Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Evidence Based Midwifery (Practice)

EBM didirikan oleh RCM dalam rangka untuk membantu mengembangkan kuat profesional dan
ilmiah dasar untuk pertumbuhan tubuhbidan berorientasi akademis. RCMBidan Jurnal telah
dipublikasikan dalam satu bentuk sejak 1887 (Rivers, 1987), dan telah lama berisi bukti yang telah
menyumbang untuk kebidanan pengetahuan dan praktek. Pada awal abad ini, peningkatan
jumlah bidanterlibat dalam penelitian, dan dalam membuka kedua atas dan mengeksploitasi baru
kesempatan untuk kemajuan akademik. Sebuah kebutuhan yang berkembang diakui untuk
platform yang paling ketat dilakukan dan melaporkan penelitian. Ada juga keinginan untuk ini ditulis
oleh dan untuk bidan. EBM secara resmi diluncurkan sebagai sebuah jurnal mandiri untuk penelitian
murni bukti pada konferensi tahunan di RCM Harrogate, Inggris pada tahun 2003 (Hemmings et al,
2003). Itu dirancang 'untuk membantu bidandalam mendorong maju yang terikat pengetahuan
kebidanan dengan tujuan utama meningkatkan perawatan untuk ibu dan bayi '(Silverton, 2003).

EBM mengakui nilai yang berbeda jenis bukti harus berkontribusi pada praktek dan profesi
kebidanan. Jurnal kualitatif mencakup aktif serta sebagai penelitian kuantitatif, analisis filosofis dan
konsep serta tinjauan pustaka terstruktur, tinjauan sistematis, kohort studi, terstruktur, logis dan
transparan, sehingga bidanbenar dapat menilai arti dan implikasi untuk praktek, pendidikan dan
penelitian lebih lanjut.

B. Asuhan Persalinan Normal

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18
jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin,10)

Sedangkan persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang dimulai secara spontan,
beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan. Bayi dilahirkan
secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada usiakehamilan antara 37 hingga 42 minggu
lengkap. Setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi sehat.

Di dalam asuhan Persalinan terdapat 5 (lima) aspek disebut juga sebagai 5 (lima) benang merah yang
perlu mendapatkan perhatian, ke 5 aspek tersebut yaitu:

1. Aspek Pemecahan Masalah yang diperlukan untuk menentukan Pengambilan Keputusan Klinik
(Clinical Decision Making).

2. Aspek Sayang Ibu yang Berarti sayang Bayi

Aman, sesuai evidence based, dan member sumbangan pada keselamatan jiwa ibu.

Memungkinkan ibu merasa nyaman, aman, secara emosional serta merasa didukung dan
didengarkan.

Menghormati praktek-praktek budaya, keyakinan agama, dan ibu/keluarganya sebagai


pengambil keputusan
Menggunakan cara pengobatan yang sederhanan sebelum memakai teknologi canggih.

Memastikan bahwa informasi yang diberikan adekuat serta dapat dipahami ibu.

3. Aspek Pencegahan Infeksi

4. Aspek Pencatatan (Dokumentasi)

5. Aspek Rujukan

BAB III

PEMBAHASAN

A. Contoh EBM Pada Asuhan Persalinan

Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang, terutama disebabkan
oleh perdarahan pascapersalinan, eklamsia, sepsis dan komplikasi keguguran. Sebagian besar
penyebab utama kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah. Melalui upaya
pencegahan yang efektif, beberapa negara berkembang dan hampir semua negara maju, berhasil
menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu ke tingkat yang sangat rendah.

Asuhan Kesehatan Ibu selama dua dasawarsa terakhir terfokus pada:

a) Keluarga Berencana

Membantu para ibu dan suaminya merencanakan kehamilan yang diinginkan

b) Asuhan Antenatal Terfokus

Memantau perkembangankehamilan, mengenali gejala dan tanda bahaya,


menyiapkanpersalinan dan kesediaan menghadapi komplikasi

c) Asuhan Pascakeguguran
Menatalaksanakan gawat-darurat keguguran dan komplikasinya serta tanggap terhadap kebutuhan
pelayanan kesehatan reproduksi lainnya

d) Persalinan yang Bersih dan Aman serta Pencegahan Komplikasi

Kajian dan bukti ilmiah menunjukkan bahwa asuhanpersalinan bersih, aman dan tepat waktu
merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah terjadinya kesakitan dan kematian

e) Penatalaksanaan Komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan setelahpersalinan.

Dalam upaya menurunkan kesakitan dan kematian ibu, perlu diantisipasi adanya keterbatasan
kemampuan untuk menatalaksana komplikasi pada jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi
petugas, pengenalan jenis komplikasi, dan ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi
keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berbeda menurut derajat,
keadaan dan tempat terjadinya

Fokus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman serta mencegah terjadinya
komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran paradigma dari menunggu terjadinya dan kemudian
menangani komplikasi, menjadi pencegahan komplikasi.Persalinan bersih dan aman serta
pencegahan komplikasi selama dan pascapersalinan terbukti mampu mengurangi kesakitan atau
kematian ibu dan bayi baru lahir. Beberapa contoh dibawah ini, menunjukkan adanya pergeseran
paradigma tersebut diatas:

1. Mencegah Perdarahan Pascapersalinanyang disebabkan oleh Atonia Uteri

Upaya pencegahan perdarahan pascapersalinan dimulai pada tahap yang paling dini. Setiap
pertolonganpersalinan harus menerapkan upaya pencegahan perdarahan pascapersalinan,
diantaranya manipulasi minimal prosespersalinan, penatalaksanaan aktif kala III, pengamatan
melekat kontraksi uterus pascapersalinan. Upaya rujukan obstetrik dimulai dari pengenalan dini
terhadap persalinanpatologis dan dilakukan saat ibu masih dalam kondisi yang optimal.

2. Laserasi/episiotomi

Dengan paradigma pencegahan, episiotomi tidak lagi dilakukan secara rutin karena dengan perasat
khusus, penolongpersalinan akan mengatur ekspulsi kepala, bahu, dan seluruh tubuh bayi untuk
mencegah laserasi atau hanya terjadi robekan minimal pada perineum.

3. Retensio plasenta

Penatalaksanaan aktif kala tiga dilakukan untuk mencegah perdarahan, mempercepat proses
separasi dan melahirkan plasenta dengan pemberian uterotonika segera setelah bayi lahir dan
melakukan penegangan tali pusat terkendali.

4. Partus Lama

Untuk mencegah partus lama, asuhan persalinan normal mengandalkan penggunaan partograf
untuk memantau kondisi ibu dan janin serta kemajuan prosespersalinan. Dukungan suami atau
kerabat, diharapkan dapat memberikan rasa tenang dan aman selama
proses persalinanberlangsung. Pendampingan ini diharapkan dapat mendukung kelancaran
proses persalinan, menjalin kebersamaan, berbagi tanggung jawab diantara penolong dan keluarga
klien
5. Asfiksia Bayi Baru Lahir

Pencegahan asfiksia pada bayi baru lahir dilakukan melalui upaya pengenalan/penanganan sedini
mungkin, misalnya dengan memantau secara baik dan teratur denyut jantung bayi selama
prosespersalinan, mengatur posisi tubuh untuk memberi rasa nyaman bagi ibu dan mencegah
gangguan sirkulasi utero-plasenter terhadap bayi, teknik meneran dan bernapas yang
menguntungkan bagi ibu dan bayi. Bila terjadi asfiksia, dilakukan upaya untuk menjaga agar tubuh
bayi tetap hangat, menempatkan bayi dalam posisi yang tepat, penghisapan lendir secara benar,
memberikan rangsangan taktil dan melakukan pernapasan buatan (bila perlu). Berbagai upaya
tersebut dilakukan untuk mencegah asfiksia, memberikan pertolongan secara tepat dan adekuat bila
terjadi asfiksia dan mencegah hipotermia.

6. Asuhan Sayang Ibu dan Bayi sebagai kebutuhan dasar persalinan

Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan
keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasarnya adalah mengikutsertakan suami dan keluarga selama
proses persalinan dan kelahiran bayi. Perhatian dan dukungan kepada ibu selama
proses persalinan akan mendapatkan rasa aman dan keluaran yang lebih baik. Juga mengurangi
jumlahpersalinan dengan tindakan (ekstraksi vakum, cunam dan seksio sesar) danpersalinan akan
berlangsung lebih cepat.

Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan:

Memanggil ibu sesuai namanya, menghargai dan memperlakukannya sesuai

martabatnya.

Menjelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu sebelum

memulai asuhan tersebut.

Menjelaskan proses persalinankepada ibu dan keluarganya.

Mengajurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau kuatir.

Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.

Memberikan dukungan, membesarkan hatinya dan menenteramkan perasaan ibu

beserta anggota keluarga yang lain.

Menganjurkan ibu untuk ditemani suaminya dan/atau anggota keluarga yang lain

selama persalinan dan kelahiran bayinya.

Mengajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara memperhatikan dan

mendukung ibu selamapersalinan dan kelahiran bayinya.

Melakukan pencegahan infeksi yang baik secara konsisten.

Menghargai privasi ibu.

Menganjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selamapersalinan dan

kelahiran bayi.

Menganjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan ringan bila ia
menginginkannya.

Menghargai dan membolehkan praktek-praktek tradisional yang tidak memberi

pengaruh yang merugikan.

Menghindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan (episiotomi,

pencukuran, dan klisma).

Menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera setelah lahir.

Membantu memulai pemberian ASI dalam 1 jam pertama setelah kelahiran bayi.

Menyiapkan rencana rujukan (bila perlu).

Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik, bahan-bahan, perlengkapan dan
obat-obatan yang diperlukan. Siap melakukan resusitasi bayi

baru lahir pada setiap kelahiran bayi.

B. Contoh Evidence Based Posisi Meneran Saat Persalinan

Tujuan dan Keuntungan

a.) Tujuan

1) Memberikan kenyamanan dalam proses persalinan

2) Mempermudah atau memperlancar proses persalinan dan kelahiran bayi

3) Mempercepat kemajuan persalinan

b.) Keuntungan dan manfaat posisi meneran bagi ibu bersalin dan bayi

1) Mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan

2) Lama kala II lebih pendek

3) Laserasi perineum lebih sedikit

4) Menghindari persalinan yang harus ditolong dengan tindakan

5) Nilai APGAR lebih baik

Posisi yang Dianjurkan

Adapun posisi yang dianjurkan pada proses persalinan antara lain :

1) Setengah duduk atau duduk

Posisi ini mengharuskan ibu duduk dengan punggung bersandar bantal, kaki ditekuk dan paha dibuka
ke arah samping.

Keuntungan : Posisi ini membuat ibu merasa nyaman karena membantu ibu untuk beristirahat
diantara kontarksi, alur jalan lahir yang perlu ditempuh untuk bisa keluar lebih pendek, suplai
oksigen dari ibu ke janin berlangsung optimal, dan gaya grafitasi membantu ibu melahirkan bayinya.
Kekurangan : Posisi ini bisa menyebabkan keluhan pegal di punggung dan kelelahan, apalagi kalau
proses persalinannya lama.

2) Lateral (miring)

Posisi ini mengharuskan ibu berbaring miring ke kiri atau ke kanan. Salah satu kaki diangkat
sedangkan kaki lainnya dalam keadaan lurus. Biasa dilakukan bila posisi kepala bayi belum tepat.
Normalnya posisi ubun-ubun bayi berada di depan jalan lahir, menjadi tidak normal bila posisi ubun-
ubun berada di belakang atau samping. Miring ke kiri atau ke kanan tergantung posisi ubun-ubun
bayi. Jika di kanan, ibu diminta miring ke kanan dengan harapan bayinya akan memutar. Posisi ini
juga bisa digunakan bila persalinan berlangsung lama dan ibu sudah kelelahan dengan posisi lainnya.

Keuntungan : Peredaran darah balik ibu mengalir lancar, pengiriman oksigen dalam darah ibu ke
janin melalui plasenta tidak terganggu, karena tidak terlalu menekan, proses pembukaan
berlangsung perlahan-lahan sehingga persalinan relatif lebih nyaman, dan dapat mencegah
terjadinya laserasi.

Kekurangan : Posisi ini membuat dokter atau bidan sedikit kesulitan membantu proses persalinan,
kepala bayi lebih sulit dipegang atau diarahkan, bila harus melakukan episiotomi pun posisinya lebih
sulit.

3) Berdiri atau jongkok

Beberapa suku di Indonesia Timur, mulai Lombok Timur hingga Papua, wanitanya mempunyai
kebiasaan melahirkan dengan cara jongkok.

Keuntungan : Posisi ini menguntungkan karena pengaruh gravitasi tubuh, ibu tak harus bersusah-
payah mengejan, bayi akan keluar lewat jalan lahir dengan sendirinya (membantu mempercepat
kemajuan kala dua), memudahkan dalam pengosongan kandung kemih, dan mengurangi rasa nyeri.
Pada posisi jongkok berdasarkan bukti radiologis dapat menyebabkan terjadinya peregangan bagian
bawah simfisis pubis akibat berat badan sehingga mengakibatkan 28% terjadinya perluasan pintu
panggul.

Kekurangan : Bila tidak disiapkan dengan baik, posisi ini sangat berpeluang membuat kepala bayi
cedera, sebab bayi bisa “meluncur” dengan cepat. Supaya hal ini tidak terjadi, biasanya sudah
disiapkan bantalan yang empuk dan steril untuk menahan kepala dan tubuh bayi. Dokter atau bidan
pun sedikit kesulitan bila harus membantu persalinan melalui episiotomi atau memantau
perkembangan pembukaan.

4) Merangkak
Posisi meragkak sangat cocok untuk persalinan dengan rasa sakit pada punggung. Keuntungan : ibu
merasa lebih nyaman dan efektif untuk meneran, mempermudah janin dalam melakukan rotasi,
membantu ibu mengurangi nyeri punggung, dan peregangan pada perinium berkurang.

5) Menungging

Keuntungan : Mendorong kepala bayi keluar dari panggul selama kontraksi , kadang – kadang
dianjurkan pada persalinan dini jika kontraksi sering terjadi dan untuk mengurangi nyeri pinggang ,
serta mengurangi tekenan pada leher rahim yang bengkak.

6) Berjalan-jalan

Posisi ini hanya dapat dilakukan bila ketuban belum pecah dan bila ibunya masih mampu untuk
melakukannya. Posisi ini dapat menyebabkan ibu cepat menjadi lelah.

Keuntungan : Menyebabkan terjadinya perubah sendi panggul , dapat mmempercepat turunnya


kepala janin

Posisi yang Tidak Dianjurkan

Pada saat proses persalinan akan berlangsung, ibu biasanya di anjurkan untuk mulai mengatur posisi
telentang / litotomi. Tetapi berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ternyata posisi telentang ini
tidak boleh dilakukan lagi secara rutin pada proses persalinan, hal ini dikarenankan :

a. Dapat menyebabkan Sindrome supine hypotensi karena tekanan pada vena kava inferior oleh
kavum uteri, yang mengakibatkan ibu pingsan dan hilangnya oksigen bagi bayi

b. Dapat menambah rasa sakit

c. Bisa memperlama proses persalinan

d. Lebih sulit bagi ibu untuk melakukan pernafasan

e. Membuat buang air lebih sulit

f. Membatasi pergerakan ibu

g. Bisa membuat ibu merasa tidak berdaya

h. Bisa membuat kemungkinan terjadinya laserasi pada perineum

i. Bisa menimbulkan kerusakan syaraf pada kaki dan punggung.

Patofisiologi

Jika ibu berbaring telentang maka berat uterus (isinya janin, cairan, ketuban dan lain-lain) akan
menekan vena kava interior, hal ini dapat mengakibatkan kurangnya aliran darah ibu ke plasenta
sehingga menyebabkan hipoksia/difisiensi oksigen pada janin. Pada posisi ini juga akan menyulitkan
ibu untuk meneran.
Tindakan Bidan Sebelum Menolong Persalinan

Sebelum bidan menolong persalinan sebaiknya melakukan hal – hal sebagai berikut

1. Menjelaskan kepada ibu bersalin dan pendamping tentang kekurangan dan kelebihan berbagai
posisi pada saat persalinan

2. Memberikan kesempatan pada ibu memilih sendiri posisi yang dirasakan nyaman

3. Membicarakan tentang posisi-posisi pada ibu semasa kunjungan kehamilan.

4. Memperagakan tekhnik dan metode berbagai posisi kepada ibu sebelum memasuki kala II.

5. Mendukung ibu tentang posisi yang dipilihnya.

6. Mengajak semua petugas untuk meninggalkan posisi litotomi.

7. Menyediakan meja bersalin/tempat tidur yang memberi kebebasan menggunakan berbagai


posisi dan mudah dibersihkan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Evidence based intranatal artinya berdasarkan bukti, tidak lagi berdasarkan pengalaman atau
kebiasaan semata. Semua harus berdasarkan bukti dan bukti inipun tidak sekedar bukti. Tapi bukti
ilmiah terkini yang bisa dipertanggungjawabkan dalam proses persalinan. Dengan evidence based
midwifevery (EBM) sangat bermanfaat bagi bidan dalam pengambilan keputusan pasien secara bijak.
Salah satu EBM dalam persalinan yang terkini contohnya posisi meneran, terdahulu posisi meneran
secara telentang/litotomi rutin dilakukan dalam persalinan, namun setelah adanya penelitian posisi
tersebut ternyata kurang baik bagi ibu dan bayi, sehingga pemilihan posisi lain menjadi alternatif
yang lebih baik karena menguntungkan ibu dan bayi.

B. Saran

Adapun saran dalam pembuatan makalah ini sebagai berikut:

Bidan sebagai tenaga medis terlatih yang ditempatkan ditengah masyarakat seyogyanya bertindak
konservatif artinya tidak terlalu banyak intervensi. Selain itu diharapkan bidan mengikuti
perkembangan yang ada, sehingga bidan dapat memberikan asuhan sesuai dengan perkembangan
yang ada dan bidan dapat melakukan asuhan sayang ibu saat persalinan.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2001, Catatan Perkembangan Dalam Praktek Kebidanan, EGC : Jakarta..

Depkes RI, 2004, Asuhan Persalinan Normal. Edisi Baru Dengan Resusitasi, Jakarta.

Pusdiknakes – WHO – JHPIEGO, 2003, Asuhan Intrapartum, Jakarta.

www.google.com

Sumber: :http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/makalah-evidence-based-kebidanan-
dalam.html#ixzz2JHRI1r1B

http://blogdiahcungir.blogspot.com/2012/10/evidence-based-posisi-meneran-saat.html

Anda mungkin juga menyukai