Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Proses pertumbuhan dan perkembangan mulai dari janin sampai dewasa, berbeda
atau bervariasi antara yang satu dengan yang lain tergantung nutrisi yang di asup. Untuk
menghasilkan anak yang sehat harus di persiapkan mulai dari sejak kandungan, lahir
hingga masa tumbuh kembangnya. ASI merupakan nutrisi yang vital untuk pertumbuhan
sel saraf otak, pemberian kalori untuk kerja sel- sel saraf dan memudahkan penyerapan
kalsium (Irawati, 2004). American Academy Of Pediatrics (AAP) merekomendasikan ibu
untuk memberi ASI eksklusif selama sekurang- kurangnya 6 bulan dan dilanjutkan
sampai usia 1 tahun (Costance 2010).

ASI adalah satu jenis makanan yang mencakup seluruh unsur kebutuhan bayi baik
fisik, psikologi, sosial, maupun spiritual. ASI dapat memberikan perlindungan
imunologis dan system kekebalan tubuh bagi bayi yang belum terbentuk hingga bayi
berusia 2 tahun (Costance 2010). Dari data Profil Kesehatan Indonesia (2010) terdapat
58,7% bayi yang mendapat ASI Eksklusif di propinsi DKI Jakarta. Dari jumlah tersebut
terdapat bayi yang tidak mendapat ASI Eksklusif sebanyak 41,3% bayi. (Profil Depkes,
2010).

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah lahir sampai bayi
berumur 6 bulan tanpa memberikan makanan lain. Kenyataan, bahwa pemberian ASI
dapat di pengaruhi oleh pendidikan, perilaku dan pandangan tentang ASI, pemberian
makanan padat dini, dan kebutuhan ekonomi dikalangan masyrakat yang memaksa ibu
untuk bekerja diluar rumah (Christine, 2006).

UNICEF meperkirakan bahwa pemberian ASI Eksklusif sampai usia 6 bulan dapat
mencengah kematian 1,3 juta anak berusia di bawah 5 tahun. Penelitian Ghana, 2004,
menunjukkan 16 % kematian bayi dapat di cengah melalui pemberian ASI pada bayi
sejak hari pertama hari kelahiranya. Angka ini naik menjadi 22% jika pemberian ASI
dimulai dalam satu jam setelah kelahiran bayi (Anik, 2009). Hasil Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002 – 2003 hanya 8 % bayi Indonesia yang
mendapat ASI ekslusif 6 bulan dan 4% yang mendapat ASI dalam satu jam kelahirannya
(Amori, 2007).

Menurut the World Health Report (2005), angka kematian bayi baru lahir di
Indonesia adalah 20 per 1000 kelahiran hidup, berarti sama halnya dengan setiap hari 246
bayi meninggal, setiap satu jam 10 bayi Indonesia meninggal, jadi setiap 6 menit satu
bayi Indonesia meninggal (Roesli, 2008).

Penelitian WHO pada tahun 2005 menyebutkan bahwa 42 persen penyebab


kematian balita di dunia adalah akibat penyakit, yang terbesar adalah pneumonia (20%),
selebihnya (58%) terkait dengan malnutrisi yang seringkali terkait dengan asupan ASI.

Hasil penelitian Amirudin (2007), anak yang tidak diberi ASI eksklusif lebih cepat
terserang penyakit kronis seperti kanker, jantung, hipertensi, dan diabetes setelah dewasa.
Kemungkinan lain yang dapat dialami anak adalah mudah menderita kekurangan gizi dan
obesitas . Bayi yang diberi susu selain ASI, mempunyai 17 kali lebih besar mengalami
diare, dan 3 sampai 4 kali lebih besar kemungkinan terkena infeksi saluran pernafasan
(ISPA) salah satu factor adalah karena buruknya pemberian ASI (Dep.Kes,RI, 2005)

Sementara dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Soeparmanto & Rahayu (2001)
ditemukan bahwa proforsi pemberian ASI eksklusif di pedesaan (53,2%) lebih baik dari
perkotaan (51,4%). Factor yang mempengaruhi pemberian ASI adalah pengetahuan,
perilaku atau sikap, dan budaya yang dimiliki ibu dalam memberikan ASI.

Faktor lain yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif adalah sikap ibu terhadap
lingkungan sosialnya dan kebudayaan dan dilihat faktor intern dari ibu seperti terjadinya
bendungan ASI, luka-luka pada puting susu, kelainan pada puting susu dan adanya
penyakit tertentu seperti tuberkolose, malaria dll. (Arifin, 2004)

Faktor penghambat dalam pemberian ASI eksklusif adalah kurangnya rasa percaya
diri ibu bahwa ASI cukup untuk bayinya. Sehingga ibu tidak perlu memberikan makanan
pendamping sebelum usia bayi lebih dari 6 bulan. Kondisi lain yang di lakukan adalah
membuang kolostrum yang dianggap kotor dan dianggap membahayakan kesehatan
bayinya. Serta ibu mulai kembali bekerja setelah cuti kehamilan yang menyebabkan
penggunan susu botol atau susu formula sehingga mengaganti kedudukan ASI (Penny
2008).

Pekerjaan ibu yang ada di wilayah porsea salah satunya adalah bertani atau
berladang.. Sebagian ibu menitipkan anakanya ke tetangga atau bayi dibawa ketempat
kerja. Pemberian ASI sering dilakukan setelah pulang dari tempat kerja. Cara yang
dilakukan sebagian ibu apa bila bayi mereka tidak dapat di bawa ke tempat kerja, maka
dilakukan dengan memompa, menyimpan di dalam lemari es. Sebelum diberikan ASI
dipanaskan dulu dengan menggunkan, gelas yang berisi air hangat selanjutnya
memasukkan ASI yang beku kedalam air hangat. Setelah ASI sudah cair dan hangat
maka lasung di berikan kepada bayi.

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti mengenai pelaksanaan


pemberian ASI eksklusif di kecamatan Porsea.

1.2 Perumusan masalah

Bagaimana gambaran lama pemberian ASI Eksklusif pada Ibu yang bekerja di
Kecamatan …

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengidentifikasi gambaran lama pemberian ASI eksklusif pada Ibu yang bekerja
di Kecamatan …

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat bermanfaat bagi:

1.4.1 Tenaga kesehatan

Dapat memberi masukan atau informasi pada perawat dan tenaga kesehatan lainnya
dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan dapat memotivasi ibu supaya memberi
ASI eksklusif.

1.4.2 Penelitian Selanjutnya


Dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya yang ingin melakukan
penelitian yang berhubungan dengan ASI Eksklusif.

1.4.3 Bagi Ibu

Dapat memberi masukan atau sebagai informasi yang berguna bagi ibu dalam
memberikan ASI Eksklusif.

Anda mungkin juga menyukai