Anda di halaman 1dari 5

PENDAHULUAN

Stroke adalah penyebab utama kematian di antara penduduk Indonesia yang terdiri dari
15,4% dari semua kematian. Penyumbang 1,4% kematian adalah stroke akibat perdarahan
subaraknoid. Data Riskesdas pada tahun 2018 menyatakan bahwa prevalensi stroke berdasarkan
diagnosis dokter provinsi dengan penderita stroke tertinggi ada pada Provinsi Kalimantan Timur
(14,7) dan terendah pada Provinsi Papua (4,1). Pada tahun 2018, Sulawesi Utara menempati
urutan ke tiga tertinggi untuk penderita stroke di Indonesia1.
Komplikasi stroke hemoragik meliputi perluasan hematoma, edema perihematoma
dengan peningkatan tekanan intrakranial, perluasan perdarahan intraventrikular dengan
hidrosefalus, kejang, kejadian trombotik vena, hiperglikemia, peningkatan tekanan darah,
demam, dan infeksi2. (TAMBAHKAN KOMPLIKASI NIMODIPINE PADA KERUSAKAN
ORGAN LAIN)
Nimodipin sebagai obat golongan antagonis kalsium (calcium channel blocker)
merupakan obat yang direkomendasikan oleh badan pengawas obat dan makanan Ameriksa
Serikat sebagai pencegahan dan pengobatan lini pertama dari vasospasme serebral dan juga
terbukti menunjukkan perbaikan klinis setelah terjadinya perdarahan subaraknoid 3. Nimodipine
(C21H26N2O7) adalah generasi kedua penghambat saluran kalsium 1,4-dihidropiridin. Awalnya
diciptakan untuk pengelolaan hipertensi sistemik. Nimodipin harus dimulai sedini mungkin atau
dalam waktu 96 jam setelah diagnosis perdarahan subarachnoid. Nimodipine biasanya tersedia
sebagai kapsul 30 mg. 1kapsul harus diberikan setidaknya 1 jam sebelum atau 2 jam setelah
makan. Dosis dewasa yang direkomendasikan untuk orang dewasa adalah 60 mg (dua kapsul 30
mg) setiap 4 jam selama 21 hari berturut-turut4.
Penelitian yang dilakukan oleh Biondi et al., (2004) menunjukkan hasil bahwa pemberian
terapi nimodipin intraarterial efektif dan aman pada pada kasus vasospasme serebral yang diikuti
oleh perdarahan subaraknoid. Hal ini juga didukung oleh penelitian Bashir et al., (2006) yang
menyatakan bahwa pemberian terapi nimodipin intrarterial efektif dalam memperbaiki gambaran
angiografi vasospasme serebral. Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh N. R. Sreehari et
al., (2021) menunjukkan hasil bahwa pemberian nimodipin intravena pada pengobatan
vasospasme perdarahan subaraknoid memberikan perbaikan klinis, neurologis, serta gambaran
radiologi56. ( JURNAL DI TAMBAHKAN 3-5 JURNAL SEMUA)
Pada EBCR kali ini penulis akan melakukan penulusuran secara evidence base untuk
membandingkan efektivitas terapi nimodipine intravena dan intraarterial untuk melihat perbaikan
pada pasien stroke hemorrhagic.
ILUSITRASI KASUS
Seorang laki-laki berusia 71 tahun datang diantar oleh keluarganya ke IGD Rumah
Sakit Muhammad Yunus Bengkulu karena penurunan kesadaran dan kelumpuhan anggota gerak
sebelah kanan secara tiba-tiba sejak empat jam yang lalu. Pasien dengan kesadaran somnolen
(GCS 10), tekanan darah tinggi, takikardi, pernafasan meningkat 28 kali permenit. Hasil
laboratorium pasien tanpa anemia, leukositosis (15.000 sel/mm3), gula darah normal,
hiponatremi (131 mmol/L). Pemeriksaan CT-SCAN dan tampak area perdarahan di rongga
subarachnoid dan edema serebri. Pada status neurologis rangsang meningeal, ditemukan kaku
kuduk dan kernig test positif. Pada pemeriksaan nervus cranialis, kelopak mata terlihat ptosis.
Pada pemeriksaan motorik, ekstremitas atas dan bawah sebelah kanan memiliki kekuatan yang
lebih rendah dibandingkan ekstremitas atas dan bawah sebelah kiri. Berdasarkan informasi
keluarga pasien diketahui pasien memiliki riwayat hipertensi yang tidak terkontrol dan
pengobatan tidak teratur sejak enam tahun yang lalu. Pasien diberikan pengobatan dengan obat
Nimodipin 5 cc / jam dalam syringe pump, Infus Manitol 4 x125cc, Infus Piracetam 1x12gr,
Injeksi Dexamethasone 2 x 5mg, Injeksi Asam Tranexamat 3x250mg, Injeksi Citicoline
3x250mg, Injeksi Ceftriaxone 2x1g, Tablet Amlodipine 1x10mg, Tablet Candesartan 1x8mg.
Pada evaualasi hari ke-2 dan ke-3 kesadaran pasien mengalami perbaikan dengan GCS 13.
Pasien meninggal di hari ke-4 karena penurunan kesadaran secara mendadak dan diduga
komplikasi vasospasme pembuluh darah. Pengobatan utama dalam kasus stroke hemoragic
untuk mencegah vasospasme pembuluh darah dengan pemberian nimodipine untuk mengurangi
terjadinya vasospasme pembuluh darah. DX TAMBHANKAN
Pertanyaan Klinis
Bagaimana efikasi pasien dengan terapi intra arterial nimodipine pada perdarahan
subarachnoid dibandingkan dengan intravena ?
P: pasien dengan perdarahan subarachnoid
I : nimodipine intravean
C: nimodipine intraatrial
O : efikasi
Subarachnoid hemmorhage AND intraarterial nimodipine AND intravenous

Pubmed Clinical Queries


N= 14

Kriteria Inklusi :
Kriteria Eksklusi
Studi yang dipakai adalah
Publikasi lebih dari 5 tahun RCT, Systematic Review
Tidak Berbahasa Inggris dan Meta-analysis
Tahun Publikasi 5 Tahun
Terakhir

Memenuhi Kriteria Inklusi N : 4

3 Jurnal tidak sesuai


dengan pertanyaan

Jurnal yang akan di apraisal


: N=1

Bagan Alur Pencarian Bukti


DAFTAR PUSTAKA

1. Riskesdas 2018
2. Balami JS, Buchan AM. Complications of intracerebral haemorrhage. Lancet Neurol.
2012 Jan;11(1):101-18.
3. Bashir, A. et al., 2016. Intra-arterial nimodipine for cerebral vasospasm after
subarachnoid haemorrhage: Influence on clinical course and predictors of clinical
outcome. The Neuroradiology Journal, 0(00), 1-10.
4. Ya-Nan Li, MD, Qi Zhang, MD, Chun-Ping Yin. et al.,2017. Effects of nimodipine on
postoperative delirium in elderly under general anesthesia A prospective, randomized,
controlled clinical trial Medicine , 96:19.
5. Biondi, A. et al., 2004. Intra-Arterial Nimodipine for the Treatment of Symptomatic
Cerebral Vasospasm after Aneurysmal Subarachnoid Hemorrhage: Preliminary Results.
AJNR American Society of Neuroradiology Journal, 25, 1067-1076.
6. N. R., Sreehari. et al., 2021. Intravenous Nimodipine in Initial Intensive Care
Management of Vasospasm in Aneurysmal Subarachnoid Haemorrhage – A Review.
Research Square, 1-14.

Anda mungkin juga menyukai