuhkan, tetapi melakukan akses dengan alasan
untuk memanfaatkan ketersediaan akses yang ada. Perlu ada strategi yang dilakukan
agar akses yang sudah tersedia dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya terutama oleh
mereka yang memerlukan. Secara umum, yang dapat dilakukan adalah meningkatkan
kesadaran masyarakat mengenai kesehatan mental dan kepekaan untuk mengenali
kondisi kesehatan mental mereka. Hal ini dapat disampaikan dalam bentuk edukasi
kepada masyarakat. Dengan edukasi yang memadai, masyarakat dapat diajarkan
untuk mengenali kondisi kesehatan mental mereka dan memahami indikator yang
menunjukkan bahwa mereka membutuhkan bantuan. Dengan demikian, masyarakat
dapat secara mandiri.
2.9 Trannscultural kesehatan mental keperawatan dan spiritualitas
Merupakan suatu area / wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan
praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara
budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya
manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan
asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia.
Tujuan dari keperawatan transkultural adalah untuk mengidentifikasi, menguji,
mengerti dan menggunakan pemahaman keperawatan transkultural untuk
meningkatkan kebudayaan yang spesifik dalam pemberian asuhan keperawatan.
Asumsi mendasar dari teoria dalah perilaku Caring. Caring adalah esensi dari
keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan
keperawatan. Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam
memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya
diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan,masa
pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Human caring secaraumum
dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan danbimbingan
pada manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena yanguniversal dimana
ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat
lainnya.
Secara etimologis kata “mental” berasal dari kata lain
yaitu”mens” atau “mentis” artinya roh, sukma, jiwa, atau nyawa. Didalam bahasa
yunani kesehatan terkandung dalam kata hygiene yang berarti ilmu kesehatan. Maka
kesehatan mental merupakan bagian dari hygine (ilmu kesehatan mental). Kesehatan
mental adalah terhindarnya seseorang dari gangguan dan penyakit jiwa (neurosis dan
psikosis) pengertian ini terlihat  sempit karena yang dimaksud dengan orang yang
sehat mentalnya adalah mereka  yang tidak terganggu  dan berpenyakit jiwanya. 
Namun demikian  pengertian ini banyak mendapat  sambutan dari kalangan psikiater.
Kesehatan mental merupakan kondisi kejiwaan manusia yang harmonis.
Seseorang memiliki jiwa yang sehat apabila perasaan, pikiran, maupun fisiknya juga
sehat. Jiwa mental yang sehat  keselarasan kondisi  fisik dan psikis seseorang akan
terjaga. Ia tidak akan mengalami kegoncanagn, kekacauan  jiwa (stres), frustasi, atau
penyakit kejiwanaan lainya.  Dengan kata lain orang yang memiliki kecerdasan baik
secara intelektul, emosional maupun spiritual pada umumnya adalah pribadi yang
normal dan memiliki mental yang sehat. Orang yang metalnya sehat adalah mereka
yang memiliki ketenanagn batin dan kesegaran jasmani.
Kesehatan mental pada manusia itu dipengaruhi oleh faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal adalah factor yang berasal dari dalam diri seorang
seperti, sifat, bakat, keturunan dan sebagainya. Contohnya sifat yaitu, seperti sifat
jahat, baik, pemarah, dengki, iri, pemalu, pemberani, dan lain sebagainya. Contoh
bakat yaitu bakat melukis, bermain, music, menciptakan lagiu, acting dan lain-lain.
Sedangkan aspek keturunan seperti, keturunan emosi, intelektualitas, potensi diri dan
sebagainya. Factor eksternal merupakan factor yang berada di luar diri seseorang
yang dapat mempengaruhi mental seseorang. Lingkungan eksternal yang paling
dekat dengan manusia adalah keluarga, seperti orang tua, anak, istri, kakak, adik,
kakek dan nenek. Factor luar yang berpengaruh yaitu seperti hokum, politik, social
budaya, agama, pemerintah, pendidikan, pekerjaan, masyarakat dan sebagainya.
Factor eksternal yang baik dapat menjaga mental seseorang namun factor eksternal
yang buruk tidak baik dapat berpotensi menimbulkan mental yang tidak sehat.
Keduanya saling mempengaruhi dan dapat menyebabkan mental yang sakit sehingga
bisa menyebabkan gangguan jiwa dan penyakit jiwa. Kesehatan Spiritual adalah
kondisi yang dalam pandangan sufistik disebut sebagai terbebasnya jiwa dari
berbagai penyakit ruhaniah, seperti syirik, kufr, nifaq atau munafik, dan fusuq.
Kesehatan spiritual atau kesejahteraan adalah” rasa keharmonisan saling kedekatan
antara diri dengan orang lain, alam, dan dengan kehidupan yang tertinggi
2.10 Refleksi intrapersonal
Refleksi dapat dari merenungkan kembali hal-hal penting dalam hidupmu,
termasuk nilai-nilai pribadi dan orang yang kamu cintai. Ketika kamu merefleksikan
diri, kamu mungkin memperhatikan kebiasaan apa yang cocok dan yang tidak cocok
untukmu.Proses ini akan  membantu memperkuat pengetahuanmu tentang orang-orang
dan hal-hal yang benar-benar penting lalu memberimu kesempatan untuk
mengeksplorasi cara-cara baru untuk mencapai atau mempertahankan hal-hal itu. Kamu
akan belajar bersikap serta berpikir lebih luwas
Kecerdasan intrapersonal akan membantu kita, manusia, untuk terus-menerus
merefleksikan dan mengevaluasi dirinya sendiri lalu menerapkannya pada kehidupan
pribadi dan profesional. Keterampilan ini memungkinkan kita untuk lebih mengatur
sikap dan pikiran.Individu yang kuat dalam kecerdasan intrapersonal pandai
menyadari keadaan emosi, perasaan, dan motivasi mereka sendiri. Mereka cenderung
menikmati refleksi dan analisis diri, termasuk melamun, mengeksplorasi hubungan
dengan orang lain, dan menilai kekuatan pribadi mereka. Berikut karakteristik orang
dengan kecerdasan intrapersonal:

 Mampu menganalisis kekuatan dan kelemahan mereka dengan baik


 Mampu menganalisis teori dan ide
 Memiliki kesadaran diri yang sangat baik
 Memahami dasar motivasi dan perasaannya sendiri

Kecerdasan intrapersonal memiliki banyak kesamaan dengan kecerdasan


emosional. Keduanya mengandalkan kesadaran diri dan inventarisasi emosi kita
sebagai manusia. Dengan keduanya, kita menganalisis apa yang sebenarnya kita
rasakan, mengapa kita merasakannya, dan bagaimana hal itu memengaruhi kita.
Sementara kecerdasan emosional memberi empati terhadap pikiran dan perasaan orang
lain, kecerdasan intrapersonal memberi kita belas kasih yang lebih besar untuk
memahami diri sendiri. Kecerdasan intrapersonal berusaha untuk menentukan motivasi,
di mana kita unggul dan di mana kita memiliki kesempatan untuk tumbuh.

2.11 Transcultural pengalaman kesehatan mental rasa sakit


Penyakit mental, disebut juga gangguan mental, penyakit jiwa, atau gangguan
jiwa, adalah gangguan yang mengenai satu atau lebih fungsi mental. Penyakit mental
adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi, proses berpikir,
perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Penyakit mental ini menimbulkan
stress dan penderitaan bagi penderita (dan keluarganya). Penyakit mental dapat me-
ngenai setiap orang, tanpa mengenal umur, ras, agama, maupun status sosial-ekonomi.
Penyakit mental bukan disebabkan oleh kelemahan pribadi.
Di masyarakat banyak beredar kepercayaan atau mitos yang salah mengenai
penyakit mental, ada yang percaya bahwa penyakit mental disebabkan oleh gangguan
roh jahat, ada yang menuduh bahwa itu akibat guna-guna, karena kutukan atau
hukuman atas dosanya. Kepercayaan yang salah ini hanya akan merugikan penderita
dan keluarganya karena si sakit tidak mendapat pengobatan secara cepat dan tepat.
Sekitar 20% dari kita akan mengalami gangguan mental pada suatu waktu dalam
hidup kita. Gangguan mental yang mungkin dialami oleh tiap orang itu berbeda-beda
dalam hal jenis, keparahan, lama sakit, frekuensi kekambuhan, dan cara
pengobatannya. Ada lebih dari 400 macam gangguan mental, tetapi yang umum
dikenal masyarakat hanya satu saja, yaitu apa yang disebut “gila”. Akibatnya setiap
orang yang datang berkonsultasi ke psikolog atau berobat ke psikiater dikatakan gila,
sehingga mereka yang sesungguhnya memerlukan pengobatan merasa malu untuk
berobat. Padahal, gangguan mental yang berat ini (gila) hanya merupakan bagian
yang sangat kecil dari sekian banyak macam penyakit/gangguan mental.

Penting untuk diketahui, penyakit mental dapat diobati. Seperti halnya orang
dengan diabetes (kencing manis) yang harus minum obat kencing manis, demikian
juga orang dengan gangguan mental yang serius perlu obat untuk meredakan gejala-
gejalanya. Kita harus mencari pertolongan untuk mengatasi gangguan mental seperti
halnya kita pergi berobat untuk penyakit lainnya. Orang dengan penyakit mental
membutuhkan dukungan/suport, penerimaan dan pengertian dari kita semua. Mereka
juga punya hak seperti orang lain. Bukan malah ditakuti, dijauhi, diejek, atau
didiskriminasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan :
1. Kesehatan mental merupakan tingkatan kesejahteraan psikologis atau ketiadaan
gangguan jiwa. Kesehatan jiwa terdiri dari beberapa jenis kondisi yang secara umum
dikategorikan dalam kondisi sehat, gangguan kecemasan, stres dan depresi.
2. Disparitas dalam bidang kesehatan adalah suatu kesenjangan, ketimpangan, atau
perbedaan status kesehatan yang terjadi di masyarakat sebagai hasil dari
ketidaksamaan atau pemerataan dari kondisi yang ada di masyarakat baik dari segi
sosial ekonomi, pendidikan, akses layanan kesehatan, kebijakan pemerintahan, faktor
perilaku individu, sampai faktor jenis kelamin.
3. Perawatan kesehatan imigran dianggap berbeda dari perawatan kesehatan warga
karena faktor sosial ekonomi yang bersinggungan dan kebijakan kesehatan yang
terkait dengan status imigrasi. Disparitas dalam penggunaan, cakupan, dan kualitas
perawatan kesehatan diamati, tidak hanya antara imigran dan warga negara, tetapi
juga di antara kelompok imigran. Studi yang ada telah mengungkapkan korelasi kuat
dari perbedaan ini dengan kombinasi faktor struktural dan sosial, termasuk kurangnya
asuransi, biaya perawatan yang tinggi, pembatasan yang terkait dengan status tidak
berdokumen, persepsi diskriminasi dan hambatan bahasa. Persimpangan kebijakan
kesehatan dan imigrasi juga menciptakan hasil yang berbeda bagi imigran, seperti
deportasi medis dan pemberian layanan medis di pusat detensi imigrasi.
4. Sindrom budaya khusus atau budaya-terikat sindrom adalah kombinasi dari jiwa dan
gejala somatik yang dianggap sebagai Penyakit dikenali hanya dalam masyarakat
tertentu atau budaya. Tidak ada tujuan biokimia atau perubahan struktural organ tubuh
atau fungsi, dan penyakit ini tidak dikenal dalam budaya lain.
5. Kesehatan mental pada manusia itu dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal adalah factor yang berasal dari dalam diri seorang seperti,
sifat, bakat, keturunan dan sebagainya. Factor eksternal merupakan factor yang berada
di luar diri seseorang yang dapat mempengaruhi mental seseorang. Lingkungan
eksternal yang paling dekat dengan manusia adalah keluarga, seperti orang tua, anak,
istri, kakak, adik, kakek dan nenek. Factor luar yang berpengaruh yaitu seperti
hokum, politik, social budaya, agama, pemerintah, pendidikan, pekerjaan, masyarakat
dan sebagainya. Factor eksternal yang baik dapat menjaga mental seseorang namun
factor eksternal yang buruk tidak baik dapat berpotensi menimbulkan mental yang
tidak sehat.

3.2 Saran
Diharapkan dengan ditulisnya makalah ini maka dapat memberikan informasi dan
wawasan baru bagi para pembaca sehingga dapat memahami dengan baik. Dan proses
transcultural nursing perlu dipahami oleh perawat dan calon perawat karena
Indonesia merupakan Negara dengan keanekaragaman budaya yang tinggi.
Konsep sehat-sakit tiap budaya berbeda, dimana konsep ini telah digunakan sejak nenek
moyang dan turun temurun bahkan sebelum ilmu medis modern masuk ke
dalam masyarakat. Perawat harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan
yang sesuai dengan tidak mengesampingkan konsep budaya.
DAFTAR PUSTAKA

Aini, N. (2018). TEORI MODEL KEPERAWATAN: Keperawatan (Vol. 1). UMMPress.


Baharta, M. C., & Wardaningsih, S. (2019). Pandangan Pengobat Tradisional Terhadap
Gangguan Jiwa: A Literature Review. Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 6(2),
583-586.
Fakultas Keperawatan Universitas Sumetera Utara. 2019.
https://fkep.usu.ac.id/index.php/berita/85-seminar-keperawatan-implementing-caring-
as-evidence-based-practice.

Hoffman T, Glasziou P. Bringing shared decision making and evidence-based practice


together. In: Shared Decision Making in Health Care: Achieving evidence-based
patient choice. 3rd ed. Oxford: Oxford University Press; 2016. p. 254–60

Marta Kristina. 2017. DisparitasDalamKesehatan Global. https://zdocs.tips/doc/disparitas-


dalam-kesehatan-global-mc-word-wp9mny8eom65

Purwati, Susi. (2010). Aplikasi transcultural pada gangguankesehatan mental.


http://susipurwati.blogspot.com/2010/10/aplikasi-transkultural-pada-gangguan.htmi.

Zulfia, I., Meilinda, M., Ilma, N., & Muskhafiyah, S. (2021). Kesehatan Mental Remaja
Pada Masa Pandemi. Counseling As Syamil, I (01), 11-19.

IOM. (2020). Profile International Organization for Migration. http://indonesian.iom.int/.


Diakses pada tanggal 05 februari 2022.
. Counseling As Syamil, I (01), 11-19.

Anda mungkin juga menyukai