Kelompok 12 B
Nama Kelompok
i
DAFTAR ISI
SAMPUL..................................................................................................................i
DAFTAR IS.............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................1
BAB 2 TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasae Teori....................................................................................3
B. Asuhan Keperawatan.................................................................................10
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian..................................................................................................15
B. Analisa Data................................................................................................25
C. Diangnosa Keperawatan ...........................................................................26
D. Perencanaan Keperawatan ......................................................................27
BAB 4 ANALISIS JURNAL
A. Pendahuluan ..............................................................................................30
B. Kasus ..........................................................................................................31
C. Rumusan Masalah......................................................................................31
D. Metode Penelitian.......................................................................................32
E. Hasil Penelusuran.......................................................................................32
F. Diskusi.........................................................................................................35
G. Kesimpulan.................................................................................................36
BAB 5 PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................37
B. Saran............................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes melitus merupakan penyakit yang ditandai dengan terjadinya
hiperglikemi di dalam tubuh. Sebagian besar orang-orang menyebutnya dengan
penyakit kencing manis. Biasanya para penderita DM akan disertai dengan
berbagai gejala seperti poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan.
Apabila tidak dilakukan perawatan dan pengontrolan pengobatan yang baik pada
penderita DM, maka akan menyebabkan berbagai penyakit menahun seperti
serebrovaskular, penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah tungkai dan
lain sebagainya. Penyebab diabetes dapat disebabkan berbagai hal seperti
keturunan, pola hidup yang tidak sehat, dan lain-lain. Penderita diabetes pun
setiap tahunnya semakin bertambah.
1
perawatan atau mengatur dirinya untuk mengontrol kadar glukosa darah melalui
kedisiplinan diet, melakukan pencegahan luka, serta perawatan kaki seperti yang
telah disarankan oleh tenaga kesehatan. Perawatan kaki yang efektif dapat
mencegah terjadinya resiko ulkus menjadi amputasi, selain itu penderita DM
perlu dilakukan screening kaki diabetisi dengan membuat format pengkajian kaki
diabetisi. Dan mengkatagorikan resiko ulkus kaki diabetik sampai tindak lanjut
penanganan kaki diabetik sesuai klasifikas.
2
BAB 2
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau
mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna
manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang
mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi.
Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan
ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel
terhadap insulin (Corwin, 2009).
2. Etiologi
a. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)
a) Faktor genetic :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri
tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan
genetic kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan
genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe
antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA
merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas
antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
b) Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon
autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana
antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
3
seolah-olah sebagai jaringan asing.
c) Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β
pancreas, sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan
bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.
4
c) Riwayat keluarga
d) Kelompok etni
3. Tanda gejala
a. Sering buang air kecil dimalam hari
b. Sering merasa haur
c. Cepar merasa lapar
d. Berat badan turun dengan cepat
e. Lemah dan gampang kelelahan
f. Sering kesemutan di kaki dan tangan
g. Penglihatan kabur
h. Sering infeksi
i. Luka atau memar yang sukar sembuh (gangren)
4. Patofisiologi
Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh
proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa
yang tidak terukur oleh hati.Di samping itu glukosa yang berasal dari
makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam
darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak
dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya
glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang
berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini
dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan
berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih
(poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
5
pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan
keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton
merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh
apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat
menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual,
muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan
menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian
insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki
dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala
hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan
kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting.
Diabetes tipe II.Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada
permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut,
terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel.
Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi
intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia
lebih dari 30 tahun dan obesitas.Akibat intoleransi glukosa yang
berlangsung lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan
diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi.Jika gejalanya dialami
6
pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup
kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama
sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadra
glukosanya sangat tinggi).
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dl).
Biasanya, tes ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar
glukosa meningkat dibawah kondisi stress.
b. Gula darah puasa normal atau diatas normal.
c. Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.
d. Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
e. Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan
ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan propensitas pada
terjadinya aterosklerosis.
6. Komplikasi
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM (Diabetes
Melitus) digolongkan sebagai akut dan kronik (Mansjoer dkk, 2007).
a. Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka
pendek Dari Glukosa Darah.
a) Hipoglikemia/ Koma Hipoglikemia
Hipoglikemik adalah kadar gula darah yang rendah. Kadar gula
darah yang normal 60-100 mg% yang bergantung pada berbagai
keadaan.Salah satu bentuk dari kegawatan hipoglikemik adalah
koma hipoglikemik. Pada kasus spoor atau koma yang tidak
diketahui sebabnya maka harus dicurigai sebagai suatu
hipoglikemik dan merupakan alasan untuk pembarian glukosa.
Koma hipoglikemik biasanya disebabkan oleh overdosis
insulin.Selain itu dapat pula disebabkan oleh karana terlambat
makan atau olahraga yang berlebih.
Diagnosa dibuat dari tanda klinis dengan gejala hipoglikemik
terjadi bila kadar gula darah dibawah 50 mg% atau 40 mg% pada
pemeriksaaan darah jari.
Penatalaksanaan kegawatdaruratan:
Pengatasan hipoglikemi dapat diberikan bolus glukosa 40%
dan biasanya kembali sadar pada pasien dengan tipe 1.
Tiap keadaan hipoglikemia harus diberikan 50 cc D50 W
dalam waktu 3-5 menit dan nilai status pasien dilanjutkan
7
dengan D5 W atau D10 W bergantung pada tingkat
hipoglikemia
Pada hipoglikemik yang disebabkan oleh pemberian long-
acting insulin dan pemberian diabetic oral maka diperlukan
infuse yang berkelanjutan.
Hipoglikemi yang disebabkan oleh kegagalan
glikoneogenesis yang terjadi pada penyakit hati, ginjal, dan
jantung maka harus diatasi factor penyebab kegagalan ketiga
organ ini.
b) Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketotik (Hhnc/ Honk)
HONK adalah keadaan hiperglikemi dan hiperosmoliti tanpa
terdapatnya ketosis. Konsentrasi gula darah lebih dari 600 mg
bahkan sampai 2000, tidak terdapat aseton, osmolitas darah tinggi
melewati 350 mOsm perkilogram, tidak terdapat asidosis dan
fungsi ginjal pada umumnya terganggu dimana BUN banding
kreatinin lebih dari 30 : 1, elektrolit natrium berkisar antara 100 –
150 mEq per liter kalium bervariasi.
8
d) Rentan infeksi, seperti tuberkulosis paru dan infeksi saluran
kemih
e) Ulkus/ gangren/ kaki diabetik
7. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin
dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi
vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah
mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan
gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima komponen dalam
penatalaksanaan DM, yaitu :
a. Diet
b. Latihan
c. Penyuluhan
d. Obat
e. Cangkok pancreas
8. Pathway
9
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
a) Airway + cervical control
1) Airway
Lidah jatuh kebelakang (coma hipoglikemik), Benda asing/
darah pada rongga mulut
2) Cervical Control
b) Breathing + Oxygenation
1) Breathing : Ekspos dada, Evaluasi pernafasan
- KAD : Pernafasan kussmaul
- HONK : Tidak ada pernafasan Kussmaul (cepat dan
dalam)
2) Oxygenation : Kanula, tube, mask
c) Circulation + Hemorrhage control
1) Circulation :
- Tanda dan gejala schok
- Resusitasi: kristaloid, koloid, akses vena.
2) Hemorrhage control : -
d) Disability : pemeriksaan neurologis GCS
A : Allert : sadar penuh, respon bagus
V : Voice Respo : kesadaran menurun, berespon thd suara
P : Pain Respons: kesadaran menurun, tidak berespon terhadap
suara, berespon thd rangsangan nyeri
U: Unresponsive : kesadaran menurun, tidak berespon
terhadap suara, tidak bersespon terhadap nyeri
c. Pemeriksaan penunjang
a) Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari
200mg/dl). Biasanya, tes ini dianjurkan untuk pasien yang
menunjukkan kadar glukosa meningkat dibawah kondisi stress.
b) Gula darah puasa normal atau diatas normal.
c) Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.
d) Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
e) Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat
menandakan ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan
10
propensitas pada terjadinya aterosklerosis.
11
b. Batasan karakteristik
a) Subjektif
1) Kram aabdomen
2) Nyeri abdomen
3) Menolak makan
4) Indigesti
5) Persepsi ketidakmampuan untuk mencerna makanan
6) Melaporkan perubahan sensasi rasa
7) Melaporkan kurangnya makanan
8) Merasa cepat kenyang setelah mengkonsumsi makanan
b) Objektif
1) Pembuluh kapiler rapuh
2) Diare atau steatore
3) Adanya bukti kekurangan makanan
4) Kehilangan rambut yang berlebihan
5) Bising usus hiperaktif
6) Kurang informasi, informasi yang salah
7) Kurangnya minat terhadap makanan
8) Salah paham
9) Membran mukosa pucat
10) Tonus otot buruk
11) Menolak untuk makan
12) Rongga mulut terluka
13) Kelemahan otot yang berfungsi untuk menelan atau
mengunyah
c. Faktor yang berhubungan
12
l) Pengaabaian oleh orang tua
m) Gangguan psikologis
3. Perencanaan
Diagnosa 1: Nyeri (Akut/Kronis)
a. Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan
NOC
Memperlihatkan Pengendalian Nyeri, yang dibuktikan oleh indikator
sebagai berikut (sebutkan 1-5: tidak pernah, jarang, kadang-kadang,
sering, atau selalu)
b. Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC
a) Kaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi
Rasional : Untuk mengetahui tingkatan nyeri
b) Intervensi : Observasi reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan
Rasional : Mencoba untuk mentoleransi nyeri, daripada
meminta analgetik
c) Intervensi : Berikan tindakan mandiri seperti mengatur posisi,
mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi, dan memberikan
kompres hangat,
Rasional : Memfokuskan kembali perhatian dan
meningkatkan kemampuan koping, sehingga menurunkan
nyeri dan ketidaknyamanan
d) Berikan penyuluhan kepada pasien/keluarga tentang prosedur
yang dapat meningkatkan nyeri dan tawarkan strategi koping
yang disarankan
Raasional : Pasien/keluarga mengetahui apa yang dijelaskan
oleh perawat
e) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Rasional : Menurunkan nyeri, meningkatkan kenyamanan
Diagnosa 2: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
a. Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan NOC
a) Nutritional status : Food & Fluid intake.
b) Nutritional status : Nutrient intake.
c) Kriteria hasil :
1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan.
2) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan.
3) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.
4) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
5) Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan.
13
6) Tidak terjadi penurunan BB yang berarti.
b. Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC
a) Kaji makanan kesukaan pasien
Rasional : supaya menambahkan nafsu makan pasien
b) Observasi kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
Rasional : Mengetahui apakah kekurangan nutrisi atau tidak
dari dalam tubuh
c) Lakukan tindakan mandiri dengan kaji TTV pasien, timbang
BB pasien pada interval yang tepat
Rasional : Agar mengetahui penurunan nutrisi pada pasien
d) Berikan penyuluhan kepada pasien/keluarga tentang makanan
yang bergizi dan tidak mahal
Rasional : Supaya nutrisi dalam tubuh pasien terpenuhi
e) Kolaborasi dengan ahli gizi
Rasional : Agar nutrisi pasien terpenuhi
4. Evaluasi
a. Diagnosa 1 : Nyeri (Akut/Kronis)
S : klien mengatakan nyeri berkurang atau tidan nyeri lagi
O : klien tampak rileks, tenang, TD normal, frekuensi jantung normal,
frekuensi pernapasan normal
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
14
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
I. DATA DEMOGRAFI
1. Biodata
- Nama ( inisial ) : Ny. J
- Usia / tanggal lahir : 49/ 1 juni 1970
- Jenis kelamin : perempuan
- Alamat : tabalong
- Suku / bangsa : banjar
- Status pernikahan : menikah
- Agama / keyakinan : islam
- Pekerjaan / sumber penghasilan : IRT
- Diagnosa medik : DM tipe II dan Diabetic
foot
- No. medical record : 435xxx
- Tanggal masuk : 14 oktober 2019
- Penanggung jawab
- Nama : Tn. H
- Usia : 60 tahun
- Jenis kelamin : laki-laki
- Pekerjaan / sumber penghasilan : Petani
- Hubungan dengan klien : Suami
15
2. Riwayat kesehatan lalu
Klien mengatakan bahwa memiliki riwayat hipertensi dengan berobat hanya
di mantra.Klien mengatakan sebelum nya klien tidak pernah seperti
ini.Klien memiliki alergi obat.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan keluarganya ada yang memiliki penyakit DM. Klien
mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang memiliki penyakit menular
Genogram :
Keterangan :
= laki-laki = klien
V. RIWAYAT SPIRITUAL
Klien beragama islam, klien saat dirumah selalu malaksanakan sholat, tetapi
saat di rumah sakit klien mengalami kesulitan untuk melakukan ibadah
16
- Klien tampak cukup bersih
- TB : 155 cm
- BB : 68 kg
- IMT : 28,3
2. Tanda-tanda vital
- Suhu : 37 °C
- Nadi : 90 kali/menit
- Pernafasan : 20 kali/menit
- Tekanan darah : 110/70 mmHg
- SpO2 : 99%
3. Sistem pernafasan
- Hidung : bentuk hidung simetris, tidak terdapat polip , tidak
menggunakan alat bantu napas
- Leher : Tidak terdapat pebesaran kelenjar ataupun tumor
- Dada : bentuk dada simetris, tidak ada kesulitan bernapas, tidak ada
suara tambahan napas.
4. Sistem kardiovaskuler
Konjungtiva normal, arteri carotis teraba, suara jantung S1 S2 Tunggal
dan capillary refilling time >2 detik.
5. Sistem perncernaan
Sklera normal, bibir tampak kering, tidak terdapat nyeri menelan, tidak
ada kembung, bising usus 12x/menit, abdomen tidak ada nyeri tekan.
6. Sistem indra
- Mata : Gerakan bola mata kiri dan kanan simetris, kebersihan cukup
baik, klien tidak menggunakan alat bantu baca.
- Hidung: Hidung simetris, tiak ada polip atau sumbatan, klien dapat
membedakan bau makanan.
- Telinga : telinga simetris, pendengaran baik , klien mendengar saat
dipanggil tanpa harus disentuh.
7. Sistem saraf
a. Fungsi cerebral
- Daya ingat klien cukup baik.
- GCS E4 V5 M6
Eyes : 4= spontan
3= terhadap perintah
2= terhadap nyeri
1= tidak ada respon
Verbal : 5= terorientasi
4= bingung
3= kata-kata tidak teratur
17
2= tidak dapat dimengerti
1= tidak ada
Motorik : 6= mematuhi perintah
5= melokalikasi nyeri
4= penarikan karena nyeri
3= fleksi abnormal
2= ekstensi abnormal
1= tidak ada respon
5555 L R 5555
5555 L R 5555
Ket :
0 : Lumpuh total
1 : Adanya kontraksi
2 : Dapat bergerak dengan bantuan
3 : Dapat melakukan gravitas
4 : Dapat menahan tekanan
5 : Dapat menahan tekanan berat
8. Sistem muskuloskeletal
- Kepala : tidak ada kelainan pada bentuk kepala
- Vertebrae : tidak ada kelainan pada bentuk vertebrae
- Lutut : tidak ada kaku pada lutut klien
- Kaki : adanya pembengkakan pada kaki, grade 2
- Bahu : tidak ada kelainan pada bahu
- Tangan : tidak ada kelainan pada ekstrenitas atas
9. Sistem integument
Rambut tapak bersih, terdapat luka di kaki kiri bagian ibu jari post operasi
dengan ukuran panjang luka 7-8 cm dengan lebar 2cm , kedamalaman 1-2
cm, tidak terdapat jaringan nekrotic berwarna hitam, terdapat oedem di
bagian kaki grande 2 , capillary refiling time kembali dalam >2 detik,
10. Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, ekresi urine normal, tidak ada
riwayat air kencing dikelilingin semut.
18
11. Sistem perkemihan
Tidak terdapat masalah pada system perkemihan, keadaan kandung kemih
normal dan tidak terdapat penyakit pada system perkemihan.
12. Sistem reproduksi
Wanita : payudara simetris, haid rutin setiap bulannya.
13. Sistem immune
Klien mempunyai alergi obat
19
dan minum alkohol
Personal hygiene Personal hygiene
Klien mengatakan klien mandi 2 Klien mengatakan untuk mandi klien
kali sehari pelan-pelan berjalan ke kamar mandi dan
dilakukan 1 kali sehari
20
PLT (Trombosit) 429 10^3/uL 150-450
GDP 201 mg/dl 76-110
Glukosa 2 jam PP 252 mg/dl <125
Kontraindikasi :
Tidak terdapat kontraindikasi
absolut terhadap penggunaan
ringer laktat. Namun,
penggunaannya bersamaan dengan
ceftriaxone dilaporkan dapat
menimbulkan presipitasi pada
aliran darah, sehingga tidak
disarankan.
Ringer laktat juga sebaiknya tidak
diberikan bersamaan dengan
transfusi darah karena
meningkatkan risiko koagulasi
karena kalsium.
Kontraindikasi:Omeprazole
dikontraindikasikan untuk pasien
yang diketahui hipersensitivitas
terhadap obat ini atau bahan lain
yang terdapat dalam formulasi.
Herbesser 24 jam CD 200 ORAL Indikasi:Untuk mengobati
hipertensi ringan sampai sedang,
baik sebagai terapi tunggal
maupun kombinasi dengan anti
hipertensi lainnya
21
Kontraindikasi:Jangan
menggunakan obat ini pada pasien
yang mempunyai riwayat
hipersensitif
terhadap diltiazem atau obat-obat
yang termasuk golongan calcium
channel blockers lainnya.
Herbesser CD 100
(diltiazem) tidak boleh diberikan
pada penderita
gagal jantung kongestif, karena
bisa menyebabkan perburukan
klinis.
Ketorolac 24 jam 30 mg IV Indikasi Umum
Terapi jangka pendek nyeri sedang
setelah operasi
Kontra Indikasi
Alergi OAINS, tukak peptik akut,
perdarahan KV, diastesis
hemoragik, hamil dan menyusui,
anak < 16 tahun.
Ceftriaxone 24 jam 1 gr IV Indikasi ceftriaxone adalah untuk
mengatasi infeksi bakteri gram
negatif maupun gram positif
Kontraindikasi ceftriaxone
adalah pada individu dengan
riwayat hipersensitivitas terhadap
obat ini atau golongan
sefalosporin lainnya.
22
Kontra Indikasi
Penderita yang hipersensitif
terhadap metronidazole atau
derivat nitroimidazol lainnya dan
kehamilan trimester pertama
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas, hamil dan
menyusui
Kontra Indikasi
Penderita anuria, gangguan ginjal,
dan hiperkalemia
Kontra Indikasi
Gagal ginjal akut dg anuria, koma
hepatik, hipokalemia,
hiponatremia & atau hipovolamia
dg atau tanpa hipotensi. Gangguan
fungsi ginjal atau hati.
Kontraindikasi
23
Hipersensitivitas dan ibu hamil ,
menyusui
Kontra Indikasi
hipersensitivitas
Kontra Indikasi
Pasien dengan sindrom QT
panjang bawaan, hipersensitivitas
Kontraindikasi :
penderita zat besi berlebih
(hemokromatosis, hemosiderosis),
anemia karena pemecahan sel
darah merah (anemia hemolitik),
kelainan sel darah merah
(porfiria, talasemia), luka pada
lambung (ulkus peptikum) dan
usus besar (kolitis
ulseratif) peminum alkohol, dan
penerima transfusi darah rutin
24
disebabkan karena saat Edisi 11 tahun
bertani 2018-2020 hal
- klien mengatakan pernah 236)
mengobati luka secara
tradisional
Ds :
- Klien tampak luka dikaki
kiri
- Luka klien tampak:
panjang 7-8 cm
lebar 2 cm
kedalaman 1-2 cm
- klien tampak bagian kaki
terlihat kemerahan
- klien tampak oedema
dikaki , pitting odem grade
2
TTV
- TD : 140/80 mmHg
- N : 92 x/menit
- RR : 20 x/menit
- S : 37°C
2 22 April 2020 Do : Kurang Hambatan
jam 12,30 - Klien mengatakan klien dukungan mobilitas fisik
berbaring saja lingkungan (00085)
- Klien mengatakan (NANDA-I
mengatakan tidak leluasa Edisi 11 tahun
beraktivitas 2018-2020 hal
- Klien mengatakan bosan 217)
dikamar
Ds :
- Klien tampak berbaring
- Klien tampak bosan
- Klien tampak bergerak
labat
25
- klien tampak memegang dirubah
kepala (NANDA-I
- klien tampak berkeringat Edisi 11 tahun
TTV 2018-2020 hal
- TD : 140/80 mmHg 174)
- N : 92 x/menit
- RR : 20 x/menit
- S : 37°C
26
Kriteria Hasil : infeksi dan
Mendemonstrasikan mengobati
status sirkulasi yang luka
ditandai dengan :
Tekanan systole dan
diastole dalam
rentang yang
diharapkan
Tidak ada ortostatik
hipertensi
27
lingkungan keadaan
jonit movement : monitoring vital sign
umum pasien
active sebelum dan sesudah
untuk
latihan dan lihat
mobility level
menentua
respon pasien saat
self care : ADLs terapi
latihan
selanjutnya
transfer konsultasikan dengan
untuk
performance terapi fisik tentang
memudahkan
kriteria hasil rencana ambulansi
klien dalam
sesuai dengan
klien meningkat aktvitas
kebutuhan
dalam aktivitas untuk
fisik ajarkan pasien atau mengetahui
tenaga kesehatan lain perkembanga
mengerti tujuan
tentang tehnik n klien
dari peningkatan
ambulansi untuk
mobilitas
kaji kemampuan membantu
memverbalisasikan
pasien dalam klien jika
perasaan dalam
pemenuhan klien tidak
meningkatkan
kebutuhan ADLs mampu
kekuatan dan
secara mandiri sesuai untuk
kemampuan dalam
kemampuan memudahkan
berpindah
klien
dampingi dan bantu
untuk
pasien saat mobilisasi
membantu
dan bantu penuhi
klien dalam
kebutuhan ADLs
bergerak
klien
untuk
berikan alat bantu jika
memudahkan
klien membutuhkan
klien dalam
ajarkan pasien melakukan
bagaimana merubah nya secara
posisi dan berikan mandiri
bantuan jika
diperlukan
28
BAB 4
ANALISA JURNAL
A. Pendahuluan
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolismeyang ditandai dengan
hiperglikemia yangberhubungan dengan abnormalitas metabolismekarbohidrat,
lemak dan protein yang disebabkanoleh penurunan sekresi insulin atau
penurunansensitivitas insulin atau keduanya yang menyebabkankomplikasi kronis
mikrovaskuler danneuropati (Yuliana, 2009 dalam NANDA, 2013).
29
20 tahun ke depan. Di Indonesia berdasarkan hasildari 24417 responden
berusia>15tahun, 10,2% mengalami toleransi glukosaterganggu (kadar glukosa)
140-200 mgdl setelahpuasa selama 4 jam diberikan beban glukosasebanyak 75
gram, Beberapa hal yang dihubungkandengan faktor resiko diabetes melitus
adalahobesitas, hipertensi, kurangnya aktivitas fisik danrendahnya konsumsi
sayur dan buah. Salah satu komplikasi yang sering terjadiadalah gangren, dimana
kulit dan jaringan sekitarluka akan mati atau nekrotik dan
mengalamipembusukan, Gangren dapat terjadi pada pasienbagian tubuh yang
terendah diujung terutamapada ekstremitas bawah.Perawatan luka biasanya
mengunakanantiseptik cairan fisiologis (NaCl atau RL)lakukan debridement pada
luka dan gunakan kasasteril serta peralatan luka Cloramfenikol,tetrasiklin HCL,
silver sulvadiazine 1%, basitracin,bioplacenton, mafenide acetate dangentamisin
sulfat adalah antibiotik yang seringpenggunaan antibiotik topikal ini dapat
menyebabkanefek yang merugikan seperti peningkatanjumlah koloni pada luka,
menimbulkan nyeri dan sensitifitas terhadap sulfa.
Garam mempunyai sifat yang mudah menyerap air. Ketika garam dicampur
dengan air, terutama air hangat, terbentuklah partikel-partikel dengan muatan
listrik yang berbeda: ion natrium yang bermuatan positif dan ion klor yang
bermuatan negative, larutan garam ini diberikan pada bagian yang luka, ion-ion
30
ini akan mengatur tekanan sel-sel di sekitar luka. Tekanan diatur sedemikian rupa
sehingga cairan tidak akan keluar dari dalam sel .Di samping mengeringkan luka,
air garam juga dapat membunuh bakteri yang menyerang luka (terutama bakteri
staphylococcus dan streptococcus.
B. Kasus
Sebelum dibawa kerumah sakit pada tanggal 20 April 2020, klien mengalami luka
di kaki kiri bagian jempol ±1 minggu sebelum dibawa ke RS, klien pernah
melakukan pengobatan tradisional sebelumnya tapi tidak kunjung sembuh,
sehingga suami nya membawa ke rumah sakit karena luka tambah parah. Pada
tanggal 22April dilakukan pemeriksaan pada luka, di temukan luka di jempol kiri
telah dilakukan amputasi dengan kondisi luka mulai membaik. Ttv : T: 37 °C, N :
90 kali/menit R : 20 kali/menit, TD : 110/70 mmHg, SpO2 : 99%
C. Rumusanmasalah
Mana yang lebih efektif perawatan luka dengan menggunakan air garam dengan
perawatan luka menggunakan madu ?
(Patient, Population or
Perawatan luka pada penderita DM
problem)
D. Metode/strategipenelusuranbukti
Jurnal pertama
Judul : Pengaruh Rendam Air Garam Terhadap Proses
Penyembuhan Ukus Diabetikum
Alamat jurnal :Jurnal SMART Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
(STIKes) Karya Husada Semarang. Volume.4 No.2,
ISSN: 2503-0388
Waktu penelitian : Tahun 2017
Jurnal kedua
Judul :Pengaruh Madu Terhadap Proses Penyembuhan Luka
GangrenPada Pasien Diabetes Mellitus
Alamat :Media Publikasi Penelitian, Website:
31
ejournal@stikespku.ac.id
Waktu : 2017
E. Hasil Penelusuran
No JudulJurnal Validity Important Applicable
Pengaruh a. Desain penelitian: quasi a. Berdasarkan kelompok - Bahan mudah
eksperimen dengan umur sebagian besar
1. Rendam Air didapatkan
rancangan pre
Garam test – post test design 50-60 tahun 14 (35%) - Memberikan manfaat
Terhadap with control group b. Berdasar yang banyak dan lebih
Proses b. Populasi dan jeniskelamin, mudah dalam
responden berjenis
Penyembuhan sampel:seluruh pasien mengaplikasikannya
kelamin wanita 22
Ulkus dengan ulkus
orang (55%) lebih
Diabetikum diabetikum di RS Prima
banyak dari laki-laki
Medika Pemalang,
c. Dari hasil analisis
Teknik pengambilan
pengaruhrendam air
sampel dengan quota
garam terhadap
sampling
proses penyembuhan
ulkus
c. Besar sampel:
diabetikum,bahwa
sampel yang telah di
pasien yang tidak
tetapkan peneliti yaitu
diberikan perlakuan
sejumlah 40 responden,
dapat dilihat darirata-
20 responden dilakukan
rata nilai proses
tindakan rendam air
penyembuhan luka
garam, dan 20
pada kelompok
responden tidak
kontrol (tidak
dilakukan rendam air
direndam air garam)
garam sebagai control.
adalah 3.35
d. Dari hasil analisis
pengaruhrendam air
garam terhadap
proses penyembuhan
ulkus
diabetikum,bahwa
pasien yang diberikan
perlakuan dapat
dilihat dari rata rata
nilai proses
penyembuhan luka
pada kelompok
32
intervensi (direndam
air garam) adalah
3.70
e. Dari hasil analisa
bivariat dilakukan
dengan menggunakan
uji beda mean
independent
menggunnakan uji
non parametric
Mann-Whitney U
karena distribusi data
tidak normal. Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa
rata-rata nilaiproses
penyembuhan luka
pada kelompok
intervensi (direndam
air garam) adalah
3.70, sedangkan rata-
rata nilai proses
penyembuhan luka
pada kelompok
kontrol (tidak
direndam air garam)
adalah3.35. Hasil uji
statistik didapatkan
ada pengaruh
perawatan luka
rendam air garam
terhadap proses
penyembuhan luka
ulkus diabetikum (p
value = 0.029)
33
Post-test Group jeniskelamin, mengaplikasikannya
b. Populasi dan sampel: responden berjenis
Seluruhpasien kunjungan kelamin wanita 3 orang
di Poliklinik Omah Luka (75%) lebih banyak
c. Besar sample: dari perempuan
Pengambilan sampel c. Dari hasil analisis
dengan menggunakan pengaruh madu
teknik Aksidental terhadap proses
sampling, Seluruhpasien penyembuhan luka
kunjungan di Poliklinik gangrene, bahwa pasien
Omah Lukasebanyak 20 yang sebelum diberikan
responden perlakuan dapat dilihat
d. Pengukurannnya dari Hasil Uji Distribusi
NormalLuka
Responden (One-
Sample Kolmogorov-
Smirnov Test) nilai p:
0,846, keterangan
>0,05 =normal
d. Dari hasil analisis
pengaruh madu
terhadap proses
penyembuhan luka
gangrene, bahwa pasien
yang sesudah diberikan
perlakuan
perawatanselama dua
minggu, dapat dilihat
dari Hasil Uji Distribusi
Normal Luka
Responden (One-
Sample Kolmogorov-
Smirnov Test) nilai p:
0,417, keterangan
>0,05 = normal
e. Dari analisis bivariat
diperoleh hasil t
hitung5.000 dan p
value 0.015 karena
hasil t hitung5.000
diatas harga atau >
table t: 2.35 dan p <dari
0.05, maka disimpulkan
ada manfaat maduuntuk
34
mempercepat proses
penyembuhan
lukagangrene sehingga
hipotesis yang berbunyi
adamanfaat madu
terhadap penyembuhan
luka gangrene di
terima. Dan keeratan
pengaruhpaired sample
correlation 0,577
(57%)
sehinggamempunyai
pengaruh yang sedang.
F. Diskusi
a. Pengaruh Rendam Air Garam Terhadap ProsesPenyembuhan
Ulkus Diabetikum
Kelebihan :
- Bahan mudah didapatkan
- Memberikan manfaat yang banyak dan lebih mudah dalam
mengaplikasikannya
- Biaya tergolong rendah
- Dapat membunuh kuman yang terdapat diluka
Kekurangan :
- Kurang bisa mengukur secara akurat manfaat rendaman garam dikarenakan
di dalam jurnal tidak dijelaskan takaran untuk jumlah garam dan suhu air
yang digunakan
- Manfaat dari rendaman garam akan membuat luka menjadi cepat kering
sehingga proses penyembuhan menjadi lebih lambat dibandingkan dengan
luka lembab
Kekurangan :
35
G. Kesimpulan
Pemberian terapi dengan menggunakan madu lebih efektif dan mudah
diaplikasikan meskipun biayanya relative mahal karena madu dapat membuat
luka menjadi lembab sehingga mempercepat proses penyembuhan. Berdasarkan
hasil uji statistik perawatan luka dengan menggunakan madu lebih efektif
daripadaair garam.
BAB 5
A. Kesimpulan
Diabetes Mellitus atau kencing manis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemi) akibat kekurangan hormone
insulin baik absolute maupun relatif. Ada dua jenis diabetes yaitu diabetes tipe l
dan diatetes tipe ll. Diabetes tipe I diakibatkan karena tejadinya kerusakan
pankreas sehingga insulin harus di datangkan dari luar. Diabates tipe II atau
disebut juga DM yang tidak tergantung pada insulin yang disebabkan karena
insulin yang tidak dapat bekerja dengan baik. Diabetes dapat menyebabkan
berbagai komplikasi penyakit dan mempunyai gejala-gejala yang dapat dikenali
dengan mudah. Sehingga diabetes mellitus dapat dicegah dengan pengaturan
aktifitas fisik, olahraga teratur, dan pengaturan pola makan.
36
B. Saran
Sebaiknya perawat harus mengetahui konsep dasar penyakit DM agar dalam
mengaplikasikan asuhan keperawatan kepada pasien dalam kehidupan sehari-hari
dapat dilakukan dengan baik dan benar.
37
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth.2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta:
EGC
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6. Jakarta: EGC
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Indriastuti, Na. 2008. Laporan Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Dengan Efusi Pleura
dan Diabetes Mellitus Di Bougenvil 4 RSUP dr Sardjito Yogyakarta. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Rab, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT Alumni
38
39