Anda di halaman 1dari 23

TUGAS MATA KULIAH

KESEHATAN KESELAMATAN KERJA

“Risiko dan Hazard dalam Asuhan Keperawatan”

Disusun oleh:

Kelompok II
Fika Dwi Aprilia
Mistika Nurfajrina
Nur Ika Syafira
Rizki Nurbaiti

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI
TAHAP PROFESI NERS
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulisan makalah “Risiko dan Hazard dalam Asuhan
Keperawatan” dapat kami selesaikan.
Shalawat beriring salam semoga dilimpahkan kepada Baginda Rasulullah
SAW, keluarga, para sahabat dan orang-orang yang istiqamah di jalan-Nya hingga
akhir zaman.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata ajar Keperawatan
Kesehatan Keselamatan Kerja (K3). Selain itu, agar pembaca dapat memperluas
ilmu yang berkaitan dengan judul makalah, yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber dan hasil kegiatan yang telah dilakukan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak terkait, terutama kepada
dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengajaran dalam
penyelesaian makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Dan kami menyadari masih banyak kekurangan yang mendasar dalam
makalah ini. Oleh karena itu, kami memohon keterbukaan dalam pemberian saran
dan kritik agar lebih baik lagi untuk ke depannya.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................3
C. Tujuan........................................................................................................................ 3
D. Manfaat...................................................................................................................... 4
E. Sistematika Penulisan.............................................................................................. 4
BAB II TELAAH PUSTAKA.................................................................................5
A. Konsep Risiko dan Hazard Keperawatan................................................................5
B. Risiko dan Hazard Dalam Pengkajian Keperawatan.............................................6
C. Risiko dan Hazard Dalam Perencanaan Keperawatan.........................................10
D. Risiko dan Hazard Dalam Implementasi Keperawatan.......................................10
E. Risiko dan Hazard Dalam Evaluasi Keperawatan................................................13
BAB III PENUTUP................................................................................................18
A. Kesimpulan..............................................................................................................18
B. Saran.........................................................................................................................18
Daftar Pustaka

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan istilah yang sangat populer.
Bahkan di dalam dunia industri istilah tersebut lebih dikenal dengan singkatan
K3 yang artinya keselamatan, dan kesehatan kerja. Keselamatan dan
Kesehatan Kerja sebagai suatu program didasari pendekatan ilmiah dalam
upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya dan risiko (risk)
terjadinya penyakit dan kecelakaan, maupun kerugian-kerugian lainya yang
mungkin terjadi. Jadi dapat dikatakan bahwa Keselamatan dan Kesehatan
Kerja adalah suatu pendekatan ilmiah dan praktis dalam mengatasi potensi
bahaya (hazard) dan risiko kesehatan dan keselamatan yang mungkin terjadi
(Rijanto, 2010).
Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar
bagi kelangsungan suatu usaha. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa
kerugian materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya
korban jiwa yang tidak sedikit jumlanya. Setiap tahun di dunia terjadi 270 juta
kecelakaan kerja, 160 juta pekerja menderita penyakit akibat kerja, kematian
2.2 juta dan kerugian finansial sebesar 1.25 triliun USD. Sedangkan di
Indonesia menurut data PT. Jamsostek (Persero) dalam periode 2002-2005
terjadi lebih dari 300 ribu kecelakaan kerja, 5000 kematian, 500 cacat tetap
dan konpensasi lebih dari Rp. 550 milyar. Kompensasi ini adalah sebagian
dari kerugian langsung dan 7.5 juta pekerja sektor formal yang aktif sebagai
peserta Jamsostek. Diperkirakan kerugian tidak langsung dari seluruh sektor
formal lebih dari Rp. 2 triliun, dimana sebagian besar merupakan kerugian
dunia usaha (DK3N, 2007).
Pelaksanaan K3 akan mewujudkan perlindungan terhadap tenaga kerja
dari risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada
waktu melakukan pekerjaan di tempat kerja. Dengan dilaksanakannya

1
perlindungan K3, diharapkan akan tercipta tempat kerja yang aman, nyaman,
sehat dan tenaga kerja yang produktif, sehingga akan meningkatkan
produktivitas kerja dan produktivitas perusahaan. Dengan demikian untuk
mewujudkan K3 perlu dilaksanakan dengan perencanaan dan pertimbangan
yang tepat, dan salah satu kunci keberhasilannya terletak pada peran serta
pekerja sendiri baik sebagai subyek maupun obyek perlindungan dimaksud
dengan memperhatikan banyaknya risiko yang diperoleh.
Program Kesehatan Kerja mempunyai tujuan utama yaitu memberikan
perlindungan kepada pekerja dari bahaya kesehatan yang berhubungan dengan
lingkungan kerja dan promosi kesehatan pekerja. Lebih jauh lagi adalah
menciptakan kerja yang tidak saja aman dan sehat, tetapi juga nyaman serta
meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan permasalahan pemerintah,
pengusaha, pekerja dan keluarganya diseluruh dunia. Sementara beberapa
industri bersifat lebih berbahaya dari industri yang lain, kelompok pekerja
migran dan pekerja berpenghasilan kecil yang lain lebih banyak dihadapkan
pada risiko mengalami kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dan kesehatan
yang kurang baik, karena kemiskinan seringkali memaksa mereka untuk
menerima pekerjaan yang tidak aman. Berbagai pendekatan sering dilakukan
dalam menghadapi risiko dalam organisasi atau perusahaan seperti
mengabaikan risiko sama sekali, karena dianggap merupakan hal yang diluar
kendali manajemen. Pendapat tersebut, merupakan cara pendekatan yang tidak
tepat, karena tidak semua risiko berada diluar jangkauan kendali organisasi /
perusahaan. Menghindari semua kegiatan atau proses produksi yang memiliki
risiko. Hal ini merupakan sesuatu yang tidak mungkin dilaksanakan, karena
semua aktivitas ditempat kerja sampai tingkat tertentu selalu mengandung
risiko. Menerapkan Manajemen Risiko, dalam pengertian umum, risiko tinggi
yang dihadapi sebenarnnya merupakan suatu tantangan yang perlu diatasi dan
melalui suatu pemikiran positif diharapkan akan memberikan nilai tambah
atau imbalan hasil yang tinggi pula. Aspek ekonomi, sosial dan legal
merupakan beberapa hal yang berkaitan dengan penerapan manajemen risiko.

2
Dampak finansial akibat peristiwa kecelakaan kerja, gangguan kesehatan atau
sakit akibat kerja, kerusakan atau kerugian aset, biaya premi asuransi, moral
kerja dan sebagainya, sangat mempengaruhi produktivitas. Demikian juga
aspek sosial dan kesesuaian penerapan peraturan perundang undangan yang
tercermin pada segi kemanusiaan, kesejahteraan dan kepercayaan masyarakat
memerlukan penyelenggaraan manajemen risiko yang dilaksanakan melalui
partisipasi pihak terkait. Manajemen risiko kesehatan di tempat kerja
mempunyai tujuan: meminimalkan kerugian akibat kecelakaan dan sakit,
meningkatkan kesempatan/peluang untuk meningkatkan produksi melalui
suasana kerja yang aman, sehat dan nyaman, memotong mata rantai kejadian
kerugian akibat kegagalan produksi yang disebabkan kecelakaan dan sakit,
serta pencegahan kerugian akibat kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Risiko dan Hazard dalam Asuhan Keperawatan?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa/i dapat menerapkan dan mengembangkan pola pikir mengenai
risiko dan hazard dalam asuhan keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa/ (i) mampu mengetahui dan memahami tentang:

a. Mengetahui konsep risiko dan hazard.

b. Mengetahui risiko dan hazard dalam pengkajian asuhan keperawatan

c. Mengetahui risiko dan hazard dalam perencanaan asuhan keperawatan

d. Mengetahui risiko dan hazard dalam implementasi asuhan keperawatan

e. Mengetahui risiko dan hazard dalam evaluasi pengkajian asuhan


keperawatan.

3
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Diharapkan agar penulis meningkatkan wawasan dan pengetahuan
tentang risiko dan hazard dalam asuhan keperawatan.
2. Bagi Institusi Pelayanan
Menjadi acuan dalam memberikan wawasan tentang mengenai
risiko dan hazard dalam asuhan keperawatan.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas
pendidikan keperawatan tentang mengenai risiko dan hazard dalam
asuhan keperawatan.
4. Bagi Masyarakat
Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan
wawasan dan pengetahuan tentang mengenai risiko dan hazard dalam
asuhan keperawatan.

E. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini dibagi dalam beberapa bab, yaitu:
BAB I : Berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan
masalah, tujuan, manfaat dan sistematika penulisan.
BAB II : Berisi telaah pustaka yang terdiri dari mengenai konsep risiko dan
hazard, dan risiko dan hazard dalam pengkajian, perencanaan,
implementasi dan evaluasi keperawatan.
BAB III : Berisi penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

4
BAB II
TELAAH PUSTAKA

A. Konsep Risiko dan Hazard


1. Risiko Kerja
Risiko didefinisikan sebagai “kombinasi dari kemungkinan
terjadinya peristiwa yang berhubungan dengan cidera parah; atau sakit
akibat kerja atau terpaparnya seseorang/alat pada suatu bahaya”. Jadi,
bahaya adalah sifat dari proses yang dapat merugikan individu, dan risiko
adalah kemungkinan bahwa itu akan terjadi bersama dengan seberapa
parah akibat yang akan diterima. Jadi, jika Anda memiliki dua pekerjaan
kantor yang membutuhkan gerakan berulang, tapi satu yang dilakukan
setiap hari dan yang kedua dilakukan sebulan sekali, risiko akan lebih
tinggi pada pekerjaan pertama. Demikian juga, jika Anda memiliki dua
proses yang memerlukan penambahan bahan kimia dalam proses
produksi, dengan proses pertama membutuhkan bahan kimia yang sangat
berbahaya dan yang lainnya tidak, maka proses pertama akan memiliki
risiko lebih tinggi. Risiko (Risk) adalah menyatakan kemungkinan
terjadinya kecelakaan/ kerugian pada periode waktu tertentu atau siklus
operasi tertentu (Tarwaka, 2008). Penilaian risko adalah proses untuk
menentukan pengendalian terhadap tingkat risiko kecelakaan kerja/
penyakit akibat kerja. Penilaian risko adalah proses evaluasi risiko-risiko
yang diakibatkan adanya bahaya-bahaya, dengan memperhatikan
kecukupan pengendalian yang dimiliki, dan menentukan apakah
risikonya dapat diterima atau tidak (Operasional Procedure No.31519).
Menurut PERMENAKER No. 05/MEN/1996, pengendalian
risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilakukan dengan berbagai
macam metode, yaitu :
a. Pengendalian teknis atau rekayasa yang meliputi eliminasi, subtitusi,
isolasi, ventilasi, higiene, dan sanitasi (engineering control).
b. Pendidikan dan pelatihan.

5
c. Pembangunan kesadaran dan motivasi yang meliputi sistem bonus,
insentif, penghargaan, dan motivasi diri.
d. Evaluasi melalui internal audit, penyelidikan dan etiologi.
e. Penegakan hukum.

2. Konsep Hazard Kerja


Bahaya adalah sumber, situasi atau tindakan yang berpotensi
menciderai manusia atau sakit penyakit atau kombinasi dari semuanya
(Operasional Procedure No 31519). Bahaya adalah aktifitas, kondisi,
kejadian, gejala, proses, material, dan segala sesuatu yang ada di tempat
kerja/ berhubungan dengan pekerjaan yang menjadi/ berpotensi menjadi
sumber kecelakaan/ cidera/ penyakit/ dan kematian. Bahaya pekerjaan
adalah faktor-faktor dalam hubungan pekerjaan yang dapat
mendatangkan kecelakaan. Selain resiko yang berbeda-beda, setiap bahan
mempunyai intensitas atau tingkat bahaya yang berbeda, misalnya
pengaruh dari suatu bahan kimia ada yang akut dan ada yang kronis.
Sedangkan menurut Miles Nedved hazard adalah suatu aktivitas atau
sifat alamiah yang berpotensi menimbulkan kerusakan. Pengertian
berdasarkan Frank Bird Jr, hazard adalah suatu kondisi atau tindakan
yang dapat berpotensial menimbulkan kecelakaan dan kerugian.
Beberapa komponen yang menyangkut terhadap hazard:
a. Karakteristik material.
b. Bentuk material.
c. Hubungan pemajanan dan efek.
d. Kondisi dan frekuensi penggunaan.
e. Tingkah laku pekerja.

B. Risiko Dan Hazard Dalam Pengkajian Keperawatan


Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar
dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan

6
dan keperawatan pasien baik fisik, mental, social dan lingkungan.pengkajian
yang sistematis. Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari
pengumpulan, verifikasi dan komunikasi data tentang klien (Fundamental
Keperawatan). Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap
dan sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan
keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun
spiritual dapat ditentukan.tahap ini mencakup tiga kegiatan,yaitu
Pengumpulan Data, Analisis Data dan Penentuan Masalah kesehatan serta
keperawatan.
Tujuan dari pengkajian yaitu mengumpulkan data yang berhubungan
dengan pasien untuk menegakan diagnosa keperawatan, kekuatan
(kemampuan) pasien dan rencana yang efektif dalam perawatan pasien.
Seluruh kegiatan yang dilakukan baik yang dilakukan baik
perseorangan ataupun organisasi atau bahkan perusahaan juga mengandung
risiko. Semakin besar risiko yang dihadapi pada umumnya dapat
diperhitungkan bahwa pengembalian yang diterima juga akan lebih besar.
Pola pengambilan risiko menunjukkan sikap yang berbeda terhadap
pengambilan risiko. Risiko melekat dari tindakan pelayanan kesehatan
dalam hal ini pada saat melakukan pengkajian asuhan keperawatan adalah
bahwa dalam kegiatan ini yang diukur adalah upaya yang dilakukan. Pada
proses pengkajian data, hal-hal yang dapat terjadi seperti:
a. Kurangnya informasi atau data yang diberikan keluarga pasien/ pasien
tersebut (menyembunyikan sesuatu hal) sehingga dalam proses
pengkajian kurang lengkap. Akibatnya perawat/dokter akan salah dalam
memberikan perawatan sehinggan berbahaya terhadap pasien.
b. Tertularnya penyakit saat melakukan pengkajian dalam hal ini seperti
kontak fisik maupun udara. Pada saat perawat melakukan
perawatan/pengkajian pasien maka perawat mempunyai resiko tertular
penyakit dari pasien.
c. Mendapatkan cacian atau pelecehan verbal saat melakukan pengkajian
ataupun pada proses wawancara. Dalam hal ini seperti halnya ketika

7
perawat menanyakan data/informasi pasien namun, keluarga/pasien
menyembunyikannya namun demi keselamatan pasieen, perawat tetap
menanyakannya sehingga pasien/keluarga pasien kurang menyukainya
sehingga perawat mendapatkan cacian/perlakuan tidak baik.
d. Mendapatkan kekerasan fisik dari pasien ataupun dari keluarga pasien
pada saat melakukan pengkajian/pemeriksaan. Misalnya, Pasien/keluarga
yang tidak menyukai proses perawatan/pengkajian dapat melakukan
kekerasan fisik terhadap perawatnya.

Upaya Mencegah dan Meminimalkan Resiko dan Hazard pada Perawat


dalam Tahap Pengkajian Bedasarkan Kasus Penyakit Akibat Kerja
a. Batasi akses ke tempat isolasi
b. Menggunakan APD dengan benar
c. Petugas tidak boleh menyentuh wajahnya sendiri
d. Membatasi sentuhan langsung ke pasien
e. Cuci tangan dengan air dan sabun
f. Lakukan pemeriksaan berkala pada pekerja
g. Hindari memegang benda yang mungkin terkontaminasi

Contoh Kasus:
Pada panggal 27 Maret, 2016 di rumah sakit di Singapore terjadi kasus nyata
kekerasan fisik dan verbal pada saat perawat sedang melakukan pengkajian.
Perawat tersebut pada saat melakukan pengkajian kepada pasien,
mendapatkan kekerasan fisik sekaligus verbal dari pasien yang ia kaji. Seperti
yang dikutip dalam suatu artikel di media online:
“Ketika perawat Nur, 31 tahun, melakukan pendekatan untuk mengumpulkan
data, salah satu pasiennya mengamuk, berteriak dan memukul-mukul
kepalanya ke dinding. Dia mencoba menghentikan dan menenangkannya tapi
pasiennya secara emosional malah menendang dadanya, membuat dia
terluka, dan membuat mentalnya tergoyang seharian.”

8
Kejadian kekerasan fisik maupun verbal dalam kasus tersebut tidak
disebut berasal dari kesalahan perawat sendiri ataukah karena memang sang
pasien memiliki emosional yang tidak dapat dikontrol. Dalam proses
pengkajian sendiri, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh
perawat. Mulai dari pemahaman akan pengertian pengkajian, tahap-tahapan
pengkajian, hingga metode yang digunakan melakukan pengkajian.
Dalam mengkaji pasien, perawat pun harus menyadari akan adanya
hazard dan resiko yang mungkin mereka dapatkan. Berbagai macam upaya
perlu dilakukan sebagai tidakan pencegahan. Upaya-upaya tersebut dapat
dilakukan baik dari pihak pasien, perawat itu sendiri maupun dari pihak
manajemen rumah sakit. Berikut beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk
mecegah terjadinya kekerasan fisik dan verbal pada perawat saat melakukan
pengkajian:
a. Perawat harus melaporkan setiap adanya tindakan kekerasan dalam bentuk
apapun kepada pihak rumah sakit.
b. Memberikan pengertian kepada pasien agar memperlakukan sesama
manusia dengan dasar martabat dan rasa hormat.
c. Dalam melakukan kontak kepada pasien, perawat seharusnya menjadi
pendengar yang baik.
Salah satu teknik pengumpulan data pada pengkajian adalah wawancara. Saat
melakukan wawancara, perawat harus mampu menempatkan diri sebagai
tempat curhat pasien sebaik mungkin.
a. Memberikan pelatihan dan pendidikan kepada perawat tentang cara
menghindari tindakan kekerasan verbal dan fisik.
b. Ketika pasien terlihat sedang dalam keadaan tidak terkontrol dan susah
untuk didekati, perawat dapat melakukan pengkajian kepada keluarga
pasien terlebih dahulu.
c. Saat mengkaji, perawat tidak boleh menyampaikan kata-kata yang
menyinggung pasien dan keluarganya.
d. Saat melakukan tindakan pemeriksaan fisik, perawat harus meminta
persetujuan dari pasien terlebih dahulu.

9
e. Manajemen rumah sakit perlu memfasilitasi perawat mempersiapkan diri
untuk menghadapi hazard dan risiko.
f. Manajemen harus terbuka serta tidak berusaha menutupi terhadap laporan-
laporan kekerasan fisik maupun verbal terhadap perawat.
g. Memodifikasi lingkungan yang nyaman di rumah sakit mulai dari poli,
ruangan rawat inap, sampai ke unit gawat darurat dan ruang intensif untuk
menentramkan suasana hati pasien dan keluarga.

C. Risiko Dan Hazard Dalam Perencanaan Keperawatan


Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien
beralih daristatus kesehatan saat ini kestatus kesehatan yang di uraikan
dalam hasil yang di harapkan. Rencana asuhan keperawatan yang
dirumuskan dengan tepat memfasilitasi kontinuitas asuhan perawatan dari
satu perawat ke perawat lainnya.
Menurut Putri, T. E. R (2017) kesalahan saat merencanakan
pengkajian. Misalnya jika perawat salah dalam mengkaji, maka perawat
akan salah dalam memberikan proses perawatan/pengobatan yang pada
akhirnya akan mengakibatnya kesehatan pasien malah semakin terganggu.
Hal lainnya yang dapat terjadi yaitu jika perawat salah dalam merencanakan
tindakan keperawatan maka perawatnya juga akan mendapatkan bahaya
seperti misalnya tertularnya penyakit dari pasien karena kurangnya
perlindungan diri terhadap perawatnya.

D. Risiko Dan Hazard Dalam Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kreteria
hasil yang di harapkan (Gordon, 1994, dalam potter dan perry, 1997). Tujuan
dari pelaksanaan adalah membantu klien mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan, penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.

10
Upaya mencegah Hazard dan Risiko Implementasi Keperawatan:
1. Membantu dalam aktifitas sehari-hari
2. Konseling
3. Memberikan asuhan keperawatan langsung.
4. Kompensasi untun reaksi yang merugikan.
5. Teknik tepat dalam memberikan perawatan dan menyiapkan klien untuk
prosedur.
6. Mencapai tujuan perawatan mengawasi dan menggevaluasi kerja dari
anggota staf lain.
Tiga prinsip pedoman implementasi asuhan keperawatan :
1. Mempertahankan keamanan klien
2. Memberikan asuhan yang efektif
3. Memberikan asuhan yang seefisien mungkin
Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Sama Secara Umum
1. Upaya pencegahan keccelakaan kerja melalui pengendalian bahaya yang di
tempat kerja pemantauan dan pengendalian kondisi tidak aman di tempat
kerja.
2. Upaya pencegahan kecelakaan kerja melalui pembinaan dan pengawasan
pelatihan dan pendidikan,konseling dan konsultasi,pengembangan sumber
daya atau teknologi terhadap tenaga kerja tentang penerapan k3.
3. Upaya pencegahan kecelakaan kerja melalui system manajemen prosedur
dan aturan k3, penyediaan sarana dan prasarana k3 dan pendukungnya,
penghargaan dan sanksi terhadap penerapan k3 di tempat kerja.
4. Terdapat Juga Beberapa Upaya Pencegahan Lain antara Lain : Pelayanan
kesehatan kerja diselenggarakan secara paripurna,terdiri dari pelayanan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang di laksanakan dalam
suatu sistem yang terpadu.

11
Contoh Kasus
Seorang perawat di RSUD Gunung Jati, kota Cirebon, diketahui positif
difteri pasca menangani pasien difteri. Berdasarkan informasi, perawat
tersebut diduga tertular pasca menangani dan melakukan tindakan awal
pada pasien positif difteri tersebut, perawat terkena diffteri berinisal Ru dan
bertugas di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Gunung Jati. ‘Ru’
diketahui merupakan perawat pertama difteri yang masuk rumah sakit
tersebut.
Analisa Kasus
Hazard yang ada di kasus : Hazard biologis yaitu perawat tertular penyakit
difteri dari pasien pasca menangani dan melakukan tindakan awal pada
pasien positif difteri.
Upaya pencegahan kasus 1
1. Upaya pencegahan dari rumah sakit /tempat kerja
a. RS menyediakan APD yang lengkap sepeti masker, handskoon, dan
scout. Untuk meminimalisir terjadinya atau tertularnya penyakit /
infeksi yang dapat terjadi terutama saat bekerja, APD harus selalu di
gunakan sebagai perlindungan diri dengan kasus di atas dapat di
hindari jika perawat menggunakan APD lengkap mengingat cara
penularan difteri melalui terpaparnya cairan ke pasien.
b. Menyediakan sarana untuk mencui tangan atau alkohol gliserin untuk
perawat. Mencuci tangan merupakan cara penanganan awal jika kita
sudah terlanjur terpapar cairan pasien baik pasien beresiko
menularkan atau tidak menularkan. Cuci tangan merupakan tindakan
aseptic awalawal sebelum ke pasien maupun setelah ke pasien.
c. RS menyediakan pemilahan tempat sampah medis dan non medis.
Bila sampah medis dan non medis tercampur dan di kelola dengan
baik akan menimbulkan penyebaran penyakit.
d. RS menyediakan SOP untuk tindakan keperawatan. Agar
petugas/perawat menjaga konsisten dan tingkat kinerja
petugas/perawat atau timdalam organisasi atau unit kerja, sebagai

12
acuan ( chek list ) dalam pelaksanaan kegiaan tertentu bagi sesama
pekerja. Supervisor dan lain-lain dan SOP merupakan salah satu cara
atau parameter dalam meningkatkan mutu pelayanan.
2. Upaya pecegahan pada perawat :
a. Menjaga diri dari infeksi dengan mempertahankan teknik aseptic
seperti mencuci tangan, memakai APD, dan menggunakan alat
kesehatan dalam keadaan steril. Agar perawat tidak tertular penyakit
dari pasien yang di tangani meskipun pasien dari UGD dan memakai
APD adalah salah satu SOP RS.
b. Perawat mematuhi standar Operational Prosedure yang sudah ada RS
dan berhati-hati atau jangan berburu-buru dalam melakukan
tindakan. Meskipun pasien di ruang UGD dan pertama masuk RS,
perawat sebaiknya lebih berhati-hati atau jangan terburu-buru dalam
melakukan tindakan ke pasien dan perawat menciptakan dan
menjaga keselamatan tempat kerja supaya dalam tindakan perawat
terhindar dari tertularnya penyakit dari pasien dan pasien juga
merasa aman.

E. Risiko Dan Hazard Dalam Evaluasi Keperawatan


Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya. Dalam melakukan tindakan keperawatan, perlu dilakukan
evaluasi keperawatan. Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari
rangkaian proses keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain.
1. Tahap Evaluasi
Evaluasi disusun menggunakan SOAP secara operasional dengan
sumatif (dilakukan selama proses asuhan keperawatan) dan formatif
(dengan proses dan evaluasi akhir).

13
Evaluasi dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
a. Evaluasi berjalan (sumatif)
Evaluasi jenis ini dikerjakan dalam bentuk pengisian format catatan
perkembangan dengan berorientasi kepada masalah yang dialami oleh
keluarga. format yang dipakai adalah format SOAP.
b. Evaluasi akhir (formatif)
Evaluasi jenis ini dikerjakan dengan cara membandingkan antara tujuan
yang akan dicapai. Bila terdapat kesenjangan diantara keduanya,
mungkin semua tahap dalam proses keperawatan perlu ditinjau kembali,
agar didapat data-data, masalah atau rencana yang perlu dimodifikasi.

2. Metode yang dipakai dalam evaluasi antara lain:


a. Observasi langsung adalah mengamati secara langsung perubahan
yang terjadi dalam keluarga.
b. Wawancara keluarga, yang berkaitan dengan perubahan sikap,
apakah telah menjalankan anjuran yang diberikan perawat.
c. Memeriksa laporan, dapat dilihat dari rencana Asuhan Keperawatan
yang dibuat dan tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana.
d. Latihan stimulasi, berguna dalam menentukan perkembangan
kesanggupan melaksanakan Asuhan Keperawatan.

3. Risiko yang terjadi pada tahap evaluasi


Dengan mempertimbangan kriteria risiko masing-masing bahaya
kerja, dapat ditetapkan prioritas risiko bahya kerja sebagai berikut:
a. Risiko ringan : kemungkinannya kecil untuk terjadi serta akibat
yang ditimbulkannya ringan maka bahaya kerja ini dapat diabaikan.
b. Risiko sedang : kemungkinannya kecil untuk terjadi akan tetapi
akibat yang ditimbulkannya cukp berat, atau sebaliknya, maka perlu
pelaksanaan manajemen risiko khusus.
c. Risiko berat : sangat mungkin terjadi dan akan berakibat sangat
buruk, maka harus dilaksanakan penganggulangan sesegara
mungkin.

14
Contoh Kasus

Kasus I
tribuananews.com.
Sragen 28 April 2009

Sering Dikritik, Perawat Ini Masuk RSJ

Kejadian mengenaskan menimpa seorang perawat berinisial NN, salah


satu perawat di RS Negeri di Sragen. Sekarang dia harus melakukan
rehabilitasi di RSJ Menur agar dapat kembali ke kondisinya semula. Kejadian
ini bermula ketika dia mendapat pasien yang sering mengeritik pekerjaannya.
Setiap dia selesai melakukan tindakan seperti pemasangan infus dan ketika
dia akan mengkaji respon pasien, pasien selalu marah – marah kepadanya.
Padahal dia sudah bekerja 7 tahun sebagai perawat dan pekerjaannya selalu
rapi ujar salah satu teman perawat tersebut. Pasien tersebut selalu marah –
marah kepadanya, dan selalu mengeritik setiap pearwat akan melakukan
evaluasi pada dirinya. Dia NN selalu mengeluh kepada saya ketika dia selesai
melakukan tindakan kepada pasien tersebut dan dia (NN) itu orangnya
gampang kepikiran, jadi tiap ada orang yang ngomong ngak enak tentang dia,
dia akan mikir terus ungkap GH teman perawat tersebut. Dan kini NN harus
masuk k RSJ karena dia mengalami gangguan jiwa setelah kejadian tersebut.
Pihak RS sudah melakukan penyelidikan untuk kasus ini, dan ternyata
pasien tersebut pernah tersinggung karena ucapan perawat NN sehingga dia
tidak menyukai NN dan terus mengkritik tindakan yang dilakukan NN kepada
dirinya.
Hazard :
Berdasarkan informasi diatas, Rumah Sakit melakukan penyelidikan setelah
perawat tersebut masuk ke RSJ
Upaya rumah sakit: Dari pihak Rumah Sakit dapat membuat semacam sarana
untuk menerima semua keluhan yang dirasakan perawat baik tentang fasilitas
ataupun pasien sehingga perawat bisa menceritakan segala keluhannya dan

15
diberikan solusi. Dan jika ada masalah dengan klien, pihak RS dapat
menjembatani sehingga tidak terlambat. Karena masalah seperti ini sangat
berdampak kepada perawat.

Kasus II
DetikNews, Minggu 10 Apr 2016, 16:37 WIB
SETELAH MELAHIRKAN BAYI PREMATUR, PEREMPUAN INI
KABUR DARI RUMAH SAKIT
Surabaya - Seorang perempuan kabur dari rumah sakit setelah
melahirkan. Perempuan tersebut kabur setelah melihat tak ada peluang bagi
bayinya untuk hidup lebih lama lagi. Dan bayi yang dilahirkannya akhirnya
memang meninggal.
Kasus ini kini ditangani polisi. Polisi sedang mencari perempuan
tersebut.
"Perempuan itu melahirkan Sabtu dini hari sekitar pukul 03.00 WIB di
Rumah Sakit Muji Rahayu," ujar Kapolsek Tandes Tahirudin Harahap saat
dihubungi detikcom, Minggu (10/4/2016).
Perempuan itu melahirkan bayi prematur yang masih dikandungnya
selama tujuh bulan. Karena prematur, bayi itu memerlukan perawatan lebih
intensif. Pukul 12.00 WIB, kondisi bayi berjenis kelamin laki-laki itu tak juga
membaik. Kondisinya justru makin buruk.
"Dokter menyarankan agar bayi dirujuk ke RSU dr Soetomo, namun
perempuan itu tak mau," kata Harahap.
Saat perawat sedang sibuk mengurus si bayi, perempuan tersebut tiba-
tiba kabur. Perempuan itu sudah tak ada di kamar perawatan. Sebelumnya
perempuan tersebut memang hendak pamit membeli sesuatu. Namun pada
akhirnya dia tak kembali lagi.
"Perempuan itu tak sendiri. Dia bersama seorang laki-laki. Entah itu
suaminya atau tidak, kami tak tahu. Tapi kepada pihak rumah sakit mereka
mengaku sebagai suami istri," lanjut Harahap.
Kondisi bayi yang memburuk pada akhirnya memang membuat bayi
tersebut meninggal. Bayi malang itu meninggal sekitar pukul 15.00 WIB.
Karena tak ada yang bertanggung jawab, jenazah bayi dibawa ke kamar

16
mayat RSU dr Soetomo. Pihak Rumah Sakit Muji Rahayu kemudian
melaporkan kasus ini ke polisi.
Polisi kemudian melakukan penyelidikan. Perempuan yang melahirkan
bayinya tersebut bernama Noviana Sera. Nama itu diberikan perempuan
tersebut kepada pihak rumah sakit saat masuk hendak bersalin.
Polisi juga mendatangi rumah kos yang menjadi tempat tinggal
perempuan itu di Jalan Bibis Tama. Namun perempuan itu tak ada di situ.
Menurut penghuni kos, Noviana sudah tak ada di kos sejak dua hari yang lalu.
"Kami sedang mencarinya. Melihat dari ciri-cirinya, perempuan itu
asalnya dari Indonesia timur," tandas Harahap.
a. Risiko:
1) Risiko keletihan pada perawat karena mondar-mandir disebabkan
tempat bayi dan ibu terpisah

2) Risiko perawat mengalami stress karena dimintai pertanggung jawaban


atas kaburnya pasien

b. Upaya dalam mencegah hazard dan risiko:


1) Menempatkan bayi dalam satu ruang dengan ibu
2) Megantar ibu (pasien) bila membutuhkan sesuatu terutama setelah
kelahiran
3) Menanyakan dengan jelas ketika ibu akan meninggalkan ruangan,
seperti akan pergi kemana, akan melakukan apa
4) Menambah jumlah pekerja (perawat), yang satu bertanggung jawab
terhadap bayi, yang lain bertanggung jawab terhadap ibu

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hazard merupakan semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang
berpotensi menimbulkan cedera (kecelakaan kerja) atau penyakit akibat kerja.
Risiko dapat didefinisikan sebagai suatu kombinasi dari kemungkinan
terjadinya peristiwa yang berhubungan dengan cidera parah atau sakit akibat
kerja dan terpaparnya seseorang atau alat pada suatu bahaya.
Risiko dan Hazard dalam asuhan keperawatan baik dalam pengkajian,
perencanaan, implementasi dan evaluasi keperawatan sangatlah penting untuk
diperhatikan dan dicegah dengan upaya-upaya agar tidak menimbulkan
kerugian baik terhadap individu, kelompok ataupun tempat dan lingkungan.

B. Saran
Perawat/mahasiswa keperawatan perlu untuk mengetahui dan
mengkaji lebih jauh tentang risiko dan hazard dalam asuhan keperawatan.
Dan ebaiknya tenaga kesehatan harus lebih bisa menjaga keamanan diri
dengan selalu memakai APD dan memenuhi SOP saat melakukan tindakan
dan menambah pengetahuan tentang upaya pencegahan risiko dan hazard agar
mampu menerapkannya dalam ruang lingkup keperawatan.

18
18
DAFTAR PUSTAKA

Astarina Nia, 2008, “ Analisa Implementasi Program Keselamatan dan kesehatan


kerja (K3) dan Perangkingan hazads dengan pendekatan Manajemen Resiko
di IP Ngagel I Surabaya. Jatim Nanang Fattah, Landasan Manajemen
Pendidikan, (Bandung : Rosdakarya, 1996
Depkes RI. 2008. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (patient
safety), 2 edn, Bakti Husada, Jakarta.
Ramli, Soehatman. 2010. Sistem manajemen keselamatan & kesehatan kerja
System OHSAS 18001. Jakarta: P. Dian Rakyat
Tarkawa, 2008, “Kesehatan dan Keselamtan kerja (K3) (Manejemen
Implementasi K3 di tempat kerja)”. Harapan press Surakarta.
Wahyuni Nur, 2009, “Analisis Implementasi Program Kesehatan dan
Keselamatan kerja (K3) dan Klasifikasi Bahaya (Hazads) dengan
pendekatan Risk Assesment di PT. Indoceria Sidoarjo”,UPN”Veteran”Jawa
Timur.
Yahya, A. 2009, Integrasikan Kegiatan Manajemen Risiko. Workshop
Keselamatan Pasien dan Manajemen Risiko Klinis. PERSI:KKP-RS
Yoga Aditama Tjandrs, 2001, “Kesehatan dan Keselamatan Kerja”.Jakarta:
Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai