30
Latar Belakang
Sasaran pembangunan Millenium Development Goals (MDGs) 2015 yakni mengurangi
Angka Kematian Ibu ( AKI ) dan Angka Kematian Bayi ( AKB ) dengan salah satu program
untuk menurunkan AKI dan menekan angka pertumbuhan penduduk dalam mewujudkan suatu
program Keluarga Berencana (KB). Target MDGs 2015, yakni 110 per 100.000 kelahiran hidup,
maka AKI saat ini masih perlu diturunkan lagi (Yanti, 2013).
Keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan menerima Norma Keluarga
Kecil Bahagia dan Sejahtera ( NKKBS ) yang berorientasi pada catur warga. Pemerintah
meluncurkan gagasan baru, yaitu keluarga berencana mandiri artinya masyarakat memilih
metode KB dengan biaya sendiri melalui KB lingkaran biru dan lingkaran emas dan
mengarahkan pada pelayanan Metode Kontrasepsi Efektif ( MKE ) yang meliputi AKDR,
suntikan KB, susuk KB, dan Kontap (Manuaba, 2012).
Menurut World Health Organization (WHO) penggunaan alat kontrasepsi adalah tindakan
yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objek - objek tertentu,
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan,
mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan
umur suami istri, dan untuk menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2008).
Data WHO menunjukkan bahwa pengguna alat kontrasepsi Implant di seluruh dunia masih
di bawah alat kontrasepsi suntik, pil, kondom dan IUD, terutama di negara negara berkembang.
Persentase penggunaan alat kontrasepsi suntik yaitu 35,3%, pil 30,5%, IUD 15,2%, sedangkan
Implant dibawah 10% yaitu 7,3%, dan alat kontrasepsi lainnya sebesar 11,7%. Pada saat ini
diperkirakan memakai IUD/AKDR, 30% terdapat di CINA, 13% di Eropa, 5% di Amerika
Serikat, 6,7% di negara negara berkemabang lainnya (Safrina, 2012).
Sebenarnya Implant efektif mencegah kehamilan selama 3 tahun. Tingkat kegagalan lebih
sedikit dibanding IUD. Sementara alat KB berupa pil dan suntikan sifatnya jangka pendek dan
kerap gagal, jika dipasang dengan benar, metode kontrasepsi ini memiliki efektivitas sampai 99
persen dengan tingkat kegagalan hanya 0,05 dari 100 wanita yang memakainya. Adapun salah
satu alat kontrasepsi yang digerakkan pemerintah untuk metode kontrasepsi jangka panjang
(MKJP) adalah implant. Beberapa faktor penyebab kurangnya minat PUS menggunakan
MKJP dapat ditinjau dari berbagai segi yaitu: segi pelayanan KB, segi kesediaan alat
kontrasepsi, segi penyampaian konseling maupun Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) dan
hambatan budaya (Hartanto, 2010).
Persentase peserta KB Baru menurut metode kontrasepsi di Indonesia. Usia subur seorang
wanita biasanya antara 15-49 tahun, oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau
menjarangkan kelahiran, wanita/pasangan ini lebih diprioritaskan untuk menggunakan
alat/metode KB. Cakupan peserta KB Baru dan KB Aktif pada profil kesehatan 2013, jumlah
PUS di seluruh Indonesia mencapai 44.738.378 orang dengan jumlah peserta KB Baru 8.647.024
orang (19,33%), dan jumlah peserta KB Aktif 33.713.115 orang (75,36%). Persentase peserta KB
Aktif menurut metode kontrasepsi di Indonesia IUD 11,03%, MOW 3,53%, MOP 0,68%, Implan
8,26%, Kondom 2,50%, Suntik 47,19%, Pil 26,81% (Depkes RI, 2013).
Di Provinsi Pemerintah Aceh, sampai dengan bulan maret tahun 2012 dengan jumlah PUS
776.140 orang. Peserta KB Aktif yang menggunakan metode kontrasepsi IUD 11.993 (2,02%),
MOW 4.479 (0,76%), MOP 187 (0,03), Implan 11,746 (1,98%), Kondom 51.698 (8,72%), Suntik
267.195 (45,06%), Pil 245.727 (41,44%) (Depkes RI, 2013).
Di Propinsi Sumatera Utara, perkembangan pasangan usia subur yang aktif sebagai peserta
KB yang dilaporkan dari kabupaten/kota sampai akhir Desember 2012 mencapai 1.312.405
pasangan atau 65.19% dari 2.013.452 pasangan usia subur yang ada di Sumatera Utara.
Persentase PIL 35,24%, suntikan 33,53%, IUD 10,63%, MOW 8,34%, Implant 7,41%, kondom
4,58% dan dengan metode medis operasi pria (MOP) hanya 0,28% dari jumlah pasangan usia
subur yang aktif sebagai peserta KB (Wiratno, 2012).
Jumlah PUS di Kabupaten Deli Serdang sampai tahun 2013 sebanyak 300.133 jiwa, dengan
capaian Akseptor KB baru sebesar 14,98%, peserta KB aktif sebesar 73.06%. Akseptor yang
menggunakan
sebesar
sebesar 8,035%. Non MKJP yaitu memakai kondom sebesar 8,23%, suntik sebesar 31,45% dan
pil sebesar 35,41% (Yanti, 2013).
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada tanggal 24 Maret di Balai Pengobatan
Swasta Ika Dusun IX Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang
terdapat jumlah PUS yang menggunakan alat kontrasepsi sebanyak 167 Pasangan Usia Subur
dengan suntik 69 orang (41,3%), pil 72 orang (43,1%), kondom 4 orang (2,4 %), Implan 19
orang ( 11,4 % ) dan IUD 3 orang (1,8 %).
Dari hasil survei 167 Pasangan Usia Subur ( PUS ) 5 diantaranya mengatakan takut untuk
memakai kontrasepsi IUD, tidak mempunyai biaya, dan tidak mendapatkan izin dari suaminya
untuk memakai kontrasepsi IUD, karena PUS mendengar cerita-cerita buruk mengenai IUD.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian Faktorfaktor penyebab kurangnya minat PUS memilih IUD sebagai alat kontrasepsi Di Balai
Pengobatan Swasta Ika Dusun IX Desa Bandar Setia Kec. Percut Sei Tuan Tahun 2014.
B.
Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah, yaitu :
Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi PUS tidak memilih IUD sebagai alat kontrasepsi
di Balai Pengobatan Ika Dusun IX Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten
Deli Serdang Tahun 2014
C.
1.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum
Untuk mengetahui Faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat Kontrasepsi di
Balai Pengobatan Swasta Ika Dusun IX Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan
4. Untuk mengetahui Faktor-Faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat Kontrasepsi
berdasarkan Paritas di Balai Pengobatan Swasta Ika Dusun IX Desa Bandar Setia Kecamatan
Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014.
5. Untuk mengetahui Faktor-Faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat Kontrasepsi
berdasarkan Sumber Infromasi di Balai Pengobatan Swasta Ika Dusun IX Desa Bandar Setia
Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014.
D.
1.
Manfaat Penelitian
Bagi Balai Pengobatan Ika
Sebagai bahan masukan dan sumber pemikiran bagi tenaga kesehatan yang berada di Balai
Pengobatan Ika Dusun IX Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli
Serdang untuk lebih meningkatkan informasi tentang keuntungan dan kerugian serta informasi
2.
3.
Bagi peneliti
Sebagai penambah wawasan dan pengetahuan serta menerapkan ilmu pengetahuan tentang
Kontrasepsi IUD yang sudah didapat selama perkuliahan di pendidikan Akademi Kebidanan
Harapan Mama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keluarga Berencana
1.
Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
2.
2. Tujuan pokok
Penurunan angka kelahiran yang bermakna. Guna mencapai tujuan tersebut, ditempuh
kebijaksanaan menggolongkan pelayanan KB ke dalam tiga fase yaitu :
a.
Fase menunda kehamilan/kesuburan
Fase menjarangkan kehamilan
c.
Fase menghentikan/mengakhiri kehamilan/kesuburan (Pinem, 2009).
Pengertian akseptor KB
Akseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan
b.
3.
C.
1.
Kontrasepsi
Pengertian kontrasepsi
Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha usaha itu
dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen. Yang bersifat permanen dinamakan
pada wanita tubektomi dan pada pria vasektomi (Sarwono, 2011).
2.
Efektifitas Kontrasepsi
Menurut Sarwono (2011 ), efektifitas ( daya guna ) suatu cara kontrasepsi, dapat dinilai
pada 2 tingkat yakni :
1.
Daya guna teoritis (theoretical effectiveness), yaitu kemampuan suatu cara kontrasepsi untuk
mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak diingini, apabila cara tersebut digunakan terusmenerus dan sesuai dengan petunjuk yang diberikan.
Daya guna pemakaian (use effectiveness), yaitu kemampuan suatu cara kontrasepsi dalam
2.
Senggama terputus
Konsep metode senggama terputus adalah mengeluarkan kemaluan menjelang terjadinya
ejakulasi. Metode ini merupakan metode tertua didunia. Kekurangannya mengganggu kepuasan
kedua belah pihak, kegagalan hamil sekitar 30% sampai 35% karena semen keluar sebelum
1.
2.
Tingginya minat pemakai suntikan Keluarga Berencana (KB) oleh karena aman, sederhana,
efektif, tidak menimbulkan gangguan dan dapat dipakai pada pasca persalinan.
Kontrasepsi hormonal susuk (Implant)
Metode ini mudah digunakan, murah, dan aman, setiap kapsul susuk KB mengandung 36 mg
3.
b.
1.
3 ) Metode Modern
a. Kontrasepsi mantap wanita ( Tubektomi )
Kontap atau sterilisasi merupakan metode KB yang paling efektif, murah, aman, dan mempunyai
nilai demografi yang tinggi.
b. Kontrasepsi mantap pria ( Tubektomi )
Merupakan tindakan operasi ringan, murah, aman, dan mempunyai arti demografis yang tinggi,
artinya dengan operasi ini banyak kelahiran dapat dihindari (Manuaba, 2012)
D.
1.
Defenisi IUD
Intra Uterine Device (IUD) adalah benda kecil yang terbuat dari plastik yang lentur,
mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon dan dimasukan kedalam rahim
melalui vagina dan mempunyai benang (Handayani, 2010).
Copper-7
Jenis IUD Copper-7 berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan.
Fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T.
Multiload
Jenis IUD multi load terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan
berbentuk sayap yang fleksibel. Ada tiga jenis ukuran multiload yaitu standar, small, dan mini.
4.
Lippes loop
Jenis IUD Lippes loop terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf S
bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes loop terdiri
dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm
(benang biru), tipe B 27,5 mm (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning) dan
tipe D berukuran 30 mm dan tebal (benang putih) (Mulyani, 2013).
untungan IUD
1. Efektif dengan segera
2. Tidak ada interaksi obat
3. Sangat efektif
4. Tidak terkait dengan koitus (Everett, 2012).
4. Kerugian IUD
1. Monoragia
2. Dismenorea
3. Sedikit peningkatan resiko kehamilan ektopik bila ada kegagalan AKDR
4. Peningkatan resiko infeksi panggul
5. AKDR terlepas keluar
6. Perforasi uterus, usus dan kandung kemih
7. Malposisi AKDR
8. Kehamilan yang disebabkan oleh pengeluaran, perforasi, atau malposisi (Everett, 2012).
ekanisme kerja IUD
Mekanisme kerja yang pasti dari IUD belum diketahui pasti. Dari berbgai penelitian ilmiah
dinyatakan bahwa IUD dengan kandungan tembaga seperti CUT mekanisme kerjanya adalah
mencegah bertemu dan menyatunya sperma dengan sel telur (fertilisasi). Demikan pula dengan
penggunaan IUD yang mengandung progestin, sperma dapat dicegah untuk bergerak melalui
serviks dan dibunuh oleh sel darah putih (leukosit) yang timbul dalam cairan uterus sebagai hasil
rangsangan IUD. Mekanisme kerja utamanya adalah mencegah fertilisasi bukan implantasi
(Irianto, 2012).
ektifitas IUD
Efektifitas IUD untuk mencegah kehamilan cukup tinggi dalam jangka waktu yang lama.
Angka kehamilan pada pemakaian IUD berkisar antara 1,5-3 per 100 wanita pada tahun pertama,
dan angka tersebut menjadi lebih rendah pada tahun-tahun berikutnya.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kehamilan adalah jenis IUD :
Ukuran (besar)
Luas permukaan IUD
Umur akseptor
Lamanya pemakaian
Dan kurang teraturnya akseptor menjalani jadwal control untuk periksa ulangan (Mochtar,
a.
b.
c.
d.
e.
2012).
mplikasi IUD
1. Merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan
2. Perdarahan berat pada waktu haid atau di antaranya yang memungkinkan penyebab anemia
3.
Perforasi
dinding
uterus
sangat
( Saifuddin, 2013 ).
8.
Usia reproduksi
Keadaan nullipara
Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat terjadinya infeksi
Resiko rendah dari IMS
Tidak menghendaki metode hormonal (Saifuddin, 2013).
.
Yang tidak boleh menggunakan IUD
1. Sedang hamil
jarang
apabila
pemasangannya
benar)
0.
banyak.
Pasca persalinan
1. Pemasangan dini ( immediate insertion ), yakni pemasangan sebelum ibu dipulangkan dari
rumah sakit atau rumah bersalin.
2. Pemasangan langsung (direct insertion), yakni pemasangan 3 bulan setelah ibu dipulangkan.
3. Pemasangan tidak langsung (indirect insertion), yakni pemasangan setelah lebih 3 bulan pasca
3.
4.
bersalin.
Masa interval
Dipasang setelah ovulasi, harus dipastikan wanita tidak hamil atau mereka telah memakai caracara lain mencegah kontrasepsi (kondom dan sebagainya).
5.
6.
12.
akan dipasang, dan beritahukan efek samping yang mungkin timbul dan angka kemungkinan
kegagalan, serta keluhan ringan setelah pemasangan (rasa mulas, pegal, dan perdarahan). Sesaat
sebelum pemasangan, calon akseptor diharuskan buang air kecil untuk mengosongkan kandung
kemihnya.
b. Persiapan alat-alat pemasangan
1. IUD
a. IUD jenis baru telah tersedia dalam bungkus plastik steril, berisi IUD, tabung, dan penolaknya
b. IUD jenis Lippes Loop, baik IUD maupun tabung serta penolaknya, harus terlebih dahulu
disterilkan dalam sebuah bak instrument dengan memakai cairan perendam (air masak) yang
ditambahkan obat suci hama seperti : Dettol, Savlon, Jodium.
c. Tentukan IUD jenis mana yang akan dipasang
2. Alat-alat pemasangan lainnya
a. Meja ginekologi atau modifikasi meja ginekologi
b. Bak instrumen berisi alat-alat steril diantaranya : sarung tangan, kain kasa, speculum vagina
c.
d.
3.
a)
b)
(cocor bebek), cunam porsio, sonde rahim, dilatators hegar, dan sebuah gunting
Kapas lisol atau kapas savlon
Jodium tincture dengan kapas lidi.
Persiapan pemasangan (operator)
Kenakan sarung tangan
Sebelum memasang wajib dilakukan periksa dalam untuk menentukan letak rahim. Pemasangan
j) Setelah dipastikan posisinya baik, IUD didorong dengan alat pendorong perlahan-lahan sampai
keluar seluruhnya dari tabungnya
k) Keluarkan pendorong terlebih dahulu, agar benang tidak terjepit, baru kemudian tabung
penyalurnya
l) Lepaskan cunam porsio, olesi bekas jepitan dengan jodium tincture, dan lepaskan speculum
(Mochtar, 2012).
13. Insersi IUD
alahan pada insersi IUD
a. Insersi yang tidak baik dari IUD dapat menyebabkan :
1.Ekspulsi
2.Infeksi
3.Perforasi
2. Untuk sukses/berhasilnya insersi IUD tergantung pada beberapa hal, yaitu :
a. Ukuran dan macam IUD
b. Waktu/saat insersi
c. Teknik insersi
d. Penjelasan prosedur kepada calon akseptor
e. Pemeriksaan pelvis bimanual dan sondage uterus
f.
Penempatan IUD setinggi mungkin dari uterus (fundus uteri) tanpa menembus/perforasi
14.
15.
(Hartanto, 2010).
Angka kegagalan IUD
a. Belum ada IUD yang 100% efektif
b. IUD pada umumnya 1-3 kehamilan per 100 wanita/tahun
c. Lippes loop : 2 6 per 100 wanita / tahun
d. Cut T
: 1 / 100 wanita / tahun
e. Cut 7
: 1 -3 per 100 wanita / tahun (Hartanto, 2010).
Yang Perlu diingat jika ingin menggunakan KB IUD
1. Jenis AKDR yang dipakai
2. Waktu untuk melepaskan AKDR
3. Perubahan menstruasi dan kram adalah hal biasa, datang kembali ke tenaga kesehatan jika
mengganggu
4. Kembali dalam 3-6 minggu, atau setelah masa haid berikutnya untuk pemeriksaan ke bidan atau
a.
b.
c.
d.
1)
Pengetahuan
Menurut
Notoatmodjo (2011), pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penggindraan terjadi melalui pasca indra
penglihatan, pandangan, penciuman rasa dan raba sebagian besar
pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk
terbentuknya
3.
hal spesifik dari seluruh bahan atau rangsangan yang telah diterima.
Memahami ( comprehension )
Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
dapat menginterprestasikannya secara luas.
Aplikasi ( application )
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi nyata.
4. Analisis ( analysis )
Adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen
yang masih saling terkait dan masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut.
5. Sintesis ( synthesis )
Diartikan sebagai kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian kedalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi ( evaluation )
Diartikan sebagai ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek (Mubarak, 2011).
2) Umur
Umur adalah lamanya seseorang hidup dihitung dari tahun lahirnya sampai dengan ulang
tahunnya yang terakhir semakin tinggi umur seseorang maka tingkat pengetahuan seseorang
akan semakin lebih matang dalam berfikir dan bertindak. Kategori umur :
c. < 20 tahun
Kategori pendidikan :
a. Pedidikan Dasar
Merupakan jenjang pendidikan awal selama 9 tahun pertama masa sekolah anak-anak yang
melandasi jenjang pendidikan menengah (SD/MI dan SMP/MTs).
b. Pendidikan Menengah
Merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar (SMU/MA).
c. Pendidikan Tinggi
Adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program sarjana,
megister, dokter dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi (Arnis, 2013).
4 ) Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seseorang ibu dengan persalinan
yang pernah dialami oleh ibu.
Jenis paritas :
a) Primipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan bayi untuk pertama kalinya
b) Multipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan bayi yang sudah beberapa kali yaitu 2-5
c)
kali
Grande multipara adalah wanita yang telah melahirkan bayi yang sudah lima kali atau lebih
(Mochtar, 2012).
5)
Ekonomi
Tingkat ekonomi mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi. Hal ini disebabkan karena
untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi yang diperlukan akseptor harus menyediakan dana
yang ada sesuai dengan yang diperlukan (Arnis, 2013)
Tingkat ekonomi menurut Albar (2010), untuk daerah Deli serdang dengan UMR
6)
1.800.000/bulan.
Sumber informasi
Sumber informasi adalah data yang merupakan kenyataan yang menggambarkan suatu
kejadian-kejadian dan kesatuan nyata. Kejadian- kejadian (Event) adalah suatu yang terjadi pada
saat tertentu, kesatuan nyata (Fact and entity) berupa objek nyata seperti tempat, benda dan
orang yang betul-betul ada dan terjadi (Arnis, 2013).
Sumber informasi dikategorikan :
Media cetak : media cetak sebagian alat untuk manyampaikan pesan-pesan seperti salah satunya
leaflet, tulisan-tulisan poster dan foto
b.
Media elektronik : sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi, seperti
televisi, radio, video, slide, dan film
c.
Media papan
Papan dipasang ditempat umum dapat dipakai dan isi dengan pesan-pesan atau informasi (Arnis,
2013).
E.
Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seorang
peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap
penting untuk masalah yang ingin diteliti (Hidayat, 2011).
Adapun kerangka konsep dalam penelitian faktor-faktor penyebab PUS tidak memilih IUD
sebagai alat kontrasepsi di Balai Pengobatan Swasta Ika Dusun IX Desa Bandar Setia Kecamatan
Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang mulai Maret tahun 2014.
Bagan 2.4
Kerangka Konsep
Variabel Independent
Pengetahuan
Umur
Pendidikan
Paritas
Sumber informasi
Variabel Dependent
-----------------------
Ekonomi
----------------------Keterangan :
Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah mendefenisikan variabel secara operasional berdasarkan
karakteristik yang diamati.
huan
Pengetahuan adalah kemampuan responden dalam menjawab pertanyaan yang diajukan
aik
b.
a.
b.
an
Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal responden yang terakhir hingga mendapat
a.
b.
informasi
a.
b.
Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami oleh ibu dengan kategori :
Primipara
: jumlah anak < 2 orang
Multipara
: jumlah anak > 2 orang
( Skala Ordinal )
untuk menyalurkan
pesan informasi dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan minat dari si penerima.
a.
b.
Secara langsung
Secara tidak langsung.
( Skala Nominal )
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis penelitian
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yakni untuk mengetahui faktor-faktor penyebab PUS
tidak memilih IUD sebagai alat kontrasepsi di Balai Pengobatan Swasta Ika Dusun IX Desa
Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014.
B.
1.
Lokasi Penelitian
Adapun lokasi yang dipilih peneliti menjadi tempat untuk mengumpulkan data responden
adalah di Balai Pengobatan Swasta Ika Dusun IX Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan
Kabupaten Deli Serdang dilakukan pada tanggal 24 Maret 2014, dengan alasan memenuhi
sampel dan mempunyai data yang memenuhi syarat data penelitian yang diperlukan sehingga
lebih memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data dan untuk mendukung penulis dalam
menyusun laporan Karya Tulis Ilmiah ini dan lokasi penelitian dapat dijangkau oleh peneliti.
2.
Waktu Peneliti
Penelitian ini dimulai pada bulan Maret Juni 2014, yang dimulai dari pengajuan judul,
C.
1.
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang menggunakan alat kontrasepsi
dengan jumlah Kepala Keluarga ( KK ) 200 orang, dan jumlah yang menggunakan kontrasepsi
sebanyak 167 orang di Balai Pengobatan Swasta Ika Dusun IX Desa Bandar Setia Kecamatan
Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014.
2.
Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang hendak diteliti. Sampel dalam penelitian ini
Penelitian jawaban kuisioner dengan menggunakan data untuk jawaban yang benar diberi
nilai :
1.Jika nilai 5 untuk jawaban benar
2.Jika nilai 0 untuk jawaban benar.
E.
Aspek Pengukuran
Dalam penelitian ini diukur adalah pengetahuan ibu tentang metode kontrasepsi IUD.
Dengan kriteria peneliti adalah sebagai berikut :
Baik
: Bila responden menjawab pertanyaan 10 dari 20 jumlah soal, dengan skor 50%
Tidak baik : Bila responden menjawab pertanyaan <10 dari 20 jumlah soal, dengan skor < 50%.
F. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data adalah data yang telah dikumpulkan. Adapun langkah-langkah pengolahan
data yang peneliti lakukan yaitu :
a. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau
dikumpulkan serta perbaikan yang salah. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan atau
setelah data terkumpul.
b. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang kemudian
dimasukan kedalam tabel-tabel frekuensi.
c. Tabulating
Tabulating yaitu mempermudah analisa data, pengolahan data serta pengambilan kesimpulan
data yang kemudian dimasukan kedalam tabel-tabel frekuensi (Hidayat, 2011).
G.
Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan cara deskriptif yaitu dengan melihat persentase data yang
dikumpulkan dan disajikan dalam tabel-tabel distribusi frekuensi, analisa data frekuensi
dilanjutkan dengan membahas hasil penelitian dengan menggunakan teori kepustakaan yang ada.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Mei-Juni mengenai Faktor-Faktor
Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat Kontrasepsi di Balai Pengobatan Swasta Ika
Dusun IX Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014,
maka diperoleh hasil penelitian berdasarkan pengetahuan, umur, pendidikan, paritas dan sumber
informasi. Hal ini dapat dilihat :
1. Berdasarkan Pengetahuan
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat Kontrasepsi
Berdasarkan Pengetahuan
Di Dusun IX Desa Bandar Setia
Tahun
2014
No
Pengetahuan
Jumlah
Dari
Frekuensi (orang)
Persentase (%)
1
Baik (Menjawab soal >10)
13
38
2
Tidak baik (Menjawab soal <10)
21
62
Jumlah
34
100
tabel diatas dilihat bahwa mayoritas akseptor KB tidak menggunakan kontrasepsi IUD dengan
pengetahuan tidak baik sebanyak 21 orang (62%) dan minoritas dengan pengetahuan baik
sebanyak 13 orang (38%).
2. Berdasarkan Umur
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat Kontrasepsi
Berdasarkan Umur
Di Dusun IX Bandar
Setia
Tahun 2014
No
Umur
Jumlah
Dari
Frekuensi (orang)
Persentase (%)
1
2
25
9
74
26
34
100
tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas akseptor KB tidak menggunakan kontrasepsi IUD
dengan resiko tinggi sebanyak 25 orang (74%) dan minoritas dengan resiko rendah sebanyak 9
orang (26%).
3. Berdasarkan Pendidikan
Tabel 3
Distribusi
Frekuensi Faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat Kontrasepsi
Berdasarkan Pendidikan
Di Dusun IX Bandar
Setia
Tahun 2014
No
Dari
1
2
Pendidikan
Jumlah
Frekuensi (orang)
Persentase (%)
Pendidikan rendah (SD dan SMP/ sederajat)
18
Pendidikan tinggi (SMA dan Perguruan Tinggi) 16
53
47
Jumlah
34
100
tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas akseptor KB tidak menggunakan kontrasepsi IUD
dengan pendidikan rendah sebanyak 18 orang (53%) dan minoritas pendidikan tinggi sebanyak
16 orang (47%).
4. Berdasarkan Paritas.
Tabel 4
Distribusi
Frekuensi Faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat Kontrasepsi IUD
Berdasarkan Paritas
Di Dusun IX Bandar
Setia
Tahun 2014
No
Paritas
Jumlah
Dari
Frekuensi (orang)
Persentase (%)
1 Primipara (< 2)
3
9
2 Multipara (>2 )
31
91
Jumlah
34
100
tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas akseptor KB tidak menggunakan kontrasepsi IUD
dengan multipara sebanyak 31 orang (91%) dan minoritas dengan primipara sebanyak 3 orang
(9%).
5. Berdasarkan Sumber Informasi
Tabel 6
Distribusi
Frekuensi Faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat Kontrasepsi
Berdasarkan Sumber Informasi
Di Dusun IX
Bandar Setia
Tahun 2014
No Sumber Informasi
Jumlah
Dari
Frekuensi (orang)
Persentase (%)
1
2
Langsung
Tidak Langsung
27
7
79
21
Jumlah
34
100
tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas akseptor KB tidak menggunakan kontrasepsi IUD
dengan sumber informasi secara langsung sebanyak 27 orang (79%) dan minoritas adalah
sumber informasi secara tidak langsung sebanyak 7 orang (21%).
B. Pembahasan
Hasil penelitian Faktor-faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat Kontrasepsi
di Balai Pengobatan Swasta Ika Dusun IX Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014.
1.
Faktor-faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat Kontrasepsi Berdasarkan
Pengetahuan
Dari hasil penelitian dapat diketahui dari 34 responden yang tidak menggunakan alat
kontrasepsi IUD mayoritas berpengetahuan tidak baik sebanyak 21 orang (62%) dan minoritas
berpengetahuan baik sebanyak 13 orang (38%).
Menurut Eveert (2008) kurangnya pengetahuan pada calon akseptor sangat berpengaruh
terhadap pemakaian kontrasepsi IUD. Pengetahuan dari wanita kurang maka penggunaan
kontrasepsi IUD juga menurun. Sementara para suami kurang pembinaan dan pendekatan, suami
kadang melarang istrinya karena faktor ketidaktahuan dan tidak ada komunikasi untuk saling
memberikan pengetahuan.
Hasil penelitian Maulani (2013) bahwasa nya di dapat hasil pengetahuan dari akseptor KB
tentang pemakaian kontrasepsi IUD berada pada kategori rendah yaitu sebanyak 27 orang
(52,9%) dari 51 responden.
Menurut asumsi peneliti hasil penelitian Maulani (2013) sama dengan peneliti yaitu
pengetahuan akseptor KB tentang kontrasepsi IUD berada pada kategori tidak baik sama halnya
dengan kategori rendah sebanyak 21 responden (62%). Hal ini disebabkan karena sebagian besar
akseptor KB hanya memahami penggolongan IUD hanya sebatas spiral saja, mereka tidak
mengetahui ada banyak golongan lain yang termasuk kedalam IUD. Mereka juga mengatakan
kurang informasi tentang penggolongan IUD dari petugas kesehatan.
2.
Faktor-faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat Kontrasepsi Berdasarkan
Umur
Dari hasil penelitian dapat diketahui dari 34 responden yang tidak menggunakan alat
kontrasepsi IUD mayoritas dengan resiko tinggi sebanyak 25 orang (74%) dan minoritas resiko
rendah sebanyak 9 orang (26%).
Menurut Wawan dan Dewi (2011), umur yaitu semakin tua umur seseorang semakin
kontruktif dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi. Dan semakin muda
umur seseorang dalam menghadapai masalah maka akan sangat mempengaruhi konsep dirinya,
dan usia yang dianjurkan untuk pemakaian IUD yaitu usia >35 tahun.
Berdasarkan penelitian Farahwati (2013) diperoleh bahwa sebagian besar responden yang
memakai kontrasepsi (65,7%) berumur 20-35 tahun dan diperoleh bahwa responden berumur >
35 tahun (68,6%) memakai IUD lebih besar dibandingkan dengan non-IUD (31,4%). Dengan
demikian dapat diketahui bahwa ada hubungan antara umur dan pemilihan kontrasepsi,
responden yang berumur > 35 tahun berpeluang lebih besar dibandingkan dengan responden
yang berumur 20-35 tahun, hal ini disebabkan responden yang berumur > 35 tahun menggunakan
kontrasepsi dengan tujuan mengakhiri kesuburan, karena mereka sudah mempunyai anak sesuai
dengan yang diinginkan keluarga, sehingga tidak ingin menambah anak lagi.
Menurut asumsi peneliti hasil penelitian tidak sama dengan penelitian yang dilakukan
Farahwati (2013). Karena akseptor KB dengan umur terkategori tinggi
(<20 20-35
tahun) sebanyak 25 responden (74%). Hal ini disebabkan karena akseptor tidak ada yang
memakai IUD, rata-rata akseptor menggunakan kontrasepsi suntik dan pil. Umur secara alamiah
akan membatasi masa subur wanita. Umur diatas >35 tahun memang mempunyai resiko tinggi
untuk hamil dan melahirkan, karena itu dianjurkan untuk pemakaian IUD atau metode
kontrasepsi jangka panjang lainnya.
3.
Faktor-faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat Kontrasepsi Berdasarkan
Pendidikan
Dari hasil penelitian dapat diketahui dari 34 responden yang tidak menggunakan alat
kontrasepsi IUD mayoritas pendidikan rendah sebanyak 18 orang (53%) dan minoritas
pemdidikan tinggi sebanyak 16 orang (47%).
Pendidikan sangat berpengaruh terhadap wawasan dan pengetahuan Ibu. Semakin tinggi
tingkat pendidikan Ibu maka semakin banyak informasi kesehatan yang diperolehnya, sehingga
pengetahuan atau informasi mengenai alat
sehingga Ibu dapat mengambil keputusan yang tepat dan efektif tentang alat kontrasepsi mana
yang akan digunakan (Notoatmodjo, 2011).
Menurut Wawan (2010), pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang
kepada orang lain agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi
pendidikan seseorang makin mudah pula bagi mereka untuk menerima informasi dan pada
akhirnya makin banyak pengetahuan yang mereka miliki.
Hasil penelitian Sulastri (2009) bahwasa nya mayoritas pendidikan lulusan SMP sebanyak
29 responden (40,9%) dari 71 responden. Dikarenakan dari 10 orang akseptor KB IUD 5
diantaranya adalah lulusan SMA sederajat, ini menyatakan tidak ada perbedaan pendidikan
rendah dan pendidikan tinggi seseorang dalam mendapatkan suatu pendidikan.
Pendidikan pada penelitian ini dibagi 2 kategori, yaitu tinggi jika responden berpendidikan
SMA dan Perguruan tinggi/sarjana, dan berpendidikan rendah jika pendidikan SD dan
SMP/Sederajat.
Menurut asumsi peneliti hasil penelitian sama dengan penelitian yang dilakukan Sulastri
(2009) walaupun akseptor yang diteliti tidak ada satupun yang menggunakan kontrasepsi IUD.
Dari 34 responden ada 2 responden yang menggunakan kontrasepsi jangka panjang, 2 responden
tersebut berpendidikan rendah dan tinggi. Pengetahuan seseorang akan bertambah bukan hanya
dari pendidikan saja, namun bisa juga dari pengalaman seseorang dan penerimaannya terhadap
informasi yang didapat.
4.
Faktor-faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat Kontrasepsi Berdasarkan
Paritas
Dari hasil penelitian dapat diketahui dari 34 responden yang tidak menggunakan alat
kontrasepsi IUD mayoritas mulipara 31 orang (91%) dan minoritas primipara sebanyak 3 orang
(9%).
Menurut BKKBN (2010), ibu yang telah memiliki 2 anak dianjurkan untuk menggunakan
alat kontrasepsi jangka panjang seperti IUD atau yang lainnya yang memiliki efektifitas yang
tinggi, sehingga kemungkinan untuk mengalami kehamilan lagi cukup rendah. Namun karena
masih kuat anggapan dimasyarakat bahwa banyak anak banyak rezeki, sehingga menyebabkan
masih banyaknya masyarakat yang tidak mengikuti anjuran dari pemerintah tersebut, padahal
paradigm tersebut sangat keliru karena dengan banyak anak kehidupan keluarga akan lebih
menderita.
Menurut penelitian Astitiasih (2013) menunjukkan bahwa lebih sedikit yang berparitas
primipara yaitu 37 responden (40,2%) multipara sejumlah 55 responden (59,8%). Sebagian besar
responden yang paritasnya multipara akan mempertimbangkan untuk pemilihan alat kontrasepsi
jangka panjang dan paritas primipara cenderung menggunakan alat kontrasepsi yang berjangka
pendek seperti pil dan suntik.
Dalam penelitian ini peneliti membagi paritas menjadi 2 kategori yaitu, primipara ( > 2
anak ) dan multipara (< 2 anak), responden yang mempunyai >2 orang anak masih 91% yang
belum sesuai dalam memilih alat kontrasepsi.
Menurut asumsi peneliti hasil penelitian sama dengan penelitian yang dilakukan Astitiasih
(2013) yaitu menunjukkan bahwa jauh lebih sedikit yang berparitas primipara yaitu 3 responden
(9%) dan multipara 31 responden (91%). Akan tetapi pada penelitian ini yang berparitas
multipara rata-rata menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek dan hanya 1 responden yang
menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang dengan tujuan untuk tidak mempunyai anak lagi.
5.
Faktor-faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat Kontrasepsi Berdasarkan
Sumber Informasi
Dari hasil penelitian dapat diketahui dari 34 responden yang tidak menggunakan alat
kontrasepsi IUD mayoritas sumber informasi secara langsung sebanyak 27 orang (79%) dan
minoritas adalah sumber informasi secara tidak langsung sebanyak 7 orang (21%).
Menurut Rahma (2011), biasanya media komunikasi akan membuat suatu iklan sebagai
penyampai sumber informasi. Selain itu mereka juga membawa pesan yang berisikan sugesti
sehingga nantinya akan mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu
hal akan memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap seseorang. Pesan-pesan
afektif yang cukup kuat akan memberikan dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga akan
terbentuknya arah sikap tertentu. Dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini terdapat
hubungan antara penerimaan informasi KB dengan dengan pemilihan kontrasepsi.
Hasil penelitian Aliviani (2013) diperoleh hasil dari 72 responden yang menggunakan
kontrasepsi IUD dan non-IUD mendapatkan informasi secara langsung berjumlah 48 orang
(66,7%) dan secara tidak langsung berjumlah 24 orang (33,3%)
rata-rata responden
menggunakan kontrasepsi IUD, menurut responden informasi yang didapat secara langsung lebih
mempermudah responden untuk bertanya apabila menemukan kata-kata asing dalam
penyampaian.
Menurut asumsi peneliti hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Risma Aliviani
(2013). Yaitu persentase sumber informasi yang didapat secara langsung jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan informasi secara tidak langsung. Hal ini disebabkan bahwa seseorang
mendapat informasi secara langsung tentang KB akan mempermudah mereka dalam memilih
kontrasepsi dan pasti mereka tidak akan mengalami kesulitan di dalam pemilihan kontrasepsi
yang akan digunakan.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari hasil
pembahasan
penelitian
yang
dilakukan
oleh
peneliti
tentang
Faktor-faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat Kontrasepsi di Balai Pengobatan
Swasta Ika Dusun IX Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2014, maka peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut:
1. Distribusi frekuensi faktor-faktor penyebab PUS tidak memilih IUD sebagai alat kontrasepsi
berdasarkan pengetahuan, mayoritas akseptor KB adalah ibu dengan pengetahuan tidak baik
sebanyak 21 orang (62%) dan minoritas adalah ibu dengan berpengetahuan baik sebanyak 13
orang (38%).
2. Distribusi frekuensi faktor-faktor penyebab PUS tidak memilih IUD sebagai alat kontrasepsi
berdasarkan umur, mayoritas akseptor KB dengan resiko tinggi sebanyak 25 orang (74%) dan
3.
4.
Distribusi frekuensi faktor-faktor penyebab PUS tidak memilih IUD sebagai alat kontrasepsi
berdasarkan paritas, mayoritas akseptor KB dengan multipara sebanyak 31 orang (91%) dan
Lihat komentar
1.
ariandani gary6 Juli 2015 05.59
assalamualaikum, boleh saya meminta kuesioner penelitian faktor IUD ? karena saya
dalam tahap skripsi dengan judul yang sama,untuk refrensi tambahan skripsi saya, saya
btuh bbrapa data sperti kuesioner, jika mbak berminat membantu saya kontak ke email
saya ya :) ddouble.lenz@gmail,com
Balas
BAB I
Klasik
Kartu Lipat
Majalah
Mozaik
Bilah Sisi
Cuplikan
Kronologis
1.
Sep
30
A.
Latar Belakang
lainnya sebesar 11,7%. Pada saat ini diperkirakan memakai IUD/AKDR, 30% terdapat di
CINA, 13% di Eropa, 5% di Amerika Serikat, 6,7% di negara negara berkemabang
lainnya (Safrina, 2012).
Sebenarnya Implant efektif mencegah kehamilan selama 3 tahun. Tingkat kegagalan
lebih sedikit dibanding IUD. Sementara alat KB berupa pil dan suntikan sifatnya jangka
pendek dan kerap gagal, jika dipasang dengan benar, metode kontrasepsi ini memiliki
efektivitas sampai 99 persen dengan tingkat kegagalan hanya 0,05 dari 100 wanita yang
memakainya. Adapun salah satu alat kontrasepsi yang digerakkan pemerintah untuk
metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) adalah implant. Beberapa faktor penyebab
kurangnya minat PUS menggunakan MKJP dapat ditinjau dari berbagai segi yaitu: segi
pelayanan KB, segi kesediaan alat kontrasepsi, segi penyampaian konseling maupun
Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) dan hambatan budaya (Hartanto, 2010).
Persentase peserta KB Baru menurut metode kontrasepsi di Indonesia. Usia subur
seorang wanita biasanya antara 15-49 tahun, oleh karena itu untuk mengatur jumlah
kelahiran atau menjarangkan kelahiran, wanita/pasangan ini lebih diprioritaskan untuk
menggunakan alat/metode KB. Cakupan peserta KB Baru dan KB Aktif pada profil
kesehatan 2013, jumlah PUS di seluruh Indonesia mencapai 44.738.378 orang dengan
jumlah peserta KB Baru 8.647.024 orang (19,33%), dan jumlah peserta KB Aktif
33.713.115 orang (75,36%). Persentase peserta KB Aktif menurut metode kontrasepsi di
Indonesia IUD 11,03%, MOW 3,53%, MOP 0,68%, Implan 8,26%, Kondom 2,50%,
Suntik 47,19%, Pil 26,81% (Depkes RI, 2013).
Di Provinsi Pemerintah Aceh, sampai dengan bulan maret tahun 2012 dengan
jumlah PUS 776.140 orang. Peserta KB Aktif yang menggunakan metode kontrasepsi
IUD 11.993 (2,02%), MOW 4.479 (0,76%), MOP 187 (0,03), Implan 11,746 (1,98%),
Kondom 51.698 (8,72%), Suntik 267.195 (45,06%), Pil 245.727 (41,44%) (Depkes RI,
2013).
Di Propinsi Sumatera Utara, perkembangan pasangan usia subur yang aktif
sebagai peserta KB yang dilaporkan dari kabupaten/kota sampai akhir Desember 2012
mencapai 1.312.405 pasangan atau 65.19% dari 2.013.452 pasangan usia subur yang ada
di Sumatera Utara. Persentase PIL 35,24%, suntikan 33,53%, IUD 10,63%, MOW 8,34%,
Implant 7,41%, kondom 4,58% dan dengan metode medis operasi pria (MOP) hanya
0,28% dari jumlah pasangan usia subur yang aktif sebagai peserta KB (Wiratno, 2012).
Jumlah PUS di Kabupaten Deli Serdang sampai tahun 2013 sebanyak 300.133 jiwa,
dengan capaian Akseptor KB baru sebesar 14,98%, peserta KB aktif sebesar 73.06%.
Akseptor yang menggunakan MKJP seperti: IUD sebesar 11,11%, MOP/MOW
sebesar 5,74%, implant sebesar 8,035%. Non MKJP yaitu memakai kondom sebesar
8,23%, suntik sebesar 31,45% dan pil sebesar 35,41% (Yanti, 2013).
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada tanggal 24 Maret di Balai Pengobatan
Swasta Ika Dusun IX Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli
Serdang terdapat jumlah PUS yang menggunakan alat kontrasepsi sebanyak 167
Pasangan Usia Subur dengan suntik 69 orang (41,3%), pil 72 orang (43,1%), kondom 4
orang (2,4 %), Implan 19 orang ( 11,4 % ) dan IUD 3 orang (1,8 %).
Dari hasil survei 167 Pasangan Usia Subur ( PUS ) 5 diantaranya mengatakan takut
untuk memakai kontrasepsi IUD, tidak mempunyai biaya, dan tidak mendapatkan izin
dari suaminya untuk memakai kontrasepsi IUD, karena PUS mendengar cerita-cerita
buruk mengenai IUD.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
Faktor-faktor penyebab kurangnya minat PUS memilih IUD sebagai alat kontrasepsi Di
Balai Pengobatan Swasta Ika Dusun IX Desa Bandar Setia Kec. Percut Sei Tuan Tahun
2014.
B.
Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah, yaitu :
Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi PUS tidak memilih IUD sebagai alat
kontrasepsi di Balai Pengobatan Ika Dusun IX Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei
Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014
C.
1.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum
Untuk mengetahui Faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat
Kontrasepsi di Balai Pengobatan Swasta Ika Dusun IX Desa Bandar Setia Kecamatan
Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014.
2. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui Faktor-Faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat
Kontrasepsi berdasarkan Pengetahuan di Balai Pengobatan Swasta Ika Dusun IX Desa
Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014.
2. Untuk mengetahui Faktor-Faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat
Kontrasepsi berdasarkan Umur di Balai Pengobatan Swasta Ika Dusun IX Desa
Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014.
3. Untuk mengetahui Faktor-Faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat
Kontrasepsi berdasarkan Pendidikan di Balai Pengobatan Swasta Ika Dusun IX Desa
Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014.
4. Untuk mengetahui Faktor-Faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat
Kontrasepsi berdasarkan Paritas di Balai Pengobatan Swasta Ika Dusun IX Desa
Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014.
5. Untuk mengetahui Faktor-Faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat
Kontrasepsi berdasarkan Sumber Infromasi di Balai Pengobatan Swasta Ika Dusun IX
Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014.
D.
1.
Manfaat Penelitian
3.
Bagi peneliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keluarga Berencana
1.
Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
hidup bersama
dimana istrinya berusia 15-49 tahun, yang harus dimotivasi terus-menerus sehingga
menjadi peserta Keluarga Berencana (KB) ( Depkes RI, 2002).
C.
1.
Kontrasepsi
Pengertian kontrasepsi
Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha
usaha itu
dapat
bersifat
permanen dinamakan pada wanita tubektomi dan pada pria vasektomi (Sarwono,
2011).
2.
Efektifitas Kontrasepsi
Menurut Sarwono (2011 ), efektifitas ( daya guna ) suatu cara kontrasepsi, dapat
2.
Daya guna pemakaian (use effectiveness), yaitu kemampuan suatu cara kontrasepsi
dalam keadaan sehari-hari dimana pemakaiannya dipengaruhi oleh beberapa factor-
faktor seperti pemakaian tidak hati-hati, kurang taat pada peraturan, dan sebagainya.
3.
Jenis - Jenis Metode Kontrasepsi
1) Metode sederhana
a. Kondom
Menampung spermatozoa sehingga tidak masuk kedalam kanalis serviks.
b. Pantang berkala
1. Pantang berkala dengan sistem kalender
Metode ini memerlukan sistem menstruasi yang teratur sehingga dapat
memperhitungkan masa subur untuk menghindari kehamilan dengan
tidak melakukan hubungan seks.
2. Pantang berkala dengan sistem suhu basal
Metode ini memerlukan pengetahuan dan metode pengukuran yang
adekuat, sehingga dapat bermanfaat.
c.
Senggama terputus
Konsep metode senggama terputus adalah mengeluarkan kemaluan
menjelang terjadinya ejakulasi. Metode ini merupakan metode tertua
didunia. Kekurangannya mengganggu kepuasan kedua belah pihak,
kegagalan hamil sekitar 30% sampai 35% karena semen keluar sebelum
dominan
estrogen)
atau
progesterogenik
(dominan
3.
b.
1.
3 ) Metode Modern
a. Kontrasepsi mantap wanita ( Tubektomi )
Kontap atau sterilisasi merupakan metode KB yang paling efektif, murah,
aman, dan mempunyai nilai demografi yang tinggi.
b. Kontrasepsi mantap pria ( Tubektomi )
Merupakan tindakan operasi ringan, murah, aman, dan mempunyai arti
demografis yang tinggi, artinya dengan operasi ini banyak kelahiran
dapat dihindari (Manuaba, 2012)
D.
1.
Defenisi IUD
Intra Uterine Device (IUD) adalah benda kecil yang terbuat dari plastik yang lentur,
mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon dan dimasukan kedalam
rahim melalui vagina dan mempunyai benang (Handayani, 2010).
2. Jenis AKDR / IUD
Jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain, yakni :
1. Copper T
Jenis IUD Copper-T berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada
bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini
mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik.
2.
Copper-7
Jenis IUD Copper-7 berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan
pemasangan. Fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T.
3.
Multiload
Jenis IUD multi load terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri
dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Ada tiga jenis ukuran multiload yaitu standar,
small, dan mini.
4.
Lippes loop
Jenis IUD Lippes loop terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf
S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes loop
terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A
Keuntungan IUD
5.
Kerugian IUD
1. Monoragia
2. Dismenorea
3. Sedikit peningkatan resiko kehamilan ektopik bila ada kegagalan AKDR
4. Peningkatan resiko infeksi panggul
5. AKDR terlepas keluar
6. Perforasi uterus, usus dan kandung kemih
7. Malposisi AKDR
8. Kehamilan yang disebabkan oleh pengeluaran, perforasi, atau malposisi (Everett,
2012).
Mekanisme kerja IUD
Mekanisme kerja yang pasti dari IUD belum diketahui pasti. Dari berbgai
penelitian ilmiah dinyatakan bahwa IUD dengan kandungan tembaga seperti CUT
mekanisme kerjanya adalah mencegah bertemu dan menyatunya sperma dengan sel telur
(fertilisasi). Demikan pula dengan penggunaan IUD yang mengandung progestin, sperma
dapat dicegah untuk bergerak melalui serviks dan dibunuh oleh sel darah putih (leukosit)
yang timbul dalam cairan uterus sebagai hasil rangsangan IUD. Mekanisme kerja
utamanya adalah mencegah fertilisasi bukan implantasi (Irianto, 2012).
6.
Efektifitas IUD
Efektifitas IUD untuk mencegah kehamilan cukup tinggi dalam jangka waktu yang
lama. Angka kehamilan pada pemakaian IUD berkisar antara 1,5-3 per 100 wanita pada
tahun pertama, dan angka tersebut menjadi lebih rendah pada tahun-tahun berikutnya.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kehamilan adalah jenis IUD :
a. Ukuran (besar)
b. Luas permukaan IUD
c. Umur akseptor
d. Lamanya pemakaian
e. Dan kurang teraturnya akseptor menjalani jadwal control untuk periksa ulangan
(Mochtar, 2012).
7. Komplikasi IUD
1. Merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan
2. Perdarahan berat pada waktu haid atau di antaranya yang memungkinkan penyebab
anemia
3.
Perforasi
dinding
( Saifuddin, 2013 ).
8.
9.
3.
4.
5.
6.
a.
jelaskan apa yang akan dilakukan, serta berikan jadwal periksa ulang secara teratur.
Perhatikanlah jenis IUD yang akan dipasang, dan beritahukan efek samping yang
mungkin timbul dan angka kemungkinan kegagalan, serta keluhan ringan setelah
pemasangan (rasa mulas, pegal, dan perdarahan). Sesaat sebelum pemasangan, calon
akseptor diharuskan buang air kecil untuk mengosongkan kandung kemihnya.
b. Persiapan alat-alat pemasangan
1. IUD
a. IUD jenis baru telah tersedia dalam bungkus plastik steril, berisi IUD,
b.
c) Pasanglah speculum
d) Jepit porsio depan dengan cunam, suci hamakan kemudian bersihkan serviks dan
vagina dengan larutan antiseptic
e) Tariklah pelan-pelan cunam porsio sehingga kanalis servikalis arahnya menjadi
f)
lurus. Jangan ditarik terlalu kuat, ibu akan merasa nyeri dan kesakitan
Masukan sonde rahim sesuai dengan arah letak rahim untuk mengukur
dalamnya rahim
g) Kalau pembukaan kanalis servikalis agak sempit, dapat dilebarkan dengan
dilatator Hegar
h) Buatlah ancang-ancang bagaimana alat penyalur harus dimasukan kedalam
rongga rahim
i) Selagi servikalis ditarik perlahan dengan cunam, tabung penyalur berisi IUD
dimasukan kedalam rahim
j) Setelah dipastikan posisinya baik, IUD didorong dengan alat pendorong
perlahan-lahan sampai keluar seluruhnya dari tabungnya
k) Keluarkan pendorong terlebih dahulu, agar benang tidak terjepit, baru kemudian
tabung penyalurnya
l) Lepaskan cunam porsio, olesi bekas jepitan dengan jodium tincture, dan
lepaskan speculum (Mochtar, 2012).
13. Insersi IUD
1. Permasalahan pada insersi IUD
a. Insersi yang tidak baik dari IUD dapat menyebabkan :
1.Ekspulsi
2.Infeksi
3.Perforasi
2. Untuk sukses/berhasilnya insersi IUD tergantung pada beberapa hal, yaitu :
a. Ukuran dan macam IUD
b. Waktu/saat insersi
c. Teknik insersi
d. Penjelasan prosedur kepada calon akseptor
e. Pemeriksaan pelvis bimanual dan sondage uterus
f.
Penempatan IUD setinggi mungkin dari uterus (fundus uteri) tanpa
14.
15.
16.
1)
Menurut Notoatmodjo (2011), pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi
setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penggindraan
terjadi melalui pasca indra penglihatan, pandangan, penciuman rasa dan raba sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tingkat seseorang (over
behavior). Pembagian pengetahuan menurut Arikunto (2010) dikategorikan sebagai :
a.
b.
Baik
: Bila menjawab pertanyaan 10
Tidak baik : Bila menjawab pertanyaan <10
Tingkatan pengetahuan yang termasuk kedalam domain kognitif ada 6, yakni
1. Tahu ( know )
Tahu diartikan sebagai kemampuan mengingat kembali materi yang pernah
dipelajari, termasuk hal spesifik dari seluruh bahan atau rangsangan yang telah
2.
diterima.
Memahami ( comprehension )
Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang
3.
4. Analisis ( analysis )
Adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponenkomponen yang masih saling terkait dan masih di dalam suatu struktur organisasi
tersebut.
5. Sintesis ( synthesis )
Diartikan sebagai kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian
kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi ( evaluation )
Diartikan sebagai ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek (Mubarak, 2011).
2) Umur
Umur adalah lamanya seseorang hidup dihitung dari tahun lahirnya sampai dengan
ulang tahunnya yang terakhir semakin tinggi umur seseorang maka tingkat pengetahuan
seseorang akan semakin lebih matang dalam berfikir dan bertindak. Kategori umur :
c. < 20 tahun
d. 20 35 tahun
e. > 35 tahun
(Susilawati, 2013).
3 ) Pendidikan
Adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau
meningkatkan pengetahuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri
sendiri. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah dalam menerima
informasi dan akan mudah menerima hal-hal baru dan mudah menyesuaikan hal-hal baru
tersebut, sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimilki.
Kategori pendidikan :
a. Pedidikan Dasar
Merupakan jenjang pendidikan awal selama 9 tahun pertama masa sekolah anakanak yang melandasi jenjang pendidikan menengah (SD/MI dan SMP/MTs).
b. Pendidikan Menengah
Merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar (SMU/MA).
c. Pendidikan Tinggi
Adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program
sarjana, megister, dokter dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi
(Arnis, 2013).
4 ) Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seseorang ibu dengan
persalinan yang pernah dialami oleh ibu.
Jenis paritas :
a) Primipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan bayi untuk pertama kalinya
b) Multipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan bayi yang sudah beberapa
kali yaitu 2-5 kali
c) Grande multipara adalah wanita yang telah melahirkan bayi yang sudah lima kali
atau lebih (Mochtar, 2012).
5)
Ekonomi
Tingkat ekonomi mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi. Hal ini disebabkan
b.
c.
Media papan
Papan dipasang ditempat umum dapat dipakai dan isi dengan pesan-pesan atau
informasi (Arnis, 2013).
E.
Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana
seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang
dianggap penting untuk masalah yang ingin diteliti (Hidayat, 2011).
Adapun kerangka konsep dalam penelitian faktor-faktor penyebab PUS tidak
memilih IUD sebagai alat kontrasepsi di Balai Pengobatan Swasta Ika Dusun IX Desa
Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang mulai Maret tahun
2014.
Bagan 2.4
Kerangka Konsep
Variabel Independent
Pengetahuan
Umur
Pendidikan
Paritas
Sumber informasi
Variabel Dependent
-----------------------
Ekonomi
----------------------Keterangan :
-------- : Tidak diteliti
F.
Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah mendefenisikan variabel secara operasional berdasarkan
Umur
Umur adalah usia ibu yang terhitung sejak lahir hingga ualang tahun terakhir dengan
( Skala Ordinal )
3.
Pendidikan
Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal responden yang terakhir hingga
4.
a.
b.
5.
Paritas
Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami oleh ibu dengan kategori :
Primipara
: jumlah anak < 2 orang
Multipara
: jumlah anak > 2 orang
( Skala Ordinal )
Sumber informasi
Media informasi merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk
Secara langsung
Secara tidak langsung.
( Skala Nominal )
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis penelitian
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yakni untuk mengetahui faktor-faktor
penyebab PUS tidak memilih IUD sebagai alat kontrasepsi di Balai Pengobatan Swasta
Ika Dusun IX Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2014.
B.
1.
Lokasi Penelitian
Adapun lokasi yang dipilih peneliti menjadi tempat untuk mengumpulkan data
Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang dilakukan pada tanggal 24 Maret
2014, dengan alasan memenuhi sampel dan mempunyai data yang memenuhi syarat data
penelitian yang diperlukan sehingga lebih memudahkan peneliti untuk mengumpulkan
data dan untuk mendukung penulis dalam menyusun laporan Karya Tulis Ilmiah ini dan
lokasi penelitian dapat dijangkau oleh peneliti.
2.
Waktu Peneliti
Penelitian ini dimulai pada bulan Maret Juni 2014, yang dimulai dari pengajuan
C.
1.
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang menggunakan alat
kontrasepsi dengan jumlah Kepala Keluarga ( KK ) 200 orang, dan jumlah yang
menggunakan kontrasepsi sebanyak 167 orang di Balai Pengobatan Swasta Ika Dusun IX
Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014.
2.
Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang hendak diteliti. Sampel dalam penelitian
sampel dengan kriteria ibu-ibu yang datang untuk berKB, jumlah sampel yang didapat
saat penelitian pada tanggal 26 Mei 7 Juni sebanyak 34 sampel di Balai Pengobatan
Swasta Ika.
D.
mengisi kuisioner yang bersifat terbuka yang diperoleh dari responden, dan menjelaskan
secara singkat tentang kuisioner yang berisi 20 pertanyaan serta harus diisi oleh
responden sendiri.
Penelitian jawaban kuisioner dengan menggunakan data untuk jawaban yang benar
diberi nilai :
1.Jika nilai 5 untuk jawaban benar
2.Jika nilai 0 untuk jawaban benar.
E.
Aspek Pengukuran
Dalam penelitian ini diukur adalah pengetahuan ibu tentang metode kontrasepsi
Baik
skor 50%
b. Tidak baik : Bila responden menjawab pertanyaan <10 dari 20 jumlah soal, dengan
F.
Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan cara deskriptif yaitu dengan melihat persentase data
yang dikumpulkan dan disajikan dalam tabel-tabel distribusi frekuensi, analisa data
frekuensi dilanjutkan dengan membahas hasil penelitian dengan menggunakan teori
kepustakaan yang ada.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Mei-Juni mengenai Faktor-
Faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat Kontrasepsi di Balai Pengobatan
Swasta Ika Dusun IX Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli
Serdang Tahun 2014, maka diperoleh hasil penelitian berdasarkan pengetahuan, umur,
pendidikan, paritas dan sumber informasi. Hal ini dapat dilihat :
1. Berdasarkan Pengetahuan
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat
Kontrasepsi Berdasarkan Pengetahuan
Di Dusun IX Desa Bandar Setia
Tahun 2014
Dari
No
1
2
Pengetahuan
Frekuensi (orang)
Baik (Menjawab soal >10)
Tidak baik (Menjawab soal <10)
Jumlah
Persentase (%)
13
21
38
62
Jumlah
34
100
tabel diatas dilihat bahwa mayoritas akseptor KB tidak menggunakan kontrasepsi IUD dengan
pengetahuan tidak baik sebanyak 21 orang (62%) dan minoritas dengan pengetahuan baik
sebanyak 13 orang (38%).
2. Berdasarkan Umur
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat
Kontrasepsi Berdasarkan Umur
Di Dusun IX Bandar Setia
Tahun 2014
Dari
No
Umur
Frekuensi (orang)
1 Resiko tinggi (<20 dan 20-35 thn)
2 Resiko rendah (>35 thn)
Jumlah
Jumlah
Persentase (%)
25
9
34
74
26
100
tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas akseptor KB tidak menggunakan kontrasepsi IUD
dengan resiko tinggi sebanyak 25 orang (74%) dan minoritas dengan resiko rendah sebanyak 9
orang (26%).
3. Berdasarkan Pendidikan
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat
Kontrasepsi Berdasarkan Pendidikan
Di Dusun IX Bandar Setia
Tahun 2014
No
Dari
1
2
Pendidikan
Jumlah
Frekuensi (orang)
Persentase (%)
Pendidikan rendah (SD dan SMP/ sederajat)
18
Pendidikan tinggi (SMA dan Perguruan Tinggi) 16
53
47
Jumlah
34
100
tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas akseptor KB tidak menggunakan kontrasepsi IUD
dengan pendidikan rendah sebanyak 18 orang (53%) dan minoritas pendidikan tinggi sebanyak
16 orang (47%).
4. Berdasarkan Paritas.
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat
Kontrasepsi IUD Berdasarkan Paritas
No
Paritas
1
2
Primipara (< 2)
Multipara (>2 )
Jumlah
Frekuensi (orang)
Jumlah
Persentase (%)
3
31
9
91
34
100
tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas akseptor KB tidak menggunakan kontrasepsi IUD
dengan multipara sebanyak 31 orang (91%) dan minoritas dengan primipara sebanyak 3 orang
(9%).
5. Berdasarkan Sumber Informasi
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat
Kontrasepsi Berdasarkan Sumber Informasi
Di Dusun IX Bandar Setia
Tahun 2014
No
Sumber Informasi
1
2
Langsung
Tidak Langsung
Dari
Frekuensi (orang)
Jumlah
Persentase (%)
27
7
79
21
Jumlah
34
100
tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas akseptor KB tidak menggunakan kontrasepsi IUD
dengan sumber informasi secara langsung sebanyak 27 orang (79%) dan minoritas adalah
sumber informasi secara tidak langsung sebanyak 7 orang (21%).
B. Pembahasan
Hasil penelitian Faktor-faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat
Kontrasepsi di Balai Pengobatan Swasta Ika Dusun IX Desa Bandar Setia Kecamatan
Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014.
1.
kontrasepsi IUD mayoritas berpengetahuan tidak baik sebanyak 21 orang (62%) dan
minoritas berpengetahuan baik sebanyak 13 orang (38%).
Menurut Eveert (2008) kurangnya pengetahuan pada calon akseptor sangat
berpengaruh terhadap pemakaian kontrasepsi IUD. Pengetahuan dari wanita kurang maka
penggunaan kontrasepsi IUD juga menurun. Sementara para suami kurang pembinaan
dan pendekatan, suami kadang melarang istrinya karena faktor ketidaktahuan dan tidak
ada komunikasi untuk saling memberikan pengetahuan.
Hasil penelitian Maulani (2013) bahwasa nya di dapat hasil pengetahuan dari
akseptor KB tentang pemakaian kontrasepsi IUD berada pada kategori rendah yaitu
sebanyak 27 orang (52,9%) dari 51 responden.
Menurut asumsi peneliti hasil penelitian Maulani (2013) sama dengan peneliti yaitu
pengetahuan akseptor KB tentang kontrasepsi IUD berada pada kategori tidak baik sama
halnya dengan kategori rendah sebanyak 21 responden (62%). Hal ini disebabkan karena
sebagian besar akseptor KB hanya memahami penggolongan IUD hanya sebatas spiral
saja, mereka tidak mengetahui ada banyak golongan lain yang termasuk kedalam IUD.
Mereka juga mengatakan kurang informasi tentang penggolongan IUD dari petugas
kesehatan.
2.
alat kontrasepsi IUD mayoritas dengan resiko tinggi sebanyak 25 orang (74%) dan
minoritas resiko rendah sebanyak 9 orang (26%).
Menurut Wawan dan Dewi (2011), umur yaitu semakin tua umur seseorang semakin
kontruktif dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi. Dan semakin
muda umur seseorang dalam menghadapai masalah maka akan sangat mempengaruhi
konsep dirinya, dan usia yang dianjurkan untuk pemakaian IUD yaitu usia >35 tahun.
Berdasarkan penelitian Farahwati (2013) diperoleh bahwa sebagian besar responden
yang memakai kontrasepsi (65,7%) berumur 20-35 tahun dan diperoleh bahwa responden
berumur > 35 tahun (68,6%) memakai IUD lebih besar dibandingkan dengan non-IUD
(31,4%). Dengan demikian dapat diketahui bahwa ada hubungan antara umur dan
pemilihan kontrasepsi, responden yang berumur > 35 tahun berpeluang lebih besar
dibandingkan dengan responden yang berumur 20-35 tahun, hal ini disebabkan responden
yang berumur > 35 tahun menggunakan kontrasepsi dengan tujuan mengakhiri
kesuburan, karena mereka sudah mempunyai anak sesuai dengan yang diinginkan
keluarga, sehingga tidak ingin menambah anak lagi.
Menurut asumsi peneliti hasil penelitian tidak sama dengan penelitian yang
dilakukan Farahwati (2013). Karena akseptor KB dengan umur terkategori tinggi
(<20 20-35 tahun) sebanyak 25 responden (74%). Hal ini disebabkan karena akseptor
tidak ada yang memakai IUD, rata-rata akseptor menggunakan kontrasepsi suntik dan pil.
Umur secara alamiah akan membatasi masa subur wanita. Umur diatas >35 tahun
memang mempunyai resiko tinggi untuk hamil dan melahirkan, karena itu dianjurkan
untuk pemakaian IUD atau metode kontrasepsi jangka panjang lainnya.
3.
alat kontrasepsi IUD mayoritas pendidikan rendah sebanyak 18 orang (53%) dan
minoritas pemdidikan tinggi sebanyak 16 orang (47%).
Pendidikan sangat berpengaruh terhadap wawasan dan pengetahuan Ibu. Semakin
tinggi tingkat pendidikan Ibu maka semakin banyak informasi
kesehatan yang
bahwa makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah pula bagi mereka untuk
menerima informasi dan pada akhirnya makin banyak pengetahuan yang mereka miliki.
Hasil penelitian Sulastri (2009) bahwasa nya mayoritas pendidikan lulusan SMP
sebanyak 29 responden (40,9%) dari 71 responden. Dikarenakan dari 10 orang akseptor
KB IUD 5 diantaranya adalah lulusan SMA sederajat, ini menyatakan tidak ada
perbedaan pendidikan rendah dan pendidikan tinggi seseorang dalam mendapatkan suatu
pendidikan.
Pendidikan pada penelitian ini dibagi 2 kategori, yaitu tinggi jika responden
berpendidikan SMA dan Perguruan tinggi/sarjana, dan berpendidikan rendah jika
pendidikan SD dan SMP/Sederajat.
Menurut asumsi peneliti hasil penelitian sama dengan penelitian yang dilakukan
Sulastri (2009) walaupun akseptor yang diteliti tidak ada satupun yang menggunakan
kontrasepsi IUD. Dari 34 responden ada 2 responden yang menggunakan kontrasepsi
jangka panjang, 2 responden tersebut berpendidikan rendah dan tinggi. Pengetahuan
seseorang akan bertambah bukan hanya dari pendidikan saja, namun bisa juga dari
pengalaman seseorang dan penerimaannya terhadap informasi yang didapat.
4.
alat kontrasepsi IUD mayoritas mulipara 31 orang (91%) dan minoritas primipara
sebanyak 3 orang (9%).
Menurut BKKBN (2010), ibu yang telah memiliki 2 anak dianjurkan untuk
menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang seperti IUD atau yang lainnya yang
memiliki efektifitas yang tinggi, sehingga kemungkinan untuk mengalami kehamilan lagi
cukup rendah. Namun karena masih kuat anggapan dimasyarakat bahwa banyak anak
banyak rezeki, sehingga menyebabkan masih banyaknya masyarakat yang tidak
mengikuti anjuran dari pemerintah tersebut, padahal paradigm tersebut sangat keliru
karena dengan banyak anak kehidupan keluarga akan lebih menderita.
Menurut penelitian Astitiasih (2013) menunjukkan bahwa lebih sedikit yang
berparitas primipara yaitu 37 responden (40,2%) multipara sejumlah 55 responden
(59,8%). Sebagian besar responden yang paritasnya multipara akan mempertimbangkan
untuk pemilihan alat kontrasepsi jangka panjang dan paritas primipara cenderung
menggunakan alat kontrasepsi yang berjangka pendek seperti pil dan suntik.
Dalam penelitian ini peneliti membagi paritas menjadi 2 kategori yaitu, primipara (
> 2 anak ) dan multipara (< 2 anak), responden yang mempunyai >2 orang anak masih
91% yang belum sesuai dalam memilih alat kontrasepsi.
Menurut asumsi peneliti hasil penelitian sama dengan penelitian yang dilakukan
Astitiasih (2013) yaitu menunjukkan bahwa jauh lebih sedikit yang berparitas primipara
yaitu 3 responden (9%) dan multipara 31 responden (91%). Akan tetapi pada penelitian
ini yang berparitas multipara rata-rata menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek dan
hanya 1 responden yang menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang dengan tujuan
untuk tidak mempunyai anak lagi.
5.
alat kontrasepsi IUD mayoritas sumber informasi secara langsung sebanyak 27 orang
(79%) dan minoritas adalah sumber informasi secara tidak langsung sebanyak 7 orang
(21%).
Menurut Rahma (2011), biasanya media komunikasi akan membuat suatu iklan
sebagai penyampai sumber informasi. Selain itu mereka juga membawa pesan yang
berisikan sugesti sehingga nantinya akan mengarahkan opini seseorang. Adanya
informasi baru mengenai sesuatu hal akan memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya sikap seseorang. Pesan-pesan afektif yang cukup kuat akan memberikan
dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga akan terbentuknya arah sikap tertentu.
Dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini terdapat hubungan antara penerimaan
informasi KB dengan dengan pemilihan kontrasepsi.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari hasil pembahasan penelitian yang dilakukan
Faktor-faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat Kontrasepsi di Balai
Pengobatan Swasta Ika Dusun IX Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014, maka peneliti dapat menyimpulkan sebagai
berikut:
1. Distribusi frekuensi faktor-faktor penyebab PUS tidak memilih IUD sebagai alat
kontrasepsi berdasarkan pengetahuan, mayoritas akseptor KB adalah ibu dengan
pengetahuan tidak baik sebanyak 21 orang (62%) dan minoritas adalah ibu dengan
berpengetahuan baik sebanyak 13 orang (38%).
2. Distribusi frekuensi faktor-faktor penyebab PUS tidak memilih IUD sebagai alat
kontrasepsi berdasarkan umur, mayoritas akseptor KB dengan resiko tinggi sebanyak
25 orang (74%) dan minoritas dengan resiko rendah sebanyak 9 orang (26%).
3. Distribusi frekuensi faktor-faktor penyebab PUS tidak memilih IUD sebagai alat
kontrasepsi berdasarkan pendidikan, mayoritas akseptor KB dengan pendidikan
rendah sebanyak 18 orang (53%) dan minoritas lulusan perguruan tinggi sebanyak 16
4.
orang (47%).
Distribusi frekuensi faktor-faktor penyebab PUS tidak memilih IUD sebagai alat
kontrasepsi berdasarkan paritas, mayoritas akseptor KB dengan multipara sebanyak
5.
B. Saran
1. Bagi Balai Pengobatan Ika
Diharapkan kepada tenaga kesehatan yang ada di Dusun IX Desa Bandar Setia khususnya
tenaga kesehatan yang berada di Balai Pengobatan Swasta Ika agar dapat memberikan
informasi yang lebih baik lagi kepada masyarakat khususnya tentang alat kontrasepsi
IUD.
2. Bagi Responden
Diharapkan pada ibu yang menggunakan alat kontrasepsi di Dusun IX Desa Bandar Setia
agar dapat mencari informasi tentang pemakaian alat kontrasepsi Intra Uterine Device
(IUD), agar ibu lebih mengerti dan mengetahui semua informasi tentang IUD.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang IUD, supaya dapat
menjadi bahan perbandingan dalam penelitianya dan dapat memperluas aspek yang
diteliti, sehingga dapat diketahui penyebab kurangnya minat PUS memilih IUD sebagai
alat kontrasepsi.
Diposkan 30th September 2014 oleh Nella Destari
1
Lihat komentar
1.
ariandani gary6 Juli 2015 05.59
assalamualaikum, boleh saya meminta kuesioner penelitian faktor IUD ? karena
saya dalam tahap skripsi dengan judul yang sama,untuk refrensi tambahan skripsi
saya, saya btuh bbrapa data sperti kuesioner, jika mbak berminat membantu saya
kontak ke email saya ya :) ddouble.lenz@gmail,com
Balas
Memuat
Template Dynamic Views. Diberdayakan oleh Blogger.