Anda di halaman 1dari 15

Pedoman Penyusunan Kerangka Kerja Logis (LFA) Secara Bertahap

Sumber: http://lingkarlsm.com/2011/11/pedoman-penyusunan-kerangka-kerja-logis-lfa-secarabertahap/

Dalam menyusun Kerangka Kerja Logis (Logical Framework Analysis LFA) secara bertahap, bekerjalah dengan mengikuti alur tahapan dasar di dalam penyusunan suatu rancangan proyek yang menggunakan LogFrame. Keseluruhan proses pengembangan LogFrame senantiasa mengikuti prinsip-prinsip pokok yaitu bekerja mulai dengan sesuatu yang umum hingga kepada yang spesifik. Pada tahap pertama pengembangan LogFrame anda hendaknya menyiapkan suatu uraian umum, atau Ringkasan Narasi, bagi proyek tersebut. Ini berarti anda perlu:

1. Menetapkan Sasaran (Goal) yang ingin dicapai lewat kontribusi proyek anda; 2. Menetapkan Tujuan (Purpose) yang akan dicapai oleh proyek itu; 3. Menetapkan Keluaran (Outputs) guna mencapai sasaran di atas; 4. Menetapkan Kegiatan-kegiatan (Activities) guna mencapai tiap Keluaran (Outputs). 5. Mengingat bahwa pernyataan-pernyataan tersebut di atas saling terkait secara logis, maka anda perlu menegaskan bahwa logika yang ada telah benar. Agar dapat menjamin bahwa hal itu memang demikian adanya, maka sekarang anda harus : 6. Melakukan verifikasi logis secara vertikal dengan cara Jika /Maka . 7. Anda tidak akan dapat mengontrol semua faktor yang berhubungan dengan proyek anda dan oleh karena itu anda harus membuat beberapa asumsi. Langkah berikutnya ialah: 8. Menetapkan asumsi-asumsi yang berkaitan dengan masing-masing tingkatan. 9. Anda perlu mengembangkan suatu dasar untuk mengukur efektifitas proyek. Agar supaya bisa melakukannya, sekarang anda harus: 10. Menetapkan Indikator-indikator Penentu Obyektif yang dapat diukur pada tingkat Sasaran (Goal) kemudian Tujuan (Purpose) , kemudian Keluaran (Output), kemudian KegiatanKegiatan (Activities). 11. Menetapkan Alat-alat / Perangkat Verifikasi. 12. Anda kini sudah memproduksi sebuah uraian mengenai proyek itu dan anda bisa melanjutkan ke langkah selanjutnya yaitu : 13. Mengalokasikan biaya-biaya pada setiap kegiatan : mempersiapkan Anggaran Pelaksanaan.

14. Akhirnya, lakukan dua langkah lebih jauh lagi guna membantu memastikan bahwa LogFrame sudah selesai disusun dan dirancang dengan baik: 15. Periksa LogFrame dengan menggunakan Daftar Periksa Rancangan Proyek; 16. Mengkaji ulang rancangan LogFrame tersebut dengan menggunakan pengalaman anda tentang kegiatan-kegiatan yang sama. 17. Dari langkah-langkah tersebut di atas, maka Anda akan menampilkan LogFrame anda sebagai sebuah tabel dengan model sebagai berikut:

Summary GOAL PURPOSES OUTPUTS ACTIVITIES

Indicators

Verification

Assumptions

Penyusunan Kerangka Kerja Logis (LFA) Langkah 1 4


Nov 16, 2011Tanggapi?: lingkarLSM

Berdasarkan pada langkah-langkah dasar dalam menyusun Kerangka Kerja Logis (Logical Framework Analysis LFA) yang telah diuraikan sebelumnya dalam artikel Pedoman Penyusunan Kerangka Kerja Logis (LFA) Secara Bertahap, maka di bawah ini merupakan uraian

spesifik dan lebih mendetail dari langkah 1 4 yang diperlukan di dalam menyusun dan mengembangkan LogFrame.

Langkah 1: Menetapkan Sasaran (Goal) dimana proyek anda akan memberikan sumbangsihnya. Sasaran (Goal) adalah urutan tujuan yang lebih tinggi yang sedang anda upayakan untuk mencapainya melalui proyek ini, sering kali dalam kombinasi dengan proyek-proyek yang lain. Biasanya Sasaran itu berkaitan dengan sebuah program atau sektor. Sebagai contoh, anda boleh saja mempunyai Sasarandari sebuah program yaitu meningkatkan pendapatan keluarga petani. Sasaran ini mungkin bisa dicapai sebagian melalui sebuah proyek dengan tujuan meningkatkan produksi pertanian. Sangat sering terjadi bahwa sekelompok proyek-proyek akan mempunyai suatu pernyataan yang sama tentang Sasaran.

Langkah 2: Menetapkan Tujuan (Purpose) yang akan dicapai oleh proyek tersebut.

Inilah alasan atau latar belakang mengapa anda mengusulkan untuk melaksanakan proyek itu. Ia membuat suatu ringkasan dari dampak yang anda harapkan yang diakibatkan atau ditimbulkan oleh proyek itu. Ia mungkin menguraikan bagaimana dunia ini akan diubah sebagai akibat dari memproduksi Output proyek.

Tujuan (Purpose) seringkali menggambarkan suatu perubahan perilaku dari para penerima manfaat proyek. Sebagai contoh, suatu Tujuan seringkali berkaitan dengan penggunaan output-output proyek: Metode-metode produksi yang baru DIGUNAKAN atau sistem-sistem yang baru DIIMPLEMENTASIKAN.

Secara normal anda hendaknya hanya mempunyai satu Tujuan didalam satu proyek. Ini hanyalah merupakan alasan praktis. Berbagai pengalaman sudah menunjukkan bahwa lebih mudah memfokuskan output-output (keluaran-keluaran) proyek terhadap sebuah Tujuan tunggal. Jika anda mempunyai beberapa Tujuan maka upaya-upaya proyek akan menjadi terlalu melebar dan rancangannya menjadi lemah.

Meskipun Tujuan menggambarkan alasan-alasan mengapa output-output harus dikerjakan, namun demikian hal itu berada diluar kontrol dari tim proyek.

Anda boleh menganggap bahwa sebuah tim proyek bertanggungjawab dalam menghasilkan sejumlah hasil tertentu, tetapi tidak untuk apa yang akan dilakukan oleh orang-orang atau lembaga-lembaga dengan hasil-hasil tersebut. Ini berarti bahwa anda dapat mendesak agar tim proyek mencapai Outputoutput tertentu yang akan membantu menimbulkan dampak yang diinginkan, tetapi anda tidak dapat meminta pertanggungjawaban dari mereka atas pencapaian dampak tersebut.

Anda boleh saja merancang sebuah proyek dengan Tujuan untuk memperbaiki produksi makanan oleh para petani. Anda boleh saja membuat rancangan untuk meningkatkan ketrampilan baru bagi para petani melalui pelatihan dan berbagai input-input (kredit, bibit, peralatan, dan lain-lain). Meskipun tim proyek mungkin mencapai keseluruhan Output yang direncanakan tersebut, mereka tidak dapat dianggap sebagai pihak yang bertanggungjawab jika para petani memutuskan untuk melakukan sesuatu yang sama sekali berbeda dengan apa yang diharapkan oleh proyek.

Langkah 3: Menetapkan Output (Keluaran) untuk mencapai Tujuan (Purpose)

Keluaran (Output) menguraikan APA yang anda inginkan untuk dilaksanakan oleh proyek. Output sering kali diuraikan didalam Terms of Reference (TOR) Kerangka Acuan untuk proyek tersebut. Jika anda menyediakan berbagai sumberdaya yang diperlukan, anda dapat membuat tim proyek memikul tanggungjawab secara langsung terhadap pencapaian hasil-hasil ini.

Langkah 4: Menetapkan Aktivitas guna mencapai setiap Output

Kegiatan (Activities) menetapkan tentang BAGAIMANA cara tim proyek melaksanakan proyek anda. Pada umumnya anda hendaknya terpusat untuk memberikan uraian singkat tentang tiga sampai tujuh kegiatan yang mereka harus laksanakan untuk menyelesaikan setiap Keluaran. Sediakan rincian yang cukup untuk memberikan gambaran umum mengenai strategi yang akan dilaksanakan guna menyelesaikan tiap kegiatan, dan untuk memberikan dasar bagi suatu analisis tentang Rincian Pekerjaan atau Activity Chart / Bagan Kegiatan, Bar Chart, atau Gantt Chart yang lebih luas.

Ingatlah bahwa pengelolaan proyek itu termasuk pula pelaksanaan dari beberapa Kegiatan tertentu. Anda harus memasukkan kegiatan-kegiatan tersebut kedalam LogFrame anda. Buatkan sebuah jadwal

ringkas dari pertemuan berkala, kegiatan-kegiatan monitoring dan evaluasi. Beberapa tim perencana menandaskan Kegiatan kegiatan ini dengan mencakup suatu Output pendahuluan yang disebut Project Management System Installed and Operational Sistem Pengelolaan Proyek Telah Tersusun dan Terlaksana.

Penyusunan Kerangka Kerja Logis (LFA) Langkah 5 6


Nov 22, 2011Tanggapi?: lingkarLSM

Berdasarkan pada langkah-langkah dasar dalam menyusun Kerangka Kerja Logis (Logical Framework Analysis LFA) yang telah diuraikan sebelumnya dalam artikel Pedoman Penyusunan Kerangka Kerja Logis (LFA) Secara Bertahap dan artikel Penyusunan Kerangka Kerja Logis (LFA) Langkah 1 4, di bawah ini merupakan uraian spesifik bagi lanjutan langkah ke 5 6 dalam mengembangkan LogFrame.

Langkah 5: Melakukan verifikasi logika secara vertikal dengan Jika / Maka .

Struktur LogFrame didasarkan pada konsep Sebab dan Akibat. Jika sesuatu terjadi atau dicapai, maka sesuatu yang lain akan terjadi sebagai akibatnya. Sesuai definisi, tiap proyek yang dijabarkan dengan sebuah LogFrame didasarkan pada If / Then (Jika / Maka) ini atau logika sebab dan akibat.

Didalam sebuah LogFrame yang direncanakan dengan baik, pada tingkatan-tingkatan paling bawah dari LogFrame anda dapat mengatakan bahwa jika aktivitas-aktivitas tertentu dilaksanakan maka anda dapat mengharapkan akan terjadinya Output-outputtertentu pula. Disana hendaknya terjadi juga hubungan logis yang sama antara Output dan Tujuan, dan antara Tujuan dan Sasaran.

Sebagai contoh, anda boleh berdebat bahwa jika anda mencapai output yaitu menyediakan bibit yang lebih baik bagi para petani maka Tujuan untuk meningkatkan produksi pertanian akan kelihatan. Begitu anda membuat hubungan-hubungan sebab dan akibat yang lebih kuat antara sasaran-sasaran pada setiap tingkatan yang berlainan, maka rancangan proyek anda akan menjadi lebih baik.

LogFrame memaksa anda untuk membuat logika ini menjadi lebih tegas / eksplisit. Hal itu tidak menjamin akan berhasilnya sebuah rancangan yang bagus karena validitas logika dari sebab dan akibat tergantung pada kwalitas dan pengalaman dari tim perancang.

Langkah 6: Menetapkan Asumsi tiap jenjang / tingkat

Meskipun mungkin ada hubungan logis yang jelas antara pernyataanpernyataan didalam kolom Ringkasan Narasi(Narrative Summary), selalu ada saja kemungkinan bahwa faktor lain bisa memutuskan hubungan-hubungan ini. Asumsi adalah pernyataan-pernyataan mengenai faktor-faktor yang belum pasti yang mungkin mempengaruhi hubungan antara tiap tingkat/ jenjang sasaran. Ini bisa merupakan faktor-faktor eksternal yang tidak bisa anda kendalikan didalam proyek atau faktor-faktor yang anda tentukan untuk tidak anda kontrol. Inilah yang disebut logika eksternal dari proyek itu.

Asumsi-asumsi itu mungkin menguraikan tentang kondisi-kondisi alam yang penting, misalnya seperti curah hujan 20 sentimeter antara bulan Mei dan Oktober. Asumsi-asumsi itu bisa merupakan faktor-faktor manusia seperti tidak ada pemogokan buruh selama proyek baru pada tahap permulaan, anggaran yang keluar tepat waktu, para petani ingin mencoba metode-metode baru, para petani berminat menggunakan mekanisme kredit yang baru. Asumsi-asumsi itu bisa jadi adalah merupakan faktor-faktor ekonomi eksternal seperti harga-harga panen pangan tetap stabil. Asumsi-asumsi itu juga mungkin berkaitan dengan proyek-proyek lain yang harus dilaksanakan bersamaan dengan proyek ini, seperti misalnya sebuah proyek irigasi dengan dana berasal dari Bank Dunia tetap berlangsung sesuai jadwal, atau proyek pupuk dari dana UN yang diselesaikan dengan cepat sekali.

Ringkasan narasi menguraikan logika IF / THEN (jika / maka), yaitu kondisi-kondisi seperlunya yang menghubungkan setiap tingkatan. Asumsi-asumsi melengkapi gambar itu dengan menambahkan logika IF / AND / THEN (jika / dan / maka). Asumsi-asumsi itu menguraikan keadaan-keadaan yang diperlukan guna mendukung hubungan sebab dan akibat diantara setiap tingkatan. Asumsi-asumsi itu juga dikenal sebagai kondisi-kondisi yang cukup.

Jika sebab dan akibat adalah konsep inti dari rancangan proyek yang baik, maka akibat wajar yang ditimbulkannya ialah kondisi-kondisi yang perlu dan cukup. Kondisi-kondisi seperlunya menjelaskan hubungan sebab dan akibat antara sasaran-sasaran aktivitas terhadap -Output, Output terhadap Tujuan dan Tujuan terhadap Sasaran guna mencapai sasaran-sasaran proyek. Ini adalah logika

internal, tetapi ia tidak mendefinisikan kondisi-kondisi yang berbeda pada setiap tingkatan guna menyelesaikan tahapan berikut yang lebih tinggi.

Kondisi-kondisi yang lain ini adalah asumsi-asumsi. Ini adalah logika eksternal. Sasaran-sasaran (kondisi-kondisi yang perlu) ditambah dengan asumsi-asumsi (kondisi-kondisi yang cukup) memberikan kepada kita suatu pemahaman yang lebih jelas tentang rancangan proyek tersebut.

Menurut definisinya, tim proyek tidak bertanggungjawab atas asumsi-asumsi. Asumsi-asumsi ini berada diluar kendali mereka. Tim itu bertanggungjawab dalam memproduksi Output output. Bilamana asumsiasumsi itu meleset atau berubah, maka persesuaian pengelolaan / ketatalaksanaan ini tidak berlaku lagi. Tim proyek setuju untuk melakukan pemantauan atas perubahan-perubahan dari asumsi-asumsi, dan jika ini harus terjadi maka anda harus membuat asumsi-asumsi sespesifik mungkin. Hal ini bisa berarti bahwa menetapkan indikator-indikator pada semua asumsi agar mereka dapat dengan lebih mudah ditelusuri, tetapi bukanlah merupakan tanggungjawab tim proyek untuk memproduksinya. Kendatipun pada kenyataannya bahwa mereka tidak bertanggungjawab atas Asumsi-asumsi itu, tim-tim dari berbagai proyek yang mempunyai prestasi yang baik sekali menghabiskan banyak sekali waktu mereka dalam upaya untuk mempengaruhi probabilitas dari asumsi-asumsi untuk tidak meleset.

Pentingnya memperjelas asumsi-asumsi Asumsi-asumsi adalah kondisi-kondisi eksternal dimana proyek memilih untuk tidak mendesak atau tidak mempunyai kendali terhadap mereka, tetapi keberhasilan mencapai sasaran-sasaran akan tergantung pada asumsi-asumsi tadi. Anda bisa menentukan asumsi-asumsi dengan bertanya, Kondisi-kondisi apa yang harus terjadi sebagai tambahan atas tujuan saya (pada tingkatan-tingkatan Aktivitas, Output, Tujuan dan Sasaran) agar supaya bisa berhasil mencapai tingkatan berikutnya?

Didalam contoh yang kami berikan, kita boleh membuat Asumsi bahwa akan turun curah hujan yang cukup. Tanpa curah hujan seperti yang diharapkan ini, bibit-bibit tidak akan bisa memberikan hasil yang meningkat sesuai harapan kita. Jika anda mau mengukur derajat ketidak-pastiannya, anda perlu mengetahui probabilitas kebenaran yang tetap dari Asumsi-asumsi itu. Jika curah hujan mencapai 20 sentimeter selama musim tanam adalah persyaratan minimum untuk hasil tanaman pangan yang diproyeksikan, dan hal ini sudah terjadi hanya dalam tiga tahun dari sepuluh tahun sebelumnya, maka probabilitas kebenaran dari Asumsi untuk proyek ini menjadi suram (probabilitasnya 30%). Anda tidak akan pernah mempunyai 100% kepastian bahwa Output-output proyek akan menjadi penyebab dari Tujuan atau Tujuan menjadi sebab dari Sasaran. Didalam bekerja dengan proyek-proyek kita membuat asumsi-asumsi tentang derajat ketidakpastian diantara tingkatan-tingkatan dari semua

sasaran. Dengan ketidak-pastian yang lebih rendah maka rancangan proyek menjadi lebih mantap. Siapapun manajer proyek yang sudah berpengalaman banyak akan sependapat bahwa asumsi-asumsi yang mematikan, yaitu asumsi-asumsi yang membawa akibat fatal terhadap sebuah proyek, dapat menggelincirkan proyek sama seringnya dengan ketika output-output tidak dilaksanakan dengan baik.

Penyusunan Kerangka Kerja Logis (LFA) Langkah 8 11


Des 12, 2011Tanggapi?: lingkarLSM

Langkah 8: Mendefinisikan Means Of Verification (MOV) Alat Verifikasi/Uji. Didalam MOV alat verifikasi- anda menguraikan tentang sumbersumber informasi yang akan menunjukkan tentang apa yang sudah diselesaikan. Jika sasaran anda adalah Pendapatan para petani ditingkatkan X % , dari mana anda akan mendapatkan informasi untuk membuktikan bahwa hal ini sudah terjadi? Jika anda memutuskan bahwa perlu diadakan suatu studi, maka anda boleh menambahkan beberapa langkah tindakan kepada Daftar Aktivitas. Jika studi ini memerlukan biaya, anda harus menambahkannya pada anggaran.

Ketentuannya ialah bahwa indikator-indikator yang anda pilih untuk mengukur sasaran-sasaran anda harus dapat diuji dengan beberapa alat. Jika tidak, maka anda harus mencari indikator yang lain. Sebuah indikator hanya dapat digunakan dan hanya berguna jika informasi dapat dikumpulkan pada saat dibutuhkan dan dengan biaya dan usaha yang pantas. Jadi pada saat menetapkan setiap indikator, perlu pula mempertimbangkan bagaimana data akan dikumpulkan. Jika verifikasi tidak mungkin dilakukan atau jika biayanya terlalu mahal, maka dibutuhkan indikator lain yang lebih murah dan/atau lebih mudah diverifikasi. Tentukan alat verifikasi yang menguraikan: data yang dibutuhkan sumber data (sekunder) atau metode pengumpulan data (primer) siapa yang akan mengumpulkan dan mencatat datafrekwensi dan tanggal pengumpulan data.

Langkah 9: Mempersiapkan Anggaran Pelaksanaan Anda sudah melihat bahwa OVI-OVI pada jenjang Kegiatan / Aktivitas pada umumnya adalahInputinput atau Anggaran. Sekarang anda perlu mempersiapkan keseluruhan Anggaran Pelaksanaan. Kaitkan

biaya-biaya secara langsung dengan kegiatan-kegiatan. Anda mungkin perlu menggunakan suatu set kategori standar untuk memenuhi persyaratan-persyaratan dari perwakilan dengan mereka anda bekerja. Anggaran Pelaksanaan tidak membentuk bagian dari LogFrame, tetapi adalah merupakan sebuah dokumen yang sangat penting yang menjadi lampiran dari LogFrame. Perhatikan bahwa persyaratanpersyaratan biaya yang diuraikan didalam Anggaran Pelaksanaan akan digunakan untuk menganalisis efektifitas biaya proyek dengan memperbandingkan anggaran dengan OVI-OVIpada level Maksud.

Langkah 10: Periksa LogFrame dengan menggunakan Daftar Periksa Rancangan Proyek Bekerja dengan menggunakan Daftar periksa Rancangan Proyek adalah suatu bantuan guna memastikan bahwa proyek anda memenuhi seluruh persyaratan dari sebuah LogFrame yang dirancang dengan baik. Mungkin bisa membantu bila anda mencetak LogFrame-nya sebelum diadakannya peninjauan kembali terhadap proyek tersebut dengan menggunakan daftar periksa.

Langkah 11: Meninjau Ulang rancangan LogFrame berdasarkan pengalaman masa lalu Anda seharusnya sudah memikirkan tentang pengalaman anda sebelumnya dengan proyek-proyek selama masa persiapan pembuatan LogFrame. Sekarang tiba saatnya untuk melakukan pemeriksaan terakhir atas hal ini.

Daftar Periksa Rancangan Proyek 1. Proyek mempunyai satu maksud. 2. Maksud bukanlah merupakan formulasi ulang dari output-output. 3. Maksud diluar tanggungjawab pengelolaan oleh tim proyek. 4. Maksud dinyatakan dengan jelas. 5. Semua output diperlukan untuk mencapai maksud. 6. Semua output dinyatakan dengan jelas. 7. Semua output dinyatakan sebagai hasil-hasil. 8. Semua aktivitas menjelaskan strategi tindakan guna mencapai setiap output. 9. Tujuan dinyatakan dengan jelas. 10. Hubungan jika/maka (if/then) antara maksud dan tujuan berdasarkan logika dan tidak kehilangan langkah-langkah penting. 11. Asumsi-asumsi pada level aktivitas tidak mencakup kondisi-kondisi yang ada sebelumnya. (Semuanya ini dibuatkan daftar tersendiri). 12. Output-output ditambah dengan asumsi-asumsi pada level itu menciptakan kondisi-kondisi yang perlu dan cukup untuk mencapai maksud. 13. Maksud ditambah dengan asumsi-asumsi pada level itu menguraikan kondisi-kondisi kritis guna mencapai tujuan. 14. Hubungan antara input-input/sumberdaya-sumberdaya dan aktivitas-aktivitas itu realistis.

15. Hubungan antara aktivitas-aktivitas dan output-output itu realistis. 16. Hubungan antara output-output dan maksud itu realistis. 17. Logika secara vertikal antara aktivitas-aktivitas, output-output, maksud dan tujuan seluruhnya itu realistis. 18. Indikator-indikator pada level maksud bersifat independen dari output-output. Indikator-indikator itu bukanlah merupakan sebuah ringkasan dari output-output tetapi adalah sebuah ukuran dari maksud. 19. Indikator-indikator maksud mengukur apa yang penting. 20. Indikator-indikator maksud mempunyai ukuran-ukuran kwantitas, kwalitas dan waktu. 21. Indikator-indikator output dapat diuji secara obyektif dalam hal kwantitas, kwalitas dan waktu. 22. Indikator-indikator level tujuan dapat diuji secara obyektif dalam hal kwantitas, kwalitas, dan waktu. 23. Input-input yang diuraikan pada level aktivitas menjelaskan tentang sumberdaya-sumberdaya dan biaya-biaya yang dibutuhkan guna menyelesaikan maksud. 24. Kolom Alat untuk Melakukan Pengujian menunjukkan dimana dapat ditemukannya informasi untuk menguji setiap indikator. 25. Aktivitas-aktivitas menunjukkan tindakan-tindakan apa saja yang diperlukan untuk mengumpulkan Alat-alat Uji. 26. Output-output menjelaskan tanggungjawab pengelolaan proyek. 27. Ketika meninjau ulang LogFrame, anda dapat menjelaskan rencana untuk mengadakan evaluasi proyek. 28. Indikator-indikator maksud mengukur dampak proyek untuk diteruskan. 29. Strategi output termasuk suatu uraian tentang sistem pengelolaan proyek.

Menyusun Indikator LFA


Melengkapi artikel Penyusunan Kerangka Kerja Logis (LFA) Langkah 7 sebelumnya, artikel berikut mencoba memaparkan apa itu indikator dan bagaimana cara penyusunannya. Indikator-Indikator dalam Kerangka Kerja Logis (Logframe) menunjukkan kinerja. Di dalam analisis dan perencanaan kerangka kerja logis, indikator memegang peranan yang sangat penting yaitu:

menetapkan target yang realistis (minimum dan sebaliknya) untuk mengukur atau menilai apakah tujuan dari setiap tingkatan sudah tercapai,

memberikan dasar untuk memonitor, mengkaji ulang dan mengevaluasi kegiatan proyek untuk kemudian dimanfaatkan di dalam manajemen pelaksanaan proyek dan menjadi bagian dari pelajaran yang dapat dipetik bagi proyek-proyek lain,

proses menetapkan indikator memberi andil di dalam menunjukkan transparansi, kesepakatan dan kepemilikan dari semua tujuan, kerangka kerja logis dan perencanaan. Sebelum melihat bagaimana indikator disusun, beberapa hal penting yang perlu diperhatikan adalah: Siapa yang menetapkan indikator adalah hal yang penting, bukan hanya untuk menimbulkan rasa memiliki dan transparansi, tapi juga bagi keefektifan indikator yang dipilih. Menetapkan tujuan dan indikator harus merupakan kesempatan yang berarti bagi manajemen partisipatif.

Berbagai jenis indikator akan efektif; tuntutan terhadap adanya verifikasi yang obyektif dapat berarti bahwa fokus diletakkan pada kuantitas atau kesederhanaan indikator yang lebih sukar diverifikasi tapi lebih mampu menangkap inti dari perubahan yang sedang terjadi.

Semakin sedikit indikator semakin baik. Mengukur perubahan memakan biaya, jadi gunakan indikator sesedikit mungkin. Tapi harus ada indikator yang cukup untuk mengukur besarnya perubahan yang sedang terjadi dan memberikan triangulasi (pemeriksaan balik) yang dibutuhkan.

Menyusun Indikator Indikator biasa juga disebut Objectively Verifiable Indicators (OVIs) untuk menekankan bahwa indikator bukan hanya sekedar penilaian yang subyektif, tapi harus disusun sedemikian rupa sehingga jika pengamat lain mengukur kinerja, kesimpulan mereka akan sama. Indikator akan lebih efektif jika mengandung unsur-unsur kuantitas (quantity), kualitas (quality), dan waktu (time)atau disingkat QQT.

Sebagai contoh, kita mulai dengan indikator dasar:

Langkah 1: Indikator dasar: Hasil panen beras dari petani kecil (yang luas tanahnya kurang atau sama dengan 3 hektar) meningkat Langkah 2: Tambahkan kuantitas: Hasil panen beras dari petani kecil (yang luas tanahnya kurang atau sama dengan 3 hektar) meningkat sebanyak X kg. Langkah 3: Tambahkan kualitas: Hasil panen beras (yang kualitasnya sama dengan panen tahun 1998) dari petani kecil (yang luas tanahnya kurang atau sama dengan 3 hektar) meningkat sebanyak X. Langkah 4: Tambahkan waktu: Hasil panen beras (yang kualitasnya sama dengan panen tahun 1998) dari petani kecil (yang luas tanahnya kurang atau sama dengan 3 hektar) meningkat sebanyak X pada panen akhir tahun 1999.

Milestones (kejadian yang penting) Ada kemungkinan timbul kebingungan dalam pemakaian istilah. Kadang-kadang istilah milestones digunakan untuk mengartikan hal yang sama dengan OVI. Namun, jika memang digunakan, mungkin akan lebih baik mengartikannya sebagai target langsung yang sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan dalam jangka waktu yang sudah disepakati. Sebenarnya milestone adalah indikator yang formatif; pengukuran dilakukan selama berlangsungnya kegiatan, tahapan atau proyek yang menunjukkan apakah kemajuan proyek tetap berada di atas jalur, tidak sama dengan indikator summatif yang digunakan pada kesimpulan atau akhir proyek.

Ciri dan Jenis Indikator LFA


Des 06, 2011Tanggapi?: lingkarLSM

Masih melengkapi artikel Penyusunan Kerangka Kerja Logis (LFA) Langkah 7 sebelumnya, artikel berikut mencoba memaparkan ciri-ciri dan jenis indikator.

Ciri-ciri indikator Agar bermanfaat, indikator harus memiliki sifat sebagai berikut: relevan dan penting, yaitu: harus menangkap inti dari suatu tujuan. Karena itu berarti untuk tujuan yang kompleks, kemungkinan besar dibutuhkan lebih dari satu indikator; spesifik dan dapat diukur, dalam hal: kualitas kuantitas, waktu, lokasi dan kelompok atau organisasi sasaran sensitif terhadap perubahan yang akan terjadi sebagai akibat dari proyek atau program; dapat diverifikasi dan tersedia; informasi harus dapat dikumpulkan pada saat yang direncanakan; logis pada tingkat tujuan dimana merupakan salah satu bagian. Tujuan pada tingkat tertentu dari kerangka kerja logis, bersama dengan indikatornya, dibutuhkan dan cukup untuk mencapai tingkat di atasnya.

Jenis-Jenis Indikator Ada banyak jenis indikator, ada yang lebih umum sifatnya, ada yang lebih baik, ada yang lebih mudah dikumpulkan, dan ada yang lebih dikenal daripada yang lain. Penyusunan indikator sudah menjadi bidang pekerjaan pengembangan yang utama, sebuah indikasi dari praktek yang kurang baik di masa lalu maupun saat ini.

Indikator Langsung dan Tidak Langsung Indikator langsung digunakan untuk tujuan yang berkaitan dengan perubahan yang dapat diamati langsung. Hal ini biasanya terjadi di tingkat Keluaran dan Kegiatan di dalam kerangka kerja logis. Indikator langsung hanyalah pernyataan kembali tujuan dalam bentuk yang lebih tepat, komprehensif dan operasional. Indikator tidak langsung atau proxy dapat digunakan sebagai tambahan terhadap indikator langsung.

Indikator ini dapat digunakan jika pencapaian tujuan: tidak dapat diamati secara langsung seperti kualitas hidup, pengembangan organisasional, atau kapasitas kelembagaan, dapat diukur secara langsung tapi dengan biaya yang tinggi yang tidak dijustifikasi, dapat diukur hanya setelah jangka waktu yang lama di luar masa berlangsungnya proyek.

Indikator Proses dan Hasil/Produk Penting mengukur bukan hanya apa yang dilakukan, tapi bagaimana dilakukan; bukan hanya hasil dari proyek, tapi juga prosesnya. Penekanan di dalam kegiatan pengembangan kini semakin terletak pada proses; alat dianggap penting, jika tidak lebih penting daripada apa yang dicapai. Hal ini terjadi di dalam proyek proses, dimana ditekankan proses iteratif. Fokus terhadap proses umumnya akan membimbing ke arah penetapan sasaran kegiatan secara lebih baik pada masalah dan kebutuhan yang sebenarnya, pelaksanaan yang lebih baik dan sustainabilitas yang meningkat. Pada permulaan proyek proses, menetapkan keluaran proyek secara tepat mungkin sangat sulit dan tidak menyenangkan. Sebaliknya, keluaran dan kegiatan dapat direncanakan untuk tahap pertama atau tahun pertama; kemudian keluaran dan kegiatan ditetapkan berdasarkan pelajaran yang sudah dipetik oleh proyek. Oleh karena itu, proyek proses lebih sering dimonitor dan ditelaah ulang. Indikator-indikator produk dapat mengukur tingkat teknologi yang digunakan, manual pelatihan yang dicetak dan disebarluaskan, dan peningkatan penghasilan. Indikator proyek biasanya bersifat kualitatif, dan akan menilai bagaimana teknologi dikembangkan dan diterapkan, bagaimana menyusun manual dan bagaimana penghasilan ditingkatkan, serta siapa yang terlibat. Sekurang-kurangnya beberapa indikator ini bersifat subyektif. Pengguna dan peserta dapat diminta untuk memverifikasinya, tapi alat verifikasinya mungkin masih kurang obyektif.

Indikator Kualitatif dan Kuantitatif Penggunaan QQT untuk menyusun sebuah indikator biasanya berhasil dengan baik. Tapi jika aplikasinya yang kaku, dapat mengakibatkan kinerja dan perubahan yang sulit dihitung. Bahwa sebuah perubahan sulit dihitung atau bahwa analisis data kualitatif tidak bersifat langsung, bukan alasan untuk menyembunyikannya dari kenyataan. Usaha dan perhatian khusus perlu diberikan untuk menyusun indikator kualitatif. Keseimbangan indikator dibutuhkan dengan beberapa yang berfokus pada aspek kuantitatif dan beberapa lainnya berfokus pada aspek kualitatif. Indikator kuantitatif berkaitan dengan: frekwensi rapat, jumlah orang yang terlibat angka pertumbuhan data iklim panen, harga

keringanan di dalam input proyek, misalnya: pinjaman, pendaftaran sekolah, bibit, kunjungan ke klinik, anak-anak yang divaksinasi penggunaan/pelaksanaan keluaran proyek; misalnya: teknologi, manual/newsletters/petunjuk yang digunakan. Indikator kualitatif berkaitan dengan: tingkat partisipasi kelompok Pihak Terkait Pihak Terkait/pendapat konsumen; kepuasan penilaian estetika; misalnya: rasa, tekstur, warna, ukuran, bentuk, daya jual kemampuan membuat keputusan perubahan sikap munculnya kepemimpinan kemampuan memonitor sendiri pengembangan kelompok dan solidaritas perubahan perilaku adanya kemufakatan

Umumnya lebih mudah mengukur perilaku daripada perasaan karena perilaku dapat diamati. Misalnya, jika sebuah tujuan adalah untuk meningkatkan kepercayaan orang terhadap pertemuan, maka mungkin akan mudah untuk mengukurnya dengan mengamati seberapa sering mereka menyampaikan pendapat dan apakah penyampaiannya jelas.

Indikator Lintas Sektoral Indikator yang didasarkan pada sektor atau indikator teknis harus dibuat seimbang dengan memasukkan indikator-indikator lain yang lebih bersifat lintas sektoral; misalnya berkaitan dengan hal-hal kemasyarakat, gender, lingkungan dan peningkatan kemampuan . Indikator Formatif dan Summatif

Indikator formatif ditetapkan dengan jangka waktu yang harus diukur selama berlangsungnya satu tahapan atau proyek, sehingga sama dengan milestones. Indikator summatif digunakan untuk mengukur kinerja pada akhir proyek.

Anda mungkin juga menyukai