Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEBIDANA IBU NIFAS

PADA NY. F USIA 29 TAHUN P3A0 7 HARI POST PARTUM

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGBENDO

KEC. ARJOSARI KAB. PACITAN JAWA TIMUR

Dosen Pembimbing
Lutfiana Puspita Sari,SST.MPH

Disusun Oleh:
WULAN WAHYUNING TYAS
P27224018 051
D-III Kebidanan Semester V

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
JURUSAN KEBIDANAN
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas merupakan sebuah fase setelah ibu melahirkan dengan rentang

waktu kira-kira selama 6 minggu. Masa nifas (puerperium) dimulai setelah

plasenta keluar sampai alat-alat kandungan kembali normal seperti sebelum

hamil. Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami

banyak perubahan, baik secara fisik maupun psikologis. Perubahan tersebut

sebenarnya sebagian besar bersifat fisiologis (Purwanti, 2012).

Lima penyebab kematian ibu terbesar yaitu perdarahan, hipertensi

dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet, dan abortus. Kematian

ibu di Indonesia masih didominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu

perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), dan infeksi. Namun

proporsinya telah berubah, dimana perdarahan dan infeksi cenderung

mengalami penurunan sedangkan HDK proporsinya semakin meningkat.

Lebih dari 25% kematian ibu di Indonesia pada tahun 2013 disebabkan oleh

HDK. sehingga sangat tepat para tenaga kesehatan memberikan perhatian

yang tinggi pada masa nifas ini. Adanya permasalahan pada ibu akan

berimbas juga kepada kesejahteraan bayi yang dilahirkan karena ibu yang

sakit tentu saja tidak dapat merawat dan menyusui bayinya dengan baik

(Purwati, 2012).

Selain adanya pendarahan dampak dari pada Postpartum adalah

adanya Postpartum Blues.

Menurut Vivin S(2013). Postpartum Blues merupakan perwujudan

fenomena psikologis yang dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan

bayinya atau ketidakmampuan seorang ibu untuk menghadapi suatu keadaan

baru dimana kehadiran anggota baru dalam pola asuhan bayi dan keluarga.

Contonya bayi dan keluarga. Kirakira 80% dari semua pengalaman ibu-ibu
postpartum selama waktu setelah persalinan, biasanya terjadi 3-5 hari

postpartum, ketika mereka menangis tanpa tahu alasanya. Keadaan tersebut

berlangsung bisa setiap jam atau kadang-kadang setiap hari. Dapat diatasi

dengan cinta support dan hiburan.

Angka kejadian Postpartum Blues di Asia cukup tinggi dan bervariasi

antara 26-85%, sedangkan di Indonesia angka kejadian Baby Blues atau

Postpartum Blues antara 50-70% dari wanita pasca persalinan (Wijayati dkk,

2013). Penelitian yang dilakukan Wijayati dkk, (2013), di wilayah kerja

Puskesmas Blora angka kejadian Postpartum Blues pada ibu pasca persalinan

sebanyak (48,6%) yang mengalami Postpartum Blues. Dukungan keluarga

adalah sikap dan tindakan dan penerimaan kelurga terhadap anggota keluarga.

Keluarga juga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya dan

anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu

siap memberikan pertolongan dengan bantuan jika diperlukan (Setiadi, 2012).

Berdasarkan dengan uraian pada latar belakang, mengenai asuhan

kebidanan pada ibu nifas di atas mahasiswa dapat melakukan Asuhan

Kebidanan pada Ibu nifas Normal pada Ny.F di Wilayah Kerja Puskesmas

Kedungbendo Desa Jatiskidul Kecamatan Arjosari Kabupaten Pacitan Jawa

Timur Dengan mengacu pada KEPMENKES

NO.938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk menerapkan asuhan kebidanan pada ibu nifas normal Ny. F

di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungbendo Desa Jatiskidul Kecamatan

Arjosari Kabupaten Pacitan Jawa Timur. Dengan mengacu pada

KEPMENKES NO.938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan

Kebidanan.
2. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan asuhan kebidanan ibu nifas normal maka dapat:

a) Melakukan pengkajian data subyektif dan objektif pada ibu nifas

normal

b) Merumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan pada ibu nifas

normal

c) Melakukan perencanaan tindakan pada ibu nifas normal

d) Melakukan implementasi tindakan pada ibu nifas normal

e) Melakukan evaluasi tindakan pada ibu nifas normal

f) Melakukan pencatatan asuhan kebidanan tindakan pada ibu nifas

normal

C. Manfaat

1. Bagi Penulis

Dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta mendapatkan

pengalaman dalam melaksanakan asuhan kebidanan secara langsung pada

ibu nifas, sehingga dapat digunakan sebagai berkas penulis didalam

melaksanakan tugas sebagai bidan.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai tambahan sumber kepustakaan dan perbandingan asuhan

kebidanan pada ibu nifas dan menyusui.

3. Bagi Klien dan Keluarga

Agar klien mengetahui dan memahami perubahan pada ibu pasca

melahirkan secara fisiologis maupun psikologis serta masalahnya,

sehingga timbul kesadaran bagi klien untuk memperhatikan masa nifas.

4. Bagi Lahan Praktik

Hasil penulisan dapat memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan

untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dan

selalu menjaga mutu pelayanan.


5. Bagi Masyarakat

Merupakan informasi kepada masyarakat tentang perubahan fisiologis

yang terjadi pada ibu nifas baik secara biologis dan psikologis serta

masalah pada masa nifas.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Nifas Normal

1. Pengertian Masa Nifas

a. Masa Nifas adalah masa pemulihan kembali, mulai dari persalinan

selesai sampai alat-alat kandungan kembali prahamil. Lama masa nifas

adalah 6-8 minggu (Manuaba 2010; Mochtar 2013)

b. Masa puerperium atau sering disebut dengan masa nifas dimulai setelah

kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti

keadaan sebelum hamil. Biasanya dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya

plasenta sampai 6 minggu (42 hari) (Fraser, 2011; Cunningham,

2013;Prawirohardjo, 2014).

c. Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya placenta sampai

alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal

masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati,

2010)

d. Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah partus selesai sampai

pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil. Lamanya

masa nifas ini yaitu kira-kira 6-8 minggu (Abidin, 2011).

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Tujuan Asuhan Pada Ibu Nifas Menurut Saifuddin, A. 2010 tujuan asuhan

masa nifas adalah:

 Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis

 Melakukan skiring, mendeteksi masalah, atau merujuk bila terjadi

komplikasi pada ibu maupun bayinya.

 Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan Diri,

nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada

bayinya dan perawatan bayi sehat.

 Memberikan pelayanan keluarga berencana (KB)


3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

 Uterus

Setelah melahirkan, pada uterus terjadi proses pengembalian

uterus kedalam keadaan seperti sebelum hamil (Involusi uterus). Proses

ini segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos

uterus.

Proses involusi uterus adalah sebagai berikut : Iskemia

miometrium, disebabkan oleh kontraksi dan retraksi terus menerus dari

uterus setelah pengeluaran plasenta, menyebabkan serat otot atrofi;

Autolisis, merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di

dalam uterus.

Efek oksitosin, oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan

retraksi otot uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang

mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterusuntuk mengurangi

perdarahan (Fraser, 2011; Cunningham, 2013; Mochtar, 2013).

Tabel Involusi Uteri


Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus
Bayi Lahir Setinggi pusat 1000 gram
Plasenta Lahir 2 jari di bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat simpisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba di atas simpisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram
Sumber : Mochtar 2013
 Lochea

Lochea adalah sekret uterus yang keluar melalui vagina selama

masa nifas (Fraser, 2011; Cunningham, 2013; Mochtar, 2013).

Sedangkan menurut Mochtar (2013), Dewi (2014), Kemenkes RI

(2015) lochea dibedakan menjadi 4 yaitu : pertama lochea rubra yang

terdiri dari darah, desidua dan bagian amnion serta korion, berwarna

coklat – kemerahan dalam jumlah banyak (selama 2 hari). Kedua

lochea sanguilenta berwarna merah kekuningan (Hari ke 3-7). Ketiga

lochea serosa yang teridiri dari darah tua, serum, leukosit, dan debris

jaringan, berwarna kuning kecoklatan yang lebih gelap (Hari ke 7-14).


Keempat lochea alba yang terdiri dari sel darah putih, sel epitel,

mukus, serum, dan bakteri, berwarna kuning-keputihan (>14 hari).

 Ovarium dan Tuba Falopii

Setelah kelahiran plasenta, produksi estrogen dan progesteron

menurun, sehingga menimbulkan mekanisme timbalbalik dari sirkulasi

menstruasi. Pada saat inilah dimulai kembali proses ovulasi, sehingga

wanita dapat hamil kembali.

 Serviks

Setelah persalinan, bentuk serviks agak menyangga seperti

corong, berwarna marah kehitaman. Konsistensinya lunak dan kadang-

kadang terdapat perlukaan kecil. Setelah bayi lahir tangan masih bisa

dimasukkan ke rongga rahim. Setelah 2 jam dapat dilalui 2-3 jari dan

setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari (Cunningham, 2013; Mochtar,

2013).

 Vagina

Vulva dan vagina akan menjadi kendur karena selama proses

persalinan mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar.

Setelah 3 minggu vulva dan vagina akan kembali seperti keadaan tidak

hamil dan rugae dalam vagina berangsur angsur akan muncul, serta

labia menjadi lebih menonjol (Cunningham, 2013).

 Perineum

Akibat tekanan bayi yang bergerak maju membuat perineum

mengalami peregangan dan menjadi kendur. Pada hari ke- 5 perineum

sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya, meski tetap lebih

kendur daripada keadaan sebelum hamil (Fraser, 2011).

 Payudara

Wanita yang menyusui bayinya berespons terhadap stimulus

bayi yang disusui sehingga akan terus melepaskan hormon dan

stimulasi alveoli yang memproduksi susu. Pada ibu pascapartum hari


ke-2 sampai ke-4, pembesaran payudara primer dapat dialami akibat

distensi dan stasis vaskular serta sistem limfatik. Kurangnya stimulasi

puting menimbulkan penurunan kadar prolaktin dan produksi ASI

terhenti (Fraser, 2011; Cunningham, 2013; Kemenkes, 2015).

 Sistem Pencernaan

Dalam waktu satu atau dua jam pascapartum, wanita mungkin

merasa kelaparan dan mulai makan. Konstipasi dapat menjadi masalah

saat puerperium awal karena kurangnya makanan padat selama

persalinan dan menahan defekasi (Fraser, 2011; Dewi, 2014).

 Sistem Endokrin

Saat plasenta lepas dari dinding uterus, kadar HCG dan HPL

sacara berangsur turun dan normal kembali setelah 7 hari postpartum.

HCG tidak terdapat dalam urin ibu setelah 2 hari postpartum. HPL

tidak lagi terdapat dalam plasma (Kemenkes, 2015).

 Sistem Kardiovaskuler

Curah jantung meningkat selama proses persalinan dan

berlangsung sampai kala III ketika volume darah uterus dikeluarkan.

Penurunan terjadi pada beberapa hari pertama dan akan kembali

normal pada akhir minggu ke -3 postpartum (Dewi, 2014).

 Sistem Hematologi

Pada hari pertama post partum, kadar-kadar fibrinogen dan

plasma akan sedikit menurun, tetapi darah lebih kental dengan

peningkatan viskositas yang meningkatkan faktor pembekuan darah.

Terjadi leukositosis dengan peningkatan sel darah putih hingga 15.000

atau lebih selama persalinan, yaitu selama dua hari pertama

pascapartum hingga 20.000-30.000. Hal ini dapat meningkat pada

awal nifas yang terjadi bersamaan dengan peningkatan tekanan darah

serta volume plasma dan volume sel darah merah. Pada 2-3 hari
postpartum, konsentrasi hematokrit menurun sekitar 2% atau lebih.

(Dewi, 2014).

 Sistem Perkemihan

Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang

tinggi) turut menyebabkan peningkatan fungsi ginjal sedangkan setelah

wanita melahirkan kadar steroid menurun selama masa postpartum.

Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu 1 bulan postpartum.

(Cunningham, 2013; Fraser, 2011; Dewi, 2014).

 Perubahan Berat Badan

Wanita pasca melahirkan mengalami penurunan berat badan

rata-rata 12 pon (4,5 kg). Wanita dapat mengalami penurunan berat

badan sebanyak 5 pon selama minggu pertama pascapartum karena

kehilangan cairan tubuh.

 Perubahan Tanda-tanda Vital

Segera setelah melahirkan, tekanan darah sistolik dan diastolic

kembali normal seperti sebelum hamil. Dalam 1 hari (24 jam)

postpartum, suhu badan akan naik sedikit (37,5 0 – 380 C) sebagai

akibat kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan, dan

kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu badan menjadi biasa.

Biasanya, pada hari ke- 3 suhu badan naik lagi karena adanya

pembentukan ASI. Payudara menjadi bengkak dan berwarna merah

karena adanya ASI. Bila suhu tidak turun, kemungkinan adanya infeksi

pada endometrium (mastitis, tractus genitalis, atau sistem lain).

Denyut nadi kembali normal setelah beberapa jam pertama

pascapartum. Apabila denyut nadi di atas 100 selama puerperium, hal

tersebut merupakan abnormal dan dapat menunjukkan adanya infeksi

atau hemoragi pascapartum lambat.

Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan suhu dan

denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal maka pernapasan juga
akan mengikutinya, kecuali bila ada gangguan khusus pada saluran

pencernaan (Fraser, 2011; Dewi, 2014; Kemenkes RI, 2016).

Tahapan yang terjadi pada masa nifas sebagai berikut :

4. Tahapan Masa Nifas

 Puerperium dini, yaitu kepulihan saat ibu telah diperbolehkan berdiri

dan berjalan-jalan.

 Puerperium intermediat, yaitu kepulihan menyeluruh alatalat genetalia

yang lamanya 6-8 minggu.

 Puerperium lanjut, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan

kembali sehat sempurna, terutama apabila selama hamil atau sewaktu

persalinan timbul komplikasi. Waktu untuk mencapai kondisi sehat

sempurna dapat berminggu-minggu, bulanan atau tahunan (Mochtar,

2013; Dewi, 2014; Astuti, 2015).

5. Adaptasi Psikologis Ibu pada Masa Nifas

Menurut Lowdemilk (2013) fase-fase adaptasi setelah melahirkan adalah :

1) Fase Dependen (taking in)

Fase taking in adalah periode ketergantungan. Berlangsung dari

hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu

lebih berfokus pada dirinya sendiri. Ibu sangat gembira dan suka

mengkomunikasikannya, sehingga petugas kesehatan harus menggunakan

pendekatan yang empatik dengan cara mendengarkan dan memperhatikan

ibu.

2) Fase Dependen-Mandiri (taking hold)

Fase taking hold berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan.

Pada fase ini, secara bergantian muncul kebutuhan untuk mendapatkan

perawatan dan penerimaan dari orang lain serta keinginan untuk dapat

melakukan segala sesuatu secara mandiri. Namun perasaan mudah

tersinggung dapat timbul akibat jenuh dengan banyaknya tanggung


jawab. Dukungan moril sangat diperlukan untuk menambah kepercayaan

ibu.

3) Fase Interdependen (letting go)

Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran

barunya. Berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu mulai

menyesuaikan diri dengan ketergantungan terhadap bayinya. Dukungan

suami dan keluarga masih dibutuhkan oleh ibu, yaitu dengan membantu

merawat bayi, mengerjakan urusan rumah tangga sehingga ibu tidak

terlalu terbebani (Kemenkes RI, 2015; Astutik, 2015).

a. Tanda Bahaya Pascapartum

Memberitahu ibu untuk menghubungi tenaga kesehatan

terdekat jika mengalami gejala seperti :

1) Perdarahan pervagina yang luar biasa banyak atau yang tiba-tiba

bertambah banyak (lebih banyak dari perdarahan haid biasa atau

bila memerlukan penggantian pembalut dua kali dalam setengah

jam dan berbau busuk).

2) Rasa sakit bagian bawah abdomen atau punggung

3) Sakit kepala yang terus-menerus, nyeri ulu hati, atau masalah

penglihatan.

4) Pembengkakan di wajah atau tangan.

5) Demam, muntah, rasa sakit waktu buang air kecil, atau merasa

tidak enak badan.

6) Payudara yang berubah menjadi merah, panas dan terasa sakit

7) Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama

8) Rasa sakit, merah, nyeri tekan dan pembengkakan pada kaki

9) Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya

10) Merasa sangat letih atau napas terengah-engah. (Kemenkes RI,

2015; Astutik, 2015).


6. Kebutuhan Dasar Masa Nifas

1) Nutrisi

Selama minggu ke2 pertama setelah kelahiran, pedoman nutrisi

berfokus pada penyembuhan fisik dan stabilisasi setetelah kelahiran dan

persiapan laktasi. Ibu menyusui mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap

hari; makan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan

vitamin yang cukup; minum sedikitnya 3 liter setiap hari (anjurkan ibu

untuk minum setiap kali menyusui); pil zat besi harus diminum untuk

menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin; minum

vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya

melalui ASI nya (Marmi 2012). Adapun tambahan dari marmi, 2012 yaitu:

a) Karbohidrat

Makanan yang dikonsumsi dianjurkan mengandung 50-60%

karbohidrat. Laktosa (gula susu) adalah bentuk utama dari

karbohidrat yang ada dalam jumlah lebih besar dibandingkan

dalam susu sapi. Laktosa membantu bayi menyerap kalsium dan

mudah di metabolism menjadi dua gula sederhana (galaktosa dan

glukosa) yang dibutuhkan untuk pertumbuhan otak yang cepat

yang terjadi selama masa bayi.

b) Lemak

Lemak 25-35% dari total makanan. Lemak menghasilkan kira-

kira setengah kalori yang diproduksi oleh air susu ibu.

c) Protein

Jumlah kelebihan protein yang diperlukan oleh ibu pada masa

nifas adalah sekitar 10-15%. Protein utama dalam air susu ibu

adalah whey. Mudah dicerna whey menjadi kepala susu yang

lembut yang memudahkan penyerapan nutrient kedalam aliran


darah bayi. Sumber protein yaitu, Nabati (tahu, tempe dan kacang-

kacangan); Hewani (daging, ikan, telur, hati, otak, usus, limfa,

udang, kepiting).

d) Vitamin dan mineral

Kegunaan vitamin dan mineral adalah untuk melancarkan

metabolism tubuh. Beberapa vitamin dan mineral yang ada pada

air susu ibu perlu mendapat perhatian khusus karena jumlahnya

kurang mencukupi, tidak mampu memenuhi kebutuhan bayi

sewaktu bayi bertumbuh dan berkembang. Vitamin dan mineral

yang paling mudah menurun kandungannya dalam makanan adalah

Vit B6, tiamin dan asam folat dalam air susu langsung berkaitan

dengan diet atau asupan suplemen yang dikonsumsi ibu. Sumber

vitamin (hewani dan nabati), sumber mineral (ikan, daging banyak

mengandung kalsium, fosfor, zat besi, seng, yodium).

2) Ambulasi

Mobilisasi perlu dilakukan agar tidak terjadi pembengkakan akibat

tersumbatnya pembuluh darah ibu (Marmi, 2012).

Adapun tambahan dari Marmi (2012), Mochtar (2013) yaitu Pada

persalinan normal, jika gerakannya tidak teralang oleh pemasangan infuse

atau kateter dan tandatanda vitalnya juga memuaskan, biasanya ibu

diperbolehkan untuk mandi dan pergi ke WC dengan dibantu, satu atau

dua jam setelah melahirkan secara normal. Sebelum waktu ini, ibu diminta

untuk melakukan latihan menarik nafas yang dalam serta latihan tungkai

yang sederhana dan harus duduk serta mengayunkan tungkainya dari tepi

ranjang.

3) Kebersihan

Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air

dengan cara membersihkan daerah sekitar vulva terlebih dahulu, dari

depan belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus


dilakukan setiap kali selesai BAK/BAB, jika ibu mempunyai luka

episiotomi/laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh

daerah luka. Dan untuk mengganti pembalutnya setidaknya 2 kali sehari.

(Marmi,2012).

4) Istirahat

Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan

yang berlebihan. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dan beberapa

hal yaitu mengurangi jumlah ASI yang keluar, memperlambat proses

involusi uteri dan memperbanyak perdarahan. (Marmi, 2012)

5) Perawatan Payudara

Ibu menyusui dianjurkan untuk mencuci puting dengan air hangat dan

dilakukan urutan setiap hari untuk meningkatkan produksi ASI. Juga dapat

dilakukan pijat oksitosin untuk memperlancar produksi dengan bantuan

suami atau keluarga terdekat dan meningkatkan rasa sayang ibu.

Menggunakan bra yang tepat dapat memberi sokongan dan meningkatkan

kenyamanan.

6) Seksual

Ibu yang baru melahirkan boleh melakukan hubungan seksual kembali

setelah 6 minggu persalinan (Marmi 2012).

Adapun tambahan dari Marmi (2012) Batasan waktu 6 minggu

didasarkan atas pemikiran pada masa itu semua luka akibat persalinan,

termasuk luka episiotomy dan luka bekas seksio cesarean (SC) biasanya

telah sembuh dengan baik. Bila suatu persalinan di pastikan tidak ada luka

atau perobekan jaringan, hubungan seks bahkan telah boleh dilakukan 3-4

minggu setelah proses melahirkan. Meskipun hubungan telah dilakukan

setelah minggu ke-6 adakalanya ibu-ibu tertentu mengeluh hubungan

masih terasa sakit atau nyeri meskipun telah beberapa bulan proses

persalinan.

7) Eliminasi
Miksi normal bila dapat BAK spontan setiap 3-4 jam. BAB harus

dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit BAB dan terjadi

konstipasi, apabila keras dapat diberikan obat peroral atau perektal

(Marmi, 2012)

8) Latihan atau Senam Nifas

Senam nifas sebaiknya dilakukan dalam 24 jam setelah persalinan,

secara teratur setiap hari. Dengan melakukan senam nifas yang tepat

waktu, maka hasil yang didapatpun maksimal. Pada ibu yang mengalami

persalinan Caesar, beberapa jam setelah keluar dari kamar operasi,

pernafasanlah yang dilatih guna mempercepat penyembuhan luka operasi,

sementara latihan untuk mengencangkan otot perut dan memperlancar

sirkulasi darah di tungkai baru dilakukan 2-3 hari setelah ibu dapat bangun

dari tempat tidur. Sedangkan pada persalinan normal, bila keadaan ibu

cukup baik, semua gerakan senam bisa dilakukan.Untuk ibu yang

mengalami komplikasi selama persalinan tentu tidak boleh melakukan

senam nifas (Marmi, 2012).

Untuk melancarkan peredaran darah pada daerah wajah bisa diberikan

totok wajah yang dapat menyeimbangkan keadaan fisik dan emosional

(Riggio, ahli terapi Amerika Serikat).

Menurut hasil penelitian Sumantri, Dewi Susilowati, dan Dian Kurnia

Wati (2016) dengan judul Penurunan Kecemasan Ibu Nifas Menggunakan

Totok Wajah di Fasilitas Pelayanan Persalinan menunjukkan bahwa totok

wajah dapat mengurangi kecemasan pada ibu nifas dan juga dapat

memberikan rasa senang kepada ibu nifas.

7. Kunjungan Masa Nifas

Pada ibu nifas diperlukan adanya deteksi dini yaitu kunjungan ibu nifas

minimal sebanyak 3 kali dengan distribusi waktu. Menurut Mochtar, 2014

dalam masa Nifas ada 3 kali kunjungan yang harus dilakukan yaitu KF I, KF II

dan KF III, diantaranya adalah:


1) Kunjungan I 6 jam – 8 jam setelah persalinan:

a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila

perdarahan berlanjut.

c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota

keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena

atonia uteri.

d) Pemberian ASI awal.

e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia

3 hari setelah persalinan

a) Konseling Memastikan involusi uterus berjalan dengan

normal, uterus berkontraksi, tinggi fundus uteri di bawah

umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, lochea tidak

berbau.

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan

perdarahan.

c) Memastikan ibu mendapat isitirahat yang cukup.

d) Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi, cukup

cairan dan cukup istirahat.

e) Memasatikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta

tidak terdapat tanda-tanda kesulitan menyusui

2) Kunjungan II : 4 hari - 28 hari setelah persalinan;

a) Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal, uterus

b) Berkontraksi, tinggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada

perdarahan abnormal, lochea tidak berbau.

c) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.

d) Memastikan ibu mendapat isitirahat yang cukup.


e) Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi, cukup cairan

dan cukup istirahat.

3) Kunjungan III : 29 - 40 hari setelah persalinan:

a) Menanyakan masalah/penyulit yang dialami ibu dan bayinya.

b) Memberiakn konseling KB secara dini

c) Menganjurkan atau mengajak ibu untuk membawa bayi ke

posyandu atau puskesmas untuk penimbangan dan imunisasi

(Mochtar, 2013) 

B. Menejemen Asuhan Kebidanan Nifas

Manajemen asuhan kebidanan sesuai dengan KEPMENKES/NO.

938/MENKES/SK/VIII/2007 yang meliputi:

a. Standar I: Pengkajian

1) Data Subjektif (Hasil Anamnesa)

a) Identitas Nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan,

pekerjaan alamat.

b) Keluhan utama Masalah yang dirasakan klien. Pada ibu

nifas mules-mules yang disebabkan kontraksi rahim

biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan .Misalnya:

ibu mengatakan perut mules, lemes dan nyeri pada luka

jahitan perineum jika terdapat jahitan.

c) Riwayat persalinan

o Gravida ... para ... abortus ... jumlah anak hidup ....

o Partus, tanggal ... jam ....spontan/dengan bantuan

alat/tidak

o Plasenta lahir, tanggal jam….lengkap/tidak,

spontan/tidak

o Perdarahan ... cc, kontraksi uterus … keras/lembek,

TFU
o Perineum, rupture/episiotomi, jahitan/tidak derajat.

o Bayi, jenis kelamin ... BB ... gr,PB............cm,A/S

d) Kondisi pasca bersalin

o Pola istirahat Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup

untuk mencegah kelelahan yang berlebihan. Kurang

istirahat akan mempengaruhi ibu dan beberapa hal

yaitu mengurangi jumlah ASI yang keluar,

memperlambat proses involusi uteri dan

memperbanyak perdarahan.

o Pola Nutrisi Ibu nifas membutuhkan 500 kalori setiap

hari, serta makan dengan diet seimbang untuk

mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang

cukup, dan minum secukupnya 3 liter setiap harinya.

Tablet Fe harus diminum untuk menambah zat besi

setidaknya selama 40 hari pasca salin dan minum

kapsul vitamin A (200.000 IU).

o Pola eliminasi Miksi normal bila dapat BAK spontan

setiap 3-4 jam. BAB harus dilakukan 3-4 hari pasca

persalinan. Bila masih sulit BAB dan terjadi

konstipasi, apabila keras dapat diberikan obat peroral

atau perektal.

o Aktifitas Ibu dianjurkan untuk beristirahat sebanyak

mungkin, kurang lebih selama 4 minggu setelah

persalinan.

o Personal hygiene Mengajarkan ibu membersihkan

daerah kelamin dengan sabun dan air dengan cara

membersihkan daerah sekitar vulva terlebih dahulu,

dari depan belakang, baru kemudian membersihkan

daerah sekitar anus dilakukan setiap kali selesai


BAK/BAB, jika ibu mempunyai luka

episiotomi/laserasi, sarankan kepada ibu untuk

menghindari menyentuh daerah luka. Dan untuk

mengganti pembalutnya setidaknya 2 kali sehari.

o Lingkungan sosial Keluarga senang/tidak dengan

kelahiran ini

2) Data Obyektif

a) Pemeriksaan Umum

 (1)Keadaan umum : baik/cukup/kurang

 (2) Tanda-tanda vital : Tekanan darah, suhu, nadi,

pernapasan

b) Pemeriksaan fisik

 Mata : konjungtiva tidak pucat, sclera tidak kuning

dan tidak ada tanda-tanda infeksi.

 Mulut : Tidak ada sariawan, tidak pucat.

 Payudara : Simertis, tidak ada benjolan massa pada

payudara, putting susu menonjol, areola

hiperpigmentasi, pengeluaran colostrum

(Prawiroharjo, 2014). Cairan pertama yang

diperoleh bayi dari ibunya sesudah dilahirkan dalah

kolostrum. Asi mulai ada kira-kira pada hari ke 3

atau ke 4 setelah kelahiran dan kolostrum berubah

menjadi ASI matur kira-kira 15 hari sesudah

kelahiran bayi.

 Abdomen : Terdapat striae, terdapat linea nigra,

tidak ada luka bekas operasi, TFU, kontraksi uterus,

kandung kemih kosong.


 Vulva dan Vagina : Vagina dan vulva yang cukup

teregang selama persalinan telah kembali ke

ukurannya semula seperti sebelum hamil pada

minggu ketinga. Lipatan-lipatan/rugae tampak

muncul di vagina, dan labia beregresi ke suatu

keadaan yang tidak begitu menonjol dan merah

seperti keadaan pada nulipara (Johnson, 2015).

c) Pemeriksaan penunjang (Laboratorium) Darah:

hemoglobin, leukosit.

b. Standar II: Perumusan Diagnosa dana tau Masalah Kebidanan

Diagnosa : P (partus) … A (abortus) … usia ibu … nifas hari …

fisiologis.

c. Standar III: Perencanaan

o Observasi pengeluaran pervaginam, kontraksi uterus dan TFU.

o Jelaskan perubahan fisik pada ibu nifas (perubahan abdomen,

pengeluaran ASI, perubahan TFU).

o Jelaskan perubahan psikologi pada ibu nifas (post partum bluss,

depresi postpartum, psikosis post partum).

o Berikan asuhan komplementer terapi (totok wajah, pijat

oksitosin, perawatan payudara, senam nifas).

o Lakukan Perawatan pada jahitan perineum, jika terdapat jahitan

yang dilakukan yaitu, jelaskan pada ibu tentang penyebab

nyeri, observasi tanda-tanda infeksi, observasi keadaan umum

dan pemeriksaan tanda-tanda vital.

o Berikan pendidikan kesehatan tentang:

a) Gizi ibu nifas

b) Perawatan perineum

c) Tanda bahaya masa nifas


d) Personal hygiene

e) Hubungan seksual

f) Senam nifas

d. STANDAR IV : Implementasi Implementasi dilakukan sesuai

dengan perencanaan.

e. STANDAR V : Evaluasi Evaluasi pada ibu nifas normal, antara

lain: Perdarahan ada/tidak, kontraksi uterus baik/lembek, TFU

setiap hari turun 1 jari sehingga lama kelamaan TFU tidak teraba,

lochea rubra hari ke 2 post partum, lochea sanguinolenta hari ke 3-

7 post partum, lochea serosa harike 8-14 post partum, lochea alba

setalah 2 minggu. Keadaan umum ibu baik/sedang/kurang.

f. STANDAR VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan

1) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan

pada formulir yang tersedia (rekam medis/KMS/status

pasien/buku KIA).

2) Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP

 S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa.

 O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan.

 A adalah analisa, mencatat diagnose dan masalah

kebidanan

 P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh

perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah

dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan

segera, tindakan secara komprehensif, penyuluhan,

dukungan, kolaborasi, evaluasi dan rujukan.


Tempat Praktek: PMB Uswatun Khasanah Arjosari Pacitan

No Reg:PERSALINAN 114/20

Tanggal, Jam: 09 November 2020/ 15.30 WIB

Oleh:Wulan Wahyuning Tyas

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS

PADA NY.F USIA 29 TAHUN P3A0 3 HARI POST PARTUM

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGBENDO

A. DATA SUBJEKTIF
Identitas
Nama Ibu : Ny.F Nama Suami : Tn.S

Umur : 29 tahun Umur : 37 tahun

Agam : Islam Agama : Islam

Suku : Jawa Suku : Jawa

Bangsa : Indonesia Bangsa : Indonesia

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT Pekerjaan :Wiraswasta

Alamat : RT 01 RW 01 Krajan Desa Jetiskidul Kec.Arjosari Kab.Pacitan


Jawa Timur

1. Keluhan utama: Ibu mengatakan bahwa hari ini adalah hari ke 7

setelah dia melahirkan dan ibu mengatakan kesehatanya sudah

lebih baik.

2. Riwayat Menstruasi

a. Menarche : 14 tahun

b. Banyaknya : 2 kali ganti pembalut / hari

c. Lamanya : 4-6 hari

d. Siklus mestruassi : Teratur


e. Amenorhae : tidak mengalami amenorrhea

3. Riwayat perkawinan

a. Kawin/ tidak Kawin : Kawin

b. Usia Kawin : 18 Tahun

c. Lama perkawinan : 11 Tahun

d. Perkawinan : Ke 1

4. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu

No Kehamilan Persalinan Nifas BBL


Hamil UK Komp Penolo Jenis Komp Laktasi Komp JK BB skrg

ke ng lahir
1 1 38 Tidak Bidan Spont Tidak 6bln Tidak L 3000 Hidup

min ada an ada ASI.E + ada gram (10

ggu 2 tahun tahun)

ASI
2 2 40 Tidak Bidan Spont Tidak 6bln Tidak L 3100 Hidup

min ada an ada ASI.E + ada gram (7,5

ggu 2 tahun tahun)

ASI
3 3 38 Tidak Bidan Spont Tidak Nifas Sekarang L 3300 Hidup

min ada an ada gram (7hari)

ggu

5. Riwayat kontrasepsi yang digunakan

No Jenis Mulai Berhenti Keluhan Alasan Berhenti

1 Suntik 1 2010 2012 Tidak ada Ingin mempunyai

bulan anak lagi

2 Suntik 1 2012 2019 Tidak ada Ingin mempunyai

bulan anak lagi

6. Riwayat kesehatan
a. Riwayat menurun/menular

Ibu tidak menderita penyakit seperti jantung, asma, TBC, DM,

HIV/AIDS dan malaria

b. Riwayat yang pernah di derita keluarga

Ibu mengtakan mempunyai riwayat penyakit hipertensi

c. Riwayat operasi

Ibu selama ini belum pernah mendapat tindakan operasi

7. Riwayat persalinan terakhir

a. Keadaan ibu

1) Tempat persalinan di BPM ,

2) penolong bidan

3) Jenis persalinan spontan

4) Komplikasi tidak ada

5) Proses Persalinan

Kala Lama Pengeluaran Kejadian/ Tindakan Ket

Persalinan (Jam) Pervaginam Indikasi (Oleh)

(cc)
1 ± 24 jam Flek darah ±10 Pengeluaran Observasi

cc lender darah,

kenceng-

kenceng
2 ± 20 Air ketuban ± Vulva dan Pertolongan

menit 500 cc anus 60 langkah

membuka APN
3 ±5 Darah ± 100 cc Tidak ada MAK 3

menit
4 ± 2 jam Darah ± 80 cc Tidak ada Observasi

b. Keadaan Bayi

1) Tanggal lahir, jam : 02 November 2020, 09.30 WIB

2) Antopometri
BB = 3300gram

PB = 51 cm

LK = 33 cm

LD = 31 cm

JK = laki laki

3) Keadaan secara umum :

Baik, tidak ada kelainan

APGAR Score =9/10/10

4) Rawat gabung : adanya rawat gabung

8. Kebutuhan Fisik

a. Nutrisi

Makan = ibu mengatakan sudah makan 1 kali saat proses

persalinan

Jenis : Nasi, sayur, lauk, buah

Porsi : sedang

Keluhan : tidak ada

Minum = Frekuensi : 1 gelas

Jenis : Air Putih

Porsi : 1 gelas

Keluhan : Tidak ada

b. Eliminasi

1) BAK

Ibu mengatakan sudah BAK 2 kali

a) Sifat : Cair

b) Jumlah : ± 100 cc

c) Warna : Kekuningan jernih

d) Bau : Khas urin


e) Keluhan : Tidak ada

2) BAB

Ibu mengatakan belum BAB

c. Istirahat

Ny.F mengatakan bahwa tidur dalam satu hari terakhir selama 5-6

jam dan tidak ada keluhan.

d. Personal hygiene

Mandi terakhir : 09 November 2020

Keramas terakhir : 08 November 2020

Ganti pembalut terakhir : 09 November 2020

e. Aktivitas

Ny.F sudah bisa berjalan namun pelan pelan

9. Keadaan Psiko, Sosio dan Spiritual

a. Penerimaan ibu terhadap kelahiran bayi

Ny F mengatakan bahwa sangat senang atas kelahiran bayinya,

b. Tanggapan ibu dan keluarga terhadap masa nifas

Keluarga NY.F sangat senang akan kelahiran buah hati

10. Pengetahuan tentang masa nifas dan perawatan bayi

a. Ny F mengatakan bahwa ia telah mendapatkan pendidikan

kesehatan mengenai masa nifas seperti ASI Eksklusif,cara

menyusui yang benar dan perawatan bayi .

B. Data Objektif

1. Pemeriksaan umum

a. Keadaan umum : baik

b. Kesadaran : composmentis

c. Tanda-tanda vital :

1) Tekanan darah : 120/70 mmHg

2) Nadi : 88 kali/menit
3) Suhu : 36,5oC

4) Respirasi : 24 kali/menit

2. Pemeriksaan fisik

a. Kepala

1) Rambut : Bersih, tidak mudah rontok, warna hitam, kulit

kepala bersih

2) Muka : Tidak pucat dan tidak odem.

3) Mata : Simetris, sklera putih dan conjunctiva merah

muda.

4) Hidung : Bersih dan tidak ada pembengkakan/ benjolan.

5) Telinga : Simetris, tidak ada serumen abnormal fungsi

pendengaran baik.

6) Mulut :Tidak ada stomatitis, tidak ada tonsillitis,

mukosa bibir lembab, dan tidak ada karies gigi.

b. Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar getah bening

c. Payudara

Payudara : Puting susu menonjol, teraba keras, ASI keluar.

d. Abdomen

Tidak ada luka bekas operasi, kontraksi keras, kandung kemih

kosong TFU : Keras, TFU pertengahan pusat dan simpisis

e. Genetalia

Tidak ada oedem, tidak ada varises, tidak ada tanda-tanda infeksi,

lochea rubra, bau khas.

f. Ekstremitas

Atas : tidak ada oedem, kuku bersih tidak pucat

Bawah : tidak ada oedem dan varises, tidak ada trombofeblitis

C. ANALISA DATA
Ny.F umur 29 tahun P3A0 dengan 7 Hari post partum normal

Data dasar

Subjektif:

a. Ibu mengatakan bayinya lahir tanggal 02 November 2020 jam 09.30

WIB

b. ibu mengatakan kesehatanya sudah lebih baik.

Objektif:

a. Keadaan umum : baik

b. Kesadaran : composmentis

c. Tekanan darah : 120/70 mmHg

d. Nadi : 88 kali/menit

e. Suhu : 36,5oC

f. Respirasi : 24 kali/menit

g. TFU ;pertengahan pusat dan simpisis

h. Kontraksi : Keras

i. Lochea : Rubra + 75 ml.

j. Eliminas : BAB sudah, BAK sudah

k. Perineum : tidak ada luka jahitanh

l. Laktasi : ASI kolostrum.

D. PERENCANAAN

Tanggal, Jam: 09 November 2020/ 15.30 WIB

1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan yaitu

2. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, bila bayi tertidur ibu juga tidur.
3. Anjurkan pada ibu untuk tetap mengonsumsi makanan yang mengandung

gizi seimbang seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya karena ibu

memerlukannya untuk menyusui bayinya dan untuk ibu sendiri.

4. Ingatkan kembali pada ibu tentang posisi dan cara menyusui yang benar.

5. Ajarkan ibu tentang perawatan payudara agar tidak terjadi bendungan

ASI yaitu dengan mencuci atau membersihkan puting dengan air hangat

dan dilakukan setiap akan menyusui bayi juga dengan menggunakan bra

khusus ibu menyusui yang dapat memberi sokongan dan meningkatkan

kenyamanan.

6. Berikan KIE tentang senam kegel untuk memulihkan otot dasar panggung

yang kendor akibat kehamilan dan persalinan.

7. Lakukan dokumentasi kunjungan

E. IMPLEMENTASI

Tanggal, Jam: 09 November 2020/ 15.30 WIB

1) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yaitu

a. Keadaan Umum : Baik

b. Tekanan darah : 120/70 mmHg

c. Nadi : 88 x/menit

d. Respirasi : 24x/menit

e. Suhu : 36,5oC

f. TFU : Keras, pertengahan pusat dan simpisis

2) Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, bila bayi tertidur ibu

juga tidur.

3) Menganjurkan pada ibu untuk tetap mengonsumsi makanan yang

mengandung gizi seimbang seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya

karena ibu memerlukannya untuk menyusui bayinya dan untuk ibu

sendiri.
4) Mengingatkan kembali pada ibu tentang posisi dan cara menyusui

yang benar.

5) Mengajarkan ibu tentang perawatan payudara agar tidak terjadi

bendungan ASI yaitu dengan mencuci atau membersihkan puting

dengan air hangat dan dilakukan setiap akan menyusui bayi juga

dengan menggunakan bra khusus ibu menyusui yang dapat memberi

sokongan dan meningkatkan kenyamanan.

6) Memberikan KIE tentang senam kegel untuk memulihkan otot dasar

panggung yang kendor akibat kehamilan dan persalinan.

7) Melakukan dokumentasi kunjungan

F. EVALUASI

Tanggal, Jam: 09 November 2020/ 15.30 WIB

1. Ibu mengetahui kondisi nya sekarang

2. Ibu bersedia untuk istirahat yang cukup dan bersedia tidur bila bayinya

tidur.

3. Ibu bersedia dan telah mengonsumsi makanan yang mengandung gizi

seimbang.

4. Ibu telah melakukan sesuai yang diajarkan.

5. Ibu mengerti dan bersedia melakukan perawatan payudara seuai yang

dianjurkan.

6. Ibu dapat mengikuti dan bersedia menerapkannya.

7. Telah di dokumentasikan kunjungan ini


BAB IV
PEMBAHASAN

Pada uterus terjadi involusi. Proses involusi adalah proses kembalinya uterus
ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan. Proses itu dimulai segera setelah
plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus (Vivian Nanny, 2010:55).

No Waktu Tinggi Berat Diameter Palpasi


Involusi Fundus Uteri Uterus Uterus Serviks
1. Bayi Lahir Setinggi Pusat 1000 12,5 cm Lunak
gram
2. Uri/ Plasenta Dua jari 750 gram 12,5 cm Lunak
lahir bawah pusat
3. 1 minggu Pertengahan 500 gram 7,5 cm 2 cm
pusat-simfisis
4. 2 minggu Tidak teraba 300 gram 5 cm 1 cm
di atas simfisis
5. 6 minggu Bertambah 60 gram 2,5 cm Menyempit
kecil

Pada kasus Ny. F 29 tahun P3A0Ah3 7 Hari post partum. Hal ini fisiologis
sesuai dengan teori (Vivian Nanny, 2010:55), sehingga tidak ada kesenjangan antara
teori dan lahan.
Lochea adalah ekskresi cairan selama masa nifas dan mempunyai reaksi basal
alkali yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi asam
yang ada pada vagina normal (Vivian Nanny & Tri Sunarsih, 2011:58).
Jenis-jenis lochea, yaitu sebagai berikut :
1. Lochea Rubra
Berwarna merah karena berisi darah segar dari sisa selaput ketuban, sel
desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium. Keluar pada 1-3 hari
post partum.
2. Lochea Sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir yang keluar pada hari ke
3-7 pasca persalinan.
3. Lochea Serosa
Warna merah jambu kemudian menjadi kuning. Cairan tidak berdarah lagi
pada hari ke 7-14 post partum.

4. Lochea Alba
Dimulai hari ke-14 kemudian semakin lama semakin berkurang hingga
berhenti 1-2 minggu berikutnya. Cairan berwarna putih terdiri dari
leukosit dan sel desidua.
5. Lochea Purulenta
Terjadi karena infeksi. Cairan yang keluar seperti nanah berbau busuk.
6. Lochea Statis
Lochea yang tidak lancar keluarnya.
Pada kasus Ny. F 29 tahun P3A0Ah3 7 Hari post partum, lochea yang keluar
adalah lochea rubra berwarna merah segar karena berisi darah dari sisa selaput
ketuban, sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium. Lochea keluar sampai
saat ini di hari pertama post partum ibu. Hal ini fisiologis sesuai dengan teori (Vivian
Nanny & Tri Sunarsih, 2011:58), sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan
lahan.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari Asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada Ny. F 29 tahun P3

A0 Ah3 7 hari post partum nifas normal maka penulis dapat mengambil

kesimpulan bahwa melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif pada

ibu nifas normalDengan mengacu pada KEPMENKES

NO.938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan

Kebidanan.bertujuan untuk mendeteksi secara dini komplikasi yang mungkin

terjadi.

B. Saran
1. Bagi Penulis
Agar penulis dapat meningkatkan keterampilan yang dimiliki untuk
melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas sesuai standar profesi
kebidanan dan dapat mengatasi kesenjangan yang terkadang timbul antara
teori yang didapat diperkuliahan dengan praktik yang nyata di lahan, serta
dapat mengaplikasikan teori yang didapat dengan perkembangan ilmu
kebidanan terbaru.
2. Bagi Lahan Praktik
Diharapkan dapat lebih meningkatkan mutu pelayanan dalam
menangani dan memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas secara
menyeluruh, serta mendeteksi kelainan secara dini dan mencegah
terjadinya komplikasi pada ibu nifas.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Agar institusi dapat menilai sejauh mana kemampuan mahasiswa
dalam menerapkan pengetahuan yang telah didapat dengan
mempraktikkan dan menerapkannya pada klien secara langsung.
4. Bagi Klien
Agar ibu dapat memperoleh tambahan informasi dan pengetahuan
seputar masa nifas, serta diharapkan dapat melaksanakan anjuran atau
konseling yang telah diberikan.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, MZ. (2011). Asuhan Postnatal Care. Yogyakarta : Nuha Medika.

Ambarwati, E.R. (2010). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika

Astuti, S. (2015). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.Jakarta: Erlangga

Dewi,V.N.L. dan Tri Sunarsih.(2012). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.Jakarta: Salemba
Medika.

Dewi Susilowati, dan Dian Kurnia Wati (2016). Penurunan Kecemasan Ibu Nifas
Menggunakan Totok Wajah Di Fasilitas Pelayanan Persalinan. jurnal.poltekkes-
solo.ac.id

Kemenkes RI. (2015). Kesehatan dalam Rangka Sustaineble Development Goals (SDGs).
Jakarta : ROKORPOP Kemenkes RI

. (2016). Profil Kesehatan Indonesia 2016. Jakarta: Kemenkes RI 2016

Lia,Dewi.2014. Asuhan Kebidanan pada ibu Nifas.Jakarta: Salemba Medika


Manuaba, Ida Bagus Gede. (2010). Pengantar Kuliah Obstetri.Jakarta: EGC
Marmi.(2012). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Mochtar,Rustam. (2013). Sinopsis Obstetric Fisiologis dan Patologis edisi 2.Jakarta:
EGC
Nany,Vivian Lia Dewi dan Sunarsih Tri.(2011).Asuhan Kebidanan pada ibu
Nifas.Jakarta: Salemba Medika.
Nanny dan Sunarsih.(2011). Tanda-Tanda Shock .Jakarta : Salemba Medika
Purwati, E. (2012). Asuhan Kebidaan untuk Ibu Nifas. Yogyakarta: Cakrawala Ilmu.

Prawirohardjo,(2013).Ilmu Kebidanan, Jakarta: PT Bina Pustaka Suwarno Prawiharjo

Rukiyah, Ai yeyeh, dkk. (2013).AsuhanKebidanan III (Nifas). Jakatra: Trans Info


Media.
Saifuddin A. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Safitri, Vivin. (2013). Dukungan Keluarga pada ibu yang mengalami Postpartum
Blues,Surabaya: Fakultas Dakwah, Progam Studi Psikologi IAIN Sunan Ampel Surabaya

Saiuddin, dkk. (2013). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.
Jakarta: PT.Bina Pustaka sarwono prawirohardjo

Silistyawati,Ari. (2015). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta: ANDI

Wijayati dkk, (2013). Gambaran faktor-faktor Resiko PostpartumBlues di Wilayah Kerja


Puskesmas Blora. diunduh di ejurnal. Poltekkes-smg.ac.id. Vol.2 No.5.

Anda mungkin juga menyukai