Anda di halaman 1dari 2

Nama: Robi Mustopa Al Qozali

Kls : Hes 4. C
Nim: 1811120065
M. kuliah : Alternative Penyelesianan Sengketa

Sidang Rebutan Warisan Adi Firansyah

Jakarta - Kasus rebutan warisan almarhum Adi Firansyah akhirnya bergulis ke Pengadilan. Sidang
pertama perkara ini telah digelar Kamis (12/04) kemarin di Pengadilan Agama Bekasi. Warisan
pesinetron muda yang meninggal akibat kecelakaan sepeda motor ini, menjadi sengketa antara Ibunda
almarhum dengan Nielsa Lubis, mantan istri Adi. Nielsa menuntut agar harta peninggalan Adi segera
dibagi. Nielsa beralasan Ia hanya memperjuangkan hak Chavia, putri hasil perkawinannya dengan Adi.
Sementara Ibunda Adi mengatakan pada dasarnya pihaknya tidak keberatan dengan pembagian harta
almarhum anaknya. Namun mengenai rumah yang berada di Cikunir Bekasi, pihaknya berkeras tidak
akan menjual, menunggu Chavia besar. Menurut Nielsa Lubis, Mantan Istri Alm Adi Firansyah, "Saya
menginginkan penyelesaiannya secara damai dan untuk pembagian warisan toh nantinya juga buat
Chavia. Kita sudah coba secara kekeluargaan tapi tidak ada solusinya."
Menurut Ny Jenny Nuraeni, Ibunda Alm Adi Firansyah, "Kalau pembagian pasti juga dikasih untuk
Nielsa dan Chavia. Pembagian untuk Chavia 50% dan di notaris harus ada tulisan untuk saya, Nielsa
dan Chavia. Rumah itu tidak akan dijual menunggu Chavia kalau sudah besar."
Terlepas dari memperjuangkan hak, namun mencuatnya masalah ini mengundang keprihatinan. Karena
ribut-ribut mengenai harta warisan rasanya memalukan. Selain itu, sangat di sayangkan jika gara-gara
persoalan ini hubungan keluarga almarhum dengan Nielsa jadi tambang meruncing.
Sebelum ini pun mereka sudah tidak terjalin komunikasi. Semestinya hubungan baik harus terus dijaga,
sekalipun Adi dan Nielsa sudah bercerai, karena hal ini dapat berpengaruh pada perkembangan
psikologis Chavia.
"Saya tidak pernah komunikasi semenjak cerai dan mertua saya tidak pernah berkomunikasi dengan
Chavia (jaranglah)", ujar Nielsa Lubis.
"Bagaimana juga saya khan masih mertuanya dan saya kecewa berat dengan dia. Saya siap akan
mengasih untuk haknya Chavia", ujar Ny Jenny Nuraeni. (Aozora/Devi)

Solusi:
Dikasus ini, yang meninggalkan harta warisan adalah almarhum mantan suami yang menjadi rebutan
antara sang ibu almarhum dengan mantan istri almarhum, dan almarhum telah memiliki anak dari mantan
istrinya.
Untuk status rumah yang ditinggalkan oleh almarhum, tergantung kapan almarhum memiliki rumah
tersebut, jika almarhum sudah memilikinya sejak masih bersama mantan istri maka status rumah
merupakan harta bersama atau harta gono gini yang diperoleh dari almarhum saat masih bersama mantan
istrinya. Hal ini sesuai dengan pengertian harta bersama menurut ketentuan pasal 35 ayat (1) UU No. 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan (UUP) yang menyatakan bahwa harta benda yang diperoleh selama
perkawinan menjadi harta bersama.
Dan Apabila terjadi suatu perceraian, maka pembagian harta bersama diatur menurut hukum masing
masing (pasal 37 UUP). Yang dimaksud dengan hukumnya masing-masing ialah hukum agama, hukum
adat dan hukum lainnya.
Mengenai harta benda dalam perkawinan, pengaturan ada di dalam pasal 35 UUP dan dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu:

1.    Harta bersama, yaitu harta benda yang diperoleh selama perkawinan dan dikuasai oleh suami dan istri
dalam artian bahwa suami atau istri dapat bertindak terhadap harta bersama atas persetujuan kedua belah
pihak. Apabila perkawinan putus karena perceraian, harta bersama diatur menurut hukumnya masing-
masing. Yang dimaksud "hukumnya" masing-masing adalah hukum agama, hukum adat, dan hukum-
hukum lain (pasal 37 UUP).
2.    Harta bawaan, yaitu harta benda yang dibawa oleh masing-masing suami dan istri ketika terjadi
perkawinan dan dikuasai oleh masing-masing pemiliknya yaitu suami atau istri. Masing-masing atau istri
berhak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum mengenai harta bendanya (pasal 36 ayat 2 UUP).
Tetapi apabila pihak suami dan istri menentukan lain, misalnya dengan perjanjian perkawinan, maka
penguasaan harta bawaan dilakukan sesuai dengan isi perjanjian itu. Demikian juga apabila terjadi
perceraian, harta bawaan dikuasai dan dibawa oleh masing-masing pemiliknya, kecuali jika ditentukan
lain dalam perjanjian perkawinan.
3.    Harta perolehan, yaitu harta benda yang diperoleh masing-masing suami dan istri sebagai hadiah atau
warisan dan penguasaannya pada dasarnya seperti harta bawaan.
Berdasarkan uraian di atas apabila dikaitkan dengan kasus diatas maka mantan istri almarhum
mempunyai hak atau berhak atas harta yang diperoleh selama perkawinan berlangsung tanpa melihat
alasan-alasan yang diajukan dan harta tersebut disebut harta bersama.
Mengenai hibah terhadap anak dapat saja dilakukan tetapi tanpa penghibahan pun seorang anak
secara otomatis sudah menjadi ahli waris dari kedua orang tuanya. Hibah dapat dilakukan jika tidak
merugikan apa yang menjadi hak dari ahli waris, disamping itu mantan istri almarhum juga berhak atas
harta warisan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai