PENDAHULUAN
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan
dan gawat darurat serta merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan
kemajuan teknologi, dan kehidupan social ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu
meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud
pengorganisasian untuk mengatur seluruh aspek yang berperan dalam menjalankan rumah
Rumah Sakit yang efektif, efisien dan akuntabel dalam rangka mencapai visi dan misi
Rumah Sakit sesuai tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) dan tata
dilaksanan dengan penuh tanggung jawab. Dengan adanya pembagian tugas diharapkan
1
1. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1441 Tambahan Lembaran
2. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153 Tambahan Lembaran
3. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan;
6. Keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 1045 Tahun 2006 tentang
10. Peraturan Bupati Sukabumi Nomor 104 Tahun 2021 Tentang Unit Pelaksana Teknis
Daerah Sagaranten
1.4. TUJUAN
A. Tujuan Umum
1. Agar program dan kegiatan dapat terlaksana secara efektif dan efesien sesuai dengan
2
2. Pengawasan pelaksa pekerjaan dapat efektif dan efesien dan tujuan yang telah
B. Tujuan Khusus
1. Pembagian tugas yang jelas dalam intern unit kerja dan antar unit kerja.
BAB II
3
RSUD Sagaranten adalah rumah sakit milik Pemerintah Kabupaten Sukabumi yang
terletak di Kecamatan Sagaranten. Rumah Sakit yang berada di wilayah tujuh ini mencangkup
enam Kecamatan dan dan juga mencangkup Kabupaten Cianjur bagian Selatan. Sementara itu
tingginya kasus kunjungan rawat inap/pasien yang dirujuk ke Rumah Sakit yang ada di
Sukabumi, yang tidak dapat ditangani di DTP Puskesmas Sagaranten, Baik pasien Umum, BPJS
maupun Persalinan. Hal ini menginisiasi pembangunan Rumah Sakit di wilayah tujuh Kabupaten
Sukabumi semakin kuat. Posisi ini harus dianalisa baik kekuatan dan kelemahannya, maupun
peluang dan ancamannya diantara rumah sakit lainnya di Wilayah Kabupaten Sukabumi.
Jumlah tenaga yang dimiliki RSUD SAGARANTEN adalah sebanyak 136 orang terdiri
dari tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga farmasi, tenaga gizi, tenaga radiologi, tenaga
analis kesehatan, tenaga keteknisan medis dan non kesehatan lainnya. Potensi ini juga
merupakan kekuatan dan peluang internal yang harus dikelola untuk mencapai visi dan misi
RSUD SAGARANTEN.
Rumahn Sakit Umum Daerah Sagaranten adalah milik Pemerintah Kabupaten Sukabumi
yang terletak di jalan Cigadog Kabupaten Sukabumi. Lahan yang dimiliki RSUD Sagaranten
………….
Bangunan yang ada saat ini masih dalam tahap penataan dan pengembangan untuk memenuhi
tuntutan kebutuhan kapasitas dan kualitas pelayanan baik dilihat dari sisi internal (petugas
pemberi pelayanan kesehatan) maupun eksternal (pengunjung dan pasien) rumah sakit.
4
Ruang Perawtan terdiri dari :
1. Ruang ;;;;;
2. Ruang ;;;;;
5
4. Klinik Gigi
Jumlah Sumber Daya Manusia yang dimiliki RSUD Sagaranten pada tahun 2022 berjumlah 179
JENIS PEGAWAI
NO JABATAN
PNS NON PNS jumlah
1 DIREKTUR 1 1
2 Kepala Sub-Bagian Tata Usaha 1 1
3 Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan 1 1
4 Kepala Seksi Penunjang Pelayanan 1 1
5 Kelompok jabatan Funsional 0
6
6 Dokter Umum 1 8 9
7 Dokter Gigi 0
8 Dokter Spesialis Penyakit Dalam (Sp.PD) 2 2
9 Dokter Spesialis Obstetri & Ginekologi (Sp.OG) 1 1
10 Dokter Spesialis Anak (Sp.A) 1 1
11 Dokter Spesialis Bedah (Sp.B) 1 1
12 Dokter Spesialis Patologi Klinik (SP.PK) 1 1
13 Dokter Spesialis Radiologi (Sp.Rad) 1 1
14 Perawat 1 49 50
15 Bidan 2 21 23
16 Apoteker 2 2
17 Asisten Apoteker 5 5
18 Sanitasi Lingkungan 1 1
19 Nutrisionis 1 1
20 Radiografer 1 1
21 Ahli Teknologi Laboratorium Medik 5 5
22 Perekam Medis dan Informasi Kesehatan 2 2
23 Staf Umum 0
24 Penyusun rencana Kegiatan dan anggaran 2 2
25 Bendahara Penerimaan 1 1
26 Bendahara Pengeluaran 1 1
27 Pengelola Keuangan 2 2
28 Pengadministrasian Penerimaan (Kasir) 5 5
29 Pengelola Aset 1 1
30 Pengelola Kepegawaian 1 1
31 Pengelola Surat 1 1
32 Pengadministrasian Hukum 1 1
33 Pengelola Layanan Kehumasan 1 1
34 Pengadiministrasian Pelayanan Penunjang 4 4
35 Pengadministrasian Pelayanan Kesehatan 1 1
36 Pengelola SIMRS dan IT 1 1
37 Pengadministrasian Farmasi 1 1
38 Pengadministrasian Laboratorium 1 1
39 Pengadministrasian Radiologi 2 2
pengadministrasian rekam medik dan Informasi
40 6 6
(Pendaftaran)
41 Pengadministrasian Rekam Medis 1 1
42 Pengelola Makanan 3 3
43 Pramusaji 3 3
44 Teknisis Listrik, telepon,ac 1 1
45 Binatu Rumah Sakit 2 2
46 Pengadministrasian Gudang Farmasi 1 1
47 Pengemudi 1 1
48 pengemudi ambulance 2 2
49 pramu taman 2 2
50 pramu kebersihan 11 11
51 petugas keamanan 9 9
7
52 Poter 1 1
BAB III
Visi, Misi, Motto, Tujuan dan Nilai
Rumah Sakit
3.1 VISI
“terwujudnya rumah sakit yang mandiri, terjangkau dan optimal dalam pelayanan
Kesehatan”.
3.2 MISI
Visi di atas akan dicapai melalui 4(empat) misi berikut :
a. meningkatkan Pelayanan Kesehatan yang bermutu, aman, terjangkau dan merata;
8
b. meningkatkan optimalisasi sumber daya manusia rumah sakit baik kualitas maupun
kuantitas yang profesional;
3.3 Motto
Melayani dengan ramah, santun dan ikhlas dalam pelayanan.
3.4 Falsafah
3.5 Nilai-nilai
a. kejujuran;
b. kerja keras;
c. kerendahan hati;
d. kesediaan melayani;
e. integritas;dan
f. profesionalisme.
3.6 Tujuan
1. meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sesuai dengan standar pelayanan
minimal UPTD BLUD RSUD Sagaranten;
3. mengembangkan mutu dan jenis palayanan yang sudah ada serta membuka jenis
pelayanan spesialis baru;dan
4. meningkatkan jumlah dan jenis sarana dan prasarana kesehatan dalam upaya optimalisasi
pelayanan kepada Pasien.
9
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI
Struktur Organisasi Rumah Sakit mengacu pada Peraturan Bupati Nomor 104 Tahun 2021
Tentang Unit Pelaksana Teknis Daerah Rumah Sakit Umum Daerah Sagaranten, berikut susunan
1. Direktur
10
2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha terdiri dari :
b. Bagian Keuangan
5. Dewan Pengawas
a. Komite Medis
b. Komite Keperawatan
10. Instalasi
Struktur Organisasi Unit Kerja Mengacu pada Struktur Organisasi RSUD Sagaranten
11
1. Kepala Sub-bagian Tata Usaha membawahi, Kepegawaian dan Umum, Keuangan, dan
12
2. Struktur Organisasi Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan :
13
BAB VI
URAIAN JABATAN
6.1 Direktur
1. Persyaratan Jabatan
14
Direktur mempunyai tugas memimpin, menyusun kebijakan, membina dan
mengkoordinasikan serta mengawasi pelaksanaan kegiatan administratife dan teknis
UPTD RSUD Sagaranten sesuai ketentuan perundang-undangan.
b. Rincian Uraian Tugas :
1) Perumusan Visi, misi, nilai-nilai, falsafah dan motto layanan kesehatan;
2) Pengkoordinasian penyusunan rencana kerja, pembinaan, pengawasan,
pengendalian, pengevaluasian penyelenggaraan dan kebijakan medik,
keperawatan, administrasi umum dan keuangan;
3) Pengusulan rencana kerja anggaran dan dokumen pelaksanaan anggaran;
4) Pengusulan calon pejabat pengelola keuangan dan pejabat teknis kepada
Bupati sesuai ketentuan peraturan perundangundangan melalui Kepala Dinas;
5) pelaksanaanm pelaporan dan pertanggungjawaban kinerja operasional serta
keuangan UPTD RSUD Sagaranten kepada Kepala Dinas;
6) pelaksanaan koordinasi dan kerjasama di bidang tugasnya;
7) pelaksanaan monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan tugas;
8) penyelenggaraan fungsi lain sesuai dengan tugas dan fungsinya; dan
9) pelaporan hasil pelaksanaan tugas
15
8) pelaporan hasil pelaksanaan tugas
6.3 Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan
1. Persyaratan Jabatan
2. Tugas Tanggung Jawab dan wewenang
a. Tugas :
melaksanakan sebagian tugas Direktur dalam bidang pelayanan Kesehatan Rumah
Sakit.
b. Rincian Uraian Tugas :
1) penyusunan rencana dan program kerja seksi Pelayanan Kesehatan;
2) pengkajian bahan perumusan kebijakan teknis, fasilitasi, koordinasi dan
evaluasi di seksi Pelayanan Kesehatan;
3) pelaksanaan pembinaan, pengendalian dan pengawasan pelaksanaan tugas di
bidang pelayanan medis, penunjang medis dan keperawatan;
4) fasilitasi pembinaan dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan; e.
pelaksanaan koordinasi dan kerjasama di bidang tugasnya;
5) pelaksanaan pemantauan dan evaluasi hasil pelaksanaan tugas; dan
6) pelaporan hasil pelaksanaan tugas
6.4 Kepala Seksi Penunjang Pelayanan
1. Persyaratan Jabatan
2. Tugas Tanggung Jawab dan wewenang
a. Tugas :
mempunyai tugas melaksanakan sebagain tugas direktur dalam bidang penunjang
pelayanan UPTD RSUD Sagaranten.
c. Rincian Uraian Tugas :
melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Seksi
Penunjang Pelayanan menyelenggarakan fungsi;
1) penyusunan rencana kerja di Seksi Penunjang Pelayanan;
2) penyusun Standar Operasional Prosedur di Seksi Penunjang Pelayanan;
3) pelaksanaan pemeliharaan, perawatan dan kalibrasi peralatan kesehatan dan
non kesehatan serta sarana dan prasarana;
4) pelaksanaan pemantauan, mobilisasi dan distribusi peralatan kesehatan dan
non kesehatan serta serta sarana dan prasarana;
5) penyusunan kebiutuhan penunjang pelayanan, sarana prasarana dan logistik;
6) pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dibidang tugasnya;
16
7) pelaksanaan pemantauan dan evaluasi hasil pelaksanaan tugas; dan
8) pelaporan hasil pelaksanaan tugas.
6.5 Dewan pengawas bertugas
1. Tugas Tanggung Jawab dan wewenang
a. Tugas :
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pengelolaan UPTD RSUD
Segaranten yang dilakukan oleh pejabat pengelola sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
b. Rincian Uraian Tugas :
1) memberikan pendapat dan saran kepada Bupati mengenai DPA dan RBA yang
diusulkan oleh pejabat pengelola;
2) mengikuti perkembangan kegiatan UPTD RSUD Segaranten dan memberikan
pendapat serta saran kepada kepala daerah mengenai setiap masalah yang
dianggap penting bagi pengelolaan UPTD RSUD Segaranten;
3) melaporkan kepada kepala daerah tentang kinerja UPTD RSUD Segaranten;
4) memberikan nasehat kepada pejabat pengelola dalam melaksanakan pengelolaan
UPTD RSUD Segaranten;
5) melakukan evaluasi dan penilaian kinerja baik keuangan maupun non keuangan,
serta memberikan saran dan catatan-catatan penting untuk ditindaklanjuti oleh
pejabat pengelola UPTD RSUD Segaranten;dan
6) memonitor tindak lanjut hasil evaluasi dan penilaian kinerja.
6.6 Satuan Pengawas Internal
1. Tugas Tanggung Jawab dan wewenang
a. Tugas :
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pengelolaan UPTD RSUD Segara
Satuan Pengawas internal merupakan unsur organisasi yang bertugas melaksanakan
pemeriksaan audit kinerja internal UPTD RSUD Segaranten.
b. Rincian Uraian Tugas :
1) pemantauan dan evaluasi pelaksanaan manajemen risiko di unit kerja UPTD
RSUD Segaranten;
2) penilaian terhadap sistem pengendalian, pengelolaan, dan pemantauan
efektifitas dan efisiensi system dan prosedur dalam bidang administrasi
pelayanan, serta administrasi umum dan keuangan;
17
3) pelaksanaan tugas khusus dalam lingkup pengawasan intern yang ditugaskan
oleh Direktur UPTD RSUD Segaranten;
4) pemantauan pelaksanaan dan ketepatan pelaksanaan tindak lanjut atas laporan
hasil audit; dan
5) pemberian konsultasi, advokasi, pembimbingan, dan pendampingan dalam
pelaksanaan kegiatan operasional UPTD RSUD Segaranten.
6.7 Komite
1. Tugas Tanggung Jawab dan wewenang
a. Tugas :
Komite pada UPTD RSUD Sagaranten merupakan perangkat khusus yang dibentuk
untuk tugas tertentu yang berkaitan dengan audit medis;
b. Rincian Uraian Tugas
1) Komite dipimpin oleh seorang ketua yang dipilih oleh anggota yang selanjutnya
ditetapkan dengan Keputusan Direktur;
2) Komite mempunyai tugas membantu Direktur dalam penyusunan pelayanan
profesi, pembinaan etika profesi dan memberikan saran dalam pengembangan
profesi;
3) Komite dapat membentuk sub komite/panitia yang merupakan kelompok kerja.
4) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Komite
mempunyai fungsi sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.
5) Pengaturan, kebutuhan dan jenis komite disesuaikan dengan kebutuhan UPTD
RSUD Sagaranten dan kemampuan selanjutnya ditetapkan dengan Keputusan
Direktur.
6.8 Kelompok Jabatan Fungsional
1. Tugas Tanggung Jawab dan wewenang
1) Kelompok Jabatan Fungsional merupakan kelompok profesi medis dan tenaga
Kesehatan lainnya.
2) Kelompok jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat(1) mempunyai
tugas untuk menunjang tugas-tugas UPTD RSUD Sagaranten sesuai bidang
keahlian dan ketentuan perundang-undangan.
3) Kelompok jabatan fungsional dipimpin oleh seorang koordinator yang dipilih
dari anggota kelompok untuk masa bakti tertentu.
4) Kelompok jabatan fungsional pada UPTD RSUD terdiri dari :
a. petugas pelayanan medik spesialis
18
b. petugas pelayanan gigi
c. petugas pelayanan medik Umum
d. petugas pelayanan Gawat Darurat;
e. petugas pelayanan Keperawatan
f. petugas pelayanan Laboratorium
g. petugas pelayanan radiologi
h. petugas pelayanan farmasi
i. petugas pelayanan Gizi
j. petugas pelayanan Sanitasi; dan
k. petugas pelayanan rekam medik;
6.9 Instalasi
1. Tugas Tanggung Jawab dan wewenang
a. Instalasi merupakan unit penyelenggara pelayanan fungsional baik medis maupun
non medis sebagai bagian dari kelengkapan sarana dan prasarana UPTD RSUD
Sagaranten.
b. Instalasi dipimpin oleh seorang kepala unit dalam jabatan fungsional yang berada
dibawah dan bertanggungjawab kepada Direktur melalui Kepala Seksi Pelayanan
Kesehatan.
c. Instalasi mempunyai tugas membantu Direktur dalam penyelenggaraan pelayanan
fungsional sesuai dengan fungsi dan peruntukannya;
d. Jumlah dan jenis instalasi disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan UPTD
RSUD Sagaranten selanjutnya ditetapkan dengan Keputusan Direktur;
e. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (3), instalasi
mempunyai fungsi sesuai dengan ketentuan peraturran yang berlaku.
BAB VII
VISI
MISI :
19
1. Program peningkatan mutu dan keselamatan pasien disusun dan dilaksanakan di setiap
unit kerja RSUD Sagaranten
2. Menyediakan sarana dan prasarana sesuai kebutuhan
3. Terselenggaranya partisipasi dan dukungan dari pimpinan rumah sakit
4. Tersosialisasinya program peningkatan mutu dan keselamatan pasien kepada staf
TUJUAN
Tujuan Umum :
Agar buku pedoman yang merupakan konsep dasar dan prinsip upaya peningkatan mutu
ini dapat digunakan oleh pimpinan dan pelaksana RSUD Sagaranten sebagai acuan dalam
melaksanakan Upaya Peningkatan Mutu RSUD Sagaranten.
Tujuan Khusus :
BAB VIII
Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan sebenarnya bukanlah hal yang baru. Pada
tahun (1820 –1910) Florence Nightingale seorang perawat dari Inggris menekankan pada aspek-
20
aspek keperawatan pada peningkatan mutu pelayanan. Salah satu ajarannya yang terkenal
sampai sekarang adalah “ hospital should do the patient no harm”, Rumah Sakit jangan sampai
merugikan atau mencelakakan pasien.
Di Amerika Serikat, upaya peningkatan mutu pelayanan medik dimulai oleh ahli bedah
Dr. E.A.Codman dari Boston dalam tahun 1917. Dr.E.A Codman dan beberapa ahli bedah lain
kecewa dengan hasil operasi yang seringkali buruk, karena seringnya terjadi penyulit. Mereka
berkesimpulan bahwa penyulit itu terjadi karena kondisi yang tidak memenuhi syarat di Rumah
Sakit. Untuk itu perlu ada penilaian dan penyempurnaan tentang segala sesuatu yang terkait
dengan pembedahan. Ini adalah upaya pertama yang berusaha mengidentifikasikan masalah
klinis, dan kemudian mencari jalan keluarnya.
Kelanjutan dari upaya ini pada tahun 1918 The American College of Surgeons (ACS)
menyusun suatu Hospital Standardization Programme. Program standarisasi adalah upaya
pertama yang terorganisasi dengan tujuan meningkatkan mutu pelayanan. Program ini ternyata
sangat berhasil meningkatkan mutu pelayanan sehingga banyak Rumah Sakit tertarik untuk ikut
serta. Dengan berkembangnya ilmu dan teknologi maka spesialisasi ilmu kedokteran diluar
bedah cepat berkembang. Oleh karena itu program standarisasi perlu diperluas agar dapat
mencakup disiplin lain secara umum.
Pada akhir tahun 1960 JCAHO tidak lagi hanya menentukan syarat minimal dan
essensial untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada di Rumah Sakit, namun telah
memacu Rumah Sakit agar memberikan mutu pelayanan yang setinggi-tingginya sesuai dengan
sumber daya yang ada. Untuk memenuhi tuntutan yang baru ini antara tahun 1953-1965 standar
akreditasi direvisi enam kali, selanjutnya beberapa tahun sekali diadakan revisi. Revisi terhadap
Standar Akreditasi JCI terbaru dilakukan pada bulan Januari 2011 yang merupakan edisi
keempat.
21
kesehatan pemerintah federal (medicare), padahal asuransi di Amerika sangat menentukan
utilisasi Rumah Sakit karena hanya 9,3% biaya Rumah Sakit berasal dari pembayaran langsung
oleh pasien.
Sejak tahun 1979 JCAHO membuat standar tambahan, yaitu agar dapat lulus akreditasi
suatu Rumah Sakit harus juga mempunyai program pengendalian mutu yang dilaksanakan
dengan baik.
Di Eropa Barat perhatian terhadap peningkatan mutu pelayanan sangat tinggi, namun
masalah itu tetap merupakan hal baru dengan konsepsi yang masih agak kabur bagi kebanyakan
tenaga profesi kesehatan. Sedangkan pendekatan secara Amerika sukar diterapkan karena
perbedaan sistem kesehatan di masing-masing negara di Eropa. Karena itu kantor Regional
WHO untuk Eropa pada awal tahun 1980-an mengambil inisiatif untuk membantu negara-negara
Eropa mengembangkan pendekatan peningkatan mutu pelayanan disesuaikan dengan sistem
pelayanan kesehatan masing-masing.
Pada tahun 1982 kantor regional tersebut telah menerbitkan buku tentang upaya
meningkatkan mutu dan penyelenggaraan simposium di Utrecht, negeri Belanda tentang
metodologi peningkatan mutu pelayanan. Dalam bulan Mei 1983 di Barcelona, Spanyol suatu
kelompok kerja yang dibentuk oleh WHO telah mengadakan pertemuan untuk mempelajari
peningkatan mutu khusus untuk Eropa.
Walaupun secara regional WHO telah melakukan berbagai upaya, namun pada
simposium peningkatan mutu pada bulan Mei 1989 terdapat kesan bahwa secara nasional upaya
peningkatan mutu di berbagai negara Eropa Barat masih pada perkembangan awal.
Di Indonesia langkah awal yang sangat mendasar dan terarah yang telah dilakukan
Departemen Kesehatan dalam rangka upaya peningkatan mutu yaitu penetapan kelas Rumah
Sakit pemerintah melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.033/Birhup/1972. Secara
umum telah ditetapkan beberapa kriteria untuk tiap kelas Rumah Sakit A,B,C,D. Kriteria ini
22
kemudian berkembang menjadi standar-standar. Kemudian dari tahun ke tahun disusun berbagai
standar baik menyangkut pelayanan, ketenagaan, sarana dan prasarana untuk masing-masing
kelas Rumah Sakit. Disamping standar, Departemen Kesehatan juga mengeluarkan berbagai
panduan dalam rangka meningkatkan penampilan pelayanan Rumah Sakit.
Selain itu secara sendiri-sendiri beberapa Rumah Sakit telah mengadakan monitoring dan
evaluasi mutu pelayanan Rumah Sakitnya. Pada tahun 1981 RS Gatot Subroto telah melakukan
kegiatan penilaian mutu yang berdasarkan atas derajat kepuasan pasien. Kemudian Rumah Sakit
Husada pada tahun 1984 melakukan kegiatan yang sama. Rumah Sakit Adi Husada di Surabaya
membuat penilaian mutu atas dasar penilaian perilaku dan penampilan kerja perawat. Rumah
Sakit Dr. Soetomo Surabaya menilai mutu melalui penilaian infeksi nosokomial sebagai salah
satu indikator mutu pelayanan. Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo menggunakan upaya
penggunaan obat secara rasional. Rumah Sakit Islam Jakarta pernah menggunakan pengendalian
mutu terpadu (TQC) dan Gugus Kendali Mutu (Quality Control Circle = QCC). Beberapa
Rumah Sakit lainnya juga telah mencoba menerapkan Gugus Kendali Mutu, walaupun hasilnya
belum ada yang dilaporkan.
Sejalan dengan hal di atas maka Departemen Kesehatan telah mengadakan Pelatihan
Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit pada beberapa Rumah Sakit. Berdasarkan data di
atas dapat disimpulkan bahwa kesadaran untuk meningkatkan mutu sudah cukup meluas
walaupun dalam penerapannya sering ada perbedaan.
23
BAB IX
RSUD SAGARANTEN
Pengertian Mutu
Pengertian mutu beraneka ragam dan di bawah ini ada beberapa pengertian yang secara
24
sederhana melukiskan apa hakekat mutu.
a) Mutu adalah tingkat kesempurnaan suatu produk atau jasa.
b) Mutu adalah expertise, atau keahlian dan keterikatan(commitment)yang selalu
dicurahkan pada pekerjaan.
c) Mutu adalah kepatuhan terhadap standar.
d) Mutu adalah kegiatan tanpa salah dalam melakukan pekerjaan.
a. Struktur :
Adalah sumber daya manusia, sumber daya fisik, sumber daya keuangan dan sumber
daya lain-lain pada fasilitas pelayanan kesehatan. Baik tidaknya struktur dapat diukur
dari kewajaran, kuantitas, biaya dan mutu komponen-komponen struktur itu.
b. Proses :
Adalah apa yang dilakukan dokter dan tenaga profesi lain terhadap pasien: evaluasi,
diagnosa, perawatan, konseling, pengobatan, tindakan, penanganan jika terjadi
penyulit, follow up. Baik tidaknya proses dapat diukur dari relevansinya bagi pasien,
25
efektifitasnya dan mutu proses itu sendiri. Pendekatan proses adalah pendekatan
paling langsung terhadap mutu asuhan.
c. Outcome :
Adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan dokter dan tenaga profesi lain terhadap
pasien dalam arti perubahan derajat kesehatan dan kepuasannya serta kepuasan
provider. Outcome yang baik sebagian besar tergantung kepada mutu struktur dan
mutu proses yang baik. Sebaiknya outcome yang buruk adalah kelanjutan struktur
atau proses yang buruk.
BAB X
UPAYA PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
RSUD SAGARANTEN
1. KESELAMATAN PASIEN
Definisi Keselamatan pasien / Patient Safety adalah : Pasien bebas dari Harm / cedera
yang tidak seharusnya terjadi atau bebas dari cedera yang potensial akan terjadi
26
( penyakit, cedera fisik / sosial / psikologis / cacad, kematian dll ) terkait dengan
pelayanan kesehatan.
Insiden Keselamatan Pasien ( IKP ) adalah : setiap kejadian atau situasi yang dapat
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm / cidera yang tidak seharusnya
terjadi.
Insiden keselamatan pasien meliputi :
a. Kejadian Sentinel
b. Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )
c. Kejadian Nyaris Cedera ( KNC )
d. Kejadian Tidak Cedera ( KTC )
e. Kondisi Potensial Cedera ( KPC )
Definisi kejadian sentinel adalah : Kejadian yang menyebabkan kematian atau kerugian atau
kecacatan permanen yang bukan karena proses penyakit yang tidak diantisipasi yang seharusnya
dapat dicegah.
a. Kematian tidak terduga dan tidak terkait dengan perjalanan alamiah penyakit pasien atau
kondisi yang mendasari penyakitnya
b. Kehilangan fungsi utama (major) secara permanen yang tidak terkait dengan perjalanan
alamiah penyakit pasien atau kondisi yang mendasari penyakitnya
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) adalah : Kejadian yang menyebabkan cedera atau
komplikasi yang tidak diharapkan sehingga menyebabkan perawatan lebih lama, kecacatan atau
kematian yang bukan oleh proses penyakit
a. Kesalahan obat yang signifikan dan efek obat yang tidak diharapkan
b. Kesalahan medis ( medical error ) yang menyebabkan kecacatan dan perpanjangan hari
Rawat
27
c. Kejadian lain misalnya wabah penyakit infeksi
Kejadian Nyaris Cedera (KNC) adalah : Kejadian yang berpotensi menyebabkan kerugian
atau bahaya, akan tetapi karena faktor keberuntungan hal tersebut tidak terjadi
a. Kejadian yang berpotensi menyebabkan kerugian / bahaya yang tidak berkaitan langsung
dengan pelayanan kepada pasien tetapi dapat dihindari / dicegah dan tidak perlu
dilaporkan kepada tim keselamatan pasien RS tetapi dapat diselesaikan oleh unit terkait
antara lain :
Kejadian yang berkaitan dengan administrasi keuangan
Kejadian kehilangan barang milik pasien / keluarga pasien
Kejadian komplain pasien / keluarga pasien
Kejadian Tidak Cedera adalah : insiden yang sudah terpapar kepada pasien tapi tidak
menimbulkan cedera.
Kondisi Potensial Cedera adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera
tapi belum terjadi insiden.
a. Bangunan
1. Atap pecah / bocor
2. Tembok retak
3. Plafon retak
4. Plafon berlubang
5. Plafon bocor
6. Ubin pecah/berlubang
7. Lantai berlumut
8. Kaca retak
9. Jendela rusak
10. Pintu rusak
11. Pipa air bocor
28
12. Keran air bocor
13. Talang air bocor / meluap
14. Saluran pembuangan air tersumbat
15. Lantai basah/licin
16. Tanda peringatan tidak terpasang saat lantai basah
b. Alat Non Medis
1. Roda bed / kursi rusak
2. Bed pasien berkarat/ keropos
3. Pembatas bed pasien rusak
4. Pengunci tiang infus longgar / tajam
5. Tiang infus rusak
6. Tempat duduk rusak
7. Pengatur naik turun bed rusak / tidak berfungsi
8. Kabel listrik berserakan/ tidak rapi
9. AC bocor / tidak berfungsi
10. Kunci roda bed tidak berfungsi
11. Kursi roda dalam keadaan tidak terkunci saat berhenti
c. Alat Medis
Umum
1. Masa kalibrasi alat terlewati
2. Tensi air raksa bocor
3. Syring pump tidak berfungsi optimal
4. Defibriltor dalam kondisi rusak / tidak siap pakai
5. Alat monitor yang rusak / tidak siap pakai
6. Alat ECG rusak / tidak siap pakai
7. Ventilator dalam kondisi tidak siap pakai
8. Alat spirometri tidak berfungsi dengan benar
9. Alat suction tidak berfungsi dengan baik
10. Pisau / gunting medis tidak tajam
11. Senter mati/tidak ada
Laboratorium
1. Alat analisa tidak berfungsi / rusak
2. Jarak antar bed terlalu dekat
29
Kamar Operasi
1. Kauter tidak berfungsi dengan baik
2. Warmer tidak berfungsi dengan baik
Kamar Bersalin
1. Alat NST tidak berfungsi dengan benar
2. Incubator tidak siap pakai/rusak
3. Alat Doppler tidak berfungsi
Hemodialisa
1. Alat HD tidak berfungsi
2. Cairan bikarbonat masa kadaluarsa < 3 bulan
Radiologi
1. Alat tidak berfungsi dengan baik
2. Tampilan gambar tidak jelas
d. Obat
1. Obat High alert tidak tertandai dengan benar
2. Penyimpanan obat high alert yang tidak benar
3. Penyimpanan obat tidak sesuai aturan prosedur
4. Tidak tersedia / tidak lengkap – nya obat emergency setelah di gunakan
5. Penyimpanan obat pasien tidak dilakukan dengan benar
Kesalahan Medis (Medical errors) adalah : Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis
yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien. Kesalahan termasuk
gagal melaksanakan sepenuhnya suatu rencana atau menggunakan rencana yang salah untuk
mencapai tujuannya. Dapat akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission).
Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah : Suatu sistem untuk
mendokumentasikan insiden yang tidak disengaja dan tidak diharapkan, yang dapat
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien. Sistem ini juga
mendokumentasikan kejadian-kejadian yang tidak konsisten dengan operasional rutin rumah
sakit atau asuhan pasien.
30
31
Gambar Alur Pelaporan Insiden Rsud Sagaranten
Petugas yang mengetahui terjadinya insiden mengisi form pelaporan insiden. Form ini
bersifat rahasia dan tidak boleh digandakan / dikopi untuk alasan apapun. Kepala bagian
memilah insiden yang dikirim ke Tim KPRS menjadi insiden klinis dan non klinis, untuk insiden
klinis menentukan risk grading matrix, kemudian menyerahkan laporan insiden kepada Tim
KPRS dengan persyaratan : untuk laporan insiden kategori low dilaporkan paling lambat 7 x 24
32
jam, sedangkan untuk insiden kategori sentinel, high dan moderate selambatnya 1 x 24 jam.
Untuk kategori low, maka unit yang bertindak sebagai penyebab insiden akan menganalisa dan
hasilnya dilaporkan kepada tim KPRS. Bila hasil grading Moderate, High, dan Sentinel maka
tim KPRS akan menerbitkan FTKP untuk analisa masalah melalui RCA dilakukan oleh tim
RCA sesuai insiden yang terjadi.
Hasil RCA dilaporkan kepada unit terkait dan tim KPRS, dan dilakukan monitoring
keefektifan dari tindak lanjut yang sudah dilakukan. Bila tindak lanjut sudah efektif dan
berkaitan dengan prosedur makan dilanjutkan dengan pembuatan prosedur baru, bila belum
efektif maka dilakukan analisa ulang terhadap insiden yang terjadi.
Analisis Akar Masalah (Root Cause Analysis) adalah : Suatu proses terstruktur untuk
mengidentifikasi faktor penyebab atau faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya
penyimpangan kinerja, termasuk KTD.
33
RISK GRADING MATRIX
34
RISK GRADING MATRIX
Potencial Concequences
Likelihood 1 2 3 4 5
(Bebrp x /thn)
(1-2 thn/x)
(2-5 thn/x)
TINDAKAN
35
Can be Clinical Manager / Lead Detailed review & urgent Immediate review &
manage by Clinician should assess the treatment should be action required at
procedure consequences againts cost of undertaken by senior Board level. Director
treating the risk management must be informed
Setelah nilai dampak dan probabilitas diketahui, dimasukkan dalam table matriks
grading risiko untuk menghitung skor risiko dan mencari warna bands risiko.
a. Skor Risiko
b. Bands Risiko
Bands risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam empat warna yaitu: biru,
hijau, kuning, dan merah .
36
ANALISIS AKAR MASALAH
A. Pengertian
Root Cause Analysis (RCA) adalah suatu metode analisis terstruktur yang
mengidentifikasi akar masalah dari suatu insiden, dan proses ini cukup adekuat untuk mencegah
terulangnya insiden yang sama. RCA berusaha menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
berikut :
Akar masalah (underlying cause/root cause) adalah satu dari banyak faktor (kejadian,
kondisi) yang mengkontribusi atau menciptakan proximate cause, dan jika dieliminasi atau
dimodifikasi dapat mencegah terjadinya insiden. Biasanya suatu insiden memiliki lebih dari satu
akar masalah.
37
5. Penyelidikan harus terus berlanjut sampai masalah yang ditemukan tidak dapat ditelusur
lagi, inilah yang dimaksud dengan akar masalah.
Cara membedakan root cause dan contributing cause :
1. Apakah insiden dapat terjadi jika “cause” tesebut tidak ada?
Tidak : root cause Ya : contributing
2. Apakah insiden akan terulang oleh karena hal yang sama jika “cause” dikoreksi atau
dieliminasi?
Tidak : root cause Ya : contributing
3. Apakah koreksi atau eliminasi “cause” dapat menyebabkan insiden yang serupa?
Tidak : root cause Ya : contributing
Apabila ketiga jawabab adalah “tidak”, maka cause tersebut adalah “root cause”
Apabila salah satu jawaban adalah “ya”, maka cause tersebut adalah “contributing
cause”.
38
Suatu penulisan cerita apa yang terjadi berdasarkan tanggal dan waktu, dibuat
berdasarkan kumpulan data saat investigasi.
1. Kejadian sederhana dan tidak kompleks, di mana masalah, praktek dan faktor
kontribusinya sederhana.
2. Dapat digunakan untuk mengetahui gambaran umum suatu kejadian yang lebih
kompleks
3. Dapat digunakan sebagai bagian integral dari suatu laporan sebagai ringkasan
di mana hal tersebut mudah dibaca.
Nilai positif : format ini baik untuk presentasi informasi
Nilai negatif :
c. Tabular timeline
Merupakan pengembangan timeline yang berisi tiga data dasar: tanggal, waktu,
cerita kejadian asal, dan dilengkapi 3 (tiga) data lain yaitu: informasi tambahan,
praktek yang baik (Good Practice), dan masalah / CMP (Care Management
Problem).
Tabular timeline dapat digunakan pada setiap insiden, berguna pada kejadian
yang berlangsung lama.
Jika dalam suatu insiden terdapat keterlibatan banyak orang dan investigator
ingin memastikan keberadaan mereka dalam insiden.
Berguna pada keadaan jangka pendek
39
Dapat dipetakan ke dalam garis waktu sehingga dapat dipakai untuk
mengetahui kerangka waktu spesifik yang lebih detil.
Langkah-langkah time person grid sebagai berikut:
40
Suatu sistem / tugas yang awalnya berjalan efektif kemudian terjadi kegagalan /
terdapat sesuatu yang menyebabkan perubahan situasi.
Mencurigai suatu perubahan yang menyebabkan ketidaksesuaian tindakan atau
kerusakan alat.
Analisis perubahan membandingkan reality dengan idealnya / teori dengan
prakteknya. Langkah-langkahnya :
1. penghalang fisik
2. penghalang natural
3. penghalang tindakan manusia
4. penghalang adminstrasi
41
Saat suatu insiden terjadi, biasanya sudah ada tiga atau lebih penghalang yang berhasil
ditembus. Hal ini sesuai dengan teori “Swiss Cheese”
4. Fish bone
Tiap masalah dapat berkaitan dengan beberapa faktor yang dapat memberikan dampak
pada timbulnya insiden.
42
Untuk pengisian, lihat Faktor kontributor .
a. Struktur Organisasi
b. Pengawasan
c. Jenjang Pengambilan Keputusan
Kebijakan, Standar dan Tujuan a. Tujuan dan Misi
b. Penyusunan Fungsi Manajemen
c. Kontrak Service
d. Sumber Keuangan
e. Pelayanan Informasi
f. Kebijakan diklat
g. Prosedur dan Kebijakan
h. Fasilitas dan Perlengkapan
i. Manajemen Risiko
j. Manajemen K3
43
k. Quality Improvement
Administrasi Sistem Administrasi
Budaya Keselamatan
a. Attitude Kerja
b. Dukungan manajemen oleh seluruh staf
SDM
a. Ketersediaan
b. Tingkat Pendidikan dan Keterampilan Staf
yang Berbeda
c. Beban Kerja yang optimal
Diklat Manajemen Training/Pelatihan/Refreshing
b. Penilaian Ergonomik
c. Fungsionalitas
Lingkungan a. Housekeeping
b. Ketidaktersediaan
c. Manajemen Pemeliharaan
d. Fungsionalitas
44
4. FAKTOR KONTRIBUTOR : TIM
Komponen Subkomponen
b. Cepat Tanggap
Kompetensi
a. Verifikasi Kualifikasi
b. Verifikasi Pengetahuan dan Keterampilan
Stressor Fisik dan Mental
a. Motivasi
b. Stresor Mental: Efek Beban Kerja Beban Mental
c. Stresor Fisik: Efek Beban Kerja = Gangguan
Fisik
45
Personal
a. Kepribadian
b. Bahasa
c. Kondisi Sosial
d. Keluarga
Mengetahui risiko yang berubungan dengan
Pengobatan pengobatan
Riwayat
a. Riwayat Medis
b. Riwayat Kepribadian
c. Riwayat Emosi
Hubungan Staf dan Pasien Hubungan yang baik
46
Komponen Subkomponen
Komunikasi Verbal
INSIDEN : __________________________________________________
Tim :
Ketua :
2. ________ 5. ________
3. ________ 6. ________
47
-Observasi langsung : __________________
-Dokumentasi: 1. ______________________
2. ______________________
3. ______________________
4. ______________________
5. ______________________
1. _______________________________________
2. _______________________________________
3. _______________________________________
4. _______________________________________
5. _______________________________________
Waktu /
Kejadian
Kejadian
48
Informasi
tambahan
Good
Practice
Masalah
Pelayanan
waktu
staf yang
terlibat
49
1
MASALAH
Mengapa
Mengapa
Mengapa
50
FORM ANALISIS PENGHALANG
51
Failure Mode Effects & Analysis
- Pilih Proses yang berisiko tinggi terhadap Keselamatan Pasien dan bentuk Tim
- Tim menyesuaikan Proses yang dipilih
- Pilih Proses yang akan dianalisa
- Tentukan salah satu Proses / Sub Proses bila proses nya kompleks
Langkah 3A
52
Jelaskan tahapan – tahapan proses kegiatan sesuai kebijakan dan prosedur yang berlaku di
Rumah Sakit. Tahapan Proses isikan dalam kotak 1 , 2, 3, 4, 5, 6, dst
Pada Tahapan Proses dijelaskan proses setiap kegiatan sesuai kebijakan dan prosedur yang
berlaku dan jika proses terlalu kompleks, dapat memilih satu proses atau sub proses untuk
ditindak lanjuti
Kemudian masing – masing proses uraikan subprosesnya pada Tahapan Sub Proses pada baris
A, B, C, D, E. dst
1 2 3 4 5 6
Tahapan sub Tahapan sub Tahapan sub Tahapan sub Tahapan sub Tahapan sub
53
E._______ E._______ E.________ E.________ E.________ E._________
Langkah 3B
Jelaskan Sub Proses kegiatan yang dipilih untuk ditindak lanjuti, isikan pada kotak A,B,C,D,E.
Masing – masing Sub Proses sampai Sub Proses terakhir dicari modus kegagalannya, isikan
pada baris 1, 2, 3, 4, 5
A B C D E
Langkah 4
54
Analisa Hazard Score
Isikan masing – masing modus kegagalan dan effek analisisnya pada lembar kerja
1. Modus Kegagalan
Apa yang anda amati ketika kesalahan terjadi, masing – masing beri nilai pada nomor
selanjutnya
2. Akibat / Severity ( S)
Bagaimana dampak kesalahan pada pelanggan, beri nilai seberapa parah dampaknya
terhadap pelanggan
Nilai 1 = bila kesalahan tidak menimbulkan dampak / cidera pada pelayanan kesehatan
( perhatikan pada lembar Analisa Hazard Minor )
Nilai 7 = bila kegagalan menyebabkan kerugian yang lebih besar terhadap pasien
( perhatikan pada lembar Analisa Hazart Mayor )
Nilai 10 = bila kegagalan menimbulkan kematian atau kecacatan ( perhatikan pada lembar
Analisa Hazart Katastropik )
Yang paling memungkinkan penyebab terjadinya kesalahan – garis ini harus selalu terisi dan
seberapa sering penyebab atau kesalahan model ini terjadi ?
Nilai 7 = Kadang – kadang ( dapat terjadi beberapa kali dalam 1 sampai 2 tahun )
Nilai 10 = Hampir sering muncul dalam waktu yang relatif singkat (beberapa kali dalam 1
tahun)
4. Pendeteksian / Detectability ( D )
55
Seberapa besar kemungkinan yang kita dapat untuk mendeteksi kesalahan atau
penyebabnya?
5. RPN
Hasil perkalian S X O X D
6. Peringkat : untuk prioritas penyebab yang akan ditindak lanjuti pada langkah 5 berdasarkan
nilai tertinggi pada RPN ( Risk Priority Number )
Langkah 5
Lembar Kerja
56
Langkah 6
1. Bila proses yang baru sudah selesai dibuat, perlu dilakukan proses FMEA yang baru
untuk menguji apakah proses tersebut masih berpotensi menimbulkan kegagalan
2. Untuk Failure mode dengan high RPN, jangan lupa mencari banyak jalan untuk
mengeliminasi / meminimalkan risiko
Langkah 8
Implementasi dan monitor proses yang baru. Ulangi beberapa waktu, sesudah beberapa failure
mode di-eliminasi
2. CLINICAL PATHWAY
Clinical Pathway (CP) adalah suatu konsep perencanaan pelayanan terpadu yang merangkum
setiap langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan standar pelayanan medis dan asuhan
keperawatan yang berbasis bukti dengan hasil yang terukur dan dalam jangka waktu tertentu
selama di rumah sakit. Clinical pathway diterapkan kepada semua pasien rawat inap yang
terdiagnosis : Acute Ischemik Stroke, maupun pasien dengan tindakan: Sectio Caesarea,
57
Tonsilectomi ( termasuk Adenotonsilectomi ), Coronary Angiography ( PAC ), Temporary Pace
Maker ( TPM ), Permanent Pace Maker ( PPM ), Percutaneus Coronary Intervention ( PCI ).
Pengelompokan Indikator Mutu RSUD Sagaranten berdasarkan prioritas area yang akan
dilakukan evaluasi adalah sebagai berikut:
58
dan
pengguna
an RM
59
i dan
diagnosa
klinis
Untuk meningkatkan mutu Rsud Sagaranten maka disusunlah strategi sebagai berikut :
a. Setiap petugas harus memahami dan menghayati konsep dasar dan prinsip mutu
pelayanan Rumah Sakit unit daerah sagaranten sehingga dapat menerapkan langkah-
langkah upaya peningkatan mutu di masing-masing unit kerjanya.
b. Memberi prioritas kepada peningkatan kompetensi sumber daya manusia di Rumah
Rumah Sakit unit daerah sagaranten, serta upaya meningkatkan kesejahteraan
karyawan.
60
c. Menciptakan budaya mutu di Rumah Sakit unit daerah sagaranten, termasuk
didalamnya menyusun program mutu Rumah Sakit unit daerah sagaranten dengan
pendekatan P-D-S-A cycle.
a. Hasil yang dicapai dibandingkan dengan standar yang ada terdapat penyimpangan.
b. Merasa tidak puas dengan penyimpangan tersebut
c. Merasa bertanggung jawab atas penyimpangan tersebut
Dengan telah jelasnya cara memecahkan masalah maka bisa dilakukan tindakan perbaikan.
Namun agar pemecahan masalah bisa tuntas, setelah diadakan tindakan perbaikan perlu dinilai
kembali apakah masih ada yang tertinggal. Dari penilaian kembali maka akan didapatkan
masalah yang telah terpecahkan dan masalah yang masih tetap merupakan masalah sehingga
proses siklus akan berulang mulai tahap pertama.
BAB XI
RSUD SAGARANTEN
61
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu adalah pemilihan aspek yang akan ditingkatkan
dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang digunakan untuk mengukur mutu
pelayanan Rsud Sagaranten.
Indikator
Adalah ukuran atau cara mengukur sehingga menunjukkan suatu indikasi. Indikator
merupakan suatu variabel yang digunakan untuk bisa melihat perubahan. Indikator yang baik
adalah yang sensitif tapi juga spesifik.
Kriteria
Adalah spesifikasi dari indikator
Standar :
- Tingkat performance atau keadaan yang dapat diterima oleh seseorang yang
berwenang dalam situasi tersebut, atau oleh mereka yang bertanggungjawab untuk
mempertahankan tingkat performance atau kondisi tersebut.
- Suatu norma atau persetujuan mengenai keadaan atau prestasi yang sangat baik.
- Sesuatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas, berat, nilai atau mutu.
Dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu maka harus memperhatikan prinsip dasar
sebagai berikut:
62
Kriteria yang digunakan harus dapat diukur dan dihitung untuk dapat menilai indikator,
sehingga dapat sebagai batas yang memisahkan antara mutu baik dan mutu yang tidak baik.
BAB XI
63
Indikator adalah : suatu cara untuk menilai penampilan dari suatu kegiatan dan merupakan
variabel yang digunakan untuk menilai perubahan
b. pelayanan laboratorium
...................................................................................................................
Judul
64
Dimensi Mutu Keselamatan pasien
Tujuan
Definisi operasional
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Numerator
Denominator
Standar 0 kasus
Hasil laborat dari PU / UGD ( Blood Cell Counter K. Klinik, Urine rutin, Widal, DHF ) tidak melebihi 2,5
jam
Judul Hasil laborat dari PU / UGD ( Blood Cell Counter K. Klinik, Urine
rutin, Widal, DHF ) tidak melebihi 2,5 jam
Definisi operasional Hasil laborat dari PU / UGD ( Blood Cell Counter K. Klinik, Urine rutin,
Widal, DHF ) tidak melebihi 2,5 jam setelah spesimen diterima
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Numerator Jumlah Hasil laborat dari PU / UGD ( Blood Cell Counter K. Klinik,
Urine rutin, Widal, DHF ) yang tidak melebihi 2,5 jam
65
Sumber data Arsip hasil lab, pemantauan indikator laboratorium
Menekan angka pengulangan sampling darah pasien rawat jalan karena salah sampling
Judul Menekan angka pengulangan sampling darah pasien rawat jalan karena
salah sampling
Definisi operasional Pengulangan sampling darah pasien rawat jalan karena salah sampling
adalah : pengambilan sampling darah pasien lebih dari 1 kali karena
kesalahan pengambilan
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Numerator Jumlahn pengulangan sampling darah pasien rawat jalan karena salah
sampling 1 bulan
66
Judul Ketidak sesuaian jenis pemeriksaan dengan permintaan
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Judul Kesalahan penulisan hasil laborat yang diinput secara manual ke LIS
Definisi operasional Kesalahan penulisan hasil laborat yang diinput secara manual ke LIS
.Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Numerator Jumlah Kesalahan penulisan hasil laborat yang diinput secara manual ke
67
LIS
Standar 0 kasus
Standar 90.00%
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
68
Sumber data Data kegiatan Radiologi
Target 100.00%
Definisi operasional Ketepatan membaca resep adalah : kesalahan memberikan obat karena
salah membaca resep oleh petugas farmasi
.Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Numerator Jumlah resep yang dilayani – jumlah kejadian kesalahan membaca resep
1bulan
Standar 100.00%
69
Ketepatan mengambil obat
.Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Standar 100.00%
Definisi operasional Kesalahan pemberian obat adalah : kesalahan memberikan obat kepada
pasien yang tidak sesuai yang dapat membahayakan keselamatan pasien .
70
Periode analisa Setiap bulan
Standar 0 kasus
Rekam Medis
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Numerator Jumlah pengkodingan rawat jalan yang diisi lengkap ( pemberian kode
diagnosa dan tindakan )
71
Sumber data Lembar hasil pengkodingan BMRM dan RMRJ
Standar 95.00%
Definisi operasional Ketepatan indexing rawat jalan dalam mengentri SHRJ & SH UGD di
komputer
.Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Standar 95.00%
Ketepatan waktu pemenuhan permintaan klaim Jasa Raharja dalam 4 hari kerja
Judul Ketepatan waktu pemenuhan permintaan klaim Jasa Raharja dalam 4 hari
kerja
72
Definisi operasional Ketepatan waktu pemenuhan permintaan klaim Jasa Raharja dalam 4 hari
kerja
.Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Numerator Jumlah permintaan klaim Jasa Raharja yang dapat dilayani dalam waktu 4
hari kerja
Standar 90.00%
Definisi operasional Ketepatan waktu pemenuhan permintaan penyediaan BRM RMRJ kurang
dari 15 menit
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Standar 70.00%
73
Penanggung jawab OIC Rekam medis
pengumpul data
Definisi operasional Menekan kejadian infeksi jarum infus adalah menekan adanya kejadian
infeksi daerah pemasangan infus
Definisi operasional Menekan kejadian decubitus adalah menekan adanya luka decubitus yang
74
terjadi di rumah sakit atau decubitus dari rumah yang bertambah luas
Denominator
Standar 12 /tahun
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Standar Max 5%
75
Penanggung jawab Main store OIC
pengumpul data
Respon time untuk barang non rutin maksimal 1 minggu dari pengajuan unit s/d informasi spesifikasi
harga
Judul Respon time untuk barang non rutin maksimal 1 minggu dari pengajuan
unit s/d informasi spesifikasi harga
Definisi operasional Respon time untuk barang non rutin maksimal 1 minggu dari pengajuan
unit s/d informasi spesifikasi harga
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Numerator Jumlah permintaan barang non rutin yang dilayani mak 1 minggu
K3
76
Dimensi Mutu Keselamatan pasien , karyawan , pengunjung RS
Frekuensi 3 bulan
pengumpulan data
Standar 100.00%
Definisi operasional Pengujian sistem alat medis meliputi : Defibrilator dan Ventilator untuk :
.Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
77
Periode analisa 3 bulan
Numerator Jumlah pelaksaan pengujian alat defibrilator dan ventilator sesuai jadwal
Standar 100.00%
.Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Standar 100.00%
78
Pemantauan baku mutu air RO
Definisi operasional Pemantauan baku mutu air RO untuk TDS tiap hari.
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Standar 100.00%
Frekuensi 3 bulan
pengumpulan data
79
Denominator
Standar 0
Quality Assurance
Definisi operasional Ketepatan waktu pelaporan insiden KNC, KTD, sentinel dari unit kepada
tim QA
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Numerator Jumlah pelaporan insiden KNC, KTD, sentinel yang tepat waktu
Standar 80.00%
80
Housekeeping
Ketepatan waktu pembersihan kamar kosong dirawat inap, siap dalam 2 jam
Judul Ketepatan waktu pembersihan kamar kosong dirawat inap, siap dalam 2
jam
Definisi operasional Ketepatan waktu pembersihan kamar kosong dirawat inap, siap dalam 2
jam
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Standar 90.00%
81
Judul Ketepatan waktu pengambilan sampah diruangan sesuai jadwal dan
pengelompokkannya medis & non medis
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Numerator Jumlah pengambilan sampah yang sesuai jadwal pengambilan dan sesuai
pengelompokkannya
Standar 90.00%
82
Tujuan Tergambarnya maintenance alat non medis
Definisi operasional Pelaksanaan preventive maintenance alat non medis sesuai jadwal adalah :
Realisasi jadwal maintenance alat non medis sesuai jadwal yang sudah
ditetapkan
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Numerator Jumlah realisasi preventive maintenance alat non medis sesuai jadwal.
Sumber data Jadwal dan laporan realisasi preventive maintenance alat non medis .
Standar 85.00%
Definisi operasional Pelaksanaan Kalibrasi / Verifikasi alat non medis sesuai jadwal adalah :
Realisasi jadwal Kalibrasi / Verifikasi alat non medis sesuai jadwal yang
sudah ditetapkan .
.Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Numerator Jumlah realisasi Kalibrasi / verifikasi alat non medis sesuai jadwal.
83
Sumber data Laporan sertifikasi kalibrasi / verifikasi
Standar 85.00%
Respon time terhadap laporan kerusakan alat non medis tidak lebih dari 2 jam
Judul Respon time terhadap laporan kerusakan alat non medis tidak lebih dari 2
jam
Definisi operasional Respon time terhadap laporan kerusakan alat non medis tidak lebih dari 2
jam adalah : Tenggang waktu antara laporan kerusakan alat non medis
tertulis dari unit dengan respon petugas tekniknon medis
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Standar 90.00%
Medical Equipment
Respon time terhadap laporan kerusakan alat medis tidak lebih dari 2 jam
84
Judul Respon time terhadap laporan kerusakan alat medis tidak lebih dari 2 jam
Definisi operasional Respon time terhadap laporan kerusakan alat medis tidak lebih dari 2 jam
adalah : Tenggang waktu antara laporan kerusakan tertulis dari unit
dengan respon petugas teknik medis
Frekuensi 2 bulan
pengumpulan data
Standar 90.00%
Definisi operasional Pelaksanaan preventive maintenance alat medis sesuai jadwal adalah :
Realisasi jadwal maintenance alat medis sesuai jadwal yang sudah
ditetapkan
85
Frekuensi 2 bulan
pengumpulan data
Sumber data Jadwal dan laporan realisasi preventive maintenance alat medis
Standar 80.00%
Definisi operasional Pelaksanaan Kalibrasi / Verifikasi alat medis sesuai jadwal adalah :
Realisasi jadwal Kalibrasi / Verifikasi alat medis sesuai jadwal yang
sudah ditetapkan
Frekuensi 2 bulan
pengumpulan data
Standar 80.00%
86
pengumpul data
Humas
Judul Komplain customor ditindak lanjuti tidak lebih dari 2 hari kerja
Definisi operasional Komplain customor ditindak lanjuti tidak lebih dari 2 hari kerja adalah :
kompali pasien yang ditindak lanjuti tidak lebih dari 2 hari kerja .
.Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Numerator Jumlah komplain customor yang ditindak lanjuti tidak lebih dari 2 hari
kerja
Standar 90.00%
Definisi operasional Waktu tunggu obat racikan rawat jalan ≤ 30 menit adalah : tenggang
waktu mulai pasien menyerahkan resep sampai dengan pasien menerima
87
obat jadi pada pasien non ASKES
.Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Numerator Jumlah resep obat racikan rawat jalan non ASKES yang dilayani < 30
menit
Denominator Jumlah resep obat racikan rawat jalan non ASKES yang dilayani
Waktu tunggu resep obat rawat inap ≤ 30 menit untuk resep cito
Judul Waktu tunggu resep obat rawat inap ≤ 30 menit untuk resep cito
Definisi operasional Waktu tunggu resep obat rawat inap ≤ 30 menit untuk resep cito adalah :
tenggang waktu mulai penerimaan resep cito sapai penyerahan obat
.Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Numerator Jumlah resep obat rawat inap cito yang dilayani < 30 menit
88
Penanggung jawab OIC Farmasi
pengumpul data
Marketing
Sosialisasi berkaitan dengan kerjasama perusahaan mitra dan assuransi maks 2 hari kerja
Definisi operasional Sosialisasi berkaitan dengan kerjasama perusahaan mitra dan assuransi
maks 2 hari kerja setelah mendapat informasi perusahaan / asuransi yang
bersangkutan , kecuali yang membutuhkan pembahasan rapat
.Frekuensi 3 bulan
pengumpulan data
Standar Min 95 %
89
Definisi operasional Visit perusahaan mitra dan asuransi
.Frekuensi 3 bulan
pengumpulan data
Denominator
Standar 48 x / tahun
Jumlah publikasi
.Frekuensi 3 bulan
pengumpulan data
Denominator
Standar 50 x / tahun
90
Human Resourse
Definisi operasional Ketepatan waktu pemenuhan permintaan kebutuhan tenaga kerja max 2
bulan setelah menerima SPKK
.Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Standar 80.00%
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
91
Periode analisa 1 bulan
Standar 80.00%
.Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Standar 100.00%
92
Dimensi Mutu Keselamatan pasien dan keamanan, efektifitas
Definisi operasional Waktu penyelesaian tindakan indisipliner max 30 hari kerja sejak laporan
diterima bagian HR
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Standar 90.00%
Definisi operasional Laporan hasil survey kepuasan karyawan terhadap kepuasan fasilitas
makan
Frekuensi 6 bulan
pengumpulan data
Denominator
93
Sumber data Laporan survey
Definisi operasional Pemantauan SIP / STR medis tiap 1 bulan dan para medis tiap 6 bulan
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Numerator Jumlah pemantauan SIP / STR medis dan non medis sesuai jadwal
Denominator Jumlah SIP / STR medis dan non medis yang harus dipantau
Standar 90.00%
94
.Frekuensi 6 bulan
pengumpulan data
Standar 2X / tahun
Rehabilitasi Medik
Definisi operasional Kejadian komplikasi luka bakar pada pemakaian diathermi adalah :
Terjadinya insiden luka bakar akibat kesalahan tindakan diathermi .
Standar 0 kasus
95
Kepastian waktu tunggu pasien ( 60 menit )
Definisi operasional Kepastian waktu tunggu pasien ( 60 menit ) mulai pasien mendaftar di
rehab medik
Standar 95.00%
Definisi operasional Kecepatan menjawab konsul pasien rawat inap adalah : kecepatan dokter
rehab dalam menjawab konsul sejak perawat memberitahu dokter rehab
bahwa ada konsul sampai dokter memeriksa pasien .dan menjawab konsul
< 12 jam .
96
Frekuensi Setiap bulan
pengumpulan data
Numerator Jumlah konsul dokter Rehab dari rawat inap yang telah diperiksa dan
dijawab < 1x 12 jam
Standar 95.00%
Definisi operasional Kejadian drop out pasien terhadap pelayanan Rehab yang direncanakan ,
dalam jangka minimal 2 bulan untuk 6x kunjungan , kecuali : pasien
sudah sembuh , pasien melanjutkan program keluar kota , melanjutkan
pelayanan rehab medik dirumah , dan kunjungan tidak teratur .
Numerator Jumlah kejadian drop out pasien terhadap pelaynan rehab medik
97
pengumpul data
Definisi operasional Respon time pelayanan di UGD < 5 menit adalah saat pasien datang di
UGD sampai mendapat pelayanan dokter / perawat .
Numerator Jumlah pasien yang dilayanani di UGD sejak masuk samapi mendapat
pelayanan dokter / perawat < 5 menit
Standar 95.00%
Respon time keberangkatan Tim Ambulance emergency kelokasi permintaan ambulance < 10 menit
98
Definisi operasional Respon time keberangkatan Tim Ambulance emergency kelokasi
permintaan ambulance < 10 menit sejak mulai menerima tilpon sampai
keberangkatan
Standar 80.00%
Definisi operasional Peningkatan pelayanan pengantaran pasien kerawat inap kondisi kamar
siap
Numerator Jumlah komplain terkait pasien rawat inap yang diantar oleh petugas UGD
99
Penanggung jawab Supervisor UGD
pengumpul data
Definisi operasional Kematian di UGD diluar DOA adalah kematian pasien yang terjadi pada
saat mendapat pelayanan di UGD diluar kasus DOA .
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Numerator Jumlah pasien yang meninggal di UGD diluar DOA dalam 1 bulan
Klinik
Definisi operasional Pasien rawat jalan tidak membatalkan pemeriksaan di klinik spesialis
100
Frekuensi Setiap bulan
pengumpulan data
Standar 95.00%
Definisi operasional Hasil medical cek up jadi tidak lebih dari 1 hari
Standar 90.00%
101
Judul Hasil Radiologi pasien MCU tidak lebih 3 ½ jam setelah foto
Definisi operasional Hasil Radiologi pasien MCU jadi tidak lebih 3 ½ jam setelah foto
Numerator Jumlah Hasil Radiologi pasien MCU jadi tidak lebih 3 ½ jam setelah foto
Standar 90.00%
Definisi operasional Respon time pemeriksaan pasien klinik umum 30 menit sejak mendaftar
di KU sampai pasien diperiksa dokter
102
Standar 90.00%
Definisi operasional Hasil Laboratorium pasien MCU jadi pukul 13.00 – 14.00
Numerator Jumlah hasil lab pasien MCU yang sudah jadi pukul 13.00 – 14.00
Standar 80.00%
IT
Definisi operasional Respon time terhadap penerimaan WO maksimal 30 menitpada jam kerja
103
.Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Lama waktu terganggunya proses kerja karyawan yang disebakan kerusakan unit PC maksimal 3 jam
untuk kategori kerusakan K2
Definisi operasional Lama waktu terganggunya proses kerja karyawan yang disebakan
kerusakan unit PC maksimal 3 jam untuk kategori kerusakan K2
.Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
104
Denominator Jumlah WO yang masuk karena kerusakan PC
Pengerjaan pembuatan program / aplikasi diseslesaiakan sesuai dengan time frame yang ditetapkan
.Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
105
Judul Kecukupan penyediaan linen bersih siap pakai
Definisi operasional Kecukupan penyediaan linen bersih siap pakai dengan adanya komplain
kekurangan linen bersih siap pakai dari RI
.Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Denominator
Penyediaan linen bersih siap pakai dalam kondisi sesuai standar kualitas di RI dan RJ
Judul Penyediaan linen bersih siap pakai dalam kondisi sesuai standar kualitas
di RI dan RJ
Definisi operasional Penyediaan linen bersih siap pakai dalam kondisi sesuai standar kualitas
di RI dan RJ dengan adanya komplain linen tidak sesuai standar dari RI
dan RJ
.Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
106
Periode analisa 1 bulan
Denominator
Security
Definisi operasional Kejadian yang direspon < 5 menit adalah : Kejadian yang direspon < 5
menit sejak petugas security mendapat laporan kejadian oleh petugas
security .
.Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Standar 90.00%
107
Finance
Judul Pembuatan rincian biaya dan kwitansi di bagian Radiologi 99% benar
Definisi operasional Pembuatan rincian biaya dan kwitansi di bagian Radiologi 99% benar
.Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Numerator Jumlah Pembuatan rincian biaya dan kwitansi di bagian Radiologi benar
108
.Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Pembuatan rincian biaya dan kwitansi di bagian Rehab medik 99% benar
Judul Pembuatan rincian biaya dan kwitansi di bagian Rehab medik 99%
benar
Definisi operasional Pembuatan rincian biaya dan kwitansi di bagian Rehab medik 99%
benar
.Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Numerator Jumlah Pembuatan rincian biaya dan kwitansi di bagian Rehab medik
benar
109
Denominator Jumlah kwitansi di bagian Rehab medik
Pembuatan rincian biaya dan kwitansi di seluruh unit klinik Spesialis I , kecuali klinik gigi 99% benar
Judul Pembuatan rincian biaya dan kwitansi di seluruh unit klinik Spesialis I ,
kecuali klinik gigi 99% benar
Definisi operasional Pembuatan rincian biaya dan kwitansi di seluruh unit klinik Spesialis I ,
kecuali klinik gigi 99% benar
.Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Numerator Jumlah Pembuatan rincian biaya dan kwitansi di seluruh unit klinik
Spesialis I , kecuali klinik gigi 99% benar
110
Gizi
Definisi operasional Waktu distribusi makanan tepat waktu adalah : ketepatan penyediaan
makanan pada pasien sesuai jadwal yang telah ditentukan .
Standar 95.00%
Menjamin jumlah dan jenis diet yang diserahkan sesuai permintaan rawat inap
Judul Menjamin jumlah dan jenis diet yang diserahkan sesuai permintaan rawat
inap
111
Tujuan Mencegah KTD
Definisi operasional Menjamin jumlah dan jenis diet yang diserahkan sesuai permintaan rawat
inap
Standar 100.00%
112
Denominator
Standar 70.00%
Definisi operasional Kesalahan pemberian obat adalah : kesalahan memberikan obat kepada
pasien yang tidak sesuai dengan instruksi medis dan 6 benar pemberian
obat
Standar 1 kasus / TW
113
Dimensi Mutu Keselamatan pasien
Definisi operasional Kesalahan identitas pasien adalah : kesalahan yang terjadi salah orang
dalam memberikan tindakan , pelaksanaan pemeriksaan penunjang ,
memberikan obat memberikan tranfusi dll kepada pasien
Angka Pasien yang kembali ke perawatan intensif dengan kasus yang sama < 72 jam
Judul Angka Pasien yang kembali ke perawatan intensif dengan kasus yang
sama < 72 jam
Definisi operasional Angka Pasien yang kembali ke perawatan intensif dengan kasus yang
sama dalam waktu < 72 jam
114
Periode analisa Setiap bulan
Numerator Jumlah Pasien yang kembali ke perawatan intensif dengan kasus yang
sama dalam waktu < 72 jam
Standar Max 3%
BAB XII
RSUD SAGARANTEN
Pengendalian adalah keseluruhan fungsi atau kegiatan yang harus dilakukan untuk
menjamin tercapainya insiden perusahaan dalam hal kualitas produk dan jasa pelayanan yang
diproduksi. Pengendalian kualitas mutu pada dasarnya adalah pengendalian kualitas kerja dan
proses kegiatan untuk menciptakan kepuasan pelanggan ( quality os customers satisfaction )
yang dilakukan setiap orang dari bagian di RSU “Darmayu” Ponorogo.
Pengertian pengendalian kualitas mutu di atas mengacu pada siklus pengendalian
(Control Cicle ) dengan memakai siklus “Plan – Do – Study – Action”( P- D – S – A )
( rencanakan – laksanakan – pembelajaran – aksi ). Pola P-D-S-A. Dengan P-D-S-A adalah alat
yang bermanfaat untuk melakukan perbaikan secara terus – menerus ( continues improvement )
tanpa berhenti.
115
Konsep P-D-S-A tersebut merupakan pedoman bagi setiap manajer untuk proses perbaikan
kualitas (quality improvement) secara terus menerus tanpa berhenti tetapi meningkat ke
keadaaan yang lebih baik dan dijalankan di seluruh bagian organisasi, seperti tampak pada
gambar 1.
Action Menentukan
Mengambil (2)
Tujuan dan insiden
tindakan Menetapkan
yang tepat Metode untuk
Menyelenggarakan
Mencapai tujuan
(5)
Memeriksa akibat Pendidikan dan
pelaksanaan
Study latihan
(4) (3)
Melaksanakan
Do
pekerjaan
116
perubahan yang paling mungkin untuk menghasilkan perbaikan.
Ada kemungkinan bahwa siklus PDSA beberapa berjalan berurutan (gambar 2), atau bahkan
secara bersamaan (gambar 3).
Gambar 2
Gambar 3
Pengendalian kualitas berdasarkan siklus P-D-S-A hanya dapat berfungsi jika sistem
informasi berjalan dengan baik .Pelaksanaan PDSA dengan enam langkah P-D-S-A yang
terdapat dalam gambar 3 di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Langkah 1. Menentukan tujuan dan insiden → Plan
Tujuan dan insiden yang akan dicapai didasarkan pada kebijakan yang ditetapkan.
Penetapan insiden tersebut ditentukan oleh Direktur rumah sakit.Penetapan insiden
didasarkan pada data pendukung dan analisis informasi.
Insiden ditetapkan secara konkret dalam bentuk insiden, harus pula diungkapkan dengan
maksud tertentu dan disebarkan kepada semua karyawan. Semakin rendah tingkat karyawan
yang hendak dicapai oleh penyebaran kebijakan dan tujuan, semakin rinci informasi.
b. Langkah 2. Menentukan metode untuk mencapai tujuan →Plan
Penetapan tujuan dan insiden dengan tepat belum tentu akan berhasil dicapai tanpa
disertai metode yang tepat untuk mencapainya. Metode yang ditetapkan harus rasional,
berlaku untuk semua karyawan dan tidak menyulitkan karyawan untuk menggunakannya.
Oleh karena itu dalam menetapkan metode yang akan digunakan perlu pula diikuti
117
dengan penetapan standar kerja yang dapat diterima dan dimengerti oleh semua karyawan.
c. Langkah 3. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan → Do
Metode untuk mencapai tujuan yang dibuat dalam bentuk standar kerja. Agar dapat
dipahami oleh petugas terkait, dilakukan program pelatihan para karyawan untuk
memahami standar kerja dan program yang ditetapkan.
d. Langkah 4. Melaksanakan pekerjaan →Do
Dalam pelaksanaan pekerjaan, selalu terkait dengan kondisi yang dihadapi dan standar
kerja mungkin tidak dapat mengikuti kondisi yang selalu dapat berubah. Oleh karena itu,
ketrampilan dan pengalaman para karyawan dapat dijadikan modal dasar untuk mengatasi
masalah yang timbul dalam pelaksanaan pekerjaan karena ketidaksempurnaan standar kerja
yang telah ditetapkan.
e. Langkah 5: Memeriksa akibat pelaksanaan →Study
Manajer atau atasan perlu memeriksa apakah pekerjaan dilaksanakan dengan baik atau
tidak. Jika segala sesuatu telah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dan mengikuti
standar kerja, tidak berarti pemeriksaan dapat diabaikan. Hal yang harus disampaikan
kepada karyawan adalah atas dasar apa pemeriksaan itu dilakukan. Agar dapat dibedakan
manakah penyimpangan dan manakah yang bukan penyimpangan, maka kebijakan dasar,
tujuan, metode (standar kerja) dan pendidikan harus dipahami dengan jelas baik oleh
karyawan maupun oleh manajer. Untuk mengetahui penyimpangan, dapat dilihat dari akibat
yang timbul dari pelaksanaan pekerjaan dan setelah itu dapat dilihat dari penyebabnya.
f. Langkah 6 : Mengambil tindakan yang tepat →Action
Pemeriksaan melalui akibat yang ditimbulkan bertujuan untuk menemukan
penyimpangan. Jika penyimpangan telah ditemukan, maka penyebab timbulnya
penyimpangan harus ditemukan untuk mengambil tindakan yang tepat agar tidak terulang
lagi penyimpangan. Menyingkirkan faktor-faktor penyebab yang telah mengakibatkan
penyimpangan merupakan konsepsi yang penting dalam pengendalian kualitas pelayanan.
Konsep P-D-S-A dengan keenam langkah tersebut merupakan sistem yang efektif untuk
meningkatkan kualitas pelayanan. Untuk mencapai kualitas pelayanan yang akan dicapai
diperlukan partisipasi semua karyawan, semua bagian dan semua proses. Partisipasi semua
karyawan dalam pengendalian kualitas pelayanan diperlukan kesungguhan (sincerety), yaitu
sikap yang menolak adanya tujuan yang semata-mata hanya berguna bagi diri sendiri atau
menolak cara berfikir dan berbuat yang semata-mata bersifat pragmatis. Dalam sikap
kesungguhan tersebut yang dipentingkan bukan hanya insiden yang akan dicapai, melainkan
juga cara bertindak seseorang untuk mencapai insiden tersebut.
118
Partisipasi semua pihak dalam pengendalian kualitas pelayanan mencakup semua jenis
kelompok karyawan yang secara bersama-sama merasa bertanggung jawab atas kualitas
pelayanan dalam kelompoknya. Partisipasi semua proses dalam pengendalian kualitas pelayanan
dimaksudkan adalah pengendalian tidak hanya terhadap output, tetapi terhadap hasil setiap
proses. Proses pelayanan akan menghasilkan suatu pelayanan berkualitas tinggi, hanya mungkin
dapat dicapai jika terdapat pengendalian kualitas dalam setiap tahapan dari proses. Dimana
dalam setiap tahapan proses dapat dijamin adanya keterpaduan, kerjasama yang baik antara
kelompok karyawan dengan manajemen, sebagai tanggung jawab bersama untuk menghasilkan
kualitas hasil kerja dari kelompok, sebagai mata rantai dari suatu proses.
BAB XIII
PENGORGANISASIAN
Managing Director
Quality Assurance
Manager
119
Patient Safety Total Quality Hospital
PPI QCC
ISO/Akreditasi
BAB X
Direktur Utama
Quality Assurance
120
Keterangan :
121
Pelaksanaan program PMKP
Pelaporan insiden dan tindak lanjutnya
Pelaksanaan audit keperawatan
5. Out Patient Division meliputi : unit Radiologi, Laboratory, Pharmacy & CSSD,
Clinical Service ( Rehab Medik, Renal unit & Citos, UGD, General & Spesialist Clinic )
6. Patient Support and Comunication Division meliputi : Marketing & PR, CS dan
Front desk, Legal & Secretary
122
BAB IX
URAIAN JABATAN
123
Quality Assurance sesuai bidang Sakit baik medis maupun
tugasnya non medis dapat terus
- Menetapkan rencana strategic ditingkatkan
dan program kerja QA sesuai
dengan visi dan misi RSU
“Darmayu” Ponorogo
- Mengkoordinir pelaksanaan
program kerja dan kegiatan divisi
124
seluruh kegiatan upaya terhadap program
peningkatan mutu peningkatan mutu
Monitoring dan - Melakukan monitoring dan evaluasi Agar :
evaluasi penyelenggaraan tugas komisi
- Tersusun & tersedianya
laporan triwulan, dan
tahunan pelaksanaan
program Quality Assurance
WEWENANG
Contribu
Prime Share
tory
Pelaksanaan program K3 V
HUBUNGAN KERJA
Internal :
125
Pihak yang
Tujuan Interaksi
berhubungan
1. Seluruh unit di Koordinasi untuk penyelesaian masalah dan perbaikan terus menerus
RS
Eksternal:
Pihak yang
Tujuan Interaksi
berhubungan
126
TANTANGAN JABATAN INI
SPESIFIKASI JABATAN
Kompetensi :
Pelatihan Manajemen Resiko Klinis
127
2. Nama Jabatan : Quality Improvement Coordinator
Nama Jabatan Atasan Langsung : Quality Assurance manager
Kepercayaan pasien
128
terhadap manajemen mutu
yang diterapkan di RS
meningkat.
Tersusunnya laporan
triwulan & laporan tahunan
WEWENANG
Contrib
Area Pengambilan Keputusan Prime Share
utory
Pelaksanaan program K3 V
Pelaksanaan program V
International Patient Safety Six
Goals
129
Pelaksanaan program V
Pengendalian & Pencegahan
Infeksi
HUBUNGAN KERJA
Internal :
Pihak yang
berhubunga Tujuan Interaksi
n
Eksternal:
Pihak yang
berhubunga Tujuan Interaksi
n
130
TANTANGAN JABATAN INI
SPESIFIKASI JABATAN
Kompetensi :
131
Pelatihan Audit Mutu Internal
Pelatihan K3
132
Manajemen Resiko Klinis di rumah sakit Mencegah insiden lama tidak
terulang lagi
Mengkoordinir pertemuan untuk
membahas Incident Repot yang terjadi di Tersusunnya laporan triwulan
Rumah Sakit & laporan tahunan
WEWENANG
Contributo
Area Pengambilan Keputusan Prime Share
ry
133
HUBUNGAN KERJA
Internal :
Pihak yang
Tujuan Interaksi
berhubungan
3. Komite Medis / SMF Koordinasi untuk penyelesaian masalah dan perbaikan terus
menerus
Eksternal:
Pihak yang
Tujuan Interaksi
berhubungan
134
TANTANGAN JABATAN INI
Pelaksanaan Total Membuat jadwal tahunan audit dan Sesuai jadwal masing-masing
Quality Hospital meninformasikannya ke unit terkait SMF
( Audit klinis & Audit
Indikator Klinis )
SPESIFIKASI JABATAN
Kompetensi :
Pelatihan Manajemen Resiko Klinis
135
Pelatihan Audit Mutu Internal
BAB XI
Jumlah
Nama Jabatan Pendidikan Sertifikasi
Kebutuhan
Kegiatan orientasi
136
Patient Safety 11.00 – 12.00 Presentasi & Tim Quality Assurance
diskusi
137
BAB XII
Penetapan Target
1. Cek jumlah dan data karyawan apakah sudah akurat dan benar
2. Pengisian form PA dilakukan dengan diskusi langsung antara atasan dengan masing-
masing karyawan, yang selanjutnya di verifikasi atasan dari atasan langsung
3. Harap diingat bahwa hasil PA masih memerlukan persetujuan dari Management,
sehingga Sesi Pengisian PA yang dilakukan antara atasan dan karyawan adalah murni
sebagai feedback session dan bukan final rating PA
4. Kategori PA Harap mengikuti komposisi Bell Curve ( dilakukan di level Divisi berdasar
group level )
5. Hardcopy form PA harap disimpan oleh masing-masing Divisi, dan Summary dikirimkan
ke HRD untuk dilakukan konsolidasi secara keseluruhan organisasi
6. Final Rating PA akan diberikan oleh HRD ke masing-masing Divisi setelah mendapat
persetujuan dari Management, selanjutnya masing-masing Divisi menyampaikan ke
masing karyawan di Divisinya
Performance Appraisal (PA) 2012
138
Berusaha membangun dan mempertahankan loyalitas pelanggan serta mampu
memperlakukan pelanggan dengan perhatian dan rasa hormat. Pelanggan yang
dimaksudkan disini adalah pelanggan internal (rekan kerja, bawahan maupun atasan) dan
pelanggan eksternal (pasien, keluarga pasien maupun pengunjung RST)
139
BAB XIII
Kegiatan
140
Integrasikan aktivitas pengelolaan resiko
Kembangkan sistem pelaporan
Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien
Belajar dan berbagi pengalaman tentang Keselamatan Pasien
Cegah cedera melalui implementasi system Keselamatan Pasien
b. Pelaksanaan Sasaran Keselamatan Pasien, meliputi :
Ketepatan identifikasi pasien
Peningkatan komunikasi yang efektif
Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
Mengurangi risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Pengurangan risiko pasien jatuh
c. Manajemen Resiko Klinik
Pelaporan Insiden Sentinel, KTD, KNC dari masing – masing unit.
Bila terjadi insiden pada unit, maka unit akan melapor kepada tim mutu sesuai
dengan Alur Kerja Pengendalian Ketidaksesuaian Pelayanan
Melakukan Matrik Assesment
Sesudah laporan insiden diterima, maka tim mutu akan membuat Risk Matrix
Grading sesuai dengan kasusnya
Rekapitulasi pelaporan insiden
Melakukan rekapitulasi laporan insiden untuk dilakukan pembahasan bersama Tim
KPRS dan Manajemen
Pembahasan laporan insiden
Pembahasan laporan insiden dilakukan seminggu satu kali dengan dihadiri oleh
pimpinan Rumah Sakit, tim KPRS serta unit terkait
Tindak lanjut insiden
Dari hasil pembahasan, ditetapkan insiden yang akan dianalisa untuk ditindaklanjuti.
Tindak lanjut yang dilakukan dapat melalui pertemuan dengan unit/staff terkait atau
pembuatan Root Cause Analysis ( RCA ) / FMEA untuk dapat dicari akar masalah
dari insiden yang terjadi, sehingga dapat diambil tindakan perbaikan.
Reassesment / evaluasi keefektifan tindak lanjut
Setelah tindakan perbaikan dilakukan, maka perlu dievaluasi keefektifan dari
tindakan yang diambil, bila tidak terulang kejadian yang sama maka dapat dibuat
141
prosedur untuk mengatur hal tersebut. Bila dari hasil evaluasi, tindakan perbaikan
belum efektif maka perlu dianalisa ulang untuk kembali dicari akar permasalahannya.
d. Root Cause Analysis / Failure Mode Effect Analysis
Membentuk tim
Dalam pembuatan RCA/ FMEA hal pertama yang dilakukan adalah pembentukan tim
yang terdiri dari unit yang terkait, staf yang mempunyai keahlian dalam pembuatan
RCA/ FMEA dan orang yang mempunyai kompetensi sesuai kasus.
Mengadakan pertemuan
Mengadakan pertemuan tim untuk membahas insiden yang terjadi/ kejadian yang
potensial menimbulkan sentinel event.
Menyusun laporan dan rekomendasi
Dari hasil pembahasan tim disusun laporan dan diberikan kepada pimpinan RS sebagai
wujud keterlibatan pimpinan dalam proses peningkatan mutu dan kepada unit terkait.
Tindak lanjut
Hasil tindak lanjut dari unit terkait akan dimonitoring keefektifannya melalui Form
Tindakan Korektif dan Pencegahan. Bila didapatkan hasilnya tidak efektif maka akan
dilakukan RCA / FMEA ulang.
142
Tindak lanjut
Menyusun Rencana tindak lanjut bersama ketua SMF dan manajemen dan kemudian
melaksanakan rencana tindak lanjut
Analisa data
Berdasarkan hasil pengukuran, Tim Mutu dan SMF melakukan analisa dan evaluasi
untuk mengidentifikasi masalah yang ada, mencari akar permasalahan (dengan menggunakan
diagram fish bone atau metode lain) dan mengusulkan rencana perbaikan. Tim Mutu dan SMF
menuliskan hasil pengumpulan data dan analisa data serta rencana perbaikan menjadi sebuah
laporan.
143
Tindak Lanjut
Berdasarkan laporan tersebut maka Komite Medis dan direksi memutuskan apakah
menyetujui rencana perbaikan yang disampaikan, bila berhubungan dengan anggaran dan proses
bisnis. Bila disetujui maka rencana perbaikan tersebut perlu didiskusikan dengan Direksi untuk
persetujuan anggaran yang diperlukan. Bila diperlukan maka Komite Medis dan Tim Mutu
Pelayanan menjadi supervisor dari rencana tersebut.
Pengumpulan data kedua (re-audit) Dilakukan setelah tindak lanjut selesai dilaksanakan ( antara
3-6 bulan setelah audit yang sebelumnya ). Metode yang digunakan sama seperti pada point C
(pengumpulan data).
Tim Mutu dan SMF menyusun laporan akhir untuk disampaikan kepada Ketua Komite
Medik dan Direksi.
5. Clinical Pathway
Pelatihan untuk karyawan baru tentang program KPRS, Program PPI, dan
pelaksanaan K3
Pelatihan untuk karyawan lama program peningkatan mutu, workshop
Keselamatan Pasien
Pelatihan yang dilakukan di luar rumah sakit untuk mendukung
terlaksananya program peningkatan mutu rumah sakit
144
7. Quality Champion
145
secara rutin.
Pencegahan dan pengendalian infeksi saat pembangunan dan renovasi
Kegiatan meliputi: pemeriksaan kualitas udara melalui pengukuran / pemeriksaan
debu.
Sterilisasi
Kegiatan meliputi evaluasi pemantauan kualitas barang yang telah disteril.
Pengurangan resiko infeksi terhadap petugas melalui pemeriksaan berkala
Pendidikan dan pelatihan staff
Untuk meningkatkan kompetensi IPCN maka perlu mengikutkan karyawan ke dalam
pelatihan-pelatihan yang terkait dengan PPI.
Orientasi karyawan pencegahan dan pengendalian infeksi Pada setiap karyawan baru
saat orientasi diberikan materi tentang PPI terutama tentang kebersihan tangan.
9. Akreditasi RS
Pelatihan / Workshop akreditasi RS standar baru
Pembentukan Tim Akreditasi RS
Sosialisasi standar akreditasi baru kepada Tim akreditasi RS
Melengkapi dokumen akreditasi baru
Bimbingann akreditasi dari Tim KARS
Self assesmen persiapan akreditasi
Penilaian akreditasi dari KARS
- Opening Meeting
- Kegiatan Audit
- Closing Meeting
- Verifikasi hasil temuan
Tinjauan Manajemen
146
Manajemen puncak harus meninjau ulang system manajemen mutu
organisasi, pada selang waktu yang direncanakan, untuk memastikan
kesesuaian, kecukupan dan keefektifan yang berkesinambungan. Tinjauan ini
harus mencakup penilaian peluang untuk perbaikan dan kebutuhan akan
perubahan system manajemen mutu, mencakup kebijakan mutu dan indikator
mutu. Catatan pada tinjauan manajemen ini harus dipelihara. Agenda tinjauan
manajemen :
147
BAB XIV
Fasilitas dan Peralatan disediakan oleh unit Quality dan unit terkait sesuai program
yang dilakukan
Untuk kegiatan pelatihan – pelatihan internal fasilitas dan peralatan berkoordinasi
dengan sekretaris direksi sesuai kebutuhan
Untuk kegiatan pelatihan diluar rumah sakit berkoordinasi dengan HRD
148
BAB XV
PERTEMUAN / RAPAT
Jam :
Peserta :
- Incident Report
Waktu :
Jam :
2. Rapat Insidentil diselenggarakan sewaktu-waktu bila ada masalah atau sesuatu hal yang
149
perlu dibahas segera
BAB XVI
150
2 Program Tiap selesai Tiap selesai Tahunan Melalui
Patient Safety pelaksanaan program pelaksanaan laporan
program realisasi
pencapaian
program
kerja QA
Manager
151
program tahun realisasi
pencapaian
program
kerja QA
Manager
Pelaporan
1. Laporan harian untuk unit yang berhubungan dengan laporan insiden dilaporkan
kepada Tim QA
2. Laporan bulanan oleh unit tentang pencapaian pemantauan indikator klinis,
indikator manajemen, indikator sasaran keselamatan pasien, untuk direkap dan diterbitkan
FTKP ( Form Tidakan Korektif dan Pencegahan )
3. Laporan Tri Wulan untuk realisasi pencapaian program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien oleh Quality Assurance Manager
4. Laporan tahunan evaluasi pelaksanaan program PMKP oleh Quality Assurance
Manager untuk dilaporkan kepada Pimpinan rumah sakit , yayasan dan unit terkait
152
BAB XVII
MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring
Monitoring program PMKP oleh pimpinan melalui pertemuan QA dengan pimpinan secara
rutin dan beberapa kegiatan melalui Audit internal RSUD Sagaranten.
Evaluasi Kegiatan
Evaluasi dilaksanakan setiap akhir tahun untuk ditindak lanjuti sesuai masalah / kendala yang
ada. Jika pencapaian tidak sesuai dengan target yang sudah ditetapkan, maka pimpinan ( QMR,
pimpinan RS, Yayasan ) mengambil tindakan yang diperlukan, termasuk didalamnya melakukan
perubahan terhadap program ataupun proses / SPO yang ada saat ini
Dokumen Bukti
Laporan pelaksanaan program PMKP :
1. Laporan pelaksanaan pemantauan indikator klinik
2. Laporan Hasil Audit klinik
3. Laporan RCA
4. Laporan pelaksanaan Pelatihan – pelatihan internal
5. Laporan kegiatan Quality Champion
6. Laporan kegiatan Tim PPI
7. Laporan pemantauaan indikator mutu pelayanan rumah sakit
Laporan Realisasi pencapaian program Quality & Assurance Manager
153
BAB XVIII
PENUTUP
Pedoman Upaya Peningkatan Mutu Dan Keselamatan Pasien ini kami susun agar dapat
digunakan sebagai acuan Tim Quality & Assurance dalam merencanakan, melaksanakan,
monitoring dan evaluasi program upaya peningkatan mutu dan Keselamatan pasien di RSUD
Sagaranten. Namun demikian upaya – upaya ini akan lebih berhasil jika didukung oleh pimpinan
rumah sakit dan kerja sama yang baik dari seluruh unit kerja di RSUD Sagaranten ini. Semoga
Tuhan selalu memberkati sumua upaya – upaya yang kita kerjakan.
Sukabumi,
Menyetujui
154