Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Puskesmas Baki terletak di Wilayah Kecamatan Baki dan berada di tepi jalan
utama Propinsi yang berjarak 12 km dari kota Kabupaten Sukoharjo. Luas wilayah
kerja 23 km2, yang terdiri dari 614.303 Ha sawah dan 592.975 Ha tanah. Wilayah
kerja Puskesmas Baki meliputi 14 desa yaitu Desa Kudu, Kadilangu, Pandeyan,
Menuran, Duwet, Siwal, Waru, Bentakan, Gedongan, Jetis, Ngrombo, Mancasan,
Gentan dan Purbayan.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun
2019, Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya. Pada Pasal 4 disebutkan
bahwasanya Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
Adapun fungsi puskesmas sebagaimana tertuang pada Pasal 5 Permenkes RI
No. 43 Tahun 2019 meliputi:
a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya;
b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Selain dua fungsi yang terdapat pada pasal 5, selanjutnya pasal 8
menyebutkan bahwa Puskesmas juga dapat berfungsi sebagai wahana pendidikan
bidang kesehatan, wahana program internsip, dan/atau sebagai jejaring rumah sakit
pendidikan.
Puskesmas sebagai salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama memiliki peranan penting dalam sistem kesehatan nasional, khususnya
subsistem upaya kesehatan; Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan nasional
diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan
terpadu. Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama di Puskesmas Baki meliputi:
a. Rawat jalan
b. Pelayanan gawat darurat
c. Rawat Inap

B. Tujuan Pedoman
Pedoman pelayanan klinis bertujuan untuk menjadi acuan bagi seluruh
aktifitas pelayanan klinis yang dilaksanakan di Puskesmas Baki, sehingga pada
akhirnya pelayanan klinis dapat meningkatkan kepuasan pelanggan yang pada
akhirnya dapat mendukung pencapaian standar pelayanan minimal (SPM).

1
C. Ruang Lingkup Pelayanan
Ruang lingkup pelayanan klinis di Puskesmas Baki meliputi:
1. Pendaftaran pasien
Sebelum mendapatkan pelayanan pemeriksaan atau konsultasi kesehatan, pasien
terlebih dahulu mendaftarkan diri di bagian pendafaran untuk dicatatkan data
sosialnya dan dibuatkan rekam mediknya. Selanjutnya pasien akan diarahkan ke
poli yang dituju.
2. Pemeriksaan pasien Rawat Jalan
Pemeriksaan pasien dilakukan di poliklinik sesuai dengan keluhan dan kondisi
pasien. Pemeriksaan dilakukan di Poli umum, Poli gigi, KIA jika pasien dengan
kondisi membutuhkanrujukan, maka dilakukan rujukan rawat inap atau Tindakan
di UGD
3. Pemeriksaan penunjang
Apabila dianggap perlu maka dokter yang memeriksa kondisi pasien dapat
merujuk pasien ke unit penunjang (laboratorium) untuk mendapatkan
pemeriksaan penunjang yang sesuai demi mendapatkan informasi lebih lengkap
mengenai kondisi pasien.
4. Pelayanan kefarmasian
Apabila pasien sudah selesai diperiksa dan membutuhkan obat, maka pasien akan
diberi resep yang akan dibawa ke bagian farmasi untuk mendapatkan obat sesuai
dengan yang tertera dalam resep
5. Konsultasi pasien
Pasien yang membutuhkan penjelasan mengenai kondisi kesehatan yang lebih
rinci akan dirujuk ke unit terkait, misalnya konsultasi Gizi atau sanitasi.

D. Batasan Operasional
1. Rawat jalan adalah pelayanan medis yang diberikan kepada pasien untuk
tujuan pengamatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi dan pelayanan
kesehatan lainnya tanpa mengharuskan rawat inap.
2. Pelayanan gawat darurat adalah pelayanan kesehatan yang harus diberikan
secepatnya untuk mencegah terjadinya kematian, keparahan dan kecacatan
sesuai dengan kemampuan puskesmas.
3. Rawat Inap adalah pelayanan medis yang diberikan kepada pasien untuk
tujuan pengamatan, diagnostis, pengobatan.
4. Pasien rawat jalan
Pasien puskesmas yang setelah mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
dengan kondisinya dapat pulang ke rumah.

2
5. Pasien rawat inap adalah pasien Puskesmas yang mendapatkan pelayanan
kesehatan dengan kondisi harus dilakukan perawatan lebih lanjut di
Puskesmas.
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan tambahan terhadap pemeriksaan kesehatan yang dilakukan
dokter untuk mendapatkan kepastian diagnosa dan ketepatan terapi terhadap
pasien.
7. Konsultasi
Upaya memberikan pengertian dan pengetahuan kepada pasien mengenai hal
hal yang harus diketahui berhubungan dengan kondisi kesehatannya.

E. Landasan Hukum
1. Undang Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang Undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
3. Peraturan menteri Kesehatan No.43 Tahun 2019 Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat

3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia pelayanan klinis


Berikut ini tenaga kesehatan pada pelayanan klinis yang ada di Puskesmas
Baki:

Status
Yang ada
No Jenis Ketenagaan Ket
sekarang
PNS PPPK BLUD BOK

1 Dokter 9 9 - - - 9

2 Dokter Gigi 3 3 - - - 3

3 Perawat 21 14 3 4 21

4 Bidan 33 33 - - - 33

5 Perawat Gigi 1 1 - - - 1

6 Apoteker 1 1 - - - 1

7 Assisten Apoteker 3 3 - - - 3

Administrator Kesehata
8 1 1 - - - 1
n

9 Epidemiolog Kesehatan 1 1 - - - 1

10 Sanitarian 2 1 - - 1 2

11 Nutrisionis 2 1 - - 1 2

12 Analis Laboratorium 4 4 - - - 4

13 Perekam Medis 2 2 - - - 2

14 Fisioterapis 3 2 1 - - 3

15 Teknisi Gigi 1 1 - - - 1

Pengadministrasi Umu
16 6 2 - 4 - 6
m
Pengadministrasi Keuan
17 1 1 - - - 1
gan

18 Pengelola Data 1 1 - - - 1

19 Petugas Kebersihan 3 - - 3 - 3

20 Pengemudi 2 - - 2 - 2

21 Juru Masak 1 - - 1 - 1

22 Petugas Keamanan 1 - - 1 - 1

JUMLAH 102

B. Distribusi Ketenagaan dan pengaturan jadwal kegiatan

4
Puskesmas Baki memiliki tiga (3) Puskesmas Pembantu yaitu: Puskesmas
Pembantu Gentan, Daleman, Mancasan sedangkan Pustu Purbayan sudah ditutup
karena tidak ada kunjungan pasien dan akan dimanfaatkan oleh desa .Semua
Puskesmas Pembantu buka setiap hari Senin sampai Sabtu.
 Dokter setiap hari bertugas di balai pengobatan umum, UGD dan Rawat
Inap. Jumlah dokter ada 9 (sembilan) yang masing-masing mempunyai
tugasnya sendiri-sendiri sesuai jadwal. Bila ada pertemuan yang
menyangkut upaya klinis yang menjadi tugas keseharian dokter atau yang
berkaitan dengan tugas integrasinya, maka akan didisposisi untuk
melakukan pertemuan, sehingga pelayanan dilayani oleh 1 (satu) dokter
dan perawat yang diberi pelimpahan wewenang.
 Dokter gigi setiap hari bertugas di poli gigi. Jumlah dokter gigi ada 3 (tiga)
menempati ruang gigi di induk dan pustu Gentan.
 Bidan setiap hari melakukan pelayanan diruangan KIA/KB, poli IVA,
MTBS, dan Imunisasi. Jumlah bidan ada 32 (tiga puluh dua) terdiri dari 14
bidan desa, 8 bidan poned dan 10 bidan di pelayanan. Masing-masing
bidan mempunyai spesifikasi ketugasan yang berbeda, misalnya sebagai
koordinator KIA, penanggung jawab kesehatan anak atau penanggung
jawab pelayanan KB (Keluarga Berencana) dan Penanggung jawab
PONED. Jika ada undangan pertemuan untuk bidan maka yang ditugasi
adalah disesuaikan dengan ketugasannya, sedangkan untuk kegiatan
puskesmas keliling dilakukan penjadwalan sesuai anggota tim. Untuk
melakukan kegiatan luar gedung, misalnya kunjungan ibu hamil risiko
tinggi, maka bidan akan menyesuaikan dengan kondisi pelayanan yang ada
di puskesmas.
 Perawat setiap hari melakukan ketugasan sesuai jadwal yang telah dibuat.
Jenis pelayanan dalam gedung yang dilakukan perawat antara lain di Poli
Umum, Lansia, UGD dan Ruang Rawat Inap. Jumlah perawat ada 21 (dua
puluh satu) orang. Setiap perawat mempunyai tugas integrasi atau tugas
lain yang diberikan kepala puskesmas. Sehingga jika ada undangan yang
menyangkut tugas perawat yang bersangkutan akan didisposisi mengikuti
kegiatan tersebut. Untuk kegiatan puskesmas pembantu dan puskesmas
keliling, jadwal perawat sesuai dengan angggota tim.
 Perawat gigi setiap hari bertugas di poli gigi bersama dokter gigi. Jumlah
perawat gigi ada 2 (dua) yang memiliki tugas integrasi.
 Nutrisionis setiap hari bertugas di melayani konseling gizi pada pasien
rawat inap. Setiap hari Rabu dan Sabtu nutrisionis bertugas di poli
Konseling.

5
 Analis laboratorium setiap hari bertugas di ruang laboratorium. Jumlah
analis ada 3 (tiga) dan mempunyai tugas integrasi.
 Apoteker setiap hari bertugas di pelayanan farmasi. Jumlah apoteker ada 1
(satu) yang setiap hari dibantu petugas lain yang diberi wewenang
mengelola apotik. Jika petugas Apoteker ada undangan pertemuan maka
pelayanan farmasi dilayani oleh petugas yang diberi wewenang di apotik..

6
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

7
B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas dan sarana
Ruang pelayanan terdiri dari:
a. Pelayanan Pendaftaran dan Rekam Medis
b. Pelayanan Pemeriksaan Umum
c. Pelayanan Pemeriksaan ISPA
d. Pelayanan Gigi dan Mulut
e. Pelayanan KIA / KB
f. Pelayanan Lansia
g. Pelayanan MTBS
h. Pelayanan Imunisasi
i. Pelayanan Fisioterapi
j. Pelayanan Laboratorium ditambah pelayanan rapid dan Swab
k. Pelayanan Farmasi
l. Pelayanan IVA
m. Pelayanan Konseling Gizi/ Sanitasi / PKPR /HIV
n. Pelayanan Gawat Darurat
o. Pelayanan Rawat Inap
p. Pelayanan Persalinan

2. Peralatan
Ruang Alat
Poli Umum  Tensimeter
 stetoskop
 termometer
 senter
 timbangan
 pengukur tinggi badan
 pita pengukur
BP Gigi  scaling elektric
 light curing
 cabut gigi permanen
 tang cabut gigi decidui
 plastis instrumen
 sonde
 exavator
 pincet
 kaca mulut

8
 scalpel
 elevator
 tensimeter
 stetoscope
 dll
Ruang KIA  tensimeter
 stetoskop
 stetoskop laennec
 termometer
 doppler
 KB set
 USG
 Midline
 Spuit
 Pita pengukur lila
 Hammer
 Pengukur panggul
 Timbangan bayi
 Timbangan dewasa
 Pengukur tinggi badan
Ruang laboratorium  Centrifuge darah
 Centrifuge urine
 Box fiksasi
 Lampu spiritus
 Objek glass
 Deck galass
 Tabung
 Mikroskop
 Spuit
Ruang farmasi  Timbangan obat
 Blender
 Laminator
 Kalkulator
 Plastik obat
 Mesin puyer
 Kertas puyer
 Label obat
 Sendok obat
Pendaftaran  alat tulis

9
 buku register
 rak status
 komputer
 nomor antrian
 Lemari
PONED  Partus set
 Stetoscope
 Doppler
 Tensi meter
 Timbangan Dewasa
 Timbangan bayi
 Leanec
 Midline
 Suction
 Oksigen
 Incubator
 Hb Set
 Stirilisator
 Nebulizer
 Resusitasi set bayi
Rawat Inap dan UGD  Tabung O2
 Nebulizer set
 Suction
 Lampu tindakan
 Sterilisator
 Sketsel
 Heacting set
 Spuit
 Aligator
 Nierbeken
 Kom
 Tromol kassa
 Timbangan bayi
 Timbangan dewasa
 Stetoscope
 Tensimeter
 Termometer

10
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. BP Umum
1. Petugas Penanggung jawab
 Dokter
2. Perangkat Kerja
 Tensimeter
 Stetoskop
 Termometer
3. Tatalaksana
 Petugas melakukan pemanggilan pasien.
 Petugas melakukan anamnese untuk mengetahui keluhan, Riwayat
penyakit sekarang, Riwayat penyakit dahulu dan memeriksa tanda vital
pasien, menanyakan keluhan nyeri dan mengukur tingkat nyeri
menggunakan skala numerik, kemudian mencatatkannya di rekam
medis. Pasien dipersilakan menuju meja dokter.
 Dokter melakukan pemeriksaan terhadap pasien dan mencatatkannya
di rekam medis. Bila dokter merasa pasien perlu mendapatkan
pemeriksaan lebih lanjut, maka dokter akan membuat surat rujukan
baik internal atau eksternal dan memberikannya kepada pasien. Bila
tidak, maka pasien mendapatkan resep sesuai kondisi penyakitnya.

B. BP Gigi
1. Petugas Penanggung jawab
 Dokter gigi
 Perawat gigi
2. Perangkat kerja
 Tensi meter
 Stetoskop
 Dental unit
3. Tatalaksana
 Petugas memanggil pasien.
 Pasien masuk ke dalam ruangan poli gigi.
 Petugas melakukan anamnese dan pemeriksaan tanda vital pasien
dan mencatatkannya di rekam medis. Pasien disiapkan di kursi gigi
untuk diperiksa dokter.

11
 Dokter memeriksa kondisi kesehatan mulut pasien dan
mencatatkannya di rekam medis. Bila pasien memerlukan tindakan
perawatan gigi, maka dokter gigi akan melakukan tindakan. Bila
tidak dan pasien membutuhan obat, maka dokter akan menuliskan
resep untuk pengambilan obat di farmasi.

C. KIA dan KB
1. Petugas Penanggung jawab
 Bidan
2. Perangkat Kerja
 Tensi meter
 Stetoskop
 Doppler
 Spuit
 USG
3. Tatalaksana
 Petugas memanggil pasien.
 Pasien masuk ke poli KIA.
 Petugas akan melakukan anamnese dan pemeriksaan tanda vital
serta mencatatakannya di rekam medis.
 Pasien ibu hamil yang akan memeriksakan kehamilannya akan
dipersilakan naik ke bed periksa untuk dilakukan pemeriksaan
kondisi kehamilannya. Hasil pemeriksaan akan dicatat di rekam
medis.
 Bila memerlukan pemeriksaan penunjang yang lain, ibu hamil akan
dirujuk internal. Bila memerlukan imunisasi akan diberi
immunisasi.
 Bila sudah selesai ibu hamil diberi resep untuk pengambilan
vitamin atau obat lainnya.
 Pasien bayi yang akan immunisasi akan diperiksa dulu apakah
cukup sehat untuk mendapatkan immunisasi hari ini.
 Bila kondisi bayi sehat, maka bayi akan diberi jenis immunisasi
sesuai jadwalnya. Untuk jenis immunisasi yang dapat menimbulkan
demam, kepada orang tua bayi akan deberi resep pengambilan obat
penurun panas.
 Pasien peserta KB akan dilakukan pemeriksaan dan konsultasi,
kemudian akan diberikan pelayanan KB sesuai keinginan pasien.

12
 Pasien yang akan dilakukan tindakan KB segera menuju ke poli KB
untuk mendapatkan tindakan.
 Pasien calon pengantin akan dilakukan pemeriksaan dan konsultasi.
Bila memerlukan immunisasi, maka calon pengantin akan diberi
immunisasi.

D. Laboratorium

1. Petugas Penanggung jawab


 Analis laboratorium
2. Perangkat Kerja
 Alat pelindung Diri
 Microscope
 Centrifuge
 Alat periksa gula darah, asam urat dan kolesterol
 Rotator
 Fotometer
 Hematologi analizer
 dll
3. Tatalaksana
 Petugas memanggil pasien sesuai dengan nomor urutnya dan
menerima surat permintaan laboratorium yang dibawa dari perujuk.
 Petugas menyiapkan peralatan dan bahan reagen yang sesuai dengan
pemeriksaan yang akan dilakukan.
 Petugas menerima spesimen yang akan diperiksa, atau petugas sendiri
yang melakukan pengambilan spesimen dari pasien.
 Petugas mempersilakan pasien menunggu diluar sementara petugas
melakukan pemeriksaan terhadap spesimen.
 Bila hasil pemeriksaan sudah keluar, petugas memanggil pasien dan
menyerahkan hasil pemeriksaan laboratorium untuk diserahkan ke unit
perujuk.
 Untuk pasien rawat inap, petugas laboratorium mendatangi ruang
rawat inap dan memeriksa RM untuk melihat apakah ada permintaan
laboratorium.
 Jika ada permintaan laboratorium petugas laboratorium segera
mengambil lembar permintaan laboratorium yang diselipkan di RM
pasien.
 Petugas laboratorium menyiapkan alat dan reagennya.

13
 Petugas laboratorium mengambil sampel yang akan diperiksa pada
pasien.
 Petugas memberikan hasil laboratorium kepada petugas rawat inap
untuk di follow up.

E. Farmasi
1. Petugas Penanggung jawab
 Apoteker
2. Perangkat Kerja
 Alat tulis
 Blender obat
 Kertas pembungkus obat
 Plastik pembungkus obat
 Alat pembungkus obat
3. Tatalaksana
 Pasien meletakkan lembar resep di kerangjang yang telah disediakan
dan menunggu obat disiapkan.
 Petugas mengambil lembar resep dan membacanya untuk memastikan
resep dapat dibaca dengan jelas dan obat-obat yang tertulis di dalam
lembar resep tersedia.
 Apabila ada keraguan atau kekurangjelasan, maka petugas akan
menanyakan kepada petugas yangmenulis resep.
 Petugas kemudian menyiapkan obat yang tertera di resep dan
memasukkannya ke dalam bungkus plastik, menuliskan informasi
penggunaan obat di bungkusnya dan kemudian menyerahkannya
kepada pasien.
 Sambil menyerahkan obat, petugas juga menyampaikan informasi
yang perlu diketahui pasien atau keluarganya sehubungan dengan
penggunaan obat.

F. UGD DAN RAWAT INAP


1. Petugas Penanggung Jawab
Dokter
2. Perangkat Kerja
 Stetoskop
 Tensimeter
 Termometer
 Heacting set

14
 Nebulizer
 Dll
3. Tatalaksana
 Pasien masuk UGD
 Petugas menyarankan pasien tidur ditempat tidur tindakan
 Petugas/dokter melakukan anamnesa dan pemeriksaan TTV.
 Petugas / dokter melakukan pemeriksaan lain secara head to toe
 Bila pasien inidak indikasi mondok langsung diberi tindakan
pemasangan infus
 Jika pasien tidak indikasi mondok diberi tindakan sesuai dengan
keluhanya.
 Pasien yang indikasi mondok langsung dimasukkan ke dalam
ruang rawat inap.
 Pasien yang tidak indikasi mondok di perbolehkan pulang setelah
menyelesaikan administrasi.
 Sebelum pulang pasien diberi informasi tentang kapan kontrol,
apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan selama perawatan
di rumah.

15
BAB V
LOGISTIK

Untuk menunjang terselenggaranya pelayanan klinis yang bermutu, maka


perlu didukung oleh penyediaan logistik yang memadai dan optimal, melalui
perencanaan yang baik dan berdasarkan kebutuhan masyarakat dan usulan pemegang
program yang sudah berdasarkan hasil pemetaan masalah. Ketersediaan logistik harus
dijamin kecukupannya dan pemeliharaan yang sudah dianggarkan dan dijadwalkan.
Pengadaan alat dan bahan dalam pelaksanaan upaya klinis Puskesmas
diselenggarakan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

16
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Ada enam sasaran keselamatan pasien, yaitu:


1. Tidak terjadinya kesalahan identifikasi pasien
2. Komunikasi efektif
3. Tidak terjadinya kesalahan pemberian obat
4. Tidak terjadinya kesalahan prosedur tindakan medis dan keperawatan
5. Pengurangan terjadinya resiko infeksi di Puskesmas
6. Tidak Terjadinya pasien jatuh
Upaya Puskesmas untuk mencapai enam sasaran keselamatan pasien tersebut adalah :
1. Melakukan identifikasi pasien dengan benar
Indikator melakukan identifikasi pasien secara benar adalah:
a. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, seperti nama
pasien dan tanggal lahir pasien, tidak termasuk nomor dan lokasi kamar.
b. Pasien diidentifikasi sebelum melakukan pemberian obat atau tindakan
lainnya.
c. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah, dan specimen lain untuk
keperluan pemeriksaan.
d. Pasien diidentifikasi sebelum memberikan perawatan atau prosedur
lainnya.
Prosedur dalam identifikasi pasien :
1. Petugas Puskesmas mengidentifikasi pasien dilakukan mulai saat pasien
mendaftar, memperoleh pelayanan sampai pasien pulang terutama pasien
anak dan bayi,
2. Petugas Puskesmas mengawali dengan memperkenalkan diri pada pasien,
3. Petugas Puskesmas menanyakan data pasien meliputi: nama lengkap
pasien, umur/tanggal lahir untuk pencarian nomor rekam medis (jangan
menyebutkan nama atau menanyakan apakah nama pasien sudah
benar, Sebaliknya, minta pasien untuk menyebutkan namanya),
4. Setiap sebelum memberikan pelayanan pasien, petugas rawat inap harus
melakukan identifikasi pasien,
5. Petugas Puskesmas menggunakan komunikasi aktif (berupa pertanyaan
terbuka) dalam mengidentifikasi pasien,
6. Petugas rawat inap memberikan pertanyaan terbuka menanyakan nama
lengkap pasien; “Siapa nama lengkap Bapak / Ibu?”
7. Saat pasien menyebutkan nama lengkapnya, petugas rawat inap
mencocokkan dengan gelang identitas pasien.

17
8. Petugas Puskesmas memberikan pertanyaan terbuka menanyakan tanggal
lahir pasien/ umur ; “Tanggal lahir nya berapa/ umurnya berapa Bapak /
Ibu?”
9. Saat pasien menyebutkan tanggal lahirnya, Petugas Puskesmas
mencocokkan dengan gelang identitas pasien.
10. Petugas Puskesmas dapat melanjutkan pelayanan medis yang akan
diberikannya bila kedua identitas yang disebutkan pasien telah sesuai
dengan yang tercantum dalam gelang identitas,
11. Petugas Puskesmas melakukan konfirmasi dengan keluarga bila salah satu
identitas yang disebutkan pasien tidak sesuai dengan yang tercantum dalam
gelang identitas,
12. Petugas Puskesmas menjelaskan kepada pasien mengenai pelayanan medis
yang akan diberikannya.
13. Pada kondisi pasien yang tidak dapat berkomunikasi misal pada pasien
tidak sadar, tidak dapat berkomunikasi karena terhalang masalah bahasa
dan tidak ada penerjemah, karena usia (bayi), gangguan kognitif (dementia
atau kelainan mental), identifikasi dilakukan dengan memeriksa nama
lengkap pasien dan Identitas lain (seperti tanggal lahir, KTP) pada gelang
identitas pasien, dicocokan dengan informasi yang telah dimiliki ruang
rawat inap (rekam medis, resep, atau tabung specimen).
14. Petugas Puskesmas yang memasang gelang identitas pasien harus
menuliskan tanggal dan jam masuk Puskesmas pada gelang identitas,Untuk
identifikasi pasien terlantar/ tidak ada keluarga,
15. Petugas Puskesmas dalam mengidentifikasi pasien terlantar/ tidak ada
keluarga (Mr X1, Mr X2 dst) dengan mencocokkan gelang identitas pasien
yang meliputi nama pasien, tanggal dan jam masuk UGD Puskesmas dan
nomor rekam medis,
16. Dalam mengidentifikasi bayi baru lahir petugas Puskesmas memberikan
gelang identitas bayi lahir denganmemberikan nama lengkap ibu (Contoh:
By Ny. Ana Suryana) dan nomor rekam medis ibu. Dalam waktu 24 jam
pada gelang identitas bayi ditambahkan nomor rekam medis bayi dan
dibuatkan rekam medik baru dan terpisah dari ibu,
17. Petugas Puskesmas memberikan gelang identitas sesuai waktu bayi lahir
dengan memberikan nama ibu dan nomor rekam medis ibu ditambah
nomor urut kelahiran (Contoh: By Ny. Ana Suryana 1, By. Ny Ana
Suryana 2) untuk mengidentifikasi bayi kembar baru lahir,
18. Koordinator rawat inap dan PONED melakukan monitoring dan evaluasi
pelaksanaan identifikasi pasien di tiap-tiap unit masing-masing,

18
Koordinator rawat inap dan PONED merencanakan tindak lanjut jika
pelaksanaan tidak sesuai dengan tujuan.

2. Pemasangan Gelang Identifikasi Pasien


Prosedur pemasangan gelang pasien yang benar adalah
a) Petugas Puskesmas menganamnesa identitas pasien pada saat proses
identifikasi pasien,
b) Petugas Puskesmas membuat label pada gelang identitas pasien memuat 4
(empat) identitas pasien, yaitu nama lengkap di sisi kiri atas, tanggal lahir/
umur di sisi kiri bawah, jenis kelamin (P untuk perempuan dan L untuk
laki-laki) di sisi kanan bawah, dan nomor rekam medis di sisi kanan atas.
Tn. Abdul Ghofur 313.10.88
13 Februari 1986 (28) L

c) Petugas UGD dan PONED memasangkan gelang identitas pasien sewaktu


pasien masuk pada unitnya masing-masing,
d) Petugas menanyakan nama lengkap dan tanggal lahir pasien sebelum
memasangkan gelang identitas pasien,
e) Petugas memasang gelang identitas pasien pada tangan yang tidak dipasang
infuse,
f) Pasang gelang identitas pasien dengan memberi ruang/ jarak kulit dengan
gelang ± 2 cm. (lihat gambar)

g) Petugas mengganti gelang identitas bila selama perawatan gelang identitas


rusak atau terjadi infeksi pada lokasi pemasangan gelang, .
h) Petugas melepaskan gelang identitas di ruang rawat inap / PONED bila
pasien pulang atau meninggal oleh perawat/ bidan penanggung jawab
pasien,
i) Petugas melepaskan gelang identitas dengan cara memasukkan jari diantara
tangan pasiendan gelang Identitas kemudian menggunting gelang identitas
tersebut,

19
Cara pengguntingan lihat gambar

a) Petugas membuang gelang yang sudah digunting ke tempat sampah,


b) Bila pasien menolak pemasangan gelang identitas maka pasien harus
menandatangani formulir penolakan tindakan,
c) Koordinator rawat inap dan PONED melakukan monitoring dan evaluasi
pelaksanaan pemasangan gelang identifikasi pasien di tiap-tiap unit
masing-masing,
d) Koordinator rawat inap dan PONED merencanakan tindak lanjut jika
pelaksanaan tidak sesuai dengan tujuan.

3. Meningkatkan komunikasi effektif


Prosedurnya adalah :
Metode Komunikasi Verbal
1. Petugas rawat inap/ PONED melaporkan kondisi pasien/ hasil test
laboratorium yang kritis kepada Dokter penaggungjawab menggunakan
teknik Komunikasi SBAR (Situation - Background – Assessment –
Recommendation),
2. Dokter memberi instruksi verbal kepada maka Petugas rawat inap/
PONED,
3. Petugas rawat inap/ PONED menerapkan write down read back/ TBaK
Tulis Baca Kembali,
4. Petugas rawat inap/ PONED yang menerima instruksi per telepon/ lisan/
hasil test laboratorium yang kritis menuliskan/ Tulis (write down) pesan
yang disampaikan pengirim di catatan terintegrasi,
5. Petugas rawat inap/ PONED yang menerima instruksi secara verbal / lisan
bertanggung jawab untuk mencatatinstruksi tersebut pada lembar catatan
terintegrasi di status rekam medis pasien meliputi:
a. Tanggal dan jam pesan diterima.
b. Dosis yang akan diberikan dan waktu pemberian harus spesifik untuk
menghindari kesalahan penafsiran.

20
6. Petugas rawat inap/ PONED membacakan kembali /BaK (read back)
kepada pengirim pesan per telepon/ lisan untuk konfirmasi kebenaran
pesan yang dituliskan, termasuk nama pasien, tanggal lahir dan
diagnosis.setelah dituliskan, pesan/ hasil test laboratorium yang kritis ,
7. Petugas rawat inap/ PONEDmenulis nama dokter yang memberikan pesan,
8. Petugas rawat inap/ PONED menulis nama dan tanda tangan sebagai tanda
yang menerima pesan,
9. Petugas rawat inap/ PONEDmemverifikasi dokter pengirim pesan dengan
menandatangani catatan pesan yang ditulis penerima pesan sebagai tanda
persetujuan dalam waktu 1 x 24 jam.
Metode Komunikasi Tertulis:
10. Dokter menuliskan instruksi harus dilakukan secara lengkap dapat terbaca
dengan jelas agar sumber instruksi dapat dilacak bila diperlukan verifikasi,
11. Dokter menuliskan harus menuliskan nama lengkap dan tanda tangan
penulis, serta tanggal dan waktu penulisan instruksi setiap penulisan
instruksi,
12. Dalam menuliskan instruksi dokter hendaknya menghindari penggunaan
singkatan, akronim, dan simbol yang berpotensi menimbulkan masalah
dalam penulisan instruksi dan dokumentasi medis (misalnya catatan
lanjutan keperawatan, anamnesis, pemeriksaan fisis, pengkajian awal
keperawatan,),
13. Koordinator rawat inap dan PONED melakukan monitoring dan evaluasi
pelaksanaan komunikasi effektif di tiap-tiap unit masing-masing,
14. Koordinator rawat inap dan PONED merencanakan tindak lanjut jika
pelaksanaan tidak sesuai dengan tujuan.

4. Penerapan 7 benar dalam menunjang medication safety

Prosedur

a. Benar Pasien:
1. Petugas menggunakan minimal 2 identitas pasien dalam
mengidentifikasi pasien,
2. Petugas mencocokkan obat yang akan diberikan dengan instruksi terapi
tertulis,
3. Petugas menganamnesis riwayat alergi pasien,
4. Petugas menganamnesis kehamilan/ menyusui,
5. Petugas menganamnesis lengkap riwayat obat/ penggunaan obat saat ini
dan membuat daftar obat- obat tersebut,

21
6. Petugas membandingkan pemberian obat saat ini dengan daftar obat
yang digunakan pasien di rumah (termasuk kelalaian, duplikasi,
penyesuaian, kehilangan/ menghilangkan, interaksi, atau tambahan
obat).
7. Petugas mengidentifikasi pasien yang akan mendapat obat dengan
kewaspadaan tinggi dilakukan oleh dua orang yang kompeten (double
check).

b. Benar Obat
8. Petugas memberi label semua obat dan tempat obat (syringes, cangkir
obat, baskom obat), dan larutan lain.
9. Petugasmenuliskan pada label nama obat, kekuatan, jumlah, kuantitas,
pengenceran dan volume, tanggal persiapan, tanggal kadaluarsa jika
tidak digunakan dalam 24 jam dan tanggal kadaluarsa jika kurang dari
24 jam.
10. Petugas melakukan verifikasi semua obat dan larutan minimal 2 orang
secara verbal dan visual jika orang yang menyiapkan obat bukan yang
memberikannya ke pasien,
11. Petugasmelakukan pemberian label tiap obat atau larutan segera setelah
obat disiapkan jika tidak segera diberikan,
12. Petugas memberi label pada syringes setelah obat disiapkan/diisi
(jangan pada saat syringe masih kosong)
13. Petugas menyiapkan satu obat atau larutan pada satu saat. Beri label
hanya untuk satu obat atau larutan pada satu saat,
14. Petugas membuang segera setiap obat atau larutan yang tidak ada
labelnya,
15. Saat pergantian tugas/ jaga, petugas mereview semua obat dan larutan
oleh petugas lama dan petugas baru secara bersama,
16. Petugas mengubah daftar obat/ kardeks jika terdapat perubahan obat,
17. Dua petugas yang berkompeten mengecek kebenaran jenis obat yang
perlu kewaspadaan tinggi,

c. Benar Dosis
1. Dua orang yang berkompeten mengngecek dan menghitung (double
cek) jika ada untuk dosis/ volume obat, terutama yang memerlukan
kewaspadaan tinggi,
2. Petugas mengkonsultasikan dengan dokter yang menuliskan resep jika
ragu.

22
3. Petugas saat menyiapkan obat berkonsentrasi penuh untuk menghindari
gangguan.

d. Benar Waktu
1. Petugas memberikan obat dan menginformasikan sesuai waktu yang
ditentukan:
 sebelum makan, setelah makan, saat makan.
 Perhatikan waktu pemberian:
 3 x sehari  tiap 8 jam.
 2 x sehari  tiap 12 jam. Sehari sekali  tiap 24 jam. Selang sehari
 tiap 48 jam
2. Petugas memberikan obat dengan segera setelah diinstruksikan oleh
dokter,
3. Petugas meneliti dengan benar bahwa obat belum memasuki masa
kadaluarsa.

e. Benar Cara/ Route Pemberian


1. Petugas memberikan obat sesuai dengan cara pemberian obat, bentuk
dan jenis obat:
 Slow-Release tidak boleh digerus
 Enteric coated tidak boleh digerus.
 Obat-obat yang akan diberikan per NGT sebaiknya adalah obat cair/
sirup,
2. Petugas dalam memberikan obat obat sedapat mungkin berjarak dan
jadwal pemberian obat dan nutrisi juga berjarak.

f. Benar Dokumentasi
1. Petugas mendokumentasikan setiap perubahan yang terjadi pada pasien
setelah mendapat obat,
2. Petugas langsung menuliskan bukti nama dan tanda tangan/ paraf
setelah memberikan obat pada dokumen rekam medik,
3. Petugas/ dokter menuliskan nama dan paraf jika ada perubahan jenis/
dosis/ jadwal/ cara pemberian obat
4. Dokter memberikan coretan dan terakhir garis (ujungnya) diberi paraf
jika penulisan resep salah,
Contoh:
Lasix tab, 1 x 40 mg Jcmd  Lasix inj. 1 x 40 mg iv.

23
5. Petugas mendokumentasikan respon pasien terhadap pengobatan: Efek
Samping Obat (ESO) dicatat dalam rekam medik & Form Pelaporan
Insiden + Formulir Pelaporan Efek Samping Obat
6. Petugas melaporkan Insiden dikirim ke Tim Keselamatan Pasien di Unit
Pelayanan Jaminan Mutu. Pelaporan Efek Samping Obat dikirim ke
Komite Farmasi dan Terapi,
7. Petugas mendokumentasikan KNC terkait pengobatan, :
 Format PelaporanInsiden ke Tim Keselamatan Pasien.
 Dokumentasikan Kejadian Tidak Diharapkan
 Format Pelaporan Insiden ke Tim Keselamatan Pasien.

g. Benar Informasi
1. Petugas mengkomunikasikan semua rencana tindakan/ pengobatan harus
dikomunikasikan pada pasien & atau keluarganya,
2. Petugas menjelaskan tujuan & cara mengkonsumsi obat yang benar,
3. Petugas menjelaskan efek samping yang mungkin timbul.
4. Petugas mengkomunikasikan rencana lama terapi pada pasien,

5. Pengkajian resep obat


Prosedur :
A. Pengkajian resep dari aspek administratif dan farmasetik:
1. Petugas memeriksa identitas pasien: nama pasien, nomor rekam medis,
penjamin, ruang rawat,berat badan (terutama pada pasien pediatri),
2. Petugas memeriksa kelengkapan resep: diagnosis, nama dokter yang
merawat, nama obat, bentuksediaan obat, jumlah obat, dan aturan
pakai,
3. Jika tertera pada aturan pakai “p.r.n” (“pro re nata” atau jika perlu),
maka petugas mengkonfirmasi kedokter yang bersangkutan untuk
mengetahui dosis maksimal seharisehingga etiket bisa dilengkapi dan
diketahui jumlah obat yang dibutuhkan,
4. Petugas memeriksa adanya masalah lain seperti masalah keuangan atau
kelengkapan persyaratanresep jaminan,
5. Petugas memeriksa adanya kesesuaian dengan pedoman
pelayanan/peraturan yang berlaku,

B. Pengkajian dari aspek klinik


1. Petugas memeriksa ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan
obat, terutama untuk pasienpediatri dan geriatric,
2. Petugas memeriksa adanya duplikasi obat,

24
3. Petugas memeriksa adanya alergi pada pasien disesuaikan dengan
rekam medic,
4. Petugas memeriksa adanya interaksi obat,
5. Petugas memeriksa adanya kontraindikasi,
6. Petugas mengidentifikasi masalah-masalah yang berkaitan dengan
resep/ instruksi pengobatan,

C. Penanganan Resep yang Bermasalah


1. Apoteker/ asisten apoteker menghubungi dokter penulis resep/ perawat
sesuai dengan instruksi Kerja Penanganan Resep Tidak Jelas,
2. Dokter / perawat mencoret tulisan yang tidak jelas tersebut dan
menulis perbaikan di atas coretan kemudian membubuhkan parafdan
tidak boleh menindih dengan tulisan yang baru,
3. Jika dokter tidak dapat datang untuk memperbaiki resep
apoteker/asisten apoteker/ perawat dapat mengubah resep dokter
dengan memberi catatan nama dokter dan waktu (tanggal dan jam)
dilakukannya konfirmasi,
4. Jika dalam menulis resep dokter/ perawat terdapat lebih dari 2 (dua)
coretan maka harus diganti dengan lembar resep baru,
5. Jika dokter / perawat dalam menulis tanggal pada resep harus diganti
dengan resep baru.

6. Melakukan tindakan skin test sebelum memberikan injeksi antibiotik


Prosedur :
1) Dokter mencatat terapi obat injeksi di dalam rekam medis
2) Petugas selalu melakukan skin test dengan memasukkan obat yang akan
diberikan secara intra kutan
3) Petugas mengecek hasil test setelah 3-5 menit
4) Jika terdapat tanda – tanda alergi misal durasi membesar, kemerahan dan
pasien merasakan gatal disekeliling tempat suntikan, maka dinyatakan hasil
skin test positif
5) Jika tanda-tanda di atas tidak ada, maka dinyatakan negatif dan obat bisa
diberikan melalui intra vena.

7. Pengurangan Terjadinya Resiko Infeksi di Puskesmas


Penerapan cuci tangan dengan benar di setiap sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien
Indikator Usaha Menurunkan Infeksi Nosokomial:
a. Menggunakan panduan hand hygiene terbaru yang diakui umum.

25
b. Mengimplementasikan program kebersihan tangan yang efektif.

Semua petugas di rumah sakit termasuk dokter melakukan kebersihan tangan


pada 5 MOMEN yang telah ditentukan, yakni:
 Sebelum kontak dengan pasien
 Sesudah kontak dengan pasien
 Sebelum tindakan asepsis
 Sesudah terkena cairan tubuh pasien
 Sesudah kontak dengan lingkungan sekitar pasien

Alat Pelindung Diri


Alat yang digunakan untuk melindungi petugas dari pajanan darah, cairan
tubuh, ekskreta, dan selaput lendir pasien seperti sarung tangan, masker, tutup
kepala, kacamata pelindung, apron/ jas, dan sepatu pelindung.
Ada 2 cara cuci tangan yaitu :
1. HANDWASH – dengan air mengalir, waktunya : 40 – 60 detik
2. HANDRUB – dengan gel berbasis alcohol, waktunya : 20 – 30 detik

Prosedur cuci tangan :


1. Semua petugas dan Mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan
sebelum kontak dengan pasien,
2. Semua petugas dan Mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan
sebelum melakukan tindakan aseptik,
3. Semua petugas dan Mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan setelah
kontak dengan pasien,
4. Semua petugas dan Mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan setelah
terpajan dengan cairan tubuh pasien,
5. Semua petugas dan Mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan setelah
kontak dengan area sekitar pasien,
6. Keluarga, pegunjung, relawan dan individu yang berkunjung harus
melakukankebersihan tangan sebelum makan, setelah makan, setelah dari
kamar mandi, setelahkontak dengan pasien, setelah kontak dengan
lingkungan sekitar pasien,
7. Koordinator rawat inap mengecek ketersediaan adanya handrub, poster
tentang kebersihan tangan didinding setiap ruangan pasien,
8. Semua petugas dan Mahasiswa melepaskan perhiasan atau jam tangan saat
mencuci tangan,
9. Semua petugas dan mahas iswa harus memotong kuku jika kuku panjang,

26
10. Semua petugas dan mahasiswa Mencuci tangan dengan air yang mengalir
dibutuhkan waktu 40-60 detik dengan handrub cukup 20-30 detik,
11. Semua petugas dan mahasiswa melakukan kebersihan tangan dengan enam
langkah sesuai dengan langkah yang sudah ditetapkan.

8. Penilaian pasien jatuh pada anak, dewasa dan geriatri


Indikator usaha menurunkan risiko cedera karena jatuh:
1. Semua pasien baru dinilai risiko jatuhnya dan penilaian diulang jika
diindikasikan oleh perubahan kondisi pasien atau pengobatan, dan
lainnya.

27
2. Hasil pengukuran dimonitor dan ditindak lanjuti sesuai derajat risiko
jatuh pasien guna mencegah pasien jatuh serta akibat tak terduga lainnya.

28
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh


masyarakat maka tuntutan pengelolaan program Keselamatan Kerja di puskesmas
semakin tinggi, karena Sumber Daya Manusia (SDM) puskesmas,
pengunjung/pengantar pasien, pasien dan masyarakat sekitar puskesmas ingin
mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, baik
sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun karena kondisi sarana
dan prasarana yang ada di puskesmas yang tidak memenuhi standar.
Puskesmas sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan
karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus
tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya pasal
165 :”Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan
melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga
kerja”. Berdasarkan pasal di atas maka pengelola tempat kerja di puskesmas
mempunyai kewajiban untuk menyehatkan para tenaga kerjanya. Salah satunya
adalah melalui upaya kesehatan kerja disamping keselamatan kerja. Puskesmas harus
menjamin kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedia layanan atau
pekerja maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di puskesmas.
Program keselamatan kerja di puskesmas merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan mutu pelayanan puskesmas, khususnya dalam hal kesehatan dan
keselamatan bagi SDM puskesmas, pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat
sekita.
Tujuan umum
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM puskesmas,
aman dan sehat bagi pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat dan
lingkungan sekitar sehingga proses pelayanan puskesmas berjalan baik dan lancar.
Tujuan khusus
a. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK (Penyakit Akibat Kerja)
dan KAK (Kecelakaan Akibat Kerja).
b. Peningkatan mutu, citra dan produktivitas puskesmas.

Alat Keselamatan Kerja

29
1. Pemadam kebakaran (hidrant)
2. Jas
3. Peralatan pembersih
4. Obat-obatan
5. Kapas
6. Plaster pembalut

Aturan umum dalam tata tertib keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk
memudahkan pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja.
b. Pakailah jas (dokter, dokter gigi, analis) saat bekerja
c. Harus mengetahui cara pemakaian alat darurat seperti pemadam kebakaran, eye
shower, respirator, dan alat keselamatan kerja yang lainnya.
d. Buanglah sampah pada tempatnya.
e. Lakukan latihan keselamatan kerja secara periodik.
f. Dilarang merokok

30
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu (quality control) dalam manajemen mutu merupakan suatu


sistem kegiatan teknis yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur dan
menilai mutu produk atau jasa yang diberikan kepada pelanggan. Pengendalian mutu
pada pelayanan klinis diperlukan agar produk layanan klinis terjaga kualitasnya
sehingga memuaskan masyarakat sebagai pelanggan.
Ishikawa (1995) menyatakan bahwa pengendalian mutu adalah pelaksanaan langkah-
langkah yang telah direncanakan secara terkendali agar semuanya berlangsung
sebagaimana mestinya, sehingga mutu produk yang direncanakan dapat tercapai dan
terjamin. Dalam pengertian Ishikawa tersirat pula bahwa pengendalian mutu itu
dilakukan dengan orientasi pada kepuasan konsumen. Dalam bahasa layanan
kesehatan keseluruhan proses yang diselenggarakan oleh puskesmas ditujukan pada
pemenuhan kebutuhan masyarakat sebagai konsumen.

31
BAB IX
PENUTUP

Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan


kesehatan di wilayah kabupaten Batang adalah dinas kesehatan kabupaten Batang.
Sedangkan Puskesmas bertanggungjawab hanya untuk sebagian upaya
pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan kabupaten Batang
sesuai dengan kemampuannya. Tujuan pembangunan kesehatan yang
diselenggarakan oleh Puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan
kesehatan nasional. Yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas, agar
terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

32

Anda mungkin juga menyukai