Anda di halaman 1dari 30

TREND DAN ISSUE SISTEM

INFORMASI KESEHATAN DI
INDONESIA
Tantangan Sistem Informasi Kesehatan
1.   Tantangan otonomi daerah  
• Berdasar UU No. 2 tahun 1999 tentang
pemerintahan daerah dan UU No. 25 tahun
1999 tentang perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan daerah.
• Sehingga daerah punya otoritas dalam
menentukan arah kebijakan sendiri termasuk
di dalamnya mengenai arah kebijakan Sistem
Informasi Kesehatan untuk kabupatennya
Tantangan Sistem Informasi Kesehatan
2. Tantangan Globalisasi
• Banyak ragam perangkat lunak Sistem Informasi
Kesehatan sehingga membingungkan unit
operasional dalam menginputnya. Juga
membingungkan pihak pengambil kebijakan
dalam menentukan model dan sistem yang
nantinya akan digunakan guna menghasilkan
input, proses dan output yang maksimal sesuai
dengan kebutuhan yang ada. 
3. Kebijakan Satu Data

Satu Data Indonesia adalah kebijakan tata kelola


data Pemerintah untuk menghasilkan data yang akurat,
mutakhir, terpadu dan dapat di pertanggungjawabkan,
serta mudah di akses dan dibagipakaikan antar instansi
Pusat, Instansi Daerah melalui pemenuhan Standar Data,
Metadata, Interoperabilitas Data dan menggunakan Kode
Referensi dan Data Induk (Pasal 1 Ayat (1) Perpres No.
39 Tahun 2019 Tentang Satu Data Indonesia.
Kelemahan Sistem Informasi
Kesehatan
1. SIK masih terfragmentasi (belum terintegrasi)
dan dikelola berbagai pihak sehingga terdapat
“pulau-pulau informasi”.
2. Legislasi yang ada belum kuat untuk mendukung
integrasi SIK.
3. Tenaga Pengelola SIK umumnya masih kurang
diakui perannya, pengembangan karir tidak jelas
dan belum ada jabatan fungsionalnya.
4. Terbatasnya anggaran untuk teknologi informasi
dan komunikasi khususnya untuk pemeliharaan.
LANJUTAN...
5. Belum terbangunnya mekanisme aliran data
kesehatan baik lintas program (Pusat, Provinsi,
Kabupaten/Kota) maupun lintas sektor.
6. Masih lemahnya mekanisme monitoring,
evaluasi dan Audit SIK.
7. Kualitas data masih bermasalah (tidak: akurat,
lengkap, tepat waktu)
8. Penggunaan data/informasi oleh pengambil
keputusan dan masyarakat masih sangat rendah
ISSUE
SIKDA GENERIK
SIKDA Generik
• SIKDA Generik merupakan Sistem Informasi Kesehatan Daerah
yang dirancang untuk dapat memenuhi berbagai persyaratan
minimum yang dibutuhkan dalam pengelolaan informasi
kesehatan daerah, dari proses pengumpulan, pencatatan,
pengolahan, sampai dengan diseminasi informasi kesehatan.
• SIKDA Generik dirancang untuk menjadi standar bagi
pemerintah daerah dalam pengelolaan informasi kesehatan di
wilayahnya
KEBIJAKAN SATU DATA
1. Satu Data adalah sebuah inisiatif pemerintah
Indonesia untuk mendorong pengambilan
kebijakan berdasarkan data.  data pemerintah
yang akurat, terbuka, dan interoprable.
2. Satu Data memiliki tiga prinsip utama yaitu, satu
standar data, satu metadata baku, dan satu
portal data. Dengan demikian, pemanfaatan data
pemerintah tidak hanya terbatas pada
penggunaan secara internal antar instansi, tetapi
juga sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan data
publik bagi masyarakat.
3. Satu Data menggunakan prinsip data
terbuka  dalam merilis data. Data tersedia
dalam format terbuka yang mudah digunakan
kembali, dengan tujuan untuk meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas pemerintah,
serta untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam mengawal pembangunan.
4. Data.go.id adalah portal resmi Satu Data
Indonesia sebagai wujud operasionalisasi rilis
dan pemanfaatan data terbuka, yang tidak
terbatas pada kementerian, lembaga, atau
pemerintah daerah saja, namun juga semua
instansi lain yang menghasilkan data terkait
Indonesia.
Open Data (Data Terbuka)
• Data terbuka adalah data yang dapat
digunakan secara bebas, dimanfaatkan, dan
didistribusikan kembali oleh siapapun tanpa
syarat, kecuali dengan mengutip sumber dan
pemilik data. Selain itu, seluruh data yang
dipublikasikan harus mengikuti peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Kriteria penting dari data terbuka
adalah:
1. Ketersediaan dan akses: Data harus tersedia
utuh dan bebas biaya. Akan lebih baik jika
data dapat diunduh melalui internet. Data
juga harus tersedia dalam bentuk yang mudah
digunakan dan dapat diolah kembali.
2. Penggunaan dan pendistribusian: Data yang
digunakan dan didistribusikan kembali harus
memenuhi syarat-syarat yang telah
ditentukan.
3. Terbuka untuk umum: Setiap orang bebas
menggunakan dan mendistribusikan kembali
dataset. Tidak diperkenankan adanya diskriminasi
atas bidang usaha, orang, atau kelompok.
4. Dipublikasikan sesuai peraturan yang berlaku.
Mengacu pada Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik,
terdapat jenis data yang dikecualikan dan tidak
boleh dirilis.  
Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2008 Tentang
Keterbukaan Informasi Publik
Informasi yang dikecualikan

• Kriteria informasi publik yang dikecualikan


bersifat rahasia dan tidak dapat diakses oleh
publik diatur dalam Pasal 17 Undang –
Undang Keterbukaan Informasi Publik (UU
KIP).  Berdasarkan pasal tersebut, informasi
publik yang dikecualikan  adalah informasi
yang apabila dibuka dapat:
1. Menghambat proses penegakan hukum;
2. Mengganggu kepentingan perlindungan hak
atas kekayaan intelektual dan perlindungan dari
persaingan usaha tidak sehat;
3. Membahayakan pertahanan dan keamanan
negara;
4. Mengungkapkan kekayaan alam Indonesia;
5. Merugikan ketahanan ekonomi nasional;
6. Merugikan kepentingan hubungan luar negeri;
7. Mengungkapkan isi akta otentik yang bersifat
pribadi dan kemauan terakhir ataupun wasiat
seseorang;
8. Mengungkap rahasia pribadi seseorang;
9. Memorandum atau surat-surat antar Badan
Publik atau intra Badan Publik yang menurut
sifatnya dirahasiakan, kecuali atas putusan
Komisi Informasi atau pengadilan;
10. Informasi Publik yang tidak boleh diungkapkan
berdasarkan Undang-Undang.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai